• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Model Penduga Biomassa dan Massa Karbon Tanaman Karet.

Pengambilan sampel tanaman karet dilakukan dengan menebang tanaman (destruktif) dari berbagai kelas umur dan membagi berbagai bagian dari tanaman karet menghasilkan persamaan alometrik. Persamaan alometrik ini dibangun dari hubungan biomassa dan massa karbon dengan berbagai bagian tanaman karet.

Model penduga yang digunakan menggunakan pendekatan diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi total dari berbagai kelas umur hingga memperoleh suatu model.

Berbagai persamaan tersebut selanjutnya akan dibandingkan dengan persamaan-persamaan lainnya dengan menggunakan berbagai variabel bebas yang berbeda. Model terbaik dari suatu persamaan akan dipilih untuk menduga biomassa dan karbon tanaman karet. Model persamaan yang berhasil dibangun untuk menduga biomassa dan massa karbon tanaman karet di Perkebunan Rakyat dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Model Penduga Biomassa Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell.)

NO Bentuk Hubungan Persamaan R-sq (%)

1 Hbc – Biomassa W=39,54Hbc 0.268 99,11 2 H - Biomassa W=0,540 H 1.882 99,99 3 Dbh – Biomassa W=3,425 DBH1.153 99,93* 4 Hbc - H - Biomassa W= 0,997 Hbc-,0,733 + H1,681 94,01 5 Hbc - Dbh - Biomassa W= 1,024 Hbc0,633 + DBH1,256 50,04 6 H- Dbh - Biomassa W=0,946 H1,660 + DBH-0,002 93,60 7 H- Hbc - Dbh - Biomassa W= 0,998 H-0,113 + Hbc1,857 + DBH-0,153 94,19 Keterangan : W = Biomassa (kg)

Hbc = Tinggi Bebas Cabang (m) H = Tinggi Total (m)

DBH = Diameter Setinggi Dada (cm) * = Model Terpilih

Model persamaan alometrik untuk penaksiran biomassa pada tanaman karet di dapat dekat pendekatan parameter seperti tinggi bebas cabang, tinggi total dan diameter. Persamaan yang digunakan merupakan model persamaan dasar pangkat (power function). Yang ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma dan metode kuadrat terkecil (least square).

Pemilihan persamaan alometrik terbaik dapat dilakukan dengan menguji beberapa persamaan. Persamaan tersebut dibagi menjadi persamaan. Model

alometrik penduga biomassa yang terbaik akan dipilih berdasarkan kriteria pemilhan secara statistik, yaitu dengan nilai R-sq tertinggi.

Berdasarkan Tabel 10, model penduga biomassa yang menggunakan satu peubah yaitu, tinggi bebas cabang dengan persamaan W=39,54Hbc 0.268 memiliki R-sq sebesar 99,11%, sedangkan persamaan yang menggunakan peubah tinggi total dengan persamaan W=0,540 H 1.882 memiliki nilai R-sq sebesar 99,99% dan model persamaan dengan menggunakan peubah diameter dengan persamaan W=3,425 DBH1.153 memiliki R-sq sebesar 99,93%. Sedangakan model penduga yang menggunakan dua dan tiga peubah bebas cenderung memiliki R-sq lebih rendah yaitu antara 50-94 persen.

Menurut (Sutaryo, 2009) dalam analisis regresi, koefisien determinasi adalah ukuran dari goodness-of-fit dan mempunyai nilai antara 0 dan 1, apabila nilai mendekati1 menunjukkan ketepatan yang lebih baik. Koefisien determinasi, adalah sebuah besaran yang mengukur ketepatan garis regresi. Nilai R2 ini menunjukkan prosentase besarnya variabilitas dalam data yang dijelaskan oleh model regresi.

Pada Tabel 10, model penduga biomassa memiliki jumlah R-sq yang relatif besar. Hal ini dibuktikan dengan jumlah R-sq yaitu lebih dari 99%. Namun dalam hal ini model penduga alometrik dipilih yang cocok menjadi model penduga dengan R-sq tertinggi. Model umum W=3,425 DBH1.153 memiliki R-sq sebesar 99,93% dengan peubah bebas diameter memiliki kriteria pemilihan model terbaik. Hal ini dikarenakan aspek kepraktisan dalam melakukan pengukuran.

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 10, bahwa model alometrik terpilih sebagai penduga biomassa tanaman karet adalah W=3,425 DBH1.153 memiliki R-

sq sebesar 99,93% dengan peubah bebas diameter dapat dijelaskan melalui persamaan linear. Sisanya sebesar 0,07 % dijelaskan oleh hal-hal lain seperti tanah,iklim dan perlakuan masing-masing tanaman.

Tabel 11.Model Penduga Massa Karbon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell.)

NO Bentuk Hubungan Persamaan R-sq (%)

1 Hbc – Massa Karbon C = 18,603 Hbc 0,303 99,05 2 H - Massa Karbon C = 0,053 H 2,526 99,93 3 Dbh – Massa Karbon C = 0,582 DBH 1,586 99,81* 4 Hbc - H – Massa Karbon C= 0,989 Hbc 0,071 +H1,402 93,98 5 Hbc -Dbh – Massa Karbon C= 0,995 Hbc 0,357 + DBH1,152 45,26 6 H - Dbh – Massa Karbon C= 0,992 H 1,853 + DBH -0,499 91,97 7 Hbc - H-Dbh – Massa Karbon C=0,541 Hbc0,315 + H 2,483 + DBH-0,943 94,00

Keterangan : C = Massa Karbon (kg) Hbc = Tinggi Bebas Cabang (m) H = Tinggi Total (m)

DBH = Diameter Setinggi Dada (cm) * = Model Terpilih

Dari Tabel 11, dapat kita lihat model penduga massa karbon dengan peubah tinggi total dengan persamaan C = 0,053 H 2,526 memiliki nilai R-sq tertinggi yaitu sebesar 99,93%, sedangkan model penduga C = 18,603 Hbc 0,303 dengan peubah tinggi bebas cabang memiliki R-sq sebesar 99,05% dan model persamaan C = 0,582 DBH 1,586 dengan peubah bebas diameter setinggi dada memiliki R-sq sebesar 99,81%. Sedangakan model penduga yang menggunakan dua dan tiga peubah bebas cenderung memiliki R-sq lebih rendah yaitu antara 45- 94 persen.

Model penduga massa karbon yang berbentuk pangkat (power function) yaitu menggunakan peubah tinggi total memiliki nilai R-sq tertinggi dibandingkan model persamaan lain. Berdasarkan Tabel 11, dapat disimpulkan bahwa model

alometrik terpilih yang memiliki kemampuan terbaik untuk menjelaskan perhitungan massa karbon tanaman adalah dengan menggunkan peubah bebas tinggi total. Dengan demikian model terbaik dalam perhitungan massa karbon adalah C = 0,582 DBH 1,586 dengan peubah bebas diameter setinggi dada memiliki R-sq sebesar 99,81%.

Penetapan persamaan allometrik yang akan dipakai dalam pendugaan biomassa merupakan tahapan penting proses pendugaan massa karbon. Setiap persamaan allometrik dikembangkan berdasarkan kondisi tegakan dan variasi jenis tertentu yang berbeda satu dengan yang lain. Dengan demikian pemakaian suatu persamaan yang dikembangkan di suatu lokasi tertentu, belum tentu ccocok apabila diterapkan di daerah lain. Sebagai contoh, persamaan-persamaan yang dikembangkan di daerah beriklim sedang (temperate) yang komposisi vegetasinya cenderung homogen, akan kurang tepat apabila diterapkan di daerah tropika yang variasi spesiesnya tinggi, persamaan yang dikembangkan di daerah lembab/basah juga tidak cocok bila diterapkan di daerah kering atau sebaliknya (Sutaryo, 2009).

Dalam pemilihan model alometrik terbaik, selain melihat aspek nilai R-sq, aspek kepraktisan dalam penggunaan model persamaan dalam memanfaatkan peubah bebas harus dipertimbangkan. Dalam penelitian didapat model persamaan dengan peubah bebas diameter dengan tinggi total memiliki nilai R-sq yang tidak terlalu jauh maka dipandang dari aspek kepraktisan sebaiknya memilih model dengan peubah diamter saja.

Menurut Adiriono (2009) pengukuran diameter tidak terlalu sulit jika dibandingkan dengan pengukuran tinggi toal tanaman, dimana kemungkinan terjadinya kesalahan sangat besar bisa terjadi dengan kondisi kerapatan yang

tinggi. Hal-hal yang mengakibatkan kesalahan dalam kegiatan pengukuran tinggi tanaman adalah:

1. Kesalahan melihat ujung tanaman dikarenakan kondisi tanaman yang rapat sehingga puncak tanaman tidak terlihat.

2. Tanaman yang akan diukur posisinya miring atau condong.

3. Jarak antara pengukur dengan tanaman yang diukur tidak tegak lurus. 4. Tingkat keakuratan alat pengukuran, dimana tiap-tiap alat memiliki

D.Potensi Biomassa dan Karbon Perkebunan Rakyat Desa

Dokumen terkait