• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran (Arends, 1997: 7) mempunyai dua arti penting yaitu:

1) Model mempunyai maksud yang lebih luas daripada strategi, metode/ pendekatan.

2) Model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting. Apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas.

Sedangkan menurut Joyce dkk (2000: 6) suatu model pembelajaran adalah suatu perencanaan/suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas/pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, komputer, kurikulum dan lain-lain.

Jadi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

commit to user

b. Model pembelajaran konvensional

Menurut Tim Penyusun KP3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 467) disebutkan bahwa, ”Konvensional adalah tradisional”. Sedangkan tradisional sendiri diartikan sebagai sikap, cara berfikir, dan cara bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang secara turun temurun. Model pembelajaran konvensional dapat juga disebut model pembelajaran tradisional. Pada model ini guru cenderung mendominasi dan memegang peranan utama dalam menentukan isi dan mengakibatkan siswa hanya pasif, mudah jenuh, kurang inisiatif, sangat tergantung pada guru, dan tidak terlatih mandiri dalam belajar.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah :

1) guru membuka pelajaran

2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3) guru menyampaikan pengantar materi dan menjelaskan materi pelajaran 4) guru memberi contoh soal dan soal latihan

5) guru berkeliling mengamati kegiatan siswa dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan 6) guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis

7) guru membahas soal latihan

8) guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menyampaikan materi berikutnya agar dipelajari di rumah.

c. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu teknik-teknik dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi

commit to user

pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kerja siswa. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan ( Slavin, 1995 : 6-7 ).

Muhammad Nur (2005:2) menyatakan bahwa, “Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama yang lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda yang ada di kelas, dan siswa penyandang cacat bila ada.”

Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya dapat menyelesaikan seluruh tugas. Pada saat siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling diantara anggota kelompok dan mengamati bagaimana kelompok tersebut bekerja.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan model lain,yaitu :

1) Meningkatkan kemampuan siswa. 2) Meningkatkan rasa percaya diri.

3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki.

4) Memperbaiki hubungan antar kelompok.

5) Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif(kerjasama). Roger dan David (Anita Lie, 2002:31), menyatakan bahwa :

Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa unsur yaitu : a) Saling ketergantungan positif

Dalam unsur ini, siswa yang kurang mampu tidak merasa minder terhadap rekan-rekan mereka, tapi merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian meningkatkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang yang lebih pandai tidak merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan andil.

b) Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melaksanakan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah kesiapan guru dalam penyusunan tugas.

commit to user

c) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan bertemu muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi.

d) Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Menurut Slavin (1995:285) ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif antara lain :

a) Student Teams Achievement Division (STAD) b) Teams Games Tournament (TGT)

c) Team Accelerated Instruction (TAI)

d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) e) Jigsaw

f) Numbered Heads Together (NHT)

g) Contextual Teaching and Learning (CTL) h) Realistic Mathematic Education (RME)

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

Banyak usaha yang telah dilakukan guru untuk kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa, salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan teori konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme tentang pembelajaran mengatakan bahwa siswa diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar dan guru membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih baik.

Di dalam model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa saling bekerja sama satu dengan yang lainnya, berdiskusi, berdebat menilai kemampuan, pengetahuan dan kekurangan anggota lainnya sampai setiap siswa dalam

commit to user

kelompok tersebut dapat memastikan bahwa seluruh anggota dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang diajarkan.

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan Spencer Kagan (1993) dengan menekankan pada suatu struktur untuk mengetahui pola interaksi siswa. Struktur ini mengatur siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil atau mengedepankan ciri kooperatif daripada penghargaan pribadi.

Salah satu variasi pembelajaran kooperatif adalah pendekatan struktural. Pendekatan struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan menekankan pada struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur-struktur yang dikembangkan oleh Spencer Kagan diharapkan dapat menjadi alternatif dalam struktur kelas tradisional dimana guru memberikan pertanyaan pada seluruh kelas dan siswa-siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangan mereka dan namanya dipanggil. Struktur dari Kagan mengatur siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil dan mengedepankan ciri kooperatif dari pada penghargaan pribadi. NHT (Numbered Heads Together) merupakan salah satu contoh tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural.

NHT (Numbered Heads Together) pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok yang melibatkan lebih banyak siswa dalam mereview materi pelajaran dan memeriksa penguasaan mereka akan materi pelajaran. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompok tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Cara ini akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Menurut Anita Lie (2002:59), “Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka”.

commit to user

Langkah-langkah dalam metode ini adalah : a) Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 5 anggota dan memberi mereka nomor sehingga masing-masing siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda satu sampai lima.

b) Memberi pertanyaan (Questioning)

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat bervariasi dalam bentuk pertanyaan spesifik ataupun dalam bentuk pertanyaan.

c) Berpikir bersama (Heads together)

Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk menemukan jawabannya dan memastikan setiap anggota kelompok mengetaui jawaban tersebut.

d) Menjawab pertanyaan (Answering)

Guru memanggil nomor tertentu dan siswa dari tiap kelompok yang memiliki nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawaban pada seluruh anggota kelas.

Berdasarkan langkah-langkah di atas dalam praktek pembelajaran peneliti menggunakan pengembangan sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Guru menjelaskan pokok-pokok materi pelajaran

4) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 4 anggota 5) Guru membagikan LKS dan mengarahkan siswa untuk mengerjakannya 6) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam

menyelesaikan soal-soal pada LKS

7) Guru berkeliling dan mengamati diskusi siswa dari satu kelompok ke kelompok lain dan membantu siswa yang mengalami kesulitan

8) Guru menyebut salah satu nomor siswa dan memberikan kesempatan kepada 2 orang dari kelompok berbeda untuk mengerjakan soal di papan tulis

commit to user

9) Guru menanyakan tentang pendapat kelompok lain berkenaan dengan hasil pekerjaan siswa yang ada di papan tulis

10)Guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa di papan tulis

11)Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menyampaikan materi berikutnya agar dipelajari di rumah.

Dokumen terkait