• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

E. Model Penduga Parameter Pohon Model Pendugaan Volume Pohon

Salah satu perangkat untuk membantu pendugaan massa tegakan dalam kegiatan inventarisasi tegakan adalah tersedianya tabel volume pohon yang disusun berdasarkan model pendugaan volume yang tepat dan akurat. Terdapat beberapa metode/cara untuk menduga volume pohon berdiri, diantaranya adalah menggunakan angka bentuk batang dan menggunakan model persamaan matematis. Pendugaan volume pohon berdiri menggunakan angka bentuk batang cukup praktis namun sering menghasilkan penyimpangan hasil dugaan yang cukup tinggi, sehingga cara kedua yang banyak digunakan di dalam lapangan dalam menduga volume pohon berdiri karena terbukti telah tepat dan akurat (Hendromono dkk, 2003).

Model Pertumbuhan Tegakan

Pertumbuhan dan hasil suatu tegakan merupakan indikator keberhasilan dari manajemen pembangunan suatu hutan tanaman. Pertumbuhan dan hasil tegakan sangat bersifat site spesific, oleh karena itu pemantauan pertumbuhan dan hasil suatu tegakan mutlak harus dilakukan di setiap lokasi pembangunan hutan melalui pembuatan PUP yang secara terus-menerus di lakukan pengukuran ulang. Pertumbuhan suatu tegakan merupakan resultante dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah sifat/genotype dari jenis yang bersangkutan, sedangkan faktor eksternal mencakup kualitas tempat tumbuh ,kondisi persaingan dan perlakuan silvikultur yang diberikan. Penelitian mengenai pertumbuhan dan

hasil pada hutan tanaman sudah banyak dilakukan. Misalnya Pertumbuhan dan hasil pada tegakan seumur dan tegakan tidak seumur. Biasanya jenis tertentu yang sudah banyak dikembangkan. Jenis tersebut adalah A. mangium, E.urophylla

(Hendromono dkk, 2003).

Penentuan Daur Optimal Tegakan

Dalam buku-buku kehutanan klasik biasanya disebutkan ada enam macam daur, yaitu:

a. Daur fisik, yaitu waktu yang berhimpitan dengan periode hidup suatu jenis untuk kondisi tepat tumbuh tertentu, sampai jenis tersebut mati secara alami. b. Daur silvikultur, yaitu jangka waktu selama hutan menunjukkan pertumbuhan

yang baik dan dapat menjamin permudaan sesuatu, dengan kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya.

c. Daur Teknik, yaitu jangka waktu perkembangan samai suatu jenis dapat menghasilkan kayu atau hasil hutan lainnya untuk keperluan tertentu.

d. Daur volume maksimum, yaitu jangka waktu perkembangan suatu tegakan yang memberikan hasil kayu tahunan terbesar baik dari hasil penjarangan maupun penebangan akhir.

e. Daur pendapatan maksimum, yaitu yang menghasilkan rata-rata pendapatan bersih maksimum

f. Daur finansial, yaitu daur yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan maksimum dalam nilai uang.

Untuk mendapatkan daur volume yang optimal dapat diperoleh dengan cara memotongkan antara grafik/kurva riap rata-rata tahunan (MAI) dengan grafik/kurva riap berjalan (CAI) seperti pada gambar 2 (Hendromono dkk, 2003). Dalam pengelolan hutan kedua grafik ini mempunyai arti yang penting. Manipulasi perlakuan tegakan melalui penelitian untuk memperoleh riap tegakan maksimal, baik CAI maupun MAI, masih memberi peluang yang besar untuk meningkatkan nilai manfaat dari hutan (Simon, 1996).

Menurut Avery (1952) grafik hubungan antara riap berjalan tahunan (CAI) dengan riap rata-rata tahunan (MAI) mempunyai karakteristik yaitu:

1. Kurva riap berjalan (CAI) mencapai puncak secara cepat dan menurun secara cepat, jika dibandingkan dengan kurva riap rata-rata tahunan (MAI) yang mencapai puncak secara perlahan-lahan dan menurun secara perlahan-lahan. 2. Titik potong antara CAI dan MAI merupakan saat pemanenan yang paling

efisien untuk mendapatkan produksi maksimum. Hal ini disebabkan setelah titik potong tersebut kedua kurva akan menurun yang berarti riap akan terus menurun.

Latar belakang

Hutan merupakan sumberdaya alam yang dinamis, yang mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. Sejumlah tegakan bersama membentuk sebuah hutan (Husch et a,. 2003). Tegakan adalah sekelompok pohon yang dapat dibedakan dengan jelas dari segi umur, komposisi, struktur, dan tempat tumbuh dengan ciri-ciri yang seragam (Arief, 2001). Pertumbuhan tegakan hutan ini terlihat dari perubahan struktur tegakan yang masing-masing hutan memiliki tingkatan strata.

Peran hutan bagi kehidupan sangatlah penting, mengingat begitu pentingnya peran hutan bagi lingkungan hidup maka keberadaan hutan harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan penduduk terus menerus meningkat sehingga perlu diimbangi dengan adanya peningkatan intensifikasi pengelolaan hutan produksi. Kegiatan reboisasi/rehabilitasi dilakukan melalui tanam-menanam dengan menggunakan jenis tanaman yang sesuai dengan status fungsi hutan salah satunya adalah pengembangan hutan rakyat.

Pengembangan hutan rakyat telah digalakkan selama beberapa tahun terakhir. Hal ini dilakukan karena hutan rakyat merupakan salah satu alternatif sumber penghasil kayu yang dapat diharapkan membantu menutupi kekurangan bahan baku industri kayu. Suharjito (2000) mengemukakan bahwa produksi hutan rakyat selama ini telah berperan secara nyata dalam pemenuhan berbagai kebutuhan kayu; mulai dari kayu bakar, bahan untuk kelengkapan sarana upacara-

upacara keagamaan /adat dan bahan bangunan. Produksi kayu dari hutan rakyat ini semakin menjadi andalan dalam upaya pemenuhan kebutuhan kayu masyarakat, sejalan dengan semakin menurunnya produksi kayu rimba dari hutan alam. Untuk menunjang perencanaan kegiatan pengelolaan, khususnya kegiatan pemeliharaan dari tanaman hutan rakyat tersebut diperlukan adanya informasi tentang riap atau pertumbuhan.

Untuk perencanaan dan pengaturan produksi yang mantap perlu didukung oleh data hasil inventarisasi potensi yang akurat. Data yang di dapat dari hasil pengukuran dijadikan dasar untuk membuat model pertumbuhan dan hasil dari suatu tegakan. Model pertumbuhan dan hasil dapat dijadikan sebagai penunjang dalam perencanaan hutan. Proyeksi pertumbuhan membantu dalam penjadwalan dan pengelolaan hutan secara lestari, khususnya yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pemanenan. Di hutan rakyat, tanaman yang di kembang biasanya mengacu pada jenis-jenis yang berpotensi sebagai saving (simpanan) untuk memenuhi kebutuhan mendadak dari masyarakat. Berbagai jenis pohon yang diusahakan dalam hutan rakyat antara lain: Akasia, bambu, cendana, jati, mahoni, pinus, sengon, rotan, sonokeling dan sungkai. Sementara itu, beberapa

jenis lokal yang juga mulai dikembangkan antara lain: manglid dan suren (Indra jaya, 2010). Dalam penelitian ini tanaman suren (Toona sureni Merr.) yang

menjadi objek pembahasan.

Mengingat banyaknya kegunaan dari jenis kayu suren ini, tidak tertutup kemungkinan untuk dikembangkan secara luas di masa mendatang. Suren juga memiliki potensi untuk digunakan sebagai salah satu jenis tanaman rehabilitasi lahan terdegradasi (Sofyan dan Islam, 2006).Kelestarian hasil akan tercapai bila

hasil yang dipanen tidak melebihi kemampuan pertumbuhan hutan (riap tegakan). Oleh karena itu pendugaan riap maupun penggunaannya dalam menyusun model pertumbuhan menjadi sangat penting.

Berdasarkan hasil survei lapangan, ditemukan bahwa belum adanya tindakan perencanaan dan pengelolaan yang tepat terkhusus pada kegiatan pemanenan, maka untuk mendapatkan model pertumbuhan dan hasil tanaman suren (Toona sureni Merr.) dilakukanlah penelitian berlokasi Hutan Rakyat Desa Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Model pertumbuhan ini dapat digunakan dalam penyusunan tabel hasil yang merupakan salah satu dasar untuk menentukan tindakan pengelolaan hutan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan model pendugaan pertumbuhan dan hasil pada hutan tanaman

(Toona sureni Merr.)

2. Menentukan riap rata-rata tahunan tanaman (Toona sureni Merr.)

3. Menentukan riap rata-rata berjalan tanaman (Toona sureni Merr.)

4. Menghitung daur optimal tanaman (Toona sureni Merr.) Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu model pertumbuhan dan hasil tegakan untuk tanaman Toona sureni Merr, sehingga dapat dijadikan acuan dalam perencanaan dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dengan hasil pemanenan yang optimal.

ELISKA TRISARI SIANTURI: Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Suren (Toona sureniMerr.) di Hutan Rakyat Sipolha Horisan, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, dibimbing oleh SITI LATIFAH dan KANSIH SRI HARTINI

Pengusahaan hutan di Indonesia pada saat ini yang banyak dilakukan adalah untuk mengembangkan pengelolaan hutan rakyat dengan tujuan untuk menutupi kebutuhan kayu yang semakin meningkat. Hutan rakyat berpotensi untuk dikembangkan dalam memenuhi permintaan kayu. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila hutan rakyat dikelola dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan daur volume maksimum tegakan Toona sureniMerr di Hutan Rakyat Sipolha Horisan, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara yang telah dilakukan pada bulan April 2016. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari data pengukuran di lapangan dan kemudian diolah dengan menggunakan software Microsoft excel dan Software SPSS 16.0.

Hasil Penelitan mendapatkan model terbaik untuk menduga nilai diameter (D), tinggi (T), volume (V) tegakan Toona sureniMerr masing-masing adalah model Polynomial D = -16,347 + 10,690x – 0,956x2 + 0,031x3 , model Polynomial H = -4,781 + 1,945X + 0,522X2 - 0,039 X3 , dan model Polynomial V = 0,478 - 0,347X + 0,076 X2 - 0,004X3, dengan x adalah D, H dan V berturut adalah umur. Berdasarkan nilai volume yang dihitung dengan menggunakan model terpilih, Daur volume maksimum tegakan Toona sureni Merr dicapai pada umur 10 tahun dengan kisaran volume 36,364 m3/Ha.

ELISKA TRISARI SIANTURI: Growth Model of Suren (Toona sureni Merr.) at community forest in Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Sumatera utara, supervised by SITI LATIFAH and KANSIH SRI HARTINI

Indonesian forest effort especially community forest is the most development forestry companies. The development of community forest in order to cover demand of woods. These objectives can be achieved if well managed plantations. This research was conducted to determinated the maximum volume cycle for stands of Toona sureni Merr at community forest in Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, which has been conducted in April 2016. The research was conducted using data obtained from the actual data and then processed using Microsoft excel software and SPPS 16.0 software.

The results of researh was obtained the best model to estimate the Diameter (D), High (H), an Volume (V) for stands of Toona sureni Merr respectively are Polynomial Model D = -16,347 + 10,690x – 0,956x2 + 0,031x3 , Polynomial Model H = -4,781 + 1,945X + 0,522X2 - 0,039 X3 , dan Polynomial model V = 0,478 - 0,347X + 0,076 X2 - 0,004X3, where x for D, H, and V is the age. Based on volume calculated using the model selected, the maximum volume cycle stand of Toona Sureni Merr achieved at the age of 10 years and volume estimate is 36,364 m3/hectare.

HORISAN KECAMATAN PEMATANG SIDAMANIK

Dokumen terkait