• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI Dan PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

2 Model Pembelajaran

Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong siswa untuk belajar. Pembelajaran merupakan upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran meliputi model, media, dan peralatan yang diperlukan dalam penyampaian informasi dalam proeses pembelajaran. Pengaturan atau pemilihan model, media atau peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya.

Dengan demikian, model pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menurut Jouce, Weil dan Calhoun (2000: 10) model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau pola yang digunakan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya sebagai pembelajaran. Siswa tidak hanya menguasai materi perihal pengetahuan dan keterampilan melainkan juga harus memperoleh peningkatan kemampuan untuk menghadapi tugas-tugas di masa depan dan untuk keperluan belajar mandiri. Dick dan Carey (1990: 1) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga pesetra didik dapat mengusai isi pelajaran atau Borich dan Houston dalam Toeti Soekamto dan Udin Syaripudin Winata putra (1997: 151) istilah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

keseluruhan prosedur yang sistematis kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendapat lain dikemukakan oleh Gagne (2000: 114-115) peristiwa pembelajaran mencakup Sembilan tahapan yaitu: (1) Membangkitkan perhatian, (2) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, (3) Membangkitkan ingatan dari pemahaman awal atau hasil belajar terdahulu, (4) Menyajikan rangsangan, (5) Menyediakan arahan belajar, (6) Memancing tampilan siswa, (7) Memberikan balikan, (8) Menilai hasil belajar siswa, (9) Meningkatkan perolehan hasil belajar/retensi dan transfer. Sembilan tahapan peristwa belajar tersebut dapan menunjang/mendukung proses internal dari belajar dan keberhasilan pembelajaran.

Untuk menentukan atau memilih model pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, kemudian model pembejaran yang dipandang efesien dan efektif dipiliih,kreteria lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik, dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Tidak ada model pembelajaran yang paling baik untuk semua materi pembelajaran. Semua model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga yang paling penting adalah perlunya guru mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi, tujuan, sumber, kemampuan, pengetahuan sebelumnya, umur peserta didik dan alat pembelajaran yang tersedia.

Jocye, Weil dan Calhoun (2000: 16-18) mengemukakan bahwa tiap model pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama guru dengan

siswa. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran yang sempurna, yang dapat menyelesaikan semua masalah pembelajaran sehingga dapat membantu siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Gaya mengajar yang dimilki guru banyak dipengaruhi oleh situasi,kondisi, kebutuhan siswa, dan tujuan yang hendak dicapai.

Model pembelajaran yang dipilih oleh guru harus mengarahkan pembelajaran menjadi efektif. Pembelajara yang efektif menurut Dunne dan Wragg (1996: 12-14) mempunyai dua karakteristik. (1) Pembelajaran efektif memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat meliputi fakta, keterampilan,nilai-nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. (2) Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang diakui keandalannya oleh mereka yang berkompeten memberikan penilai seperti guru-guru, pengawas, tutor, dan juga siswa Keterandalan itu sendiri antara lain adalah dapat diterapkannya keterampilan penggunaan model pembelajaran secara konsisten pada tempat dan waktu yang berbeda.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah model

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran Kooperatif menciptakan interaksi yang asah,asih dan auh

sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community). Siswa tidak hanya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

take turns quizzing each other, (c) discuss problems as a group, or (d)use whatever strategies they wich to learn the assigned material”. Artinya anggota kelompok diperbolehkan (a) mengerjakan lembar kerja secara berpasangan, (b) membuat giliran kuis satu sama lain, (c) mendiskusikan masalah di dalam kelompok, atau (d) mengunakan strategi apa saja untuk belajar materi yang ditugaskan.

Menurut Rossetti dan Nembhard (1998: 68) menyatakan bahwa “Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang dirancang untuk memotivasi minat siswa dan membantu mengingat tentang gagasan-gagasan atau ide yang dilakukan di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih”. Jadi keberhasilan mengajar dalam model pembeljaran ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.

Beberapa karakteristik cooperative learning menurut Rossetti dan

Nembhard (1998: 68) antara lain:

a. Positive interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling

ketergantungan satu terhadap yang lain dalam kelompok serta positif.

b. Face-to-Face Promotive Interaction, proses yang melibatkan siswa dalam proses belajar yang mengharuskan siswa untuk belajar dengan satu sama lain.

c. Individual accountability/Personal Responsibility, yaitu setiap individu dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kelompok.

d. Collabortive Skills, yaitu suatu kebutuhan untuk mengajarkan kepada siswa tentang bagaimana siswa berfungsi dalam suatu kelompok. Siswa harus mempunyai pemahaman berkelompok, metode pendengaran yang aktif, pengendalian konflik, dan ketrampilan sosial lainnya agar diskusi berlangsung secara efektif.

e. Group processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.

Adapun langkah-langkah cooperative learning adalah sebagai berikut:

1). Guru merancang pengajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pengajaran yang ingin dicapai.

2). Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam kelompok kecil.

3). Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun secara kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar.

4). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

Menurut Arends, (2001: 322-326) pembelajaran kooperatif mempunyai 4 variasi, yaitu:

a). STAD (StudentTeams-Achievement Divisions)

Dalam penerapan STAD, guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan anggota kelompok telah menguasai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

sama. Pada waktu kuis, siswa tidak dapat saling membantu satu sama lain, dan nilai kuis tersebut yang dipakai untuk menentukan skor individu maupun kelompok.

b). Jigsaw

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang heterogen dengan menggunakan kelompok ‘asal’ dan kelompok ‘ahli’. Setiap kelompok ‘asal’ diberi tugas untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dari materi yang diberikan. Kemudian setiap siswa yang mempelajari topik yang sama saling bertemu dan membentuk kelompok ‘ahli’ untuk bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu siswa tersebut kembali ke kelompok ‘asal’ untuk menyampaikan informasi yang diperoleh. Akhirnya setiap siswa diberi kuis secara individu. Penilaian dan penghargaan yang digunakan pada Jigsaw sama dengan STAD.

c). Grup Investigation (GI).

Grup Investigation (Investigasi Kelompok) adalah metode pembelajaran kooperatif di mana setiap siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelidiki topik tertentu yang dipilih. Tipe ini merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling kompleks yang paling sulit untuk diterapkan. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan pembelajaran dan kemudian melaksanakannya. Akhirnya setiap kelompok mempresentasikan hasilnya. Dalam teknik ini, penghargaan tidak diberikan.

d. Structural Approach (Pendekatan Struktural).

Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja siswa, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama dalam kelompok. Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan. Pendekatan tersebut memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola kreatif siswa. Galligan (2006: 20-21) menyatakan bahwa kreativitas itu penting dalam semua aspek pembaharuan dan kemajuan budaya, memerlukan imajinasi, disiplin dan dukungan. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan tersebut menghendaki siswa bekerja sama saling membantu dalam kelompok kecil. Ada dua tipe yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:

1) Think-Pair-Share (TPS), yaitu suatu pendekatan yang bertujuan memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Pendekatan ini mempunyai tiga tahapan

penting, yaitu berpikir (Thinking), berpasangan (Paring), dan berbagi

(Sharing). Informasi lebih lanjut mengenai tipe ini akan dibahas pada paragraph selanjutnya.

2) Number-Head-Together (NHT), yaitu suatu pendekatan yang melibatkan

banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini bertujuan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Pendekatan

struktural Nurmber-Head-Together terdiri dari empat langkah utama,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Model Pembelajaran TPS

TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland. Model pembelajaran TPS memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain.

Dalam menerapkan model pembelajaran TPS Frank Lyman dalam

Arends, (2001: 325-326) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1). Thinking (berpikir)

Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

2). Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

3). Sharing (berbagi)

Guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka diskusikan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai beberapa siswa telah mendapat kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan

dengan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif apabila guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.

Berdasarkan langkah-lngkah di atas peneliti menggunakan langkah- langkah pengembangan sebagai pengembangan sebagai berikut:

1). Guru mengorganisasi kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa untuk mempersiapkan materi yang telah dipelajari di rumah.

2) Guru mengingatkan siswa pada materi prasyarat dan memberikan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari siswa.

3) .Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan anggota 2 orang untuk tiap kelompok.

4) .Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas secara mandiri.

5). Guru memanggil pasangan tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan jawabannya pada seluruh anggota kelas dari hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa siswa mendapat kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

6). Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Secara rinci fase-fase tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan:

a. Guru memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Guru mengingatkan siswa tentang materi prasyarat berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a. Guru membagikan LKS yang berisikan pertanyaan atau masalah dan mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas secara mandiri untuk beberapa saat.

b. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa lain untuk mendikusikan apa yng telah dipikirkan nya pada langkah pertama.

c. Siswa berpikir bersama untuk menentukan jawaban dari pertanyaan guru berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara mandiri.

d. Guru memantau siswa dalam kerja bersama dan memberikan motivasi sekaligus melatih keterampilan kooperatif.

e. Guru memanggil pasangan tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan jawabannya pada seluruh kelas dari hasil diskusi yang telah mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa pasangan siswa mendapat kesempatan untuk melaporkan.

3. Kegiatan Penutup

Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang teah dipelajari dan memberikan tugas untuk dikerjakan dirumah.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe “TPS” adalah

sebagai berikut: Kelebihan:

1. Adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah akan meningkatkan keterampilan sosial siswa.

2. Baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif.

3. Kemungkinan siswa lebih mudah memahami konsep dan memperoleh kesimpulan.

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan

Kelemahan:

1. Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang kurang pandai.

2. Diskusi tidak akan berjalan lancar jika siswa hanya menyalin pekerjaan siswa yang pandai.

. Kelebihan tersebut dapat terjadi apabila ada tanggung jawab individual

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat melihat bahwa kerjasama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok sangat penting. Sedangkan kelemahan yang ada dapat diminimalisir dengan peran guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk berlajar bersama, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.

c. Model Pembelajaran STAD

Student Team Achievement Division (STAD), merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E, Slavin (2008) di Universitas Jonn Hopkins, AS. Tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana terdiri dari empat fase, yaitu:

1. Presentasi kelas

Pada komponen ini, guru memberikan materi dengan mengemukakan konsep-konsep, keterampian-keterampilan dengan menggunakan buku siswa, buku guru, bahan untuk audio visual dan sebagainya. Guru harus mampu mendesain materi pembelajaran untuk mode pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu guru menyiapkan Lembar Kerja siswa (LKS) untuk masing- masing kompetensi dasar.

2. Kelompok Belajar

Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen dengan jumlah anggota 4-5 orang siswa. Pada pembentukan kelompok guru harus memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosial, etnik, serta tingkat kemampuan akademik siswa dalam keanggotaan

kelompok. Fungsi utama kelompok belajar ini adalah siswa belajar dalam kelompoknya serta mempersiapkan anggotanya untuk belajar dengan baik dalam menghadapi tes individu..

Kelompok-kelompok belajar merupakan hakekat belajar yang sangat penting dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh kelompok untuk melakukan hal terbaik untuk kelompoknya, seperti saling memberikan semangat, dukungan, perhatian dan penghargaan diri untuk keberhasilan belajar.

Setelah guru mempresentasikan materi, masing-masing kelompok bertemu untuk mendiskusikan, membandingkan jawaban dan mengoreksi jika ditemukan salah persepsi dari lembar kerja atau materi lain.

3. Evaluasi Belajar

Setelah guru mempresentasikan satu materi pokok bahasan, kemudian dilakukan evaluasi perorangan dengan tujuan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar.

4. Skor/nilai peningkatan perorangan atau kelompok.

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. 1) Skor Perkembangan Individu

Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya. Berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksud agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

Adapun perhitungan skor perkembangan individu adalah: Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu

SKOR KUIS POIN KEMAJUAN

Lebih dari 10 poin dibawah skor skor awal 5

10 – 1 poin dibawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20

Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

2) Skor Perkembangan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu serta memberikan sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan paa rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompok.

Menurut Slavin (2009: 160) Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan kelompok. Pemberian penghargaan berdasarkan

perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super.

Tiga macam tingkatan penghargaan diberikan berdasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut:

Tabel 2.2 Skor Perkembangan Kelompok

Kriteria Penghargaan

15 TIM BAIK

16 TIM SANGAT BAIK

17 TIM SUPER

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Sugianto (2007: 14) :

1. Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang siswa. Tiap memiliki anggota yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan akademik (tinggi, sedang, rendah) 2. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik (LKS) dan

kemudian saling membantu untuk mengusai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama kelompok.

3. Secara individual atau kelompok, tiap minggu atau dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua kelompok memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran koopertif tipe STAD adalah adalah sebagai berikut:

Kelebihan:

1. Dapat memberikan keuntungan baik pada siswa yang pndai maupun yang kurang pandai dalam kemampuan akademiknya.

2. Siswa belajar untuk saling menghargai satu sama lain meskipun berbeda latar belakang

3. Mengajarkan pada siswa ketrampilan kerjasama dan kolaborasi

4. Materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama.

Kelemahan:

1. Membutuhkan banyak waktu dalam persiapan pembelajaran 2. Tidak semua siswa aktif dalam diskusi kelompoknya

3. Gaya Belajar

Dokumen terkait