DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto,Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga Universitas Press.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro
Hukum dan Organisasi Sekretariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional (Tidak
diperdagangkan)
Drost, J. 1993. Menjadi Pribadi Dewasa dan Mandiri: Beberapa Pemikiran tentang
Pembentukan Generasi Muda. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI)
Gitosudarmo, I. 1997. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE
Kreitner, R & Kinicki. 2005. Organizational Behavior. New York: Irwin Mc Graw Hill (Edisi
Delapan)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi.
Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.
Pernando, Dedi. 2010. Perbedaan Aspek yang Mempengaruhi Minat Berorganisasi Antara
Kepribadian Tipe A dan Kepribadian Tipe B (Studi Pada Anggota Komunitas
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta). Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas
Setia, Wahyu Ningsih. 2008. Hubungan antara Minat Berorganisasi dengan Asertifitas pada
Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa Universitas Islam 45 Bekasi yang mengikuti
Organisasi). Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Islam 45 Bekasi
Rukminto, Adi Isbandi. 1994. Psikologi, pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Jakarta: Grafindo Persada
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Usman, Husnaini, dan Akbar Setiadi Purnomo. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survey yang
bersifat kuantitatif. Dalam penelitian survey, informasi dikumpulkan dari responden dengan
menggunakan kuisioner. Umumnya, penelitian survey dibatasi pada penelitian yang datanya
dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Hal ini berbeda dari
sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. (Singarimbun, 1989: 3)
Metode survey digunakan dalam evaluasi program dengan maksud mengumpulkan,
menggambarkan data, metode ini berguna mengungkap situasi atau peristiwa dari akumulasi
informasi yang deskriptif. Metode survey dapat menjadi bagian dari metode deskriptif dan
digunakan dalam evaluasi dengan mengumpulkan data dari sampel dengan menggunakan
instrumen pengumpulan data, yaitu angket sehingga hasil pengolahan data dapat mewakili
populasi yang relatif besar jumlahnya.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara sebagai lokasi penelitian karena lokasi tersebut merupakan tempat dengan
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh objek yang diteliti dan jika salah dalam menentukan populasi,
maka dalam penarikan sampelnya juga akan salah. (Suyanto dan Sutinah, 2007: 139) Dalam
setiap penelitian, populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.
Selain itu, populasi dapat juga diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian yang dapat
berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap, dan hidup
sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. (Bungin, 2005: 10) Dalam
penelitian ini, yang dimaksud dengan populasi adalah mahasiswa/i angkatan 2013 dan 2014
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan anggota atau bagian dari populasi yang mewakili populasi untuk
diteliti, sehingga dengan mempelajari sampel dan memahami karakteristiknya memungkinkan
untuk menggeneralisasikan karakteristik tersebut dari seluruh anggota populasi. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random
sampling, di mana teknik pengambilan sampel berdasarkan strata atau tingkatan, di mana
mahasiswa/i dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:
No Keterangan JumlahMahasiswa
1
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
tahun 2013
Antropologi 110
Ilmu Politik 121
Sosiologi 119
Ilmu Kesejahteraan Sosial 121
Administrasi Negara 190
Ilmu Komunikasi 165
Administrasi Bisnis 204
Perpajakan 173
1.203 2 Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun 2014 Antropologi 127
Ilmu Politik 82
Sosiologi 74
Ilmu Kesejahteraan Sosial 131
Administrasi Negara 140
Ilmu Komunikasi 203
Administrasi Bisnis 132
Perpajakan 138
Jumlahmahasiswa/i yang dapatdijadikansampelpenelitian 2.230
Sumber : Penulis (2015)
Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus penarikan sampel
Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. (Rakhmat, 2002: 82)
Dengan menggunakan rumus penarikan sampel Taro Yamane, maka diperoleh jumlah
sampel yang dijadikan responden pada penelitian ini yakni sebanyak 95 orang. Agar lebih
jelasnya, dapat dilihat dari perhitungan jumlah sampel sebagai berikut:
n =
Keterangan:
n = sampel
N = populasi
d = presisi (10%)
Berdasarkan rumus tersebut maka penarikan jumlah sampel pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
n =
n =
n =
n = 95
Untuk mengambil sampel yang akan dijadikan sebagai responden sebanyak 95 orang
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang
berisi daftar pertanyaan serta pedoman wawancara untuk kepentingan kelengkapan penjelasan
(eksplanasi) data primer, termasuk untuk kepentingan pengamatan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi dalam dua sumber, yaitu:
1. Data primer yaitu data mengenai variabel utama yang meliputi beberapa indikator
variabel yang diteliti. Data atau informasi ini diperoleh melalui wawancara (panduan
kuisioner) dengan responden yang merupakan mahasiswa aktif di fakultas ilmu sosial dan
ilmu politik universitas sumatera utara yang berhubungan dengan sistem UKT
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua yang kita butuhkan (Burhan
Bungin, 2004). Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data
atau informasi dari buku-buku, jurnal yang diperoleh dari perpustakaan maupun situs
internet, dan dokumen lain yang dianggap relevan dengan permasalahan dalam penelitian
ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan dipresentasikan. (Singarimbun, 1995: 263). Data yang diperoleh dari hasil
penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisis, yaitu:
a. Analisis tabel tunggal
Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian
ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan
langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah
frekuensi dan kolom presentase untuk setiap kategori. (Singarimbun, 1995: 226)
Teknik yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai
hubungan dengan yang lain sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif
atau negatif. (Singarimbun, 1995: 273) Selanjutnya untuk memperoleh nilai yang jelas dari
variabel yang dimaksud, maka perlu terlebih dahulu ditabulasikan bentuk tabel atau
penentuan skor.
3.6 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dirancang akan dilakukan selama rentang waktu bulan Desember 2014
sampai dengan bulan April 2015.
3.6.1 Tabel Jadwal Penelitian
No. Kegiatan
Bulan ke
8 9 10 11 12
1. Pra observasi
2. Acc judul
3. Penyusunan proposal penelitian
4. Seminar proposal penelitian
5. Revisi proposal penelitian
6. Penelitian lapangan
7. Pengumpulan dan anlisis data
8. Bimbingan
9. Penulisan laporan akhir
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah dan Gambaran Umum Universitas Sumatera utara
Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan
Universitet Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh
Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya
dan masyarakat Indonesia umumnya. Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang
diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut: Abdul
Hakim (Ketua); Dr. T. Mansoer (Wakil Ketua); Dr. Soemarsono (Sekretaris/Bendahara); Ir.
R. S. Danunagoro, Drh. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr.
Maas, J. Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum (Anggota). Sebenarnya hasrat untuk
mendirikan perguruan tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia-II, tetapi tidak
disetujui oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa
orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan
perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr.
Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat
clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada
rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di
daerah ini.
Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi
Danunagoro, dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain Dewan Pimpinan Yayasan, Organisasi
USU pada awal berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden
dan Asesor, Senat Universitas, dan Dewan Fakultet. Sebagai hasil kerja sama dan bantuan
moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga
Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran
di Jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita.
Tanggal 20 Agustus 1952 telah ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis USU yang
diperingati setiap tahun. Kemudian 2 tahun berikutnya fakultas yang ada kemudian bertambah
dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (1956), dan Fakultas Pertanian (1956).
Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia
Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Dan seiring dengan
berjalannya Universitas Sumatera Utara terus melakukan penambahan fakultas seperti
Fakultas Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (1965), Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah
Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), Fakultas Farmasi (2007),
Fakultas Psikologi (2008), dan Fakultas Keperawatan (2009).
Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri (PTN)
menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perubahan status USU
dari PTN menjadi BMHN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah
status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI
(2004) dan UNAIR (2006). Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU
telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah
Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran
Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan
Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah
Politeknik USU.
Pada tahun 2013 pemerintah kembali membuat rumusan program pendidikan untuk
perguruan tinggi yang merupakan buah hasil dari perubahan status PTN, seluruh bentuk
rumusan mengenai PTN termaktub dalam program UANG KULIAH TUNGGAL (UKT)
sesuai dengan peraturan kementrian pendidikan dan kebudayaan (PERMENDIKBUD) no. 55
tahun 2013. Kebijakan UKT ini pada dasarnya merupakan implementasi dari Undang-Undang
No. 12 Tahun 2012 tentang Undang – Undang Perguruan Tinggi (UU PT) yang terbit pada
Agustus 2012. Di Universitas Sumatera Utara sendiri program ini baru di berlakukan pada
tahun ajaran baru 2013, Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor 97/E/KU/2013
tertanggal 5 Februari 2013, menginstruksikan kepada seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia
untuk melakukan dua hal yakni menghapus uang pangkal serta menetapkan dan melaksanakan
tarif Uang Kuliah Tunggal bagi mahasiswa baru S1 dan D3 Reguler mulai tahun akademik
2013/2014. Yang artinya mahasiswa baru yang lulus di PTN ini akan dikenakan program
akademik baru yaitu UKT.
Adapun pimpinan universitas dari tahun 1958 – sekarang adalah :
1957-1958 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Presidium
1958-1962 Z. A. Soetan Koemala Pontas, Ketua Presidium
1962-1964 Prof. Mr. Mahadi, Ketua Presidium
1964-1965 Ulung Sitepu, Presidium
1965-1966 Drg. Nazir Alwi, Rektor
1966 (Mei-Nov) Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A., Pejabat Rektor
1966-1970 Dr. S. Harnopidjati, Rektor
1970-1978 Harry Suwondo, SH, Rektor
1978 (Mei-Juli) O. K. Harmaini, SE, Ketua Rektorium
1978-1986 Dr. A. P. Parlindungan, SH, Rektor
1986-1994 Prof. M. Jusuf Hanafiah, Rektor
1994-2010 Prof. Chairuddin P. Lubis, D.T.M.&H., Sp.A.(K), Rektor
2010-2015 Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A.(K)
4.1.3. Sejarah dan Perkembangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fakultas ke sembilan di
lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU). Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari
beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi , dan Manajemen yang berada di
Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum pada tahun 1979. Prakarsa pendirian FISIP USU berasal
dari beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi, dan Manajemen yang berada di
Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum pada tahun 1979.
Persiapan proposal pendirian dilakukan oleh Drs. M. Adham Nasution, Asma Affan
Berdasarkan proposal tersebut Rektor USU Dr. AP Parlindungan, S.H memperjuangkan agar
di USU didirikan FISIP. Pada tahun 1980 mulanya FISIP USU merupakan Jurusan Ilmu
Pengetahuan Masyarakat di Fakultas Hukum USU. Para pendiri FISIP ini sepakat untuk
mengangkat Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan dan ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Rektor USU Nomor 1181/PT05/C.80 tertanggal 1 Juli 1980.
Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertama kali menerima mahasiswa melalui
ujian SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 75
orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai tanggal 18 Agustus 1980 yang
pembukaannya diresmikan oleh Rektor USU Prof. Dr. AP Parlindungan,SH di gedung
perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi USU, dan perkuliahan selanjutnya dilaksanakan sore
hari di gedung tersebut. Walaupun Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan salah
satu jurusan di Fakultas Hukum USU, namun kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi
jurusan tidak dilaksanakan di Fakultas Hukum USU. Kegiatan administrasi dilaksanakan di
salah satu ruangan BAAK USU yang sekarang merupakan gedung Fakultas Sastra USU.
Selanjutnya pada tanggal 7 April 1983 kegiatan administrasi jurusan dipindahkan ke gedung
Biro Rektor yang sekarang merupakan gedung Pusat Komputer. Jurusan Ilmu Pengetahuan
Masyarakat merupakan ‘embrio’ (cikal bakal) berdirinya FISIP USU.
Berkat perjuangan dan usaha, yang dilakukan pendiri FISIP USU, maka dua tahun
kemudian tahun 1982, keluarlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 36
tahun 1982 tanggal 7 September 1982. Dalam Surat Keputusan tersebut dicantumkan Fakultas
Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera Utara yang merupakan fakultas ke- 9 di USU.
Semua mahasiswa yang terdaftar pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat tersebut
menjadi mahasiswa FISIP USU.
Pada tahun ajaran pertama ini para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengusulkan Drs.
M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat. Melalui utusan
1982, terbitlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982, tanggal
7 September 1982 Tentang Susunan Organisasi Universitas Sumatera Utara, dimana dalam
surat keputusan tersebut dicantumkan bahwa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara merupakan Fakultas ke sembilan atau Fakultas yang terakhir di
USU. Sehubungan dengan itu maka Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat yang berada di
bawah Fakultas Hukum USU berubah statusnya menjadi Fakultas. Semua mahasiswa yang
terdaftar pada jurusan tersebut otomatis menjadi mahasiswa FISIP USU. Pada waktu itu
mahasiswa yang kuliah di FISIP USU belum dibagi ke dalam jurusan-jurusan, karena
ketentuan jurusan yang akan dibuka di FISIP USU belum ada. Saat ini FISIP USU berada di
Jl. Dr. A. Sofian No. 1 Kampus USU. Bersebelahan dengan Fakultas Ekonomi, dan
berseberangan dengan Fakultas Pertanian USU.
Setelah Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat Fakultas Hukum USU ditetapkan
menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, maka secara
otomatis pula Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan sudah habis masa jabatannya
dan pada FISIP USU yang baru berdiri belum mempunyai Dekan. Dalam rangka
pengembangan FISIP USU tersebut, maka dibentuklah satu panitia persiapan pemilihan
Dekan FISIP USU dengan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 573/PT05/C.82 tertanggal 19
Oktober 1982. tujuan dari pembetukan panitia tersebut adalah untuk memilih Dekan yang
akan memimpin FISIP USU. Dalam rapat tersebut dengan suara bulat menyetujui Drs. M.
Adham Nasution sebagai Pejabat Sementara Dekan FISIP USU. Kemudian pada tanggal 1
Maret 1983 terbitlah Surat Keputusan Rektor tentang Pengangkatan saudara Drs. M. Adham
Nasution sebagai Pejabat Sementara Dekan FISIP USU dengan Nomor 64/PT05/SK/C.83.
sedangkan Pejabat Sementara Para Pembantu Dekan yang diangkat sebagai pejabatnya
adalah:
1. Pembantu Dekan I : T. Daoed Ahmad, S.H.
3. Pembantu Dekan III : Dra. Nurlela Ketaren
Pada Tahun Akademi 1982/1983 jumlah mahasiswa yang diterima pada FISIP USU adalah
sebanyak 73 orang.
Pada tanggal 7 April 1983 kegiatan administarsi FISIP USU dipindahkan ke Gedung
Biro Rektor USU Lantai I, yang sekarang merupakan Gedung Pusat Komputer yang terletak
di Jalan Universitas Kampus USU. Pada bulan Oktober 1983 FISIP USU yang untuk pertama
kalinya melantik sebanyak 24 orang sarjana muda dari mahasiswa angkatan 1980/1981.
Sedangkan pelantikannya diadakan di Gelanggang Mahasiswa Jalan Universitas Kampus
USU Medan.
Sesuai dengan perkembangannya sebagai suatu fakultas, FISIP USU mengusulkan
agar dapat membuka beberapa jurusan. Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan
jumlah Fakultas di lingkungan USU, disebutkan bahwa FISIP USU terdiri dari lima jurusan
yaitu:
1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara
2. Jurusan Ilmu Komunikasi
3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
4. Jurusan Sosiologi
5. Jurusan Antropologi
Namun demikian, pembukaan kelima jurusan tersebut dilakukan secara bertahap hal
ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Mengingat juga terbatasnya jumlah tenaga pengajar (dosen) yang ada, dan terbatasnya disiplin
ilmu yang dimiliki dosen pada masing-masing jurusan, maka jurusan yang pertama dibuka
Bagi mahasiswa angkatan 1980/1981 yang sebelumnya tidak memiliki jurusan sampai
semester VI, maka pada semester VII mereka diwajibkan untuk memilih salah satu dari dua
jurusan yang ada.
Berdasarkan kedua jurusan yang telah dibuka pada FISIP USU, maka melalui
SIPENMARU, FISIP USU menambah jumlah penerimaan mahasiswa. Adapun jumlah
mahasiwa yang diterima pada Tahun Akademik 1983/1984 yaitu sebanya 74 orang.
Setelah tiga tahun berdiri yaitu pada tahun 1983 Drs M. Adham Nasution yang
sebelumnya adalah sebagai Pejabat Sementara Dekan, diangkat menjadi Dekan FISIP USU
yang pertama berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 77121/C.I/83 dengan masa periode 1983-1986.
Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan fakultas menunjuk para pembantunya yaitu sebagai
berikut:
1. Pembantu Dekan I : Dra. Arnita Zainuddin
2. Pembantu Dekan II : Drs. Haniful Chair Nasution
3. Pembantu Dekan III : Drs. Arifin Siregar
Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 4/K.
Tahun 1982 Drs. M. Adham Nasution diangkat sebagai Guru Besar pertama pada FISIP USU.
Melalui Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi (P3T) di USU, maka pada tahun
1984 gedung FISIP USU telah selesai dibangun di Jalan Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus USU.
Dengan selesainya gedung baru tersebut, maka pada tanggal 18 Agustus 1984 baik itu
kegiatan perkuliahan maupun kegiatan administrasi yang menunjang pendidikan dan
pengajaran dipindahkan ke gedung baru tersebut.
Pada Tahun Akademik 1984/1985 mahasiswa yang diterima melalui SIPENMARU
berjumlah 71 orang pada dua jurusan yaitu Jurusan Ilmu Administrasi dan Jurusan Ilmu
Pada bulan Februari tahun 1985 FISIP USU berhasil mecetak alumni pertamanya sebanyak 10
orang terdiri dari 3 orang Jurusan Ilmu Komunikasi atas nama Suwardi Lubis, Mukti
Sitompul, dan Ahmad Daud Siregar. Sedangkan 7 orang dari Jurusan Ilmu Administrasi yaitu
atas nama Zakaria, Marlon Sihombing, Ridwan Rangkuti, Rasyudin Ginting, Tunggul
Sihombing, Henry Lubis, dan Panca Ria Sembiring. Pelantikan terhadap kesepuluh orang ini
diadakan pada 8 Maret1985 di Gedung Perkuliahan FISIP USU.
Jumlah keseluruhan alumni yang dihasilkan FISIP USU pada tahun 1985 adalah
sebanyak 36 orang terdiri dari 25 orang Jurusan Ilmu Administrasi dan 11 orang Jurusan Ilmu
Komunikasi.
Pada Tahun Akademik 1985/1986, karena kedua jurusan tersebut dianggap sudah
mapan, maka pada tahun akademik ini dibuka pula Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Pada Tahun Akademik 1985/1986 FISIP USU melakukan kerjasama dengan
Departemen Dalam Negeri yaitu dalam rangka pendidikan lanjutan bagi pegawai Depdagri
yang memiliki Ijazah Sarjana Muda sebagai mahasiswa Tugas Belajar untuk mengikuti
perkuliahan pada jenjang strata-I atau Sarjana. Pada tahun pertama FISIP USU menerima
mahasiswa Tugas Belajar sebanyak 26 orang.
Kemudian pada Tahun Akademik 1986/1987 FISIP USU menambah lagi dua jurusan
yaitu Jurusan Sosiologi dan Jurusan Antropologi. Mahasiswa Jurusan Antropologi yang
diterima adalah mahasiswa pindahan dari Fakultas Sastra USU berdasarkan Surat Keputusan
Rektor USU Nomor 163/PTO5/SK/Q.86 tanggal 14 Mei 1986.
Dalam perpindahan ini semua kegiatan administrasi dan kemahasiswaan yang terdaftar di
Jurusan Antropologi pada Fakultas Sastra USU dipindahkan ke FISIP USU, kecuali
mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi dan mengikuti perkuliahan pada semester VIII,
Pada Tahun Akademik 1986/1987 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU
sebanyak 375 orang terdiri dari 333 orang mahasiswa Reguler dan 42 orang mahasiswa Tugas
Belajar.
Setelah menjalani periode pertama yaitu tahun 1983-1986 sebagai Dekan FISIP USU,
maka pada tahun 1986 tersebut Prof. M. Adham Nasution diusulkan kembali menjadi Dekan
FISIP USU. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Mendikbud Nomor 79511/A.2/C/1986,
tanggal 23 Oktober 1986 mengangkat kembali Prof. M. Adham Nasution sebagai Dekan
FISIP USU untuk kedua kalinya yaitu periode 1986-1989.
Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjuk para pembantunya yaitu
sebagai berikut:
Pembantu Dekan I : Nurhaina Burhan, S.H
Pembantu Dekan II : Drs. Armyn Sipahutar
Pembantu Dekan III : Dra. Irmawati Soeprapto
Pada Tahun Akademi 1987/1988 FISIP USU telah memiliki lima jurusan yaitu Ilmu
Administrasi, Ilmu Komunikasi, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Sosiologi, dan Antropologi.
Jumlah mahasiswa yang diterima pada Tahun Akademik 1987/1988 adalah sebanyak
205 orang. Terdiri dari 161 orang mahasiswa Reguler dan 44 orang mahasiswa Belajar.
Pada tahun 1987 jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU sebanyak 91 orang terdiri dari 51
orang Jurusan Ilmu Admnistrasi, 15 orang Jurusan Ilmu Komunikasi, dan 25 orang Jurusan
Ilmu Kesejahteraan Sosial.
Pada Tahun Akademik 1988/1989 FISIP USU menerima mahasiswa sebanyak 241
orang yang terdiri dari 197 orang mahasiswa Reguler dan 44 orang mahasiswa Belajar.
Jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU pada tahun 1988 adalah sebanyak 125 orang.
Pada Tahun Akademik 1989/1990 FISIP USU menerima mahasiswa sebanyak 207
orang yang kesemuanya adalah mahasiswa Reguler. Jumlah alumni FISIP USU pada tahun
Pada tahun 1990, masa periode jabatan Dekan untuk yang kedua kalinya sudah
berakhir. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa jabatan Dekan hanya maksimal
selama 2 periode.
Pada proses pemilihan Dekan selanjutnya, FISIP USU melalui senat melakukannya
secara voting. Dari hasil voting tersebut, yang terpilih menjadi Dekan adalah Dr. Asma Affan,
MPA, yang selanjutnya untuk diusulkan ke Mendikbud atas rekomendasi Rektor.
Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor 20208/A2.I.2/C/1990, tanggal 14
Maret 1990 diangkatlah saudara Dr. Asma Affan, MPA sebagai Dekan FISIP USU masa
periode 1990-1993. Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjuk para
pembantunya yaitu sebagai berikut:
Pembantu Dekan I : Drs. Rahim Siregar, M.A
Pembantu Dekan II : Dra. Arnita Zainuddin
Pembantu Dekan III : Drs. Siswo Suroso
Pada Tahun Akademik1990/1991 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU
adalah sebanyak 233 orang. Jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU tahun 1990 adalah
sebanyak 135 orang.
Pada Tahun Akademik 1991/1992 jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP USU
sebanyak 237 orang. Pada tahun 1991 jumlah alumni yang dihasilkan FISIP USU sebanyak
108 orang.
Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor 520931/A2.I2/C/1993 tanggal 20
Agustus 1993, maka Drs. Amru Nasution diangkat sebagai Dekan FISIP USU untuk masa
periode 1993-1996. Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan Fakultas menunjuk para
pembantunya sebagai berikut:
Pembantu Dekan I : Dra. Nurwida Nuru
Pembantu Dekan II : Dra. Irmawati Soeprapto
Setelah 3 tahun masa jabatan Dekan FISIP USU, maka tahun 1996 dibentuklah Panitia
Pemilihan Calon Dekan yang baru. Dari hasil rapat Senat yang dilaksanakan ternyata Drs.
Amru Nasution diusulkan kembali sebagai calon tunggal masa periode 1996-1999.
Berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Nomor 51141/A2.I2/KP/1996 tanggal 23
September 1996 Drs. Amru Nasution diangkat kembali sebagai Dekan FISIP USU, dengan
menunjuk para pembantunya:
Pembantu Dekan I : Dra. Nurwida Nuru
Pembantu Dekan II : Drs. Subilhar, MA
Pembantu Dekan III : Drs. Sakhyan Asmara
Pada tahun 1999 masa jabatan Dekan FISIP USU tlah berakhir. Drs. Amru Nasution
sebagai Dekan tidak dapat lagi mencalonkan diri untuk ketiga kalinya. Melalui Rapat Senat
FISIP USU, ternyata yang terpilih sebagai Dekan FISIP USU adalah Drs. Subilhar, MA yang
selanjutnya diusulkan ke Mendikbud atas rekomendasi Rektor. Berdasarkan Surat Keputusan
Rektor Nomor 1998/JO5/KP/1999 tanggal 9 Desember, Drs. Subilhar, MA diangkat sebagai
Dekan FISIP USU masa periode 1999-2003.
Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 2001/2002 FISIP USU mengusulkan
kembali agar menambah jurusan yang baru yaitu Jurusan Ilmu Politik. Berdasarkan Surat Izin
Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Nomor 2809/D/T/2001 tanggal 30 agustus 2001
dibukalah jurusan tersebut.
Melalui rapat senat tanggal 25 April 2001 FISIP USU kembali mengusulkan ke Rektor USU
agar FISIP USU membuka program baru yaitu Program Extension yang berada di bawah
naungan masing-masing jurusan yang ada di FISIP USU.
4.1.4. Program Studi
Pada tahun 1983 dengan surat Keputusan Menteri Pendidikan dna Kebudayaan RI Nomor
Sumatera Utara, disebutkan bahwa FISIP USU mempunyai 5 (lima) jurusan dengan urutan
sebagai berikut:
1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara
2. Jurusan Ilmu Komunikasi
3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
4. Jurusan Sosiologi
5. Jurusan Antropologi
Pada tahun Akademik 1995/1996, FISIP USU membuka Program Diploma I (DI) dan
Program Diploma II (DII), bekerjasama dengan Direktorat Jendral Pajak. Pada Tahun ajaran
2000/2001 program DI Administrasi Perpajakan tidak menerima mahasiswa baru lagi, dengan
jumlah alumni FI seluruhnya adalah 153 orang.
Pada tahun akademik 2001/2002 telah dibuka Program Studi Ilmu Politik berdasarkan
SK No.616/J05/SK/PP/2002 dan telah menerima sejumlah 60 mahasiswa. Selang tujuh tahun
tepatnya tahun 2009 terjadi penambahan Program Studi Jurusan Administrasi Bisnis/Niaga
Hingga sekarang ini pada tahun akademik 2013/2014 Program Studi di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik USU mempunyai 8 (delapan) jurusan, yaitu:
1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara
2. Jurusan Ilmu Komunikasi
3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
4. Jurusan Sosiologi
5. Jurusan Antropologi
6. Jurusan Ilmu Politik
7. Jurusan Administrasi Perpajakan
8. Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis/Niaga
Adapun struktur kepemimpinan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik adalah :
Dekanat
Dekan : Prof.Dr.Badaruddin, M.Si
Pembantu Dekan : Drs.Zakaria, MSP
Pembantu Dekan II : Dra. Rosmiani, MA
Pembantu Dekan III : Drs. Edward, MSP
Departemen / Program Studi Administrasi Negara
Ketua : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si
Sekretaris : Dra.Elita Dewi, MSP
Ilmu Komunikasi
Ketua : Dra.Fatma Wardy Lubis, MA
Sekretaris : Dra. Dayana, M.Si
Ilmu Kesejahteraan Sosial
Ketua : Hairani Siregar, S.Sos, MSP
Sekretaris : Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si
Sosiologi
Ketua : Dra.Lina Sudarwati, M.Si
Sekretaris : Drs. T. Ilham Saladin, MSP
Antropologi
Ketua : Dr. Fikarwin Zuska
Sekretaris : Drs.Agustrisno, M.SP
Ilmu Politik
Ketua : Dra. T. Irmayani, M.Si
Sekretaris : Drs.P.Antonius Sitepu, M.Si
Ketua : Drs. AlwiHashim Batubara, M.Si
Sekretaris : Arlina, SH, M.Hum
Administrasi Niaga / Bisnis
Ketua : Prof.Dr. Marlon Sihombing, MA
Sekretaris : M.Arifin Nasution, S.Sos, MSP
4.1.6. Sarana dan Fasilitas di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU
FISIP USU yang beralamat di Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus USU Padang Bulan ini
memiliki 4 (empat) buah gedung yang berfungsi sebagai infrastruktur dalam kegiatan
perkuliahan di kampus ini. Keempat gedung tersebut terdiri atas :
1. Gedung A yang terdiri atas 4 ruang besar dan 7 ruang sedang
2. Gedung B yang terdiri atas 4 ruang besar
3. Gedung C yang merupakan ruangan yang dikhususkan untuk kantor dengan rincian
sebagai berikut :
a.Lantai 1 : Ruang PD I, PD II, dan PD III ,Ruang Dharma Wanita, Ruang Kantor
Prodip III Adm. Perpajakan
b.Lantai 2: Ruang Kantor Departemen yaitu Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen
Ilmu Politik, Departemen Ilmu Sosiologi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial,
dan Departemen Ilmu Antropologi. Ruang Laboratorium Radio Ilmu Komunikasi
yaitu USUKOM
Sarana lainnya yang telah ada di FISIP USU adalah sarana peribadatan (Musholla), ruang
Pemerintahan Mahasiswa (PEMA), kantin, warnet, lapangan bulutangkis, layanan
fotocopy, dan gedung serbaguna.
4. Gedung D yang terdiri atas 2 ruang kecil, yaitu D III-1 dan D III-2 yang dipakai untuk
perkuliahan.
5. Gedung E yang terdiri atas 10 ruang sedang, yaitu E I-1 – E I-5 dan E II-I E II-5 yang
dipakai untuk perluliahan.
4.1.7. Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4.1.7.1. Visi
Adapun yang menjadi visi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas sumatera utara
adalah “Menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di
Wilayah Asia Tenggara”.
4.1.7.2. Misi
Adapun yang menjadi misi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas sumatera utara
adalah :
1. Menghasilkan Alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset , kajian dalam
studi ilmu sosial dan politik.
2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh stakeholders dan mitra
pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebagai suatu
organisasi profesional pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu
Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat peluang kerjasama yang ditawarkan
atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.
3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf dan mitra kerja.
Misi ini berhubungan dengan azas profesionalitas dalam menjalankan pekerjaan.
Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus memperhatikan situasi fisik dan
psikologis seluruh sivitas akademika. Harus ada mekanisme yang mampu membangun
suasana tersebut. Prinsip Profesionalitas juga harus didukung dengan prinsip
persaudaraan dan pertemanan (makna positif) dengan kemampuan bisa menempatkan dan
menjalankan fungsi masing-masing.
4. Menjadi Institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa
misi di atas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sendiri.
4.1.8. Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU 4.1.8.1. Tujuan
Sebagai lembaga Pendidikan Tinggi yang bernaung di bawah Universitas Sumatera Utara
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademika dan atau profesional yang mampu menerapkan, mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan dan keterampilan tinggi, disertai budi yang luhur,
mencintai bangsa dan sesama manusia sesuai dengan falsafah.
b. Mengembangkan dan menebarkan ilmu pengetahuan serta mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
4.1.8.2. Tugas
Menyelenggarakan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut diatas dengan
berpedoman pada:
a. Tujuan pendidikan nasional
b. Kaedah, moral dan etika ilmu pengetahuan.
c. Kepentingan masyarakat serta memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa pribadi
4.1.8.3. Fungsi
a. Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pengajaran.
b. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan kebudayaan, khususnya ilmu
pengetahuan sosial.
c. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat.
d. Melaksanakan kegiatan pelaksanaan adminstratif.
4.2 Analisis Data
Setelah data terkumpul, selajutnya adalah menanalisa data. Penelitian ini dilakukan
terhadap 95 orang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara (FISIP USU) yang menjadi penerima program Uang Kuliah Tunggal (UKT) dengan
cara penyebaran kuisioner untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan. Peneliti juga
melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa yang menjadi penerima program Uang
Kuliah Tunggal (UKT).
Analisa data merupakan pengolahan data hasil pengumpulan kuisioner, observasi dan
wawancara. Analisa data dilakukan melalui penyajian data hasil pengumpulan kuisioner
dalam bentuk tebel distribusi frekuensi kemudian digabung dengan data hasil wawancara.
Kuliah Tunggal (UKT) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
(FISIP USU).
Agar pembahasan tersusun sistematis, maka pembahasan dalam penelitian ini dibagi
menjadi 3 sub bab:
a. Karakteristik identitas responden.
b. Respon mahasiswa dalam pelaksanaan program Uang Kuliah Tunggal.
c. Analisa data kuantitatif dalam pelaksanaan program Uang Kuliah Tunggal.
4.2.1 Karakteristik Identitas Responden
Sebelum menganalisa data, sebaiknya perlu diketahui terlebih dahulu gambaran responden
secara umum.
4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2.1.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
NO USIA FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
1 16 – 17 Tahun 1 1 0 0
2 18 – 19 Tahun 41 43 21 22
3 >20 Tahun 53 56 23 24
TOTAL 95 100 44 46
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada tabel 4.2.1.1 dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian
ini adalah berusia 16 tahun – 17 tahun yaitu sebanyak 1 responden (1%) dari 1 (1%)
responden yang berusia 18 tahun – 19 tahun sebanyak 41 responden (43%) dari 41 (43%)
responden 21 (22%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, sedangkan responden
yang berusia > 20 tahun sebanyak 53 responden (56%) dari 53 (56%) responden 23 (24%)
responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi. Data tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar responden didominasi oleh Usia >20 Tahun dan responden yang paling banyak
berpartisipasi dalam berorganisasi juga Usia >20 Tahun.
4.2.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2.1.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
NO
JENIS
KELAMIN
FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
1 Laki-laki 39 41 34 35
2 Perempuan 56 59 11 11
TOTAL 95 100 44 46
Sumber :Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada tabel 4.2.1.2 dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian
ini adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 39 responden (41%) dari 39 (41%) responden
34 (35%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi sedangkan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 56 responden (59%) dari 56 (59%) responden 11 (11%) responden yang
responden didominasi oleh perempuan akan tetapi responden yang paling banyak
berpartisipasi dalam berorganisasi adalah laki-laki.
4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan (Program Studi) Tabel 4.2.1.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jurusan (Program Studi)
NO JURUSAN FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
1 Ilmu Kesejahteraan
Sosial
14 15 7 7
2 Ilmu Politik 11 12 8 8
3 Ilmu Adminstrasi
Bisnis
9 9 3 3
4 Ilmu Administrasi
Negara
5 Ilmu Administrasi
Perpajakan
7 7 1 1
6 Sosioligi 12 13 10 11
7 Antropologi 12 13 2 2
8 Ilmu Komunikasi 16 16 8 8
TOTAL 95 100 44 46
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Data mengenai distribusi responden berdasarkan jurusan (program studi) yang diteliti
melalui kuesioner terdiri dari delapan klasifikasi. Adapun klasifikasi jurusan (program studi)
tersebut adalah jurusan (program studi) Ilmu Kesejahteraan Sosial, Ilmu Politik, Ilmu
Administrasi Bisnis, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Administrasi Perpajakan, Sosiologi,
Antropologi dan Ilmu Komunikasi.
Berdasarkan data pada tabel 4.2.1.3 dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari
hasil kuesioner tersebar dengan merata kesemua jurusan (program studi) yang ada di kampus.
Adapun rincian data dari klasifikasi responden adalah jurusan (program studi) Ilmu
Kesejahteraan Sosial sebanyak 14 responden (15%) dari 14 (15%) responden 7 (7%)
responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, jurusan (program studi) Ilmu Politik
sebanyak 11 responden (12%) dari 11 (12%) responden 8 (8%) responden yang berpartisipasi
dalam berorganisasi, jurusan (program studi) Ilmu Administrasi Bisnis sebanyak 9 responden
(9%) dari 9 (9%) responden 3 (3%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi,
jurusan (program studi) Ilmu Administrasi Negara sebanyak 14 responden (15%) dari 14
(15%) responden 5 (6%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, jurusan (program
studi) Ilmu Administrasi Perpajakan sebanyak 7 responden (7%) dari 7 (7%) responden 1
sebanyak 12 responden (13%) dari 12 (13%) responden 2 (2%) responden yang berpartisipasi
dalam berorganisasi, jurusan (program studi) Antropologi sebanyak 12 responden (13%) dari
12 (13%) responden 8 (8%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi dan jurusan
(program studi) Ilmu Komunikasi sebanyak 16 responden (16%) dari 16 (16%) responden 8
(8%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi.
Perbedaan jurusan (program studi) yang ada tersebut tidak memecahkan tali silaturahmi
dan pembatasan belajar masing-masing mahasiswa. Bahkan kerap kali mahasiswa tersebut
terlihat saling bertukar informasi dan berdiskusi satu sama lain tentang wacana-wacana sosial
maupun diskusi keilmuan, adapun beberapa dari mereka juga ikut serta dalam salah satu
organisasi eksternal yang anggotanya berisikan mahasiswa dari berbagai jurusan.
4.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan Uang Kuliah Tunggal Tabel 4.2.1.4
Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Uang Kuliah Tunggal
NO GOLONGAN UKT FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
1 Golongan I 6 6 1 1
2 Golongan II 12 13 9 9
3 Golongan III 15 16 11 12
5 Golongan V 12 13 6 6
6 Golongan VI 11 11 5 5
7 Golongan VII 23 24 2 2
TOTAL 95 100 44 46
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Data mengenai distribusi responden berdasarkan golongan uang kuliah yang diteliti
melalui kuesioner adalah terdiri dari tujuh golongan. Adapun klasifikasi golongan tersebut
adalah Golongan I, Golongan II, Golongan III, Golongan IV, Golongan V, Golongan VI dan
Golongan VII.
Berdasarkan data pada tabel 4.2.1.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam
penelitian ini adalah Golongan VII yaitu sebanyak 23 responden (24%) dari 23 (24%)
responden 2 (2%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi. Diikuti oleh Golongan
VI sebanyak 11 responden (11%) dari 11 (11%) responden 5 (5%) responden yang
berpartisipasi dalam berorganisasi, Golongan V sebanyak 12 responden (13%) dari 12 (13%)
responden 6 (6%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, Golongan IV sebanyak
16 responden (17%) dari 16 (17%) responden 10 (11%) responden yang berpartisipasi dalam
berorganisasi, Golongan III sebanyak 15 responden (16%) dari 15 (16 responden 11 (12%)
responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, Golongan II sebanyak 12 responden
(13%) dari 12 (13%) responden 9 (9%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi,
dan yang terakhir Golongan I sebanyak 6 responden (6%) dari 6 (6%) responden 1 (1%)
responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi.
[image:32.595.84.544.55.217.2]NO IPK FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
1 0,00 – 2,00 5 5 5 5
2 2,01 – 3,00 32 34 25 26
3 3,01 – 4,00 58 61 14 15
TOTAL 95 100 44 46
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada tabel 4.2.1.5 dapat diketahui, bahwa responden dengan IPK
3,01-4,00 sebanyak 58 responden (61%) dari 58 (61%) responden 14 (15%) responden yang
berpartisipasi dalam berorganisasi, responden dengan IPK 2,01-3,00 sebanyak 32 responden
(34%) dari 32 (34%) responden 25 (26%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi,
dan responden dengan IPK 0,00-2,00 sebanyak 5 responden (5%) dari 5 (5%) responden 5
(5%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi.
[image:33.595.87.547.53.322.2]4.2.1.6. Karakterristik Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua Tabel 4.2.1.6
Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua
NO
PENGHASILAN
ORANG TUA
(Rp)
FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
2 1.500.000 - 5.000.000 56 59 27 28
3 5.000.000 - 10.000000 29 31 15 16
4 >10.000.000 7 7 2 2
TOTAL 95 100 44 46
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada tabel 4.2.1.6 dapat diketahui, bahwa responden dengan
penghasilan orang tua < Rp. 1.500.000 sebanyak 3 responden (3%) dari 3 (3%) responden
tidak ada responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, responden dengan penghasilan
orang tua Rp. 1.500.000 - Rp. 5.000.000 sebanyak 56 responden (59%) dari 56 (59%)
responden 27 (28%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, responden dengan
penghasilan orang tua Rp. 5.000.000 - Rp. 10.000.000 sebanyak 29 responden (31%) dari 29
(31%) responden 15 (16%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi dan
responden dengan penghasilan orang tua > Rp. 10.000.000 sebanyak 7 responden (7%) dari 7
(7%) responden 2 (2%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi.
4.2.2 Pengaruh Sistem Uang Kuliah TunggalTerhadap Partisipasi Berorganisasi Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara)
Dari data yang dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara, dapat diketahui respon
mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas sumatera utara terhadap program
uang kuliah tunggal (UKT).
Pemahaman dibuktikan dengan kemampuan mengartikan, menafsirkan dan
menerjemahkan tentang suatu informasi/pengetahuan yang pernah diterima.Pemahaman
[image:35.595.86.545.187.462.2]adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.
Tabel 4.2.2.1
Pemahaman Responden Tentang Program UKT
NO
PILIHAN
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
1 Paham 67 71 21 22
2 Cukup Paham 21 22 19 20
3 Tidak Paham 7 7 4 4
TOTAL 95 100 44 46
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada Tabel 4.2.2.1. dapat dilihat bahwa responden memahami
tentang program Uang Kuliah Tunggal, yaitu sebanyak 67 responden (71%) dari 67 (71%)
responden 21 (22%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, 21 responden (22%)
menjawab bahwasanya mereka cukup memahami program Uang Kuliah Tunggal dari 21
(22%) responden 19 (20%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi dan 7
responden (7%) menjawab tidak memahami tentang program Uang Kuliah Tunggal dari 7
(7%) responden 4 (4%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi.
Hal ini berarti bahwa Program Uang Kuliah Tunggal di kampus FISIP USU telah di
sosialisasikan dengan baik. Sosialisasi program ini dikatakan baik, terlihat dari pemahaman
4.2.2.2. Partisipasi Responden dalam Organisasi Kampus
Dari 95 kuisioner yang disebarkan, ada sebanyak 95responden yang memberikan
jawaban berbeda-beda. Hasil kuisioner tersebut dapat menunjukkan bagaimana partisipasi
responden dalam organisasi kampus.
[image:36.595.87.547.272.534.2]4.2.2.2 Ketertarikan Responden untuk Bergabung dengan Organisasi Kampus Tabel 4.2.2.2
Ketertarikan Responden untuk Bergabung dengan Organisasi Kampus
NO
PILIHAN
JAWABAN
FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
1 Tertarik 38 40 34 36
2 Cukup Tertarik 35 37 10 10
3 Tidak Tertarik 22 23 0 0
TOTAL 95 100 44 46
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada Tabel 4.2.2.2. dapat dilihat bahwa responden tertarik untuk bergabung
dengan organisasi kampus sebanyak 38 responden (40%) dari 38 (40%) responden 34 (36%)
responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, 35 responden (37%) menjawab
bahwasanya mereka cukup tertarik bergabung dengan organisasi kampus dari 35 (37%)
responden 10 (10%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi dan 22 responden
4.2.2.3Keikutsertaan Responden Bergabung Menjadi Anggota Organisasi Kampus Tabel 4.2.2.3
Keikutsertaan Responden Bergabung Menjadi Anggota Organisasi Kampus
NO PILIHAN JAWABAN FREKUENSI PERSENTASE (%)
1 Sudah 44 46
2 Belum 51 54
TOTAL 95 100
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada Tabel 4.2.2.3. dapat dilihat bahwa responden yang sudah
bergabung menjadi anggota organisasi kampus sebanyak 44 responden (46%) dan 51
responden (54%) belum bergabung menjadi anggota organisasi kampus.
4.2.2.4 Interaksi Sosial yang dilakukan Responden untuk Bergabung Menjadi Anggota Organisasi Kampus
Tabel 4.2.2.4
Interaksi Sosial yang dilakukan Responden untuk Bergabung Menjadi Anggota Organisasi Kampus
JAWABAN (%) BERORGANISASI
F %
1 Interaksi dengan
Senior/Kader
Organisasi
53 56 36 38
2 Interaksi dengan
Teman Satu
Angkatan
28 29 8 8
3 Tidak Berinteraksi 14 15 0 0
TOTAL 95 100 44 46
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada Tabel 4.2.2.4. dapat dilihat bahwa responden yang melakukan
interaksi dengan senior/kader organisasi untuk bergabung menjadi anggota organisasi kampus
sebanyak 53 responden (56%) dari 53 (56%) responden 36 (38%) responden yang
berpartisipasi dalam berorganisasi, responden yang melakukan interaksi dengan teman satu
angkatan untuk bergabung menjadi anggota organisasi kampus sebesar 28 responden (29%)
dari 28 (29%) responden 8 (8%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi dan
sebanyak 14 responden (15%) tidak melakukan interaksi untuk bergabung menjadi anggota
organisasi kampus.
[image:38.595.87.543.51.404.2]4.2.2.5 Pensosiaisasian yang diterima Responden Mengenai Organisasi Kampus Tabel 4.2.2.5
Pensosiaisasian yang diterima Responden Mengenai Organisasi Kampus
JAWABAN (%) BERORGANISASI
F %
1 Pernah 68 72 33 35
2 Tidak Pernah 27 28 11 11
TOTAL 95 100 44 46
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada Tabel 4.2.2.5. dapat dilihat bahwa responden yang pernah
menerima sosialisasi mengenai organisasi kampus sebanyak 68 responden (72%) dari 68
(72%) responden 33 (35%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi dan 27
responden (28%) tidak pernah menerima sosialisasi mengenai organisasi kampus dari 27
(28%) responden 11 (11%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi.
[image:39.595.85.543.54.256.2]4.2.2.6 Faktor Penghambat Responden Berpartisipasi dalam Kegiatan Organisasi Kampus
Tabel 4.2.2.6
NO PILIHAN JAWABAN FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
1 Beban SKS 27 28 8 9
2 Beban UKT 26 27 7 7
3 Kondisi Sosial Ekonomi 17 19 4 4
4 Tidak Ada 25 26 25 26
TOTAL 95 100 44 46
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada Tabel 4.2.2.6 dapat dilihat bahwa faktor penghambat responden
berpartisipasi dalam kegiatan organisasi kampus adalah 27 responden (28%) disebabkan oleh
beban SKS dari 27 (28%) responden 8 (9%) responden yang berpartisipasi dalam
berorganisasi, 26 responden (27%) disebabkan oleh beban UKT dari 26 (27%) responden 7
(7%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, 17 responden (19%) disebabkan oleh
kondisi sosial ekonomi dari 17 (19%) responden 4 (4%) responden yang berpartisipasi dalam
berorganisasi dan 25 responden (26%) tidak mengalami hambatan dan seluruhnya
berpartisipasi dalam organisasi.
[image:40.595.85.543.51.361.2]4.2.2.7 Golongan UKT Mempengaruhi dan Tidak Mempengaruhi Responden Berpartisipasi dalam Kegiatan Organisasi Kampus
Kegiatan Organisasi Kampus
NO BERPENGARUH FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
1 Golongan I 0 0 0 0
2 Golongan II 4 4 1 1
3 Golongan III 9 10 5 5
4 Golongan IV 13 14 7 8
5 Golongan V 12 13 6 6
6 Golongan VI 11 12 5 5
7 Golongan VII 23 24 2 2
TOTAL 72 77 26 27
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada tabel 4.2.2.7.1 dapat dilihat bahwa Golongan UKT
mempengaruhi responden berpartisipasi dalam kegiatan organisasi kampus adalah 23
responden (24%) berasal dari Golongan VII dari 23 (24%) responden 2 (2%) responden yang
berpartisipasi dalam berorganisasi, 11 responden (12%) berasal dari Golongan VI dari 11
(12%) responden 5 (5%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, 12 responden
(13%) berasal dari Golongan V dari 12 (13%) responden 6 (6%) responden yang
berpartisipasi dalam berorganisasi, 13 responden (14%) berasal dari Golongan IV dari 13
(14%) responden 7 (8%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, 9 responden
dalam berorganisasi, 4 responden (4%) berasal dari Golongan II dari 4 (4%) responden 1
(1%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi dan 0 responden (0%) berasal dari
[image:42.595.85.545.239.663.2]Golongan I.
Tabel 4.2.2.7.2
Golongan UKT Tidak Mempengaruhi Responden Berpartisipasi dalam Kegiatan Organisasi Kampus
NO
TIDAK
BERPENGARUH
FREKUENSI
PERSENTASE
(%)
PARTISIPASI
BERORGANISASI
F %
1 Golongan I 6 6 1 1
2 Golongan II 8 8 8 9
3 Golongan III 6 6 6 6
4 Golongan IV 3 3 3 3
5 Golongan V 0 0 0 0
6 Golongan VI 0 0 0 0
7 Golongan VII 0 0 0 0
TOTAL 23 23 18 19
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan data pada tabel 4.2.2.7.2 dapat dilihat bahwa Golongan UKT tidak
mempengaruhi responden berpartisipasi dalam kegiatan organisasi kampus adalah 6
berpartisipasi dalam berorganisasi, 8 responden (8%) berasal dari Golongan II dari 8 (8%)
responden 8 (9%) responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, 6 responden (6%)
berasal dari Golongan III dari 6 (6%) responden 6 (6%) responden yang berpartisipasi dalam
berorganisasi, 3 responden (3%) berasal dari Golongan IV dari 3 (3%) responden 3 (3%)
responden yang berpartisipasi dalam berorganisasi, 0 responden (0%) berasal dari Golongan
V, 0 responden (0%) berasal dari Golongan VI dan 0 responden (0%) berasal dari Golongan
VII.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Golongan UKT mempengaruhi responden
berpartisipasi dalam kegiatan organisasi kampus adalah sebesar 72 (77%) responden dan
Golongan UKT tidak mempengaruhi responden berpartisipasi dalam kegiatan organisasi
kampus hanya 23 (23%) responden. Hal ini dapat di lihat dari semakin besar beban UKT
maka akan semakin mempengaruhi partisipasi responden dalam mengikuti kegiatan organisasi
BAB V PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Sistem Uang Kuliah
Tunggal Terhadap Partisipasi Berorgtanisasi Mahasiswa dapat dilihat dari dua aspek yaitu :
1. Dari aspek partisipasi, mahasiswa yang berpartisipasi dalam organisasi kampus berjumlah
44 (46%) mahasiswa dan 51 (54%) belum berpartisipasi dalam organisasi kampus. Dari
hasil analisis data dapat diketahui bahwa golongan UKT mempengaruhi mahasiswa
berpartisipasi dalam kegiatan organisasi kampus, dengan tingkat persentase sebesar 72
(77%) dan 23 (23%) tidak mempengaruhi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan
organisasi kampus. Semakin besar beban UKT maka akan semakin mempengaruhi
partisipasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan organisasi kampus. Hal ini dikarenakan
mahasiswa di posisikan sebagai objek dari kebijakan, pada umumnya tidak memahami
seperti apa seluk beluk penerapan kebijakan uang kuliah tunggal tersebut, dan apa saja
poin-poin penting yang diberlakukan dalam kebijakan uang kuliah tunggal. Realita yang
terjadi saat ini lebih memperlihatkan bahwa mahasiswa menjadi cenderung hanya menjadi
pengikut dari kebijakan yang dibuat oleh kampus dan berpandangan bahwa kebijakan
tersebut sudah bersifat final dan tidak bisa di ganggu gugat lagi.
2. Dari aspek sikap, berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa mahasiswa
memiliki sikap netral/tidak peduli. Mereka lebih banyak mengambil posisi diam dan tidak
mau memposisikan diri untuk mengkritisi lebih dalam mengenai kebijakan kampus
khususnya yang terkait dengan Uang Kuliah Tunggal. Peneliti juga mendapatkan beberapa
mengkritisi berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh kampus. Salah satu bentuknya
adalah dengan adanya surat pernyataan yang harus ditandatangi oleh mahasiswa baru
sebagai bentuk persyaratan pendaftaran ulang mahasiswa baru, dimana beberapa poin
dalam surat tersebut mengharuskan mahasiswa-mahasiswa baru untuk mematuhi segala
kebijakan dan peraturan di Universitas Sumatera Utara termasuk Uang Kuliah Tunggal,
sehingga sikap untuk menentang kebijakan Uang Kuliah Tunggal dianggap sebagai bentuk
pelanggaran dan mahasiswa baru cenderung tidak mau mengambil resiko untuk
menentukan sikap menolak. Pada umumnya penolakan terhadap sistem UKT ini lebih
banyak dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa senior dikarenakan mereka tidak memiliki
keterikatan secara hukum melalui surat pernyataan tersebut.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut :
a. Mahasiswa sebagai bagian dari civitas academica universitas haruslah diberikan ruang
lebih untuk terlibat dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan oleh kampus. Peranan
mahasiswa untuk terlibat dalam setiap kebijakan sangatlah penting agar mahasiswa tidak
hanya berada dalam posisi sebagai objek dari kebijakan, dengan begitu mahasiswa juga
lebih memahami bagaimana penerapan dari kebijakan tersebut. Secara langsung maupun
tidak langsung, dengan berperannya mahasiswa dalam setiap kebijakan seharusnya dapat
memudahkan birokrat kampus dalam menerapkan kebijakan tersebut dan tentunya
dukungan terhadap kebijakan tersebut akan lebih mudah didapat.
b. Perlu adanya bentuk pola komunikasi yang seimbang dan efektif antara pihak kampus
dengan mahasiswa yang nantinya akan menjalankan kebijakan, sehingga berjalannya
program-program kampus dapat lebih berimbang penerapannya dan tentunya akan saling
mahasiswa sebagai objek akan berdampak negatif terhadap posisi mahasiswa serta bagi
kebijakan itu sendiri, artinya berjalannya kebijakan kampus akan bersifat pasif karena tentu
saja penerapan kebijakan tersebut akan sarat ketidakpahaman bagi pihak/objek dari
kebijakan, dalam hal ini adalah mahasiswa yang berada dalam posisi tersebut.
c. Media atau wadah aspirasi mahasiswa dalam menyuarakan aspirasinya perlu diberdayakan
dan diefektifkan lagi fungsinya. Salah satu media atau wadah tersebut adalah
organisasi-organisasi mahasiswa intra kampus yang berada di bawah naungan universitas, fakultas
dan departemen. Banyak fakta negatif yang ditemukan oleh peneliti terkait wadah-wadah
tersebut. Keaktifan mahasiswa untuk mengelola organisasi-organisasi tersebut cenderung
lemah dan apatis. Salah contohnya adalah dengan vakumnya Pemerintahan Mahasiswa
(PEMA) FISIP USU, sehingga dengan vakumnya PEMA FISIP USU, media mahasiswa
untuk menyampaikan aspirasinya sangat lemah dan cenderung hilang. Hal tersebut
diperparah dengan kondisi mahasiswa yang lebih banyak memilih untuk apatis atau tidak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Partisipasi
Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila dilihat dari asal
katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris “participation” yang berarti
pengambilan bagian, pengikutsertaan (John M. Echols & Hasan Shadily, 2000: 419).
Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses
pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi
masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan
dan menikmati hasil -hasil pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010: 46).
Pengertian tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi,
(2001: 201-202) dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan
menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan
pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa
kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan,
dan memecahkan masalahnya.
H.A.R.Tilaar, (2009: 287) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari
keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan
antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan
masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya. Menurut Sundari
ningrum dalam Sugiyah (2001: 38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua)
a. Partisipasi Langsung adalah Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan
kegiatantertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat
mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap
keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.
b. Partisipasi tidak langsung adalah Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan
hak partisipasinya.
Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011: 61-63) membedakan
patisipasi menjadi empat jenis, yaitu:
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan
penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang
menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini
antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat,
diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan
b. Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan
administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan
merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.
c. Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak
lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas
maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi
kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.
d. Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan
pogram yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan
untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya. 15
keterlibatan suatu individu atau kelompok dalam pencapaian tujuan dan adanya
pembagian kewenangan atau tanggung jawab bersama.
Ada tiga buah unsur penting yang menurut Keith Davis memerlukan perhatian khusus
dalam partisipasi:
1) Unsur pertama adalah bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan
suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya
keterlibatan secara jasmaniah.
2) Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai
tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu
kelompok.
3) Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang
menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa
“sense of belongingness”.
Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut:
a) Pikiran (psychological participation)
b) Tenaga (physical partisipation)
c) Pikiran dan tenaga (psychological participation dan physical partisipation)
d) Keahlian (participation with skill)
e) Barang (material participation)
f) Uang (money participation) Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan
Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif, membutuhkan
persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu :
1. Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang dimaksudkan disini
adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan oleh
mengandung informasi mengenai apa dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran
serta.
2. Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperluk
seperlunya agar tidak menimbulkan kesan “memanjakan”, yang akan menimbulkan efek
negatif.
3. Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi di mana individu
yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang menjadi perhatiannnya.
4. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti kata yang
bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman yang sama dengan
komunikator, dan kalupun belum ada, maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh
komunikator.
5. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi timbal balik,
misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-sama dipahami, sehingga
tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau berhasil.
6. Para pihak yang bersangkutan bebas di dalam melaksanakan peran serta tersebut sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
7. Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya didasarkan pada
kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan pemaksaan atau penekanan yang
dapat menimbulkan ketegangan atau gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang
bersangkutan. Hal ini didasarkan pada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat
8. Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pemba
dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud meningkatkan efektif tugas yang
diberikan secara terstruktur dan lebih jelas.
2.1.2 Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak Istilah ini
dapat diterapkan pada
Kebijakan berbeda denga
melarang suat
hasil yang diinginkan. Kebijakan ata
pembuata
seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan dampaknya.
Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen, finansial, atau
administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit
Diakses pada tanggal 03 juli 2015).
kebijakan (policy) juga memiliki arti yang bermacam-macam. Harold D.Lasswell dan
Abraham Kaplan memberi arti kebijakan sebagai a projected program of goals, values and
practises, yang bermakna suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek
yang terarah. Carl J. Friedrick mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang
diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan
menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan
kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ahli lainnya seperti
James E.Anderson mengatakan bahwa kebijakan itu adalah serangkaian tindakan yang
Gambar
Dokumen terkait
RAYA BANYUWANGI, DESA LAMONGAN ARJASA KAB.. KAYUMAS
6 41132791 YULI ALIYAH RPL-P2 DIAGNOSA PENYAKIT SAPI TERNAK MELALUI SISTEM PAKAR DENGAN METODE FUZZY DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS GIZI SAPI. 7 41132648 RULLY DWI
[r]
Berdasarkan Pembukaan Dokumen Penawaran dan Evaluasi Penawaran Pembangunan Gedung Laboratorium MAN Sumberoto Kabupaten Malang, dengan ini kami undang Saudara untuk
[r]
kami undang Saudara untuk dapat hadir dalam kegiatan KLARIFIKASI DAN PEMBUKTIAN DOKUMEN KUALIFIKASI yang dilaksanakan pada :. Hari/ Tanggal : Jum’at / 10
[r]
hadap dokumen penawaran yang masuk m n melalui koreksi Aritmatika, Pembuktian bahwa perusahaan yang layak dan meme lam berita Acara Evaluasi Dokumen Penaw. , yaitu