• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

T E S I S

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH :

MAGFIRATULLAH

NIM : S850809108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

Disusun Oleh : MAGFIRATULLAH

S850809108

Telah disetujui Tim Pembimbing Pada : ... Januari 2011

Pembimbing I

Dr. H. Mardiyana, M.Si

NIP. 19660225 199302 1 002

Pembimbing II

Dr. Imam Sujadi, M.Si

NIP. 19670915 200604 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. H. Mardiyana, M.Si

(3)

commit to user

EKSPEREMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “THINK PAIR SHARE” PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH

Disusun Oleh : MAGFIRATULLAH

S850809108

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim penguji Pada tanggal : ... Januari 2011

Jabatan Nama Tanda tangan

Ketua : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc ... Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si ... Anggota : 1. Dr. H. Mardiyana, M.Si ... 2. Dr. Imam Sujadi, M.Si ...

Surakarta, .. Januari 2011

Mengetahui, Ketua Program Studi

Direktur PPs UNS Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. H. Mardiyana, M.Si

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Magfiratullah

NIM : S850809108

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EKSPER IMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ”THINK PAIR SHARE PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITNJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP DI KOTA PALANGKA RAYA KALIMANTAN TENGAH adalah betul – betul karya saya sendiri.

Hal – hal yang bukan karya saya dalam tesis ini ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabuan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,maka apabila kamu telah selesai dari

sesuatu urusan, kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”.

(Q.S. Al Insyirah: 6-7)

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(Q.S. Al Baqarah: 286)

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkah tesis ini kepada :

§

Gunawan Abrari, suamiku tercinta

§

Hj. Nurasimah, ibu mertuaku yang kuhormati

§

Nisa,Yayah, Ayi, Dede,Dodo dan Tata, anak-anakku yang kusayangi

§

Saudaraku semua

(7)

commit to user KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas rohmat, karunia dan hidayah-Nya penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi – tingginya dan terima kasih yang sebesar – besarnya pada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas – luasnya untuk menyelesaikan tesis ini..

2. Dr. H. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

3. Dr. Imam Sujadi, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 5. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya yang telah

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Kepala Sekolah, Guru dan Peserta Didik SMP Nusantara, SMP Muhammadiyah, SMP Negeri-I dan SMP Negeri-2 Kota Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan dan membantu hingga terlaksananya penelitian ini.

7. Drs Josep Dudi, M.Si, Drs. Helmuth.Y.Bunu, M.Pd, Drs. Ahmad Yasluh, Drs. Sugiyanto. M.Pd, Drs. Orhan. M.Pd dan Drs. Janu Pinardi, M.Si. yang telah membantu dan menjadi validator uji coba instrumen angket dan tes prestasi dalam penelitian ini.

8. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Suamiku, serta anak-anakku yang telah memberikan doa, semangat,bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai sebagai suatu amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala.

(9)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ……… v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xvii

ABSTRACT ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pemilihan Masalah ... 6

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Perumusan Masalah ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 8

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB II LANDASAN TEORI Dan PENGAJUAN HIPOTESIS ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Prestasi Belajar Matematika ... 10

2 Model Pembelajaran ……….. 15

3 Gaya Belajar ……….. 31

B. Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Hipotesis Penelitian ………. 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

1. Tempat Penelitian ... 42

2. Waktu Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 43

1. Rancangan Penelitian ... 44

2. Prosedur Penelitian ... 45

C. Populasi dan Sampel ... 46

1. Populasi ... 46

2. Sampel ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 49

1. Variabel Penelitian ... 49

(11)

commit to user

3. Instrumen Penelitian ... 53

E. Teknik Analisis Data ... 60

1. Uji Keseimbangan ... 60

2. Uji Prasyarat Analisis ... 61

3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 64

4. Uji Komparasi Ganda ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN ... 72

A. Uji Keseimbangan ... 72

B. Diskripsi Data ……… 73

1. Data Hasil uji coba xinstrument ……… 73

2. Data Skor Pretasi belajar matematika siswa ………. 76

3 Data Skor Angket Gaya Belajar Matematika Siswa .. 77

C. Pengujian Prasyarat Analisis ………. 78

1. Uji Normalitas ……… 78

2. Uji Homogenitas ……… 79

D. Pengujian Hipotesis ………... 80

1. ANAVA Dua Jalan Sel Tak Sama ……… 80

2. Uji Lanjut Pasca ANAVA ………. 81

E. Pembahasan Hasil Analisis ………... 86

F. Keterbatasan Penelitian ... 94

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

A. Kesimpulan Penelitian ... 95

B. Implikasi Penelitian ... 96

C. Saran ... 97

(13)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu ... 28

Tabel 2.2 Skor Perkembangan Kelompok ... 29

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 44

Tabel 3.2 Data Peringkat Sekolah ... 47

Tabel 3.3 Data Sampel Pada Masing-masing Sekolah ... 49

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ……… 68

Tabel 4.1 Hasil Uji normalitas Kemampuan Awal ... 72

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas ... 72

Tabel 4.3 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77 Tabel 4.4 Hasil Pengelompokan Gaya Belajar Siswa ... 77

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ……….. 78

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas ... 79

Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama 80

Tabel 4.8 Rataan Marginal ... 81

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom ... 82

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen …... 102

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ………… 129

Lampiran 3 LKS Dan Lembar Soal ……… 152

Lampiran 4 Data Kemampuan Awal ………... 175

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ... 181

Lampiran 6 Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ……….. 183

Lampiran 7 Lembar Jawaban Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ………... 189

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ………... 190

Lampiran 9 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika ………….. 191

Lampiran 10 Analisis Konsistensi Internal Dan Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ……….. 197

Lampiran 11 Analisis Reliabilitas Hasil Uji coba Tes Prestasi Belajar Matematika ………... 210

Lampiran 12 Kisi-kisi Uji Coba Angket Gaya Belajar Matematika ……... 211

Lampiran 13 Angket Uji Coba Gaya Belajar Matematika ……… 214

Lampiran 14 Lembar Validasi Gaya Belajar Matematika ………... 218

(15)

commit to user

Lampiran 16 Analisis Reliabilitas Hasil Uji Coba Angket Gaya Belajar …... 236

Lampiran 17 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika ………... 248

Lampiran 18 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ……….. 250

Lampiran 19 Lembar Jawaban Soal Tes Prestasi Belajar Matematika …... 256

Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ……… 257

Lampiran 21 Kisi-kisi Angket Gaya Belajar Matematika ………... 258

Lampiran 22 Angket Gaya Belajar Matematika ……… 261

Lampiran 23 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ………. 264

Lampiran 24 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Kontrol ……… 268

Lampiran 25 Uji Homogenitas Kemampuan Awal ……… 272

Lampiran 26 Uji Keseimbangan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …… 278

Lampiran 27 Data Induk Penelitian ………... 280

Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ……… 288

Lampiran 29 Uji Normalitas Kelas Kontrol ………... 293

Lampiran 30 Uji Normalitas Gaya Belajar Visual ………... 298

Lampiran 31 Uji Normalitas Gaya Belajar Auditorial ………... 301

Lampiran 32 Uji Normalitas Gaya Belajar Kinestetik ………... 305

Lampiran 33 Uji Homogenitas Model Pembelajaran ……… 309

Lampiran 34 Uji Homogenitas Gaya Belajar Siswa ………... 315

Lampiran 35 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama …………. 320

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Lampiran 37 Kumpulan Tabel Statistik 333

(17)

commit to user ABSTRAK

Magfiratullah, S850809108. Eksperimentasi Model Pembelajaran “Think Pair

Share” Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung Ditinjau Dari Gaya

Belajar Siswa Kelas IX SMP Di Kota Pangka Raya Kalimantan Tengah. Tesis. Komisi Pembimbing I Dr. H. Mardiyana, M.Si dan Pembimbing II Dr. Imam Sujadi, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS dapat menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran STAD pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung. (2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditorial, dan kenestetik pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung. (3) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD, pada siswa dengan gaya belajar visual. (4) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD, pada siswa dengan gaya belajar auditorial. (5) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajara TPS atau model pembelajaran STAD, pada siswa dengan gaya belajar kinestetik. (6) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TPS. (7) Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang menggunakan model pembelajaran STAD.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu dengan rancangan faktorial 2x3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2010 dengan populasi siswa kelas IX SMP di Kota Palangka Raya. Teknik pengambilan sampel adalah Stratified Cluster Random Sampling. Sedangkan sampel yang terpilih adalah siswa dari SMPN 1 Palangka Raya, SMP Muhammadiyah Palangka Raya dan SMP Nusantara Palangka Raya yang masing-masing terdiri dari 2 kelas yaitu satu kelas untuk eksperimen dan satu kelas untuk kontrol. Banyaknya siswa yang ditetapkan sebagai sampel adalah 240 siswa, yaitu 120 siswa untuk kelas eksperimen dan 120 siswa untuk kelas kontrol.

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

KR – 20; sedangkan analisis butir tes dengan uji daya pembeda dan tingkat kesukaran. Analisis instrumen angket menggunakan validitas isi oleh experts judgment dan reliabilitas angket menggunakan Cronbach Alpha; sedangkan analisis butir angket menggunakan uji konsistensi internal. Dari 35 butir tes yang diujicobakan diperoleh 30 butir tes yang dipakai, sedangkan dari 54 butir angket yang diujicobakan diperoleh 45 butir angket yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini.

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis variansi (Anava) dua jalan dengan sel tak sama, dan dilanjutkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Sebelum data dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett.

Hasil analisis data menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama dengan

taraf signifikansi α = 0,05 adalah (1) Ada perbedaan efek antar baris (Fa = 27,7811 > F0,05;1;240 = 3,8815), dengan kata lain kedua model pembelajaran memberi pengaruh yang tidak sama terhadap prestasi belajar metematika siswa pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. (2) Ada perbedaan efek antar kolom (Fb = 13,3093 > F0.05;2,240= 3,0344), dengan kata lain ketiga kategori gaya belajar matematika siswa

memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap prestasi beljar matematika pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. (3) Terdapat interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat. (Fab = 6,0386 > F0.05;2,240 = 3,0344).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Materi dengan menggunakan model pembelajaran TPS lebih baik dari pada prestasi belajar Prestasi belajar matematika siswa pada matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran STAD. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik sama baiknya dengan daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai gaya belajar visual. (3) Pada gaya belajar visual pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada pembelajaran STAD. (4) Pada gaya belajar auditorial, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika sama baiknya dengan pembelajaran STAD. (5) Pada gaya belajar kinestetik, pembelajaran TPS memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada pembelajaran STAD.(6) Pada kelas yang menggunakan pembelajaran TPS, gaya belajar kinestetik memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari pada siswa dengan gaya belajar visual dan gaya belajar auditorial sama baiknya dengan gaya belajar kinestetik maupun dengan gaya belajar visual. (7) Pada kelas yang menggunakan pembelajaran STAD, gaya belajar auditorial memberian prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik dari pada siswa dengan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik sama baiknya dengan gaya belajar visual maupun auditorial.

(19)

commit to user ABSTRACT

Magfiratullah, S850809108. Experimentation of Learning Model “Think Pair Share” on Matery of Curved Side of Space Shape from Students Learning Styles in Class IX of Class IX SMP in the City of Palangka Raya-Central Kalimantan Province, Thesis, Surakarta, Program Study of Mathematics Education Program, Post Graduate Program of Sebelas Maret University, 2011.

The aims from this research are: (1) to know if teaching learning model of TPS can produce mathematics learning achievement better than the using model of STAD teaching-Learning on basic material of curva side shape, (2) to know if there is difference learning achievement whose has visual learning style, auditorial, and kinesthetics on basic material space shape of side curva, (3) to know which model gives mathematics learning achievement better between teaching learning model of STAD, on students with visual learning style. (4) to know which model gives mathematics learning achievement is better between teaching learning model of TPS or teaching learning model of STAD on students with auditorial learning style. (5) to know which model gives mathematics learning achievement better between teaching learning model of TPS or teaching learning model of STAD, on students whose learning style is kinestetic learning style. (6) to know which model gives mathematics learning achievement better than students with visual learning style, auditorial learning style and students with kinestetic learning style, on class which uses learning model of TPS. (7) to know which model gives mathematics learning achievement better between students with visual learning style, students with auditorial learning style, and students with kinesthetic learning style, on class which uses learning model of STAD.

The method of research used is quasi experiment research) with using factorial design 2x3. The research was performed on July 2010 up to December 2010 with population of students class IX of SMP in the city of Palangka Raya. Sample technique taking used in this research is Stratified Cluster Random Sampling. While sample chosen is students of SMP N I Palangka Raya, SMP Muhammadiyah Palangka Raya, and SMP Nusantara Palangka Raya which each of them consist of 2 classes, a class is for experiment class and a class for control class. The sum of individual who is fixed as sample amounting 240 students, they are 120 students for experiment class and 120 students for control class.

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

Alpha; while analysis of questionare poins internal consistency test. From 35 point test which are tried out, is gained 30 points used, while from 54 quetionare points,45 points of questionare used to collect data in this research.

Technic of data analysis used in this research is two ways variant analysis with not same cell, and it is continued by doble comparassion test with Scheffe method. Before analyzing data with Anava test, prerequisition analysis test is done, that is normality test with Liliefors method and homogeneity test with uses Barlett test.

The result of data analysis used is two ways anava with not same cell with

significant level α=0.05 are (1) there is effect among the row (Fa=27.7811> F0,05;1;240=3.8815), with other word both model of teaching learning gives different influence against mathematics learning achievement of the students on basic material of curva side space shape. (2) There is difference effect inter column (Fb =13. 3093 > F 0.05; 2; 240 = 3.0344), with another word the third category of learning style of mathematics of students give influence which is not same against learning achievement on basic material of side curva space shape. (3) There is raw and column interaction against dependent variable. ( Fab = 6. 0386> F0.05; 2;240 = 3.0344).

Conclusions of the research are: (1) stuff presenting with using model of teaching TPS is better than students learning achievement of Mathematics with using STAD teaching. (2) Students learning achievement of Mathematics with kinesthetic learning style is as good as students learning achievement with using auditorial learning style, students learning achievement with using auditorial learning style is better than students learning achievement of Mathematics with visual learning style. (3) On visual learning style of TPS teaching give mathematics learning achievement better than STAD teaching. (4) On auditorial learning style, the teaching of TPS gives learning achievement of Mathematics as good as STAD teaching. (5) On Kinesthethic learning style, TPS teaching give learning achievement of Mathematics is better than on STAD teaching. (6) On class with using TPS teaching, kinesthetic learnig style gives students learning achievement of mathematics which is better than students with visual learning style and auditorial learning style is as good as kinesthetic learning style or visual learning style. (7) On class with using STAD teaching, auditorial learning style gives learning achievement of mathematics which is better than students with using visual learning style and kinesthetic leraning style is as good as students with visual learning style or auditorial learning style.

(21)

commit to user ABCTRACT

Magfiratullah. S850809108. Experimentation Learning Model "Think Pair Share" subject matter curved side plane geometry View from Student Learning Styles in the Class IX SMP in the City of Palangka Raya in Central Kalimantan. Principal Advisor: Dr. H. Mardiyana, M.Si., Co-advisor: Dr. Imam Sujadi, M.Si. Thesis. Surakarta. Mathematics Education Study Program, Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta. 2011.

The purpose of this study were (1) To determine whether the TPS learning model can improve math achievement is better than the use of STAD learning models in subject matter build side curved space (3) To know which provides better mathematics achievement between TPS learning models or STAD learning model, students with visual learning styles. (4) To find out which provides better math achievement between TPS learning model or STAD learning model, students with auditory learning styles. (5) To find out which provides better math achievement between TPS learning model or STAD learning model, students with kinesthetic learning styles. (6) To find out which provides better mathematics achievement between students with visual learning styles, students with auditory learning styles, and students with kinesthetic learning styles, the class that uses a learning model TPS. (7) To find out which provides better mathematics achievement between students with visual learning styles, students with auditory learning styles, and students with kinesthetic learning styles, the class that uses a learning model STAD.

The research method used was quasi experiment research using 2 x 3 factorial design. The experiment was conducted in July to December 2010 with the junior class IX student population in the city of Palangka Raya. The sampling technique used in this study is Stratified Cluster Random Sampling. While the sample selected were students from SMP 1 Palangka Raya, SMP Muhammadiyah Palangka Raya and SMP Nusantara Palangka Raya, each consisting of 2 classes: one class for an experimental class and one class for control class. The number of student who are designated as samples are as many as 240 students, where 120 students for experiments class and 120 students for controll class.

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

Cronbach Alpha, while the analysis of questionnaire items using the internal consistency test. Of the 35 point test that tested gained 30 points of this test, whereas of the 54 items tested questionnaire which obtained 45 item questionnaire used to collect data in this study.

The data analysis technique in this study using analysis of variance (Anava) two ways with not the same cells, and followed by multiple comparison test with Scheffe method. Before the data were analyzed using Anava test first prerequisite test analysis, namely normality test with Liliefors methods and homogeneity test using Bartlett’s test.

Results of data analysis using two-ways Anava with not the same cell with significance level a = 0.05 is (1) There is a difference in effects between lines (Fa = 27.7811> F0, 05;1,240 = 3.8815), in other words the two models of learning effect that is not the same as studying mathematics student achievement in subject matter curved side plane geometry. (2) There are differences in effects between the columns (Fb = 13.3093> F0, 05; 2.240 = 3.0344), in other words the three categories of mathematics learning styles are not the same effect on math achievement in subject matter curved side plane geometry. (3) There is interaction of rows and columns on the dependent variable (Fab = 6.0386> F0,05; 2.240 = 3.0344).

The conclusion of this study are: (1) Mathematics learning achievement using TPS learning model is better than the students’ learning achievement using STAD learning. (2) Studying mathematics achievement of students who have a kinesthetic learning style better than the math achievement of students who have auditory learning styles, and learning achievement of students who have auditory learning style better than the math achievement of students who have a visual learning style. (3) In the visual learning style, TPS learning model provide math learning achievement better than the STAD learning model, (4) In the auditory learning style, learning model TPS provide math learning achievement better than the STAD learning model. (5) In the kinesthetic learning styles, TPS learning model provide math learning achievement better than the STAD learning model. (6) In the class that uses a learning model TPS, kinesthetic learning styles provide math learning achievement of students better than students with visual or auditory learning styles. (7) In the class that uses a learning model STAD, auditory learning styles provide math learning achievement of students better than students with visual and kinesthetic learning styles.

(23)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika mempunyai kegunaan yang sangat penting, baik dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan ilmu. Banyak masalah dalam

kehidupan manusia yang dapat dipecahkan dengan menggunakan matematika

sebagai alat bantu. Dalam ilmu lain seperti fisika, kimia, biologi, ekonomi dan

lain-lain, matematika memegang peranan penting. Sadar atau tidak sadar setiap

orang menggunakan matematika dalam kehidupan, oleh karena itu setiap orang

perlu membekali diri dengan penguasaan matematika. Kehidupan dimasa yang

akan datang ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin maju

Perkembanganteknologi sangat dipengaruhi oleh kemajuan yang dicapai manusia.

dalam penguasaan matematika, Seseorang yang menguasai matematika berarti dia

harus mampu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan matematika.

Menurut Miller (dalam Noraini Idris. 2009) mengatakan bahwa “Mathematics learning for understanding is not easy. Many students fail to understand the concepts taught to them. They solve problems by memorizing formulae and procedures teachers have taught them. The students merely put the required figures into the formulae to arrive at the answer.” Artinya bahwa belajar tentang pemahaman matemematika memang tidak mudah. Banyak siswa tidak berhasil memahami konsep yang diajarkan kepada mereka. Mereka menyelesaikan masalah dengan menghafal rumus dan formula yang diajarkan oleh guru. Mereka hanya meletakan unsur-unsur yang ada kedalam rumus atau formula untuk menjawab suatu pertanyaan.

Kenyataannya sampai saat ini matematika masih menjadi masalah bagi

sebagian siswa. Sebagian siswa masih menganggap matematika sangat sulit

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih tergolong rendah. Hal ini

sesuai pengalaman penulis selama menjadi guru bidang studi matematika, bahwa

nilai matematika dari sebagian siswa belum mencapai kriteria ketuntasan.

Berdasarkan pengalaman peneliti, bahwa sebagian besar siswa kelas IX

semester I mengalami permasalahan pada materi Geometri khususnya materi

pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung, hal ini berakibat rendahnya perestasi siswa.

Dari hasil Ujian Nasional SMP tahun pelajaran 2008/2009 diperoleh data

persentase penguasaan materi pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung

untuk tingkat rayon kota Palangka Raya hanya 28,66%, tingkat propinsi

Kalimantan Tengah 33,98%, dan tingkat nasional 59,03%, sedangkan materi

pokok lain yang diajarkan di SMP kelas IX semester I mempunyai persentase

penguasaan lebih baik yaitu misalnya untuk materi pokok statistika untuk tingkat

rayon kota Pangka Raya 47,99%, tingkat propensi Kalimantan Tengah 59,97%,

dan tingkat Nasional 78,63%. ( Sumber: Dikpora Kota Palangka Raya)

Salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam belajar matematika

kemungkinan adalah model pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai

dengan kondisi siswa maupun materi pokok yang disampaikan. Banyak model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengajaran matematika. Tetapi tidak

setiap model pembelajaran dapat diterapkan dalam setiap materi, sehingga

pemilihan model pembelajaran sangatlah penting guna mencapai tujuan

pembelajaran dan mendapatkan hasil yang optimal. Oleh karena itu sebelum

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperlukan pemikiran yang sangat matang

(25)

disajikan. Hal tersebut dimaksudkan agar pengajaran matematika menjadi efektif

dan efisien. Namun yang terjadi guru kurang bervariasi dalam menggunakan

model pembelajaran. Kenyataan selama ini model pembelajaran yang sering

digunakan selain model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran

kooperatif STAD. Oleh karena itu sebagai guru matematika perlu memahami dan

mengembangkan berbagai model pembelajaran dalam pengajaran matematika.

Dalam hal ini hendaknya guru dapat menyusun program pengajaran yang dapat

membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar, sehingga peserta didik

merasa terlibat langsung dan merasa memilki pembelajaran tersebut. Selain Model

pembelajaran kooperatif STAD masih ada model pembelajaran kooperatif yang

dapat digunakan dalam pembelajaran matematika di sekolah misalnya model

pembelajaran Think Pair Share (TPS),yang melibatkan siswa untuk bekerja sama.

Pemilihan model pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi

yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia dan banyaknya

siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

Di samping penggunaan model pembelajaran yang sesuai, terdapat faktor

lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar matematika, diantaranya gaya

belajar matematika. Gaya belajar matematika merupakan cara yang khas dan

konsisten dilakukan oleh siswa dalam menyerap informasi. Gaya belajar

matematika dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu visual, auditorial, dan

kinestetik. Gaya belajar visual menggunakan indera penglihatannya untuk

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menerima materi yang disajikan dengan diskusi atau tanya-jawab. Gaya belajar

kinestetik menggunakan fisiknya sebagai alat belajar yang optimal. Siswa yang

mempunyai gaya belajar kinestetik dibantu dengan membawa alat peraga yang

nyata misal balok, patung. Pada umumnya siswa memiliki ketiga gaya belajar

tersebut, namun ada satu yang paling dominan dimilikinya. Kebanyakan siswa

belum mengenal persis gaya belajar yang dimilikinya sehingga mereka belum

dapat menerapkannya secara optimal. Pemanfaatan sumber belajar matematika,

cara memperhatikan pembelajaran matematika di kelas, serta cara mudah bagi

siswa untuk berkonsentrasi penuh saat belajar dapat digunakan untuk mengenal

gaya belajar matematika. Hal-hal tersebut di atas dipergunakan seorang guru

maupun siswa itu sendiri untuk mengetahui gaya belajar matematika

masing-masing siswa.

Dengan mengetahui gaya belajar yang berbeda, diharapkan membantu

para guru dalam membimbing dan menyajikan model pembelajaran yang

memudahkan siswa, menyenangkan dan efektif dalam peningkatan hasil belajar

matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi geometri pada materi bangun ruang sisi

lengkung disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Terkait dengan ini muncul pertanyaan kalau model pembelajaran dirubah,

(27)

dilakukan penelitian yang membandingkan dua model pembelajaran yang

dapat mengaktifkan siswa dan melihat apakah model tersebut cocok untuk

berbagai gaya belajar siswa.

2. Adanya kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan karena

kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran dan hanya

mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan

dengan siswa lain, apakah keaktifan berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa.

3. Karena adanya perbedaan gaya belajar masing-masing siswa maka ada

kemungkinan bahwa suatu model pembelajaran matematika cocok bagi siswa

tertentu saja, tetapi tidak cocok bagi siswa lain. Demikian juga mungkin

cocok untuk siswa dengan gaya belajar matematika tipe visual dan gaya

belajar matematika tipe auditorial, tetapi tidak cocok untuk siswa dengan

gaya belajar matematika kinestetik dan sebaliknya. Terkait hal itu, perlu

diteliti apakah tipe gaya belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar

matematika siswa.

C.Pemilihan Masalah

Dari ketiga masalah yang diidentifikasi di atas, peneliti hanya ingin

melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan pertama dan ketiga yaitu

membahas masalah dalam menentukan sebuah model pembelajaran dan gaya

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan

dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dipilih dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran TPS (Think Pair Share) untuk kelas eksperimen

dan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) untuk

kelas kontrol.

2. Gaya belajar pada penelian ini adalah cara yang khas dalam belajar matematika,

baik di rumah maupun di kelas. Gaya belajar siswa dalam penelitian ini

dikelompokkan menjadi tiga yaitu Gaya Belajar Visual, Gaya Belajar

Auditorial dan Gaya Belajar Kinestetik

3. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksudkan adalah hasil belajar

matematika siswa pada sub materi Bangun Ruang Sisi Lengkung yang dicapai

pada akhir pembelajaran

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka

permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran TPS dapat menghasilkan prestasi belajar

matematika lebih baik dari pada penggunaan model pembelajaran STAD pada

(29)

2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar

visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kenestetik pada materi pokok

Bangun Ruang Sisi Lengkung?

3. Apakah model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika

lebih baik dari pada model pembelajaran STAD pada siswa dengan gaya

belajar visual?

4. Apakah model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika

lebih baik dari pada model pembelajaran STAD pada siswa dengan gaya

belajar auditorial?

5. Apakah model pembelajaran TPS menghasilkan prestasi belajar matematika

lebih baik dari pada model pembelajaran STAD pada siswa dengan gaya

belajar kinestetik?

6. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran TPS: Manakah yang

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara gaya belajar visual,

gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik?

7. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran STAD: Manakah yang

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara gaya belajar visual,

gaya belajar audiorial, dan gaya belajar kinestetik?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran TPS dapat menghasilkan

prestasi belajar matematika lebih baik dari pada penggunaan model

pembelajaran STAD pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yamempunyai

gaya belajar visual, auditorial, dan kenestetik pada materi pokok Bangun

Ruang Sisi Lengkung.

3. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebh

baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD, pada

siswa dengan gaya belajar visual.

4. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

lebih baik antara model pembelajaran TPS atau model pembelajaran STAD,

pada siswa dengan gaya belajar auditorial.

5. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

lebih baik antara model pembelajara TPS atau model pembelajaran STAD,

pada siswa dengan gaya belajar kinestetik.

6. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar

auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang

menggunakan model pembelajaran TPS.

7. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

lebih baik antara siswa dengan gaya belajar visual, siswa dengan gaya belajar

auditorial, dan siswa dengan gaya belajar kinestetik, pada kelas yang

(31)

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:

1. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam

menentukan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif

selain model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam proses

belajar mengajar.

2. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru untuk lebih

memperhatikan gaya belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajar matematika.

3. Memberikan masukan bagi guru matematika tentang keterlibatan siswa secara

aktif dalam proses belajar mengajar.

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi

Pengertian prestasi yang dikemukakan oleh para ahli sangatlah bervariasi.

Hal tersebut antara lain dikarenakan latar belakang dan sudut pandang yang

berbeda-beda dari para ahli itu sendiri. Akan tetapi perbedaan tersebut justru dapat

saling melengkapi pengertian dari prestasi itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005: 895) dinyatakan Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Dalam pengertian ini prestasi

merupakan hasil suatu usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan

dari pelaksanaan usaha tersebut. Sedangkan Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43)

menyatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar

mengajar yang dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat

mencerminkan hasil usaha yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai

prestasi pada penelitian ini yaitu bukti atau hasil yang telah dicapai setelah

diadakan usaha sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari batas usaha tersebut.

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah salah satu unsur utama dalam proses pendidikan formal di

sekolah. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dekat dengan apa yang

(33)

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampian, dan nilai sikap, sehingga dapat

memecahkan masalah- masalah yang sedang dan akan dihadapi. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Winkel (2004: 59) bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan

dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.

Menurut Ismet (2010) terdapat banyak definisi tentang konstruktivisme,

yaitu “the theory constructivisme according to which each child builds his own

knowledge from the inside, through his own mental activity, in interactive with the

environment”. Pendapat Ismet tersebut mempunyai pengertian bahwa menurut

teori konstruktivisme mengajak anak untuk membangun pengetahuannya sendiri

dari dalam dirinya, melalui aktivitas mental.

Selain beberapa pendapat mengenai definisi belajar tersebut, Sumadi

Suryabrata (1995: 249) menyebutkan bahwa hal pokok dalam kegiatan yang

disebut “belajar” adalah sebagai berikut:

1) Belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioural changes, aktual,

maupun potensial).

2) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

didefinisikan sebagai suatu proses menginternalisasi, membentuk kembali, atau

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dimilik yang melibatkan aktivitas mental atau psikis seseorang yang menyebabkan

terjadinya suat perubahan kearah yang lebih baik.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi

belajar merupakan suatu hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan

pengetahuan, sikap serta ketrampilan berkat pengalaman dan latihan yang

dinyatakan dalam perubahan tingkah laku.

Sutratinah Tirtenegoro (2001: 43) mengatakan bahwa, “Prestasi belajar

adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan mengetahui

prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak dalam kelas, apakah anak

tersebut tergolong kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Prestasi anak ini

dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, atau kalimat yang mencerminkan

hasil yang dicapai oleh anak dalam periode tertentu.

Sedang Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar

merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia karena

sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut

bidang kamampuannya masing-masing”. Zainal Arifin juga mengemukakan

bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah

dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

(35)

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)

anak didik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

dalam penelitian ini adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses

belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol. Di dalam

penelitian ini prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka.

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa,

“Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan

dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan”.

Wood (1999: 171) menyatakan bahwa beberapa peneliti seperti Confrey

dan Labinowicz telah memperoleh pandangan yang membangun dan berpendapat

bahwa siswa akan memahami matematika dengan baik jika siswa dengan aktif

terlibat dalam proses pembelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh

semua siswa karena pelajaran lainnya tidak bisa terlepas dari matematika.

(Huntley : 329). Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, “Matematika

adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Sedangkan R. Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi

dari matematika, yaitu sebagai berikut:

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

sistematik.

2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan

dengan bilangan.

4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah

tentang ruang dan bentuk.

5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut Lawson (2000: 26) “A major aim mathematics education is to devise ways of encouraging students to take more active role s in acquiring, experimenting with, and using the mathematical ideas and procedures that are included in the school curriculum”. menyatakan bahwa tujuan utama dari pembelajaran matematika adalah untuk menemukan jalan yang memberikan harapan siswa untuk melakukan banyak peranan dengan kecakapan, mengadakan percobaan dengan atau menggunakan ide-ide secara matematis dan prosedural yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran,

logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat,

dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisasi.

Berdasarkan pengertian prestasi belajar matematika yang telah diuraikan

di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika pada penelitian ini

(37)

menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan

kecakapan baru yang dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf.

2. Model Pembelajaran

Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong siswa untuk belajar.

Pembelajaran merupakan upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian

rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Lingkungan pembelajaran meliputi model, media, dan peralatan yang diperlukan

dalam penyampaian informasi dalam proeses pembelajaran. Pengaturan atau

pemilihan model, media atau peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran

menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya.

Dengan demikian, model pembelajaran adalah bagian dari proses

pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menurut Jouce, Weil

dan Calhoun (2000: 10) model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara

atau pola yang digunakan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya

sebagai pembelajaran. Siswa tidak hanya menguasai materi perihal pengetahuan

dan keterampilan melainkan juga harus memperoleh peningkatan kemampuan

untuk menghadapi tugas-tugas di masa depan dan untuk keperluan belajar

mandiri. Dick dan Carey (1990: 1) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah

suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran

sehingga pesetra didik dapat mengusai isi pelajaran atau Borich dan Houston

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

keseluruhan prosedur yang sistematis kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pendapat lain dikemukakan oleh Gagne (2000: 114-115) peristiwa

pembelajaran mencakup Sembilan tahapan yaitu: (1) Membangkitkan perhatian,

(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, (3) Membangkitkan

ingatan dari pemahaman awal atau hasil belajar terdahulu, (4) Menyajikan

rangsangan, (5) Menyediakan arahan belajar, (6) Memancing tampilan siswa, (7)

Memberikan balikan, (8) Menilai hasil belajar siswa, (9) Meningkatkan perolehan

hasil belajar/retensi dan transfer. Sembilan tahapan peristwa belajar tersebut

dapan menunjang/mendukung proses internal dari belajar dan keberhasilan

pembelajaran.

Untuk menentukan atau memilih model pembelajaran, hendaknya

berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran

ditetapkan, kemudian model pembejaran yang dipandang efesien dan efektif

dipiliih,kreteria lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat

keterlibatan peserta didik, dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Tidak ada

model pembelajaran yang paling baik untuk semua materi pembelajaran. Semua

model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga yang paling

penting adalah perlunya guru mampu memilih model pembelajaran yang sesuai

dengan materi, tujuan, sumber, kemampuan, pengetahuan sebelumnya, umur

peserta didik dan alat pembelajaran yang tersedia.

Jocye, Weil dan Calhoun (2000: 16-18) mengemukakan bahwa tiap model

pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang sesuai

(39)

siswa. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran yang sempurna,

yang dapat menyelesaikan semua masalah pembelajaran sehingga dapat

membantu siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Gaya mengajar yang

dimilki guru banyak dipengaruhi oleh situasi,kondisi, kebutuhan siswa, dan tujuan

yang hendak dicapai.

Model pembelajaran yang dipilih oleh guru harus mengarahkan

pembelajaran menjadi efektif. Pembelajara yang efektif menurut Dunne dan

Wragg (1996: 12-14) mempunyai dua karakteristik. (1) Pembelajaran efektif

memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat meliputi fakta,

keterampilan,nilai-nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. (2)

Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang diakui keandalannya oleh mereka

yang berkompeten memberikan penilai seperti guru-guru, pengawas, tutor, dan

juga siswa Keterandalan itu sendiri antara lain adalah dapat diterapkannya

keterampilan penggunaan model pembelajaran secara konsisten pada tempat dan

waktu yang berbeda.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah model

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Pembelajaran Kooperatif menciptakan interaksi yang asah,asih dan auh

sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community). Siswa tidak hanya

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

take turns quizzing each other, (c) discuss problems as a group, or (d)use

whatever strategies they wich to learn the assigned material”. Artinya anggota

kelompok diperbolehkan (a) mengerjakan lembar kerja secara berpasangan, (b)

membuat giliran kuis satu sama lain, (c) mendiskusikan masalah di dalam

kelompok, atau (d) mengunakan strategi apa saja untuk belajar materi yang

ditugaskan.

Menurut Rossetti dan Nembhard (1998: 68) menyatakan bahwa

Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang dirancang

untuk memotivasi minat siswa dan membantu mengingat tentang gagasan-gagasan

atau ide yang dilakukan di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur

dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih”. Jadi keberhasilan

mengajar dalam model pembeljaran ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan

individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara

bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.

Beberapa karakteristik cooperative learning menurut Rossetti dan

Nembhard (1998: 68) antara lain:

a. Positive interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling

ketergantungan satu terhadap yang lain dalam kelompok serta positif.

b. Face-to-Face Promotive Interaction, proses yang melibatkan siswa dalam

proses belajar yang mengharuskan siswa untuk belajar dengan satu sama lain.

c. Individual accountability/Personal Responsibility, yaitu setiap individu dalam

kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan

(41)

d. Collabortive Skills, yaitu suatu kebutuhan untuk mengajarkan kepada siswa

tentang bagaimana siswa berfungsi dalam suatu kelompok. Siswa harus

mempunyai pemahaman berkelompok, metode pendengaran yang aktif,

pengendalian konflik, dan ketrampilan sosial lainnya agar diskusi

berlangsung secara efektif.

e. Group processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh

kelompok secara bersama-sama.

Adapun langkah-langkah cooperative learning adalah sebagai berikut:

1). Guru merancang pengajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target

pengajaran yang ingin dicapai.

2). Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara

bersama-sama dalam kelompok kecil.

3). Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun

secara kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan

perilaku siswa selama kegiatan belajar mengajar.

4). Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil

kerjanya.

Menurut Arends, (2001: 322-326) pembelajaran kooperatif mempunyai 4

variasi, yaitu:

a). STAD (StudentTeams-Achievement Divisions)

Dalam penerapan STAD, guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

sama. Pada waktu kuis, siswa tidak dapat saling membantu satu sama lain,

dan nilai kuis tersebut yang dipakai untuk menentukan skor individu maupun

kelompok.

b). Jigsaw

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok kecil yang heterogen

dengan menggunakan kelompok ‘asal’ dan kelompok ‘ahli’. Setiap kelompok

‘asal’ diberi tugas untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dari

materi yang diberikan. Kemudian setiap siswa yang mempelajari topik yang

sama saling bertemu dan membentuk kelompok ‘ahli’ untuk bertukar

pendapat dan informasi. Setelah itu siswa tersebut kembali ke kelompok

‘asal’ untuk menyampaikan informasi yang diperoleh. Akhirnya setiap siswa

diberi kuis secara individu. Penilaian dan penghargaan yang digunakan pada

Jigsaw sama dengan STAD.

c). Grup Investigation (GI).

Grup Investigation (Investigasi Kelompok) adalah metode pembelajaran

kooperatif di mana setiap siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk

menyelidiki topik tertentu yang dipilih. Tipe ini merupakan pendekatan

pembelajaran kooperatif yang paling kompleks yang paling sulit untuk

diterapkan. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan pembelajaran dan

kemudian melaksanakannya. Akhirnya setiap kelompok mempresentasikan

(43)

d. Structural Approach (Pendekatan Struktural).

Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok mengerjakan

lembar kerja siswa, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama dalam

kelompok. Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan.

Pendekatan tersebut memberikan penekanan pada penggunaan struktur

tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola kreatif siswa. Galligan

(2006: 20-21) menyatakan bahwa kreativitas itu penting dalam semua aspek

pembaharuan dan kemajuan budaya, memerlukan imajinasi, disiplin dan

dukungan. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan tersebut menghendaki

siswa bekerja sama saling membantu dalam kelompok kecil. Ada dua tipe

yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:

1) Think-Pair-Share (TPS), yaitu suatu pendekatan yang bertujuan memberi

siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab, dan saling

membantu satu sama lain. Pendekatan ini mempunyai tiga tahapan

penting, yaitu berpikir (Thinking), berpasangan (Paring), dan berbagi

(Sharing). Informasi lebih lanjut mengenai tipe ini akan dibahas pada

paragraph selanjutnya.

2) Number-Head-Together (NHT), yaitu suatu pendekatan yang melibatkan

banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini bertujuan

mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut. Pendekatan

struktural Nurmber-Head-Together terdiri dari empat langkah utama,

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Model Pembelajaran TPS

TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland. Model

pembelajaran TPS memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir dan merespon

serta saling membantu satu sama lain.

Dalam menerapkan model pembelajaran TPS Frank Lyman dalam

Arends, (2001: 325-326) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1). Thinking (berpikir)

Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran,

kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara

mandiri untuk beberapa saat.

2). Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada langkah pertama. Interaksi

pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu

pertanyaan atau ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya

guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

3). Sharing (berbagi)

Guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau

bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah

mereka diskusikan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan dan

dilanjutkan sampai beberapa siswa telah mendapat kesempatan untuk

(45)

dengan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif apabila

guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.

Berdasarkan lngkah di atas peneliti menggunakan

langkah-langkah pengembangan sebagai pengembangan sebagai berikut:

1). Guru mengorganisasi kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa untuk

mempersiapkan materi yang telah dipelajari di rumah.

2) Guru mengingatkan siswa pada materi prasyarat dan memberikan penjelasan

seperlunya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari siswa.

3) .Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan anggota 2 orang

untuk tiap kelompok.

4) .Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan

mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan,

menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas secara

mandiri.

5). Guru memanggil pasangan tertentu dan pasangan siswa tersebut memberikan

jawabannya pada seluruh anggota kelas dari hasil diskusi yang telah mereka

lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa siswa mendapat

kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan,

tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

6). Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk

menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan tugas untuk

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Secara rinci fase-fase tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan:

a. Guru memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Guru mengingatkan siswa tentang materi prasyarat berkaitan dengan

materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a. Guru membagikan LKS yang berisikan pertanyaan atau masalah dan

mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS, menjawab pertanyaan,

menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas, atau mengerjakan tugas

secara mandiri untuk beberapa saat.

b. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa lain untuk

mendikusikan apa yng telah dipikirkan nya pada langkah pertama.

c. Siswa berpikir bersama untuk menentukan jawaban dari pertanyaan guru

berdasarkan jawaban yang telah mereka peroleh secara mandiri.

d. Guru memantau siswa dalam kerja bersama dan memberikan motivasi

sekaligus melatih keterampilan kooperatif.

e. Guru memanggil pasangan tertentu dan pasangan siswa tersebut

memberikan jawabannya pada seluruh kelas dari hasil diskusi yang telah

mereka lakukan. Kegiatan tersebut dilanjutkan sampai beberapa

(47)

3. Kegiatan Penutup

Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan membimbing siswa untuk

menyimpulkan materi yang teah dipelajari dan memberikan tugas untuk

dikerjakan dirumah.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe “TPS” adalah

sebagai berikut:

Kelebihan:

1. Adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah

akan meningkatkan keterampilan sosial siswa.

2. Baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama

memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif.

3. Kemungkinan siswa lebih mudah memahami konsep dan memperoleh

kesimpulan.

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan

bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan

Kelemahan:

1. Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan

sikap minder dan pasif dari siswa yang kurang pandai.

2. Diskusi tidak akan berjalan lancar jika siswa hanya menyalin pekerjaan siswa

yang pandai.

. Kelebihan tersebut dapat terjadi apabila ada tanggung jawab individual

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat

melihat bahwa kerjasama untuk saling membantu teman dalam satu kelompok

sangat penting. Sedangkan kelemahan yang ada dapat diminimalisir dengan peran

guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat

berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk berlajar bersama, dan

membantu siswa yang mengalami kesulitan.

c. Model Pembelajaran STAD

Student Team Achievement Division (STAD), merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E, Slavin (2008) di

Universitas Jonn Hopkins, AS. Tipe STAD merupakan model pembelajaran

kooperatif yang sangat sederhana terdiri dari empat fase, yaitu:

1. Presentasi kelas

Pada komponen ini, guru memberikan materi dengan mengemukakan

konsep-konsep, keterampian-keterampilan dengan menggunakan buku siswa,

buku guru, bahan untuk audio visual dan sebagainya. Guru harus mampu

mendesain materi pembelajaran untuk mode pembelajaran kooperatif tipe

STAD, yaitu guru menyiapkan Lembar Kerja siswa (LKS) untuk

masing-masing kompetensi dasar.

2. Kelompok Belajar

Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok

heterogen dengan jumlah anggota 4-5 orang siswa. Pada pembentukan

kelompok guru harus memperhatikan keanekaragaman gender, latar

Gambar

Tabel 2.1  Skor Perkembangan Individu
Tabel 2.2  Skor Perkembangan Kelompok
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel 3.2  Data Peringkat Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan di atas, secara terminologis organisasi profesi pustakawan mempunyai arti sebagai kelompok kerja yang terdiri dari para profesional yang ahli

Dari uraian tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat didalam akar alang-alang, kemudian pada ekstrak yang

Lebih lanjut, dari hasil penelitian dan analisis hasil tersebut maka dapat diberikan masukan saran berupa: Pertama, untuk masyarakat petani padi di Kecamatan

Adanya pengaruh layanan konseling individu dengan teknik self-management terhadap kedisiplinan peserta didik ditandai dengan: (a) peserta didik sudah mampu menjalankan

Panjang maksimum tiap segitiga sama sisi yang dapat masuk ke dalam lingkaran dengan diameter 2 8 cm adalah.. Luas daerah yang diarsir pada gambar

Diantara contoh prinsip kebebasan yang diatur dalam syari’at Islam antara lain penghapusan perbudakan sesama manusia, penghormatan atas tiap muslim, pemeliharaan atas hak-hak

URAIAN MERK SATUAN HARGA 5... 31 Kapal Long

25 Arsyad (dalam Rusman dkk, 2012), Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi , hlm.. Tujuan pokok dari video pembelajaran adalah untuk menyampaikan materi atau