• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2000-

DAFTAR GAMBAR

3.2 Metode Analisis Data 1 Analisis Deskriptif

3.2.3 Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Beberapa penelitian terdahulu hanya sebatas pada alat analisis LQ untuk penentuan sektor/subsektor ekonomi unggulan. Namun penggunaan alat analisis lain juga diperlukan untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi unggulan karena LQ sifatnya yang hanya one shot (Tarigan, 2007). Ana (2010), dalam penelitiannya, juga menyarankan untuk menggunakan lebih dari satu alat analisis dalam mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi unggulan di suatu wilayah. Alat analisis lain yang digunakan adalah Model Rasio Pertumbuhan (MRP) untuk menganalisis sektor/subsektor unggulan berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB Kabupaten Malinau. MRP merupakan suatu alat analisis dimana akan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam analisis ini terdapat dua macam rasio pertumbuhan, yaitu:

1. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs)

Dalam rasio ini melakukan kegiatan perbandingan antara pertumbuhan PDRB sektor i di Kabupaten Malinau dengan pertumbuhan PDRB sektor i di Provinsi Kalimantan Timur.

2. Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr)

Dalam rasio ini melakukan kegiatan perbandingan rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di Provinsi Kalimantan Timur dengan rata-rata pertumbuhan PDRB Provinsi Kalimantan Timur.

Formulasi penghitungan RPs dan RPr merupakan penurunan dari persamaan berikut:

1. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs):

... (3.2)

... (3.3)

... (3.4)

... (3.5)

Sehingga rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) = ... (3.6)

2. Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr):

... (3.7)

... (3.8)

... (3.9)

... (3.10)

dimana:

... (3.12) ... (3.13) ... (3.14) Keterangan :

∆Eij : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kabupaten Malinau.

Eij.t : PDRB sektor/subsektor i di Kabupaten Malinau pada akhir tahun

analisis.

∆Ein : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di Provinsi Kalimantan Timur.

Ein.t : PDRB sektor/subsektor i di Provinsi Kalimantan Timur pada akhir

tahun analisis.

∆En : Perubahan PDRB Provinsi Kalimantan Timur.

En.t : Total PDRB Provinsi Kalimantan Timur pada tahun akhir analisis.

Mij : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kabupaten Malinau yang

disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor/subsektor i di Provinsi Kalimantan Timur.

Cij : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kabupaten Malinau yang

disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor/subsektor i di Kabupaten Malinau..

3.2.4 Variabel Tenaga Kerja

Aspek penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan sektor unggulan di Kabupaten Malinau. Tenaga kerja merupakan aspek yang penting dalam pembangunan, baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas. Salah satu keberhasilan pembangunan ekonomi adalah kemampuannya dalam menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat meningkatkan daya beli barang-barang produksi yang dihasilkannya. Dalam hal ini perlu adanya keseimbangan antara pertambahan angkatan kerja dengan kemampuan sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja.

Dalam penelitian ini variabel tenaga kerja dihitung berdasarkan rata-rata penyerapan tenaga kerja per sektor selama tahun pengamatan, yaitu dengan rumus:

... (3.15) dimana:

: Rata-rata tenaga kerja sektor j.

: Jumlah tenaga kerja sektor j pada tahun pertama sampai ke-n. n : Jumlah tahun pengamatan.

3.2.5 Variabel Pertumbuhan Kontribusi PDRB

Kontribusi terhadap PDRB merupakan salah satu gambaran tentang seberapa besar peranan sektor/subsektor ekonomi dalam perekonomian suatu daerah. Pergerakan kontribusi sektor/subsektor dari tahun ke tahun mencerminkan

bagaimana sektor/subsektor tersebut dalam jangka panjang dapat terus diandalkan di wilayah tersebut atau tidak.

Dalam penelitian ini pertumbuhan dari kontribusi tiap sektor/subsektor terhadap PDRB Kabupaten Malinau selama tahun 2000-2010 dijadikan salah satu pertimbangan dalam menentukan sektor unggulan karena belum tentu sektor yang mempunyai nilai tambah terbesar dengan kontribusi besar merupakan sektor unggulan. Oleh karena itu perlu dilihat bagaimana sejarah kontribusi sektor/subsektor tersebut terhadap PDRB selama kurun waktu 10 tahun terakhir.

Pertumbuhan kontribusi PDRB ini dihitung berdasarkan rumus:

... (3.16) dimana:

: Pertumbuhan kontribusi sektor i pada tahun t. : Kontribusi sektor i pada tahun t.

: Kontribusi sektor i pada tahun t-1.

3.2.6 Analisis Indeks Komposit

Penentuan sektor/subsektor ekonomi unggulan secara keseluruhan dilakukan dengan indeks komposit. Analisis indeks komposit ini menggabungkan beberapa variabel yang berkaitan untuk dihitung secara bersama-sama. Penghitungan indeks pada penulisan ini menggunakan empat variabel, yaitu hasil penghitungan analisis LQ, hasil penghitungan analisis MRP, variabel tenaga kerja per sektor, dan variabel pertumbuhan kontribusi sektor/subsektor terhadap PDRB.

Setelah nilai masing-masing variabel tersebut diketahui, kemudian dilakukan penghitungan indeks untuk masing-masing variabel. Penghitungan dasarnya adalah menggunakan rumus:

Indeksi = {( Ai - Amin ) / (Amax - Amin )} x 100% ... (3.15)

dimana :

Ai : Nilai komoditas i berdasarkan variabel tertentu.

Amin : Nilai terkecil dari variabel tertentu.

Amax : Nilai terbesar dari variabel tertentu.

Bila nilai indeks masing-masing variabel sudah didapatkan, hasil indeks seluruh variabel untuk tiap sektor/subsektor ditambahkan, kemudian dirata- ratakan. Bila rata-rata indeks suatu komoditas lebih besar daripada rata-rata indeks total, maka sektor/subsektor tersebut dinyatakan sebagai sektor/subsektor unggulan.

3.2.7 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan wilayah yang bersangkutan, dengan demikian harus dianalisis dalam kondisi yang ada saat ini. Analisis SWOT ini terdiri dari faktor internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal, yaitu

peluang dan ancaman. Jadi analisis SWOT merupakan perbandingan antara faktor internal dan eksternal (Rangkuti, 1997).

Diagram analisis SWOT dapat digambarkan sebagai berikut,

Gambar 4. Diagram analisis SWOT

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Daerah tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan agresif.

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, daerah ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Peluang (O) Ancaman (T) Kelemahan (W) Kekuatan (S) 3. Mendukung strategi turn around 1. Mendukung strategi agresif 4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi

Kuadran 3 : Daerah menghadapi peluang yang sangat besar, namun menghadapi pula beberapa kelemahan secara internal. Fokus strategi pada kuadran ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal daerah tersebut sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, daerah menghadapi berbagai macam ancaman dan kelemahan internal. Untuk mengetahui alternatif strategi yang harus digunakan, dipakai matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi daerah dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi.

IFAS

EFAS

Strength (S)

Tentukan faktor kekuatan internal

Weakness (W) Tentukan faktor kelemahan internal Opportunities (O)

Tentukan faktor peluang eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threaths (T)

Tentukan faktor ancaman eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman

Keterangan:

Strategi SO : Dibuat berdasarkan jalan pikiran daerah, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.

Strategi ST : Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki daerah tersebut untuk mengatasi ancaman.

Strategi WO : Strategi ini berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi WT : Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tahapan kegiatan dari perumusan strategi berdasarkan analisis SWOT adalah:

1. Tentukan faktor-faktor strategis eksternal. 2. Tentukan faktor-faktor strategis internal.

3. Beri bobot masing-masing faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

4. Berilah rating untuk masing-masing faktor, mulai dari 4, apabila faktor peluang dan kekuatan lebih besar, sedangkan apabila faktor ancaman dan kelemahan lebih besar berilah nilai -4.

5. Kalikan bobot dengan rating, hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi dari 4 (sangat baik) sampai -4 (sangat buruk).

6. Jumlahkan skor pembobotan, kemudian tempatkan hasilnya pada diagram analisis SWOT (gambar 4).

7. Tentukan strategi yang harus diambil melalui matriks SWOT berdasarkan penempatan skor pembobotan pada diagram analisis SWOT.

3.3 Definisi Variabel Operasional

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah dari nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang dihasilkan semua sektor atau lapangan usaha di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan adalah jumlah nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga tahun tertentu sebagai harga dasar.

c. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku adalah jumlah nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga pada tahun berjalan. d. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan dari nilai PDRB atas dasar harga

konstan pada suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun sebelumnya.

e. Kontribusi sektor adalah besarnya persentase dari nilai tambah tiap sektor terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku pada periode tertentu.

f. Pendapatan per kapita adalah total PDRB, setelah dikurangi pajak tidak langsung netto dan penyusutan, dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

g. Sektor ekonomi unggulan adalah sektor ekonomi yang memenuhi syarat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu dan merupakan kesimpulan dari beberapa analisis.

h. Daya saing adalah kumpulan dari institusi, kebijakan, dan faktor-faktor yang dapat menentukan tingkat produktifitas sebuah wilayah.

i. Keunggulan kompetitif adalah produk yang dihasilkan oleh suatu daerah yang dapat bersaing dengan produk yang sama yang dihasilkan daerah lain.

Kab. Kutai Barat

Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau mempunyai luas wilayah 39.799,90 km2 dengan batas-batasnya adalah:

- Sebelah Utara : Kabupaten Nunukan

- Sebelah Timur : Kabupaten Tana Tidung dan Bulungan - Sebelah Selatan : Kabupaten Kutai Barat

- Sebelah Barat : Negara Bagian Sarawak, Malaysia

Gambar 6. Peta Kabupaten Malinau

Kab. Nunukan Serawak Malaysia Timur Kab. Bulungan Samarinda Balikpapan Kota Tarakan Kab. Malinau

Kabupaten Malinau saat ini terdiri dari 12 kecamatan dan 109 desa, dengan 4 kecamatan berada di wilayah perbatasan Republik Indonesia dengan Malaysia. Alat transportasi untuk menjangkau kecamatan dan desa-desa yang ada di pedalaman hanya dapat dilakukan melalui jalur sungai maupun jalur udara, dengan jadwal yang tidak tetap tergantung dari kondisi cuaca.

4.1 Demografi/Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Malinau dari tahun 2000 sampai tahun 2010 sangat pesat. Fenomena tersebut muncul karena Kabupaten Malinau merupakan kabupaten muda dan memiliki banyak peluang kegiatan ekonomi. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Malinau hanya sebesar 36.632 jiwa dengan jumlah laki-laki 19.181 jiwa dan perempuan 17.446 jiwa. Jumlah keluarga pada tahun 2000 hanya sebanyak 7.862 KK dengan kepadatan penduduk berkisar 0,86 jiwa/km2. Namun pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Malinau sudah berkembang pesat menjadi 62.423 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 13.142 KK. Akan tetapi tidak setiap tahun jumlah penduduk Kabupaten Malinau mengalami peningkatan. Penduduk Kabupaten Malinau pada tahun 2005, 2007, dan 2010 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan adanya penghentian sementara proses produksi batubara dan adanya eksodus tenaga kerja musiman ke daerah lain.

Tabel 1. Jumlah penduduk Kabupaten Malinau dan pertumbuhannya tahun 2000-2010

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan (persen)

2000 36.632 - 2001 38.121 4,06 2002 41.170 7,99 2003 44.316 7,64 2004 52.419 18,28 2005 50.692 -3,29 2006 59.212 16,81 2007 55.577 -6,14 2008 66.023 18,79 2009 70.717 7,11 2010 62.423 -11,73

Sumber : Malinau Dalam Angka 2003 dan 2011, diolah.

Persebaran penduduk antar kecamatan di Kabupaten Malinau belum merata. Sebagian besar penduduk (46,69 persen) tinggal di kecamatan sekitar ibukota kabupaten, yaitu Kecamatan Malinau dan Kecamatan Malinau Utara, sedangkan kecamatan yang berada di pedalaman dan perbatasan jumlah penduduknya hanya sekitar 1000 – 3000 jiwa.

Sumber : Malinau Dalam Angka 2011, diolah.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja di Kabupaten Malinau sebanyak 26.687 jiwa. Jumlah pekerja yang paling banyak berada di subsektor pertanian tanaman padi dan palawija yaitu sebanyak 10.227 orang atau sebesar 38,32 persen. Sedangkan jumlah keseluruhan tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak 12.978 orang. Sektor jasa merupakan sektor yang memiliki jumlah tenaga kerja terbesar kedua yaitu sebanyak 6.758 orang atau sebesar 25,32 persen.

Tabel 2. Jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2010

Sektor Jumlah Tenaga Kerja Persentase

Pertanian 12.978 48,63

Pertambangan dan Penggalian 1.650 6,18

Industri Pengolahan 511 1,91

Listrik, Gas dan Air Minum 27 0,10

Bangunan 1.505 5,64

Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.482 9,30

Pengangkutan dan Komunikasi 704 2,64

Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 72 0,27

Jasa 6.758 25,32

Sumber : BPS 2011

4.2 Pendidikan dan Kesehatan

Kemajuan suatu wilayah dapat dilihat dari seberapa banyak pemerintah meyediakan sarana dan prasarana dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Kedua sektor ini saling berhubungan karena terkait dengan kesejahteraan seseorang. Pada tahun 2000 jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Malinau hanya sebanyak 96 unit sekolah yang terdiri dari 4 unit TK, 76 unit SD, 11 unit SMP, dan 4 unit SMU. Pada tahun 2010 keadaan ini telah mengalami perubahan yaitu menjadi 17 unit TK, 87 unit SD, 25 unit SMP, 13 unit SMU, 4 unit SMK, dan 1 unit

perguruan tinggi. Pesatnya perkembangan jumlah sekolah diikuti pula dengan adanya peningkatan mutu dan kualitas bangunan sekolah itu sendiri, dimana saat ini sekolah-sekolah di kecamatan perbatasan dan pedalaman sudah berkonstruksi beton.

Sumber : Malinau Dalam Angka 2003 dan 2011, diolah

Gambar 8. Perkembangan jumlah sekolah tahun 2000-2010

Komitmen Pemerintah Kabupaten Malinau untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusianya tidak hanya ditujukan di sektor pendidikan tetapi sektor kesehatan juga mendapat perhatian yang serius. Pada tahun 2000 hanya terdapat tenaga kesehatan sebanyak 96 orang, kemudian pada tahun 2010 sudah berkembang menjadi 408 orang. Jumlah fasilitas kesehatan juga mengalami perkembangan. Kondisi awal pada tahun 2000 belum terdapat rumah sakit dan hanya terdapat 5 unit puskesmas, 29 unit puskesmas pembantu, dan 77 unit posyandu, sedangkan pada tahun 2010 fasilitas kesehatan yang tersedia meliputi 1 unit rumah sakit, 14 unit puskesmas, 46 unit puskesmas pembantu, dan 100 unit posyandu.

Sumber : Malinau Dalam Angka 2003 dan 2011, diolah.

Gambar 9. Perkembangan jumlah sarana kesehatan tahun 2000-2010 4.3 Produk Domestik Regional Bruto

Salah satu indikator ekonomi makro untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup kabupaten dan kota adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha. PDRB merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di suatu daerah dalam satu tahun terakhir.

PDRB dibagi menjadi PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tersebut, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar (dalam hal ini tahun 2000). PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2000 besaran PDRB Kabupaten Malinau baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan adalah sama yaitu sebesar 335,682 milyar rupiah. Nilai PDRB ini mengalami peningkatan pada tahun 2010, dimana nilai PDRB atas dasar harga konstan sebesar 693,924 milyar rupiah dan nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 2,122 trilyun rupiah seperti terlihat dalam Tabel 3. Perkembangan nilai PDRB yang pesat dari tahun 2000 ke tahun 2010 menunjukkan kegiatan pembangunan yang tinggi oleh Pemerintah Kabupaten Malinau.

Tabel 3. PDRB atas dasar harga konstan dan berlaku tahun 2000-2010 Tahun PDRB atas dasar harga

konstan (juta rupiah)

PDRB atas dasar harga berlaku (juta rupiah)

2000 335.862 335.862 2001 375.457 399.862 2002 422.993 482.305 2003 448.629 585.388 2004 454.183 657.251 2005 470.671 752.209 2006 485.133 859.243 2007 515.764 1.041.793 2008 557.196 1.311.538 2009 609.230 1.636.322 2010*) 693.924 2.122.379 *) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

4.4 Pertumbuhan Ekonomi

Ketertinggalan Kabupaten Malinau dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya menjadikan Kabupaten Malinau terus mengejar ketertinggalannya. Semangat kerja keras tersebut tercermin dari nilai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di tiap tahunnya, kecuali tahun 2004, 2005, dan 2006 yang mengalami

pertumbuhan dibawah 5 persen. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan produksi tanaman pangan dan beberapa perusahaan pertambangan menghentikan sementara kegiatan operasionalnya. Tetapi pada tahun berikutnya, Kabupaten Malinau mengalami pertumbuhan ekonomi yang fantastis dan puncaknya pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 13,90 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah

Gambar 10. Pertumbuhan ekonomi tahun 2000-2010

Pertumbuhan ekonomi tersebut adalah kontribusi dari sektor-sektor ekonomi yang terdapat di Kabupaten Malinau. Berikut adalah tinjauan pertumbuhan tiap sektor dari tahun 2000-2010.

a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Sektor pertanian merupakan salah satu penopang utama perekonomian Kabupaten Malinau, akan tetapi dalam pertumbuhannya berfluktuasi. Sektor pertanian pada

tahun 2000 mengalami pertumbuhan sebesar 4,21 persen, dan tahun 2003 pertumbuhannya -0,55 persen. Kemudian mengalami pertumbuhan positif tahun 2007 dan 2010. Puncak penurunan pertumbuhan terbesar adalah tahun 2009 yaitu sebesar -19,81 persen.

Penurunan pertumbuhan sektor pertanian ini terutama berasal dari subsektor kehutanan, dimana pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar -25,30 persen. Fenomena tersebut disebabkan oleh penetapan Kabupaten Malinau sebagai kabupaten konservasi, sehingga kelestarian hutan lebih diutamakan dibandingkan dengan pembangunan.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

Gambar 11. Pertumbuhan sektor pertanian tahun 2000-2010

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kabupaten Malinau merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Timur yang tidak memiliki pertambangan minyak bumi dan gas. Andalan utama di sektor pertambangan dan penggalian ini adalah pertambangan non migas, yaitu

batubara. Pertambangan batubara sudah ada sejak Kabupaten Malinau masih tergabung dengan kabupaten induk.

Pada tahun 2000 sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 28,99 persen. Berturut-turut sampai tahun 2002 masih mengalami pertumbuhan yang positif. Namun pada tahun 2003 sampai tahun 2006 pertumbuhannya negatif dan pertumbuhan terendah di tahun 2006 yaitu -81,62 persen. Pertumbuhan yang negatif ini seiring dengan menurunnya pertumbuhan subsektor pertambangan tanpa migas yaitu batubara.

Pada tahun 2007 sampai 2010 pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian kembali positif. Bahkan pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu 300,91 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

Gambar 12. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian tahun 2000-2010

c. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan terdiri dari subsektor industri migas dan industri nonmigas. Di Kabupaten Malinau hanya terdapat industri nonmigas, dikarenakan tidak terdapat pertambangan minyak dan gas.

Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 pertumbuhan sektor industri pengolahan ini fluktuatif yaitu antara 3-30 persen. Pada tahun 2000 pertumbuhan sektor industri pengolahan sebesar 30,13 persen, tetapi tahun 2004 dan 2005 terjadi perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar 3,43 persen dan 3,19 persen. Periode tahun 2008 sampai 2010 pertumbuhan sektor ini hanya berkisar antara 7-10 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

Gambar 13. Pertumbuhan sektor industri pengolahan tahun 2000-2010 d. Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum

Sektor listrik, gas, dan air minum merupakan sektor yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. Di Kabupaten Malinau untuk sektor ini hanya terdapat dua

subsektor yaitu listrik dan air minum. Sebagaimana umumnya daerah pemekaran baru, pada awal terbentuknya mengalami permasalahan listrik dan air minum dikarenakan lama waktu beroperasinya yang kurang maupun produksinya yang tidak memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air minum pada tahun 2000 sebesar -26,85 persen.

Pada tahun 2001 sektor listrik dan air minum menjadi perhatian utama pemerintah. Hal tersebut berdampak positif dengan terjadinya pertumbuhan yang tinggi di sektor listrik, gas, dan air minum ini yaitu sebesar 63,81 persen. Pada periode tahun 2004-2010 pertumbuhannya tidak terlalu tinggi karena berbagai infrastruktur dasar sudah terpasang. Jadi tiap tahun hanya terdapat beberapa penambahan yang tidak terlalu besar dan terakhir pada tahun 2010 pertumbuhan sektor ini hanya sebesar 12,53 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

Gambar 14. Pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air minum tahun 2000-2010

e. Sektor Bangunan

Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah domestik di suatu daerah yang dilakukan baik oleh kontraktor umum maupun kontraktor khusus. Pada tahun 2001 sampai 2003 Pemerintah Kabupaten Malinau sangat gencar membangun infrastruktur, baik jalan, jembatan, gedung pemerintahan maupun gedung-gedung lainnya. Pertumbuhan sektor bangunan pada tahun 2001 sebesar 225,34 persen, pada tahun 2002 sebesar 247,49 persen, dan pada tahun 2003 sebesar 105,27 persen.

Pada periode berikutnya, yaitu tahun 2004 sampai 2006 kegiatan pembangunan infrastruktur mulai menurun, seiring dengan sudah tersedianya beberapa fasilitas umum. Pada periode tahun 2007 sampai dengan 2010 pertumbuhan sektor bangunan semakin mengecil yaitu hanya berkisar diantara 6-11 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

f. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Perkembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten Malinau tidak terlalu tinggi. Pertumbuhan yang tinggi hanya terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 23,92 persen dengan subsektor perdagangan menjadi subsektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 26,30 persen.

Subsektor hotel mengalami pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2003 yaitu sebesar 63,20 persen, sedangkan subsektor restoran pertumbuhan tertinggi juga pada tahun 2003 yaitu sebesar 38,04 persen. Pada periode setelah tahun 2003 pertumbuhan sektor ini relatif kecil, yaitu dibawah 10 persen, bahkan pada tahun 2008 pertumbuhannya hanya sebesar 1,58 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

Gambar 16. Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran tahun 2000-2010

g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi terdiri dari subsektor pengangkutan dan komunikasi. Subsektor pengangkutan terdiri dari angkutan darat, angkutan

Dokumen terkait