• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Di Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2000-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Di Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2000-2010"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan sebuah angin segar bagi pemerintahan di Indonesia, baik pemerintahan provinsi maupun kabupaten/kota, untuk lebih bebas melaksanakan pembangunan di daerahnya. Pelimpahan kewenangan, hak, dan kewajiban dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah menjadikan setiap daerah bebas mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat, sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat meningkat, terjadi percepatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat (Said, 2008).

(2)

Kabupaten Malinau merupakan salah satu kabupaten yang terbentuk oleh adanya kebijakan otonomi daerah tersebut. Kabupaten Malinau secara resmi berpisah dari kabupaten induknya, Kabupaten Bulungan, berdasarkan UU nomor 47 tahun 1999. Kabupaten Malinau mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu:

1. Kabupaten Malinau sebagai kabupaten tertinggal 2. Kabupaten Malinau sebagai kabupaten perbatasan 3. Kabupaten Malinau sebagai kabupaten konservasi

Kondisi ini mewarnai arah dan strategi pembangunan Kabupaten Malinau, baik masa kini maupun masa mendatang (BAPPEDA, 2010).

(3)

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2010

Gambar 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kab/Kota se Provinsi Kalimantan Timur tahun 2010 (milyar rupiah)

(4)

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2010

Gambar 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kab/Kota se Provinsi Kalimantan Timur tahun 2010 (milyar rupiah)

Kabupaten Malinau membutuhkan akselerasi pembangunan ekonomi yang cepat, terutama untuk mengejar ketertinggalannya dengan kabupaten/kota lain. Di lain sisi juga dibutuhkan pembangunan ekonomi yang lebih mensejahterakan masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar area Taman Nasional Kayan Mentarang, agar dapat menjaga lingkungan hidupnya dan tujuan dari kabupaten konservasi dapat tercapai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu:

1. Sektor dan subsektor ekonomi apa saja yang dapat menjadi unggulan bagi pembangunan ekonomi di Kabupaten Malinau

(5)

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi sektor dan subsektor ekonomi yang menjadi unggulan di Kabupaten Malinau.

2. Menganalisis pola pengembangan sektor dan subsektor ekonomi unggulan tersebut dalam rangka akselerasi proses pembangunan di Kabupaten Malinau. Selanjutnya hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan proses pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat di Kabupaten Malinau.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui sektor-sektor dan subsektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau sehingga dapat memberikan masukan bagi proses pembangunan di Kabupaten Malinau.

2. Sebagai salah satu bahan acuan bagi Pemeritah Kabupaten Malinau untuk fokus pada pengembangan sektor dan subsektor unggulan tersebut.

(6)

1.5 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini ruang lingkup yang dibahas penulis hanya terbatas pada:

1. Sektor dan subsektor ekonomi unggulan apa saja di Kabupaten Malinau yang ditentukan melalui analisis Location Quotient, Model Rasio Pertumbuhandan Indeks Komposit.

(7)

2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi bukan sebuah konsep baru. Selama berpuluh tahun para ahli sosial telah berusaha merumuskan tentang konsep pembangunan, namun hanya beberapa ahli yang mempunyai konsep yang terstruktur (Jhingan, 2010).

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakatnya. Pembangunan merupakan suatu jalinan dari masalah sosial, ekonomi, politik, administrasi dan sebagainya yang saling berpengaruh dan saling berkaitan, sehingga pemecahan masalah pembangunan dengan pendekatan yang bercorak multi disiplin (Sukirno, 1985).

Menurut Schumpeter, pembangunan adalah perubahan yang spontan dan terputus-putus, gangguan terhadap keseimbangan yang selalu mengubah dan mengganti keadaan keseimbangan yang ada sebelumnya. Perubahan ini timbul atas inisiatif perekonomian sendiri dan muncul di atas cakrawala perdagangan dan industri (Jhingan, 2010).

(8)

1. Kemampuan mengendalikan penduduk.

2. Kebulatan tekad menghindari perang dan perselisihan sipil.

3. Kemauan untuk memercayai ilmu pengetahuan, memedomani hal-hal yang benar sesuai dengan ilmu pengetahuan.

4. Tingkat akumulasi yang ditentukan oleh margin antara produksi dan konsumsi.

Proses pembangunan ekonomi tidaklah semudah yang dibayangkan. Pembangunan ekonomi memiliki beberapa hambatan yang menyebabkan terjadinya keterbelakangan. Hambatan tersebut yaitu:

1. Lingkaran setan kemiskinan.

2. Tingkat pembentukan modal yang rendah. 3. Hambatan sosial budaya.

4. Dampak kekuatan internasional.

Hambatan lain yang selama ini tersembunyi adalah pengaruh buruk investasi asing (Jhingan, 2010).

Pertumbuhan merupakan salah satu unsur utama dalam pembangunan ekonomi dan mempunyai implikasi kebijakan yang cukup luas. Analisis tentang pertumbuhan dapat menjelaskan mengapa suatu daerah mengalami pertumbuhan yang cepat dan mengapa terjadi ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah (Sjafrizal, 2008).

(9)

adanya tahapan dalam pertumbuhan ekonomi yaitu masyarakat tradisional, prasyarat untuk tinggal landas, tinggal landas, dewasa dan masa konsumsi massal (Jhingan, 2010).

2.2 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Dalam pengertian ekonomi regional, ekspor adalah menjual produk/jasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara tersebut maupun ke luar negeri. Tenaga kerja yang berdomisili di suatu wilayah, namun bekerja dan memperoleh uang dari wilayah lain termasuk dalam pengertian ekspor. Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah.

Sektor basis adalah sektor yang mampu memenuhi kebutuhan wilayah tersebut dan wilayah lainnya. Sektor nonbasis adalah sektor yang hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi lokal saja. Karena sifatnya yang memenuhi kebutuhan lokal, permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Berdasarkan hal tersebut tersebut maka satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis (Tarigan, 2007).

Pengembangan suatu wilayah dengan sektor basis harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

(10)

2. Mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang.

3. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain, baik dalam segi harga, biaya produksi, dan kualitas pelayanan.

4. Memiliki keterkaitan dengan wilayah, baik dalam hal pasar maupun pasokan bahan baku.

5. Memiliki status teknologi yang terus meningkat.

6. Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal. 7. Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu.

8. Tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

9. Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan.

10.Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan.

Kriteria lain dari komoditas unggulan adalah kontributif (memiliki kontribusi yang besar dalam pencapaian tujuan utama pembangunan daerah), artikulatif (memiliki kemampuan besar sebagai dinamisator bagi pertumbuhan sektor-sektor lain dalam spektrum yang luas), progresif (dapat tumbuh secara berkelanjutan), tangguh (memiliki daya saing), dan promotif (mampu menciptakan tata lingkungan yang baik bagi kegiatan perekonomian) (Daryanto dan Yundi, 2010).

2.3 Otonomi Daerah

(11)

Menurut Muhammad Hatta, pembentukan pemerintahan daerah (pemerintahan yang berotonomi) merupakan salah satu aspek pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat, sehingga hak rakyat untuk menentukan nasibnya tidak hanya ada pada pucuk pimpinan negara, tetapi juga pada setiap tempat di kota, desa, dan daerah (Rosidin, 2010).

Otonomi daerah sebagai sebuah proses devolusi dalam sektor publik dimana terjadi pengalihan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota. Dengan memberikan kewenangan dan otonomi yang signifikan kepada daerah, akan membantu menciptakan kembali keseimbangan antara dimensi nasional dan lokal dari proses pembangunan (Said, 2008).

Visi otonomi daerah dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup interaksi yang utama yaitu politik, ekonomi, dan sosial budaya. Di bidang ekonomi, otonomi daerah harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah dan membuka peluang untuk pengembangan kebijakan regional dan lokal dalam mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Secara umum otonomi daerah bertujuan untuk memeratakan pembangunan ekonomi sehingga akan tercipta kesejahteraan masyarakat (Rosidin, 2010).

Sistem hubungan antara pemerintah pusat dan daerah menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 dapat dibagi dalam 3 prinsip, yaitu:

(12)

2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah.

3. Tugas Pembantuan adalah tugas-tugas untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pemerintah atau pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan. Urusan yang ditugaskan itu sepenuhnya masih menjadi wewenang pemerintah atau provinsi.

2.4 Spesialisasi Perekonomian

Prinsip keunggulan komparatif menegaskan bahwa suatu negara/daerah yang berada dalam kondisi persaingan, akan (harus) berspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor jenis-jenis barang yang biaya relatifnya paling rendah. Setiap negara/daerah yang ingin memperoleh keuntungan dalam kegiatan ekonomi harus bisa memanfaatkan keunggulan komparatifnya sehingga berkembang istilah yang disebut spesialisasi atas dasar keunggulan komparatif yaitu setiap pihak memproduksi sesuatu yang paling dikuasainya (Todaro dan Smith, 2006).

2.5 Penelitian Sebelumnya

(13)

untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi yaitu SS klasik/tradisional, SS Estaban Marquillas (SS-EM) dan SS Arcelus (SS-A). Sedangkan untuk menguji sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan dipakai analisis Location Quotient (LQ).

Usya (2006) dalam penelitiannya tentang analisis struktur ekonomi dan identifikasi sektor unggulan di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat (periode 1993-2003) menggunakan analisis LQ untuk melihat sektor yang termasuk dalam kategori sektor unggulan dan analisis SS untuk mengetahui perubahan berbagai indikator ekonomi. Penulis menggunakan SS karena dapat memperinci penyebab perubahan berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur ekonomi suatu daerah dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya.

Triseptina (2006) dalam penelitiannya tentang analisis sektor-sektor unggulan kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat berdasarkan indikator pendapatan dengan menggunakan analisis LQ dan turunannya. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau nonbasis dapat digunakan metode langsung dan tidak langsung. Metode tidak langsung dengan metode arbiter, LQ dan kebutuhan minimum.

(14)

Sedangkan analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam merumuskan kebijakan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Ana (2010) dalam penelitiannya tentang analisis sektor ekonomi potensial di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau (periode 2000-2009) menggunakan analisis LQ, Model Rasio Pertumbuhan (MRP), SS-EM, analisis overlay, dan analisis klassen typology. Analisis LQ untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial yang memiliki keunggulan komparatif. Untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial berdasarkan keunggulan kompetitif digunakan analisis MRP. Analisis SS-EM untuk mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di suatu wilayah. Analisis overlay digunakan sebagai lanjutan dari analisis LQ dan MRP untuk mendapatkan deskripsi ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kontribusi. Analisis klassen typology digunakan untuk mengetahui potensi relatif sektor/subsektor ekonomi Kota Tanjungpinang terhadap kabupaten/kota lain se-Provinsi Kepulauan Riau. Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta subsektor komunikasi dan sewa bangunan merupakan subsektor ekonomi potensial di Kota Tanjungpinang.

(15)

ekonomi. Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sektor basis. Analisis MRP digunakan untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan setiap sektor dengan pertumbuhan PDRB nya. Analisis klassen typology untuk mengetahui pola dan struktur pertumbuhan suatu sektor ekonomi. Analisis overlay untuk melihat hasil gabungan dari analisis LQ dan MRP. Dari penelitiannya didapatkan bahwa di Kabupaten Timor Tengah Selatan tidak terdapat sektor unggulan.

Paramitasari (2010) dalam penelitiannya tentang potensi komoditas unggulan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia menggunakan analisis indeks komposit untuk mengetahui komoditas unggulan industri manufaktur. Dari penelitiannya didapatkan ada sebelas komoditas unggulan industri manufaktur di Indonesia. Dari sebelas komoditas unggulan tersebut hanya terdapat tiga komoditas yang mempunyai kemampuan tinggi, baik dalam hal penciptaan nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja.

2.6 Kerangka Pikir

Kesejahteraan masyarakat dapat diraih dengan melakukan pembangunan yang fokus pada sektor unggulan daerah tersebut. Dalam penelitian ini akan diidentifikasi sektor/subsektor unggulan Kabupaten Malinau menggunakan data PDRB dan analisis indeks komposit dengan variabel lain yang relevan dalam penentuan sektor unggulan.

(16)
(17)

Gambar 3. Kerangka pikir penelitian Wilayah Penelitian

Otonomi Daerah

Terbentuknya Kabupaten Malinau

Nilai PDRB ADHK nomor 2 terbawah se Provinsi Kalimantan Timur

9 sektor ekonomi menurut lapangan usaha

Kontribusi Analisis LQ Analisis MRP

(18)

3.1 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik

(BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

harga berlaku maupun atas dasar harga konstan Tahun 2000-2010 Kabupaten

Malinau dan Provinsi Kalimantan Timur, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) Kabupaten Malinau. Selain itu digunakan juga data sekunder lainnya

yang berkaitan.

3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan secara

umum dan perkembangan perekonomian di Kabupaten Malinau. Dalam analisis

ini akan dibahas bagaimana proporsi perekonomian Kabupaten Malinau,

pertumbuhan ekonominya, kontribusi tiap sektor dan subsektornya serta posisinya

terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Timur.

3.2.2 Analisis Location Quotient

Location Quotient (kuosien lokasi) atau disingkat LQ adalah perbandingan

besarnyaperanan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan

sektor/industri tersebut secara nasional. Wilayah nasional dapat diartikan sebagai

(19)

dengan provinsi, maka provinsi memegang peran sebagai wilayah nasional.

Rumusan analisis LQ adalah sebagai berikut:

... (3.1)

dimana:

LQij = Indeks LQ sektor i Kabupaten Malinau

xij = Nilai PDRB ADHK sektor i Kabupaten Malinau

xj = Total nilai PDRB ADHK Kabupaten Malinau

Xi = Nilai PDRB ADHK sektor i Provinsi Kalimantan Timur

X = Total nilai PDRB ADHK Provinsi Kalimantan Timur

Apabila LQ > 1 berarti peranan sektor tersebut di Kabupaten Malinau

lebih menonjol daripada peranannya di Provinsi Kalimantan Timur. Sebaliknya,

apabila LQ < 1 maka peranan sektor tersebut di Kabupaten Malinau lebih kecil

daripada peranannya di Provinsi Kalimantan Timur. Jika nilai LQ nya = 1 maka

sektor tersebut hanya mampu melayani pasar di Kabupaten Malinau saja.

Dapat disimpulkan apabila LQ > 1 memberikan petunjuk bahwa daerah itu

surplus produk sektor tersebut dan mengekspornya ke daerah lain. Secara tidak

langsung bila LQ > 1 maka daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif

untuk sektor tersebut.

Menggunakan LQ sebagai petunjuk keunggulan komparatif hanya dapat

digunakan bagi sektor yang telah lama berkembang. LQ tidak dapat digunakan

untuk sektor yang baru berkembang karena produk totalnya belum dapat

(20)

3.2.3 Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Beberapa penelitian terdahulu hanya sebatas pada alat analisis LQ untuk

penentuan sektor/subsektor ekonomi unggulan. Namun penggunaan alat analisis

lain juga diperlukan untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi unggulan

karena LQ sifatnya yang hanya one shot (Tarigan, 2007). Ana (2010), dalam

penelitiannya, juga menyarankan untuk menggunakan lebih dari satu alat analisis

dalam mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi unggulan di suatu wilayah.

Alat analisis lain yang digunakan adalah Model Rasio Pertumbuhan

(MRP) untuk menganalisis sektor/subsektor unggulan berdasarkan kriteria

pertumbuhan PDRB Kabupaten Malinau. MRP merupakan suatu alat analisis

dimana akan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang

lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam analisis ini terdapat dua

macam rasio pertumbuhan, yaitu:

1. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs)

Dalam rasio ini melakukan kegiatan perbandingan antara pertumbuhan

PDRB sektor i di Kabupaten Malinau dengan pertumbuhan PDRB sektor i

di Provinsi Kalimantan Timur.

2. Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr)

Dalam rasio ini melakukan kegiatan perbandingan rata-rata pertumbuhan

PDRB sektor i di Provinsi Kalimantan Timur dengan rata-rata

(21)

Formulasi penghitungan RPs dan RPr merupakan penurunan dari

persamaan berikut:

1. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs):

... (3.2)

... (3.3)

... (3.4)

... (3.5)

Sehingga rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) = ... (3.6)

2. Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr):

... (3.7)

... (3.8)

... (3.9)

... (3.10)

(22)

dimana:

... (3.12)

... (3.13)

... (3.14)

Keterangan :

∆Eij : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kabupaten Malinau.

Eij.t : PDRB sektor/subsektor i di Kabupaten Malinau pada akhir tahun

analisis.

∆Ein : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di Provinsi Kalimantan Timur.

Ein.t : PDRB sektor/subsektor i di Provinsi Kalimantan Timur pada akhir

tahun analisis.

∆En : Perubahan PDRB Provinsi Kalimantan Timur.

En.t : Total PDRB Provinsi Kalimantan Timur pada tahun akhir analisis.

Mij : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kabupaten Malinau yang

disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor/subsektor i di

Provinsi Kalimantan Timur.

Cij : Perubahan PDRB sektor/subsektor i di Kabupaten Malinau yang

disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor/subsektor i di

(23)

3.2.4 Variabel Tenaga Kerja

Aspek penyerapan tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang

dipertimbangkan dalam menentukan sektor unggulan di Kabupaten Malinau.

Tenaga kerja merupakan aspek yang penting dalam pembangunan, baik dilihat

dari kuantitas maupun kualitas. Salah satu keberhasilan pembangunan ekonomi

adalah kemampuannya dalam menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat

meningkatkan daya beli barang-barang produksi yang dihasilkannya. Dalam hal

ini perlu adanya keseimbangan antara pertambahan angkatan kerja dengan

kemampuan sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja.

Dalam penelitian ini variabel tenaga kerja dihitung berdasarkan rata-rata

penyerapan tenaga kerja per sektor selama tahun pengamatan, yaitu dengan

rumus:

... (3.15)

dimana:

: Rata-rata tenaga kerja sektor j.

: Jumlah tenaga kerja sektor j pada tahun pertama sampai ke-n.

n : Jumlah tahun pengamatan.

3.2.5 Variabel Pertumbuhan Kontribusi PDRB

Kontribusi terhadap PDRB merupakan salah satu gambaran tentang

seberapa besar peranan sektor/subsektor ekonomi dalam perekonomian suatu

(24)

bagaimana sektor/subsektor tersebut dalam jangka panjang dapat terus diandalkan

di wilayah tersebut atau tidak.

Dalam penelitian ini pertumbuhan dari kontribusi tiap sektor/subsektor

terhadap PDRB Kabupaten Malinau selama tahun 2000-2010 dijadikan salah satu

pertimbangan dalam menentukan sektor unggulan karena belum tentu sektor yang

mempunyai nilai tambah terbesar dengan kontribusi besar merupakan sektor

unggulan. Oleh karena itu perlu dilihat bagaimana sejarah kontribusi

sektor/subsektor tersebut terhadap PDRB selama kurun waktu 10 tahun terakhir.

Pertumbuhan kontribusi PDRB ini dihitung berdasarkan rumus:

... (3.16)

dimana:

: Pertumbuhan kontribusi sektor i pada tahun t.

: Kontribusi sektor i pada tahun t.

: Kontribusi sektor i pada tahun t-1.

3.2.6 Analisis Indeks Komposit

Penentuan sektor/subsektor ekonomi unggulan secara keseluruhan

dilakukan dengan indeks komposit. Analisis indeks komposit ini menggabungkan

beberapa variabel yang berkaitan untuk dihitung secara bersama-sama.

Penghitungan indeks pada penulisan ini menggunakan empat variabel, yaitu hasil

penghitungan analisis LQ, hasil penghitungan analisis MRP, variabel tenaga kerja

(25)

Setelah nilai masing-masing variabel tersebut diketahui, kemudian

dilakukan penghitungan indeks untuk masing-masing variabel. Penghitungan

dasarnya adalah menggunakan rumus:

Indeksi = {( Ai - Amin ) / (Amax - Amin )} x 100% ... (3.15)

dimana :

Ai : Nilai komoditas i berdasarkan variabel tertentu.

Amin : Nilai terkecil dari variabel tertentu.

Amax : Nilai terbesar dari variabel tertentu.

Bila nilai indeks masing-masing variabel sudah didapatkan, hasil indeks

seluruh variabel untuk tiap sektor/subsektor ditambahkan, kemudian

dirata-ratakan. Bila rata-rata indeks suatu komoditas lebih besar daripada rata-rata indeks

total, maka sektor/subsektor tersebut dinyatakan sebagai sektor/subsektor

unggulan.

3.2.7 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang

dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman

(Threats). Proses pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi dan kebijakan wilayah yang bersangkutan, dengan demikian

harus dianalisis dalam kondisi yang ada saat ini. Analisis SWOT ini terdiri dari

(26)

peluang dan ancaman. Jadi analisis SWOT merupakan perbandingan antara faktor

internal dan eksternal (Rangkuti, 1997).

Diagram analisis SWOT dapat digambarkan sebagai berikut,

Gambar 4. Diagram analisis SWOT

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Daerah tersebut

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan agresif.

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, daerah ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi

(produk/pasar).

Peluang (O)

Ancaman (T)

Kelemahan (W) Kekuatan (S) 3. Mendukung strategi

turn around

1. Mendukung strategi agresif

4. Mendukung strategi

defensif

(27)

Kuadran 3 : Daerah menghadapi peluang yang sangat besar, namun

menghadapi pula beberapa kelemahan secara internal. Fokus

strategi pada kuadran ini adalah meminimalkan masalah-masalah

internal daerah tersebut sehingga dapat merebut peluang pasar

yang lebih baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, daerah

menghadapi berbagai macam ancaman dan kelemahan internal.

Untuk mengetahui alternatif strategi yang harus digunakan, dipakai

matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi daerah dapat disesuaikan dengan

kekuatan dan kelemahan internal. Matriks ini dapat menghasilkan empat set

kemungkinan alternatif strategi.

(28)

Keterangan:

Strategi SO : Dibuat berdasarkan jalan pikiran daerah, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.

Strategi ST : Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki daerah

tersebut untuk mengatasi ancaman.

Strategi WO : Strategi ini berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

Strategi WT : Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari

ancaman.

Tahapan kegiatan dari perumusan strategi berdasarkan analisis SWOT

adalah:

1. Tentukan faktor-faktor strategis eksternal.

2. Tentukan faktor-faktor strategis internal.

3. Beri bobot masing-masing faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai

dengan 0,0 (tidak penting).

4. Berilah rating untuk masing-masing faktor, mulai dari 4, apabila faktor

peluang dan kekuatan lebih besar, sedangkan apabila faktor ancaman dan

kelemahan lebih besar berilah nilai -4.

5. Kalikan bobot dengan rating, hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi dari 4 (sangat baik) sampai

(29)

6. Jumlahkan skor pembobotan, kemudian tempatkan hasilnya pada diagram

analisis SWOT (gambar 4).

7. Tentukan strategi yang harus diambil melalui matriks SWOT berdasarkan

penempatan skor pembobotan pada diagram analisis SWOT.

3.3 Definisi Variabel Operasional

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah dari nilai tambah

bruto seluruh barang dan jasa yang dihasilkan semua sektor atau lapangan

usaha di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan adalah jumlah nilai tambah bruto seluruh

barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga tahun tertentu sebagai

harga dasar.

c. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku adalah jumlah nilai tambah bruto seluruh

barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga pada tahun berjalan.

d. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan dari nilai PDRB atas dasar harga

konstan pada suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan nilai PDRB

atas dasar harga konstan pada tahun sebelumnya.

e. Kontribusi sektor adalah besarnya persentase dari nilai tambah tiap sektor

terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku pada periode tertentu.

f. Pendapatan per kapita adalah total PDRB, setelah dikurangi pajak tidak

langsung netto dan penyusutan, dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan

(30)

g. Sektor ekonomi unggulan adalah sektor ekonomi yang memenuhi syarat

berdasarkan kriteria-kriteria tertentu dan merupakan kesimpulan dari

beberapa analisis.

h. Daya saing adalah kumpulan dari institusi, kebijakan, dan faktor-faktor yang

dapat menentukan tingkat produktifitas sebuah wilayah.

i. Keunggulan kompetitif adalah produk yang dihasilkan oleh suatu daerah yang

(31)

Kab. Kutai Barat

Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau mempunyai luas wilayah 39.799,90 km2 dengan batas-batasnya adalah:

- Sebelah Utara : Kabupaten Nunukan

- Sebelah Timur : Kabupaten Tana Tidung dan Bulungan - Sebelah Selatan : Kabupaten Kutai Barat

- Sebelah Barat : Negara Bagian Sarawak, Malaysia

Gambar 6. Peta Kabupaten Malinau

Kab. Nunukan Serawak

Malaysia Timur

Kab. Bulungan

Samarinda

Balikpapan

(32)

Kabupaten Malinau saat ini terdiri dari 12 kecamatan dan 109 desa, dengan 4 kecamatan berada di wilayah perbatasan Republik Indonesia dengan Malaysia. Alat transportasi untuk menjangkau kecamatan dan desa-desa yang ada di pedalaman hanya dapat dilakukan melalui jalur sungai maupun jalur udara, dengan jadwal yang tidak tetap tergantung dari kondisi cuaca.

4.1 Demografi/Kependudukan dan Ketenagakerjaan

(33)

Tabel 1. Jumlah penduduk Kabupaten Malinau dan pertumbuhannya tahun 2000-2010

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan (persen)

2000 36.632 -

2001 38.121 4,06

2002 41.170 7,99

2003 44.316 7,64

2004 52.419 18,28 2005 50.692 -3,29 2006 59.212 16,81 2007 55.577 -6,14 2008 66.023 18,79

2009 70.717 7,11

2010 62.423 -11,73

Sumber : Malinau Dalam Angka 2003 dan 2011, diolah.

Persebaran penduduk antar kecamatan di Kabupaten Malinau belum merata. Sebagian besar penduduk (46,69 persen) tinggal di kecamatan sekitar ibukota kabupaten, yaitu Kecamatan Malinau dan Kecamatan Malinau Utara, sedangkan kecamatan yang berada di pedalaman dan perbatasan jumlah penduduknya hanya sekitar 1000 – 3000 jiwa.

Sumber : Malinau Dalam Angka 2011, diolah.

(34)

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja di Kabupaten Malinau sebanyak 26.687 jiwa. Jumlah pekerja yang paling banyak berada di subsektor pertanian tanaman padi dan palawija yaitu sebanyak 10.227 orang atau sebesar 38,32 persen. Sedangkan jumlah keseluruhan tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak 12.978 orang. Sektor jasa merupakan sektor yang memiliki jumlah tenaga kerja terbesar kedua yaitu sebanyak 6.758 orang atau sebesar 25,32 persen.

Tabel 2. Jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2010

Sektor Jumlah Tenaga Kerja Persentase

Pertanian 12.978 48,63

Pertambangan dan Penggalian 1.650 6,18

Industri Pengolahan 511 1,91

Listrik, Gas dan Air Minum 27 0,10

Bangunan 1.505 5,64

Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.482 9,30

Pengangkutan dan Komunikasi 704 2,64

Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 72 0,27

Jasa 6.758 25,32

Sumber : BPS 2011

4.2 Pendidikan dan Kesehatan

(35)

perguruan tinggi. Pesatnya perkembangan jumlah sekolah diikuti pula dengan adanya peningkatan mutu dan kualitas bangunan sekolah itu sendiri, dimana saat ini sekolah-sekolah di kecamatan perbatasan dan pedalaman sudah berkonstruksi beton.

Sumber : Malinau Dalam Angka 2003 dan 2011, diolah

Gambar 8. Perkembangan jumlah sekolah tahun 2000-2010

(36)

Sumber : Malinau Dalam Angka 2003 dan 2011, diolah.

Gambar 9. Perkembangan jumlah sarana kesehatan tahun 2000-2010

4.3 Produk Domestik Regional Bruto

Salah satu indikator ekonomi makro untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu daerah dalam lingkup kabupaten dan kota adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha. PDRB merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di suatu daerah dalam satu tahun terakhir.

(37)

Pada tahun 2000 besaran PDRB Kabupaten Malinau baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan adalah sama yaitu sebesar 335,682 milyar rupiah. Nilai PDRB ini mengalami peningkatan pada tahun 2010, dimana nilai PDRB atas dasar harga konstan sebesar 693,924 milyar rupiah dan nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 2,122 trilyun rupiah seperti terlihat dalam Tabel 3. Perkembangan nilai PDRB yang pesat dari tahun 2000 ke tahun 2010 menunjukkan kegiatan pembangunan yang tinggi oleh Pemerintah Kabupaten Malinau.

Tabel 3. PDRB atas dasar harga konstan dan berlaku tahun 2000-2010 Tahun PDRB atas dasar harga

konstan (juta rupiah)

PDRB atas dasar harga berlaku (juta rupiah)

2000 335.862 335.862

2001 375.457 399.862

2002 422.993 482.305

2003 448.629 585.388

2004 454.183 657.251

2005 470.671 752.209

2006 485.133 859.243

2007 515.764 1.041.793

2008 557.196 1.311.538

2009 609.230 1.636.322

2010*) 693.924 2.122.379

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

4.4 Pertumbuhan Ekonomi

(38)

pertumbuhan dibawah 5 persen. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan produksi tanaman pangan dan beberapa perusahaan pertambangan menghentikan sementara kegiatan operasionalnya. Tetapi pada tahun berikutnya, Kabupaten Malinau mengalami pertumbuhan ekonomi yang fantastis dan puncaknya pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 13,90 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah

Gambar 10. Pertumbuhan ekonomi tahun 2000-2010

Pertumbuhan ekonomi tersebut adalah kontribusi dari sektor-sektor ekonomi yang terdapat di Kabupaten Malinau. Berikut adalah tinjauan pertumbuhan tiap sektor dari tahun 2000-2010.

a. Sektor Pertanian

(39)

tahun 2000 mengalami pertumbuhan sebesar 4,21 persen, dan tahun 2003 pertumbuhannya -0,55 persen. Kemudian mengalami pertumbuhan positif tahun 2007 dan 2010. Puncak penurunan pertumbuhan terbesar adalah tahun 2009 yaitu sebesar -19,81 persen.

Penurunan pertumbuhan sektor pertanian ini terutama berasal dari subsektor kehutanan, dimana pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar -25,30 persen. Fenomena tersebut disebabkan oleh penetapan Kabupaten Malinau sebagai kabupaten konservasi, sehingga kelestarian hutan lebih diutamakan dibandingkan dengan pembangunan.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

Gambar 11. Pertumbuhan sektor pertanian tahun 2000-2010

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

(40)

batubara. Pertambangan batubara sudah ada sejak Kabupaten Malinau masih tergabung dengan kabupaten induk.

Pada tahun 2000 sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 28,99 persen. Berturut-turut sampai tahun 2002 masih mengalami pertumbuhan yang positif. Namun pada tahun 2003 sampai tahun 2006 pertumbuhannya negatif dan pertumbuhan terendah di tahun 2006 yaitu -81,62 persen. Pertumbuhan yang negatif ini seiring dengan menurunnya pertumbuhan subsektor pertambangan tanpa migas yaitu batubara.

Pada tahun 2007 sampai 2010 pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian kembali positif. Bahkan pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu 300,91 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

(41)

c. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan terdiri dari subsektor industri migas dan industri nonmigas. Di Kabupaten Malinau hanya terdapat industri nonmigas, dikarenakan tidak terdapat pertambangan minyak dan gas.

Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 pertumbuhan sektor industri pengolahan ini fluktuatif yaitu antara 3-30 persen. Pada tahun 2000 pertumbuhan sektor industri pengolahan sebesar 30,13 persen, tetapi tahun 2004 dan 2005 terjadi perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar 3,43 persen dan 3,19 persen. Periode tahun 2008 sampai 2010 pertumbuhan sektor ini hanya berkisar antara 7-10 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

Gambar 13. Pertumbuhan sektor industri pengolahan tahun 2000-2010

d. Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum

(42)

subsektor yaitu listrik dan air minum. Sebagaimana umumnya daerah pemekaran baru, pada awal terbentuknya mengalami permasalahan listrik dan air minum dikarenakan lama waktu beroperasinya yang kurang maupun produksinya yang tidak memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air minum pada tahun 2000 sebesar -26,85 persen.

Pada tahun 2001 sektor listrik dan air minum menjadi perhatian utama pemerintah. Hal tersebut berdampak positif dengan terjadinya pertumbuhan yang tinggi di sektor listrik, gas, dan air minum ini yaitu sebesar 63,81 persen. Pada periode tahun 2004-2010 pertumbuhannya tidak terlalu tinggi karena berbagai infrastruktur dasar sudah terpasang. Jadi tiap tahun hanya terdapat beberapa penambahan yang tidak terlalu besar dan terakhir pada tahun 2010 pertumbuhan sektor ini hanya sebesar 12,53 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

(43)

e. Sektor Bangunan

Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi di wilayah domestik di suatu daerah yang dilakukan baik oleh kontraktor umum maupun kontraktor khusus. Pada tahun 2001 sampai 2003 Pemerintah Kabupaten Malinau sangat gencar membangun infrastruktur, baik jalan, jembatan, gedung pemerintahan maupun gedung-gedung lainnya. Pertumbuhan sektor bangunan pada tahun 2001 sebesar 225,34 persen, pada tahun 2002 sebesar 247,49 persen, dan pada tahun 2003 sebesar 105,27 persen.

Pada periode berikutnya, yaitu tahun 2004 sampai 2006 kegiatan pembangunan infrastruktur mulai menurun, seiring dengan sudah tersedianya beberapa fasilitas umum. Pada periode tahun 2007 sampai dengan 2010 pertumbuhan sektor bangunan semakin mengecil yaitu hanya berkisar diantara 6-11 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

(44)

f. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Perkembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran di Kabupaten Malinau tidak terlalu tinggi. Pertumbuhan yang tinggi hanya terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 23,92 persen dengan subsektor perdagangan menjadi subsektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 26,30 persen.

Subsektor hotel mengalami pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2003 yaitu sebesar 63,20 persen, sedangkan subsektor restoran pertumbuhan tertinggi juga pada tahun 2003 yaitu sebesar 38,04 persen. Pada periode setelah tahun 2003 pertumbuhan sektor ini relatif kecil, yaitu dibawah 10 persen, bahkan pada tahun 2008 pertumbuhannya hanya sebesar 1,58 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

(45)

g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi terdiri dari subsektor pengangkutan dan komunikasi. Subsektor pengangkutan terdiri dari angkutan darat, angkutan sungai dan penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan jasa penunjang angkutan. Sedangkan subsektor komunikasi terdiri dari pos dan komunikasi serta jasa penunjang komunikasi.

Untuk subsektor pengangkutan, yang berperan besar adalah angkutan udara, karena untuk menjangkau wilayah pedalaman dan perbatasan sangat tergantung kepada moda angkutan ini. Pertumbuhan tertinggi angkutan udara terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 729,34 persen. Subsektor pengangkutan mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2002 sebesar 43,56 persen, sedangkan subsektor komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2001 sebesar 149,78 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

(46)

h. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan. Pada tahun 2001 sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 5,25 persen dimana subsektor jasa perusahaan menjadi subsektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 33,33 persen. Pertumbuhan tertinggi sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terjadi pada tahun 2005 yaitu 175,32 persen dengan subsektor bank merupakan subsektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 566,36 persen. Pada periode 4 tahun terakhir, pertumbuhan sektor ini termasuk rendah, yaitu berkisar diantara 5-10 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

(47)

i. Sektor Jasa

Sektor jasa terdiri dari subsektor pemerintahan umum dan swasta. Subsektor swasta terdiri dari jasa hiburan dan rekreasi, jasa sosial kemasyarakatan, dan jasa perorangan dan rumah tangga. Pada tahun 2000 sektor jasa mengalami pertumbuhan yang tinggi yaitu 151,91 persen karena pada tahun tersebut terjadi penerimaan pegawai negeri sipil dalam jumlah yang besar dengan terbentuknya pemerintahan yang baru. Pada tahun 2002 sampai dengan 2010 pertumbuhan sektor jasa relatif kecil yaitu berkisar antara 4-10 persen, kecuali pada tahun 2006 sebesar 17,85 persen.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

Gambar 19. Pertumbuhan sektor jasa tahun 2000-2010

(48)

tahunnya, apabila nilai tambah sektor tersebut menurun, maka pertumbuhannya juga akan kecil bahkan bisa negatif.

4.5 Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi tersebut dalam menciptakan nilai tambah. Makin besar nilai tambahnya maka semakin besar peranannya dalam perekonomian wilayah tersebut.

Peranan sektor ekonomi Kabupaten Malinau pada tahun 2010 yang terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu 35,83 persen dengan jumlah nilai tambahnya sebesar 760,386 milyar rupiah dan porsi terbesar berada pada pertambangan non migas yaitu 32,23 persen. Sektor terbesar kedua adalah sektor jasa yaitu 19,45 persen, diikuti oleh sektor pertanian ditempat ketiga dengan kontribusi sebesar 18,02 persen.

(49)

Pada tahun 2003 dan 2004 peranan sektor pertambangan dan penggalian tergeser oleh sektor jasa dengan kontribusi sebesar 10,68 persen dan 10,01 persen. Sektor pertambangan dan penggalian sendiri memberikan kontribusi sebesar 9,60 persen pada tahun 2003 dan 7,58 persen pada tahun 2004. Pada tahun 2005 terjadi perubahan struktur ekonomi Kabupaten Malinau. Sektor bangunan menjadi penyumbang ekonomi nomor tiga dengan kontribusi sebesar 12,05 persen dan sektor jasa menjadi nomor empat dengan kontribusi sebesar 12,01 persen sedangkan sektor pertambangan dan penggalian hanya memberikan kontribusi sebesar 6,43 persen.

Pada tahun 2006 sektor pertanian tetap menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi sebesar 42,71 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 18,14 persen dan sektor jasa sebesar 17,46 persen. Sektor bangunan memberikan kontribusinya sebesar 15,96 persen, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian hanya memberikan kontribusi sebesar 2,32 persen. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2006 ini merupakan yang terkecil sejak Kabupaten Malinau berdiri.

(50)

15,70 persen pada 2007 dan 14,83 persen pada 2008. Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2008 mulai memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kabupaten Malinau yaitu 14,85 persen, sedangkan pada tahun 2007 hanya memberikan kontribusi sebesar 4,07 persen.

Pada tahun 2009 dan 2010 struktur ekonomi Kabupaten Malinau mengalami perubahan yang drastis. Sektor pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan terbesar yaitu 27,58 persen pada 2009 dan 35,83 persen pada 2010. Penyumbang terbesar kedua adalah sektor jasa dengan kontribusi sebesar 21,61 persen pada 2009 dan 19,45 persen pada 2010. Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar ketiga dengan kontribusi pada tahun 2009 sebesar 20,48 persen dan pada tahun 2010 sebesar 18,02 persen. Perubahan struktur ekonomi tersebut disebabkan turunnya kontribusi subsektor kehutanan terhadap perekonomian Kabupaten Malinau sedangkan produksi subsektor pertambangan nonmigas yaitu batubara, mengalami kenaikan yang tinggi sejak tahun 2009.

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2010, diolah.

(51)

Secara umum pergerakan sektor pertanian dalam struktur ekonomi Kabupaten Malinau cenderung bergerak turun. Sedangkan pergerakan sektor jasa cenderung naik. Sektor pertambangan dan penggalian fluktuatif, karena sangat tergantung dengan kebijakan di pertambangan nonmigas.

*) angka sementara

Sumber : PDRB Kabupaten Malinau 2003, 2006 dan 2010, diolah.

Gambar 21. Perkembangan struktur ekonomi tahun 2000-2010

4.6 Pendapatan per Kapita

Pendapatan per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi. Angka pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

(52)

pendapatan neto dari luar daerah belum dapat dihitung. Sementara diduga pendapatan yang keluar dari Kabupaten Malinau sangat besar (BPS Kabupaten Malinau, 2011).

Pada tahun 2000 pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Malinau sebesar Rp 5.411.596. Pada tahun 2006 besaran pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Malinau sebesar Rp 10.155.236 dan pada tahun 2010 menjadi Rp 21.997.315. Besarnya pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Malinau ini terutama dikarenakan besarnya PDRB Kabupaten Malinau, sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Malinau masih sedikit.

Tabel 4. Pendapatan per kapita Kabupaten Malinau tahun 2000-2010

Tahun Pendapatan per kapita (Rp)

2000 5.411.596 2001 6.307.192 2002 6.764.089 2003 7.556.502 2004 8.882.990 2005 9.108.622 2006 10.155.236 2007 10.857.033 2008 13.529.942 2009 16.988.497

2010 *) 21.977.315

*) angka sementara

(53)

5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis sebelumnya, yaitu nilai indeks analisis LQ, nilai indeks analisis MRP, nilai indeks rata-rata serapan tenaga kerja tiap sektor ekonomi, dan nilai indeks kontribusi sektor terhadap PDRB tahun 2000-2010. Indeks komposit digunakan karena untuk menentukan sektor unggulan tidak hanya dilihat dari satu atau dua sisi saja, namun juga memperhatikan sisi lainnya. Dalam penelitian ini digunakan data PDRB tanpa migas. Secara lebih rinci hasil analisis akan dijelaskan sebagai berikut.

5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) sering digunakan oleh beberapa peneliti untuk mengetahui sektor unggulan suatu daerah. Alat analisis ini mampu mengidentifikasi keunggulan komparatif Kabupaten Malinau dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Timur.

(54)

atas satu yaitu sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel, dan restoran serta jasa.

Tabel 5. Hasil perhitungan LQ Kabupaten Malinau menurut sektor/subsektor tahun 2000-2010

Sektor/Subsektor 2000 2010 Rata-rata Indeks LQ 2010

1. Pertanian 3,88 2,30 3,64 67,81

2. Pertambangan dan Penggalian 0,39 0,69 0,38 20,10

a. Minyak dan gas bumi

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 0,02 0,08 0,06 2,06

(55)

Dengan nilai LQ lebih dari satu mengindikasikan bahwa keempat sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Malinau dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Timur. Dalam penelitian ini, hasil analisis LQ yang digunakan untuk mengambil keputusan ditetapkan hanya hasil LQ untuk tahun 2010 saja. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2010 merupakan tahun terakhir masa pemerintahan Bupati Kabupaten Malinau pertama dan juga merupakan tahun awal dari pemerintahan yang baru di Kabupaten Malinau. Sehingga sektor unggulan yang dibentuk dari hasil analisis LQ pada tahun 2010 dapat memberikan masukan bagi pemerintahan yang baru untuk fokus pembangunan pada sektor-sektor unggulan.

Berdasarkan hasil analisis LQ tahun 2010, sektor-sektor yang mempunyai nilai LQ lebih dari satu adalah empat sektor yang sama dengan sektor penghitungan LQ secara rata-rata. Akan tetapi sektor bangunan ternyata memiliki nilai LQ yang terbesar yaitu 3,38 dan nilai ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan sektor pertanian memiliki nilai LQ 2,30 dan nilainya semakin menurun dari tahun ke tahun.

(56)

perbatasan, membuat segala sarana prasarana di kecamatan tersebut ditingkatkan kualitasnya, mulai dari jalan tembus ke Malaysia, jembatan, sekolah, dan bangunan lainnya. Sedangkan di wilayah kecamatan sekitar ibukota kabupaten terus meningkatkan proses pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan. Sehingga dalam beberapa tahun mendatang sektor bangunan masih menjadi primadona bagi perekonomian Kabupaten Malinau.

Dari hasil analisis LQ tahun 2010 ini, nilai LQ nya kemudian diberi indeks untuk memberikan nilai yang sama dengan variabel lain sehingga mampu dihitung secara bersama-sama dengan analisis indeks komposit. Indeks LQ terbesar ada di subsektor kehutanan dan terendah ada di subsektor industri tanpa migas. Sedangkan nilai indeks tertinggi untuk sektor terdapat di sektor bangunan, terendah ada di sektor industri pengolahan.

5.1.2 Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

(57)

Sedangkan RPr diketahui dengan jalan membandingkan pertumbuhan sektor/subsektor tertentu dengan nilai PDRB sektor/subsektor tersebut di Provinsi Kalimantan Timur terhadap pertumbuhan nilai PDRB provinsi Kalimantan Timur. Jadi RPr adalah rasio pertumbuhan di Provinsi Kalimantan Timur terhadap pertumbuhan ekonomi agregat di Provinsi Kalimantan Timur.

Hasil analisis MRP, seperti terlihat pada Tabel 6, untuk sektor pertanian nilai RPs nya adalah -1,11, berarti pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Malinau lebih rendah dibandingkan pertumbuhannya di Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan nilai RPr sektor pertanian adalah 0,22 yang mengindikasikan sektor pertanian menonjol di Provinsi Kalimantan Timur, namun tidak di Kabupaten Malinau. Sehingga berdasarkan kriteria pertumbuhan, sektor pertanian bukan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Malinau.

(58)

Tabel 6. Hasil perhitungan MRP Kabupaten Malinau dan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2000-2010

Sektor/Subsektor RPs RPr Indeks RPs

1. Pertanian

Sumber : Hasil pengolahan data PDRB Kabupaten Malinau dan Provinsi Kaltim

(59)

karena nilai RPr nya <1, yaitu 0,95. Sektor bangunan merupakan sektor yang memiliki nilai RPs terbesar, yaitu 81,62. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor bangunan merupakan sektor yang sangat menonjol di Kabupaten Malinau dari sisi pertumbuhannya. Sedangkan untuk Provinsi Kalimantan Timur sektor bangunan tidak terlalu menonjol karena nilai RPr nya 1,02.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran termasuk sektor yang menonjol di Kabupaten Malinau dengan nilai RPs 1,88, namun di Provinsi Kalimantan Timur sektor ini tidak menonjol karena RPr nya hanya bernilai 0,73. Sektor pengangkutan dan komunikasi di Kabupaten Malinau lebih menonjol dibandingkan di Provinsi Kalimantan Timur karena nilai RPs nya lebih besar daripada RPr.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan juga lebih menonjol di Kabupaten Malinau dengan nilai RPs 7,31. Sedangkan di Provinsi Kalimantan Timur hanya bernilai 1,13. Sektor jasa di Provinsi Kalimantan Timur bukan merupakan sektor yang potensial karena nilai RPr nya 0,56. Sedangkan di Kabupaten Malinau termasuk sektor yang menonjol dengan nilai RPs 2,18.

Secara keseluruhan sektor unggulan di Kabupaten Malinau adalah sektor bangunan, industri pengolahan serta keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, karena nilai RPs ketiga sektor tersebut adalah terbesar dibandingkan sektor lainnya. Sedangkan untuk subsektor unggulannya adalah subsektor bank, komunikasi, dan penggalian.

(60)

karena saat ini kebutuhan Kabupaten Malinau untuk infrastruktur sangatlah besar. Sedangkan subsektor bank mampu menjadi subsektor yang dominan, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan perbankan di Kabupaten Malinau mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut merupakan dampak dari adanya pertumbuhan jumlah nasabah dan jumlah uang masyarakat yang diindikasikan dengan tingginya pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Malinau dan dengan jumlah bank sebanyak 3 buah bank. Jadi prospek bank lainnya untuk membuka cabang di Kabupaten Malinau sangat besar.

Dari hasil penghitungan MRP, kemudian diberi indeks untuk dimasukkan kedalam penghitungan indeks komposit. Kriteria MRP yang berkaitan langsung dengan daerah studi, yaitu Kabupaten Malinau, adalah kriteria RPs sehingga hasil RPs yang diberikan nilai indeks untuk kemudian digabung dalam indeks komposit

5.1.3 Indeks Tenaga Kerja

(61)

Tabel 7. Jumlah tenaga kerja per sektor ekonomi Kabupaten Malinau tahun 2. Pertambangan dan Penggalian

4. Listrik, Gas, dan Air Minum

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur dan website SP2010

Sejak tahun 2007 sampai 2010 sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Malinau. Pada tahun 2007 mampu menyerap sebanyak 14.541 tenaga kerja dan pada 2010 menyerap 12.978 tenaga kerja, sehingga rata-rata selama 4 tahun mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 17.114 orang.

Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2007 hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 236 orang, namun pada tahun 2010 mampu menyerap sebesar 1.650 orang. Peningkatan tersebut karena munculnya beberapa perusahaan pertambangan baru di Kabupaten Malinau pada tahun 2010.Selama 4 tahun sektor pertambangan dan penggalian mampu menyerap tenaga kerja rata-rata sebesar 750 orang.

(62)

orang, sehingga rata-rata selama 4 tahun mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 238 orang. Sektor listrik, gas, dan air minum termasuk sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja di Kabupaten Malinau, dimana pada tahun 2007 hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 58 orang, dan tahun 2010 hanya sebanyak 27 orang, sehingga rata-rata selama 4 tahun hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 43 orang.

Sektor bangunan termasuk salah satu sektor yang mengalami peningkatan yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, dimana pada tahun 2007 hanya mampu menyerap sebanyak 547 orang, tetapi pada tahun 2010 mampu menyerap sebanyak 1.505 orang. Hal ini berhubungan dengan semakin banyaknya pekerjaan infrastruktur di Kabupaten Malinau. Rata-rata selama 4 tahun sektor bangunan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 877 orang.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sejak tahun 2007 penyerapan tenaga kerjanya sudah tinggi, bahkan menjadi peringkat ketiga terbanyak di Kabupaten Malinau.Selama kurun waktu 4 tahun, hanya pada tahun 2008 sektor ini mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja. Rata-rata penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran selama 4 tahun sebesar 1.935 orang.

(63)

masih lancar, namun pada tahun 2009 jumlah jadwal penyeberangan sungai berkurang secara drastis dan terdapat beberapa maskapai penerbangan yang tidak melayani lagi wilayah Kabupaten Malinau, sehingga banyak tenaga kerja yang beralih ke sektor lainnya. Rata-rata selama empat tahun sektor pengangkutan dan komunikasi mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 669 orang.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan termasuk salah satu sektor yang kecil dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2007 hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 94 orang dan pada tahun 2010 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 72 orang, sehingga rata-rata penyerapan tenaga kerjanya selama empat tahun hanya sebanyak 69 orang.

Sektor jasa termasuk sektor yang dominan dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Malinau bahkan menjadi terbesar kedua setelah sektor pertanian. Penyerapan tenaga kerja pada sektor ini meningkat drastis pada tahun 2010 sebanyak 6.758 orang, sedangkan pada tahun 2009 hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 3.295 orang. Rata-rata selama empat tahun sektor jasa mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 4.139 orang.

Setelah diindekskan, sektor pertanian menjadi sektor yang dominan dengan indeks sebesar 100, diikuti sektor jasa, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sedangkan sektor yang mempunyai nilai indeks rendah adalah sektor listrik, gas, dan air minum serta sektor keuangan, jasa perusahaan, dan persewaan.

5.1.4 Indeks Kontribusi PDRB

(64)

Kabupaten Malinau setiap tahunnya. Selama kurun waktu 2000-2010 terdapat sektor yang kontribusi semakin menurun, ada juga sektor yang kontribusinya naik turun dan semakin naik di tahun 2010.

Indeks kontribusi PDRB ini menghitung rata-rata pertumbuhan kontribusi terhadap PDRB selama 10 tahun, yaitu tahun 2000-2010. Kemudian dari rata-rata pertumbuhan tersebut dibuat indeks seperti variabel lainnya.

Dalam Tabel 5.4, terlihat kalau sektor pertanian mengalami rata-rata pertumbuhan yang menurun yaitu -12,54 persen selama kurun waktu 10 tahun. Penurunan kontribusi ini paling banyak disumbangkan oleh subsektor kehutanan, yaitu sebesar -13,04 persen. Secara keseluruhan seluruh subsektor yang terdapat dalam sektor pertanian mengalami penurunan kontribusi selama tahun 2000-2010.

Sektor pertambangan dan penggalian mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi sebesar 37,61 persen dalam kurun watu 10 tahun dengan subsektor pertambangan tanpa migas menjadi aktor utamanya. Subsektor ini mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi sebesar 125,84 persen sehingga menjadi subsektor yang mengalami rata-rata pertumbuhan paling tinggi.

(65)

Tabel 8. Hasil perhitungan rata-rata pertumbuhan kontribusi terhadap PDRB per sektor tahun 2000-2010

Sektor/Subsektor Rata-rata

Sumber : Hasil pengolahan PDRB Kabupaten Malinau

(66)

Pada sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi sebesar 14,13 persen dengan subsektor komunikasi mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi terbesar, yaitu 30,58 persen dalam kurun waktu tahun 2000-2010. Pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan megalami rata-rata pertumbuhan kontribusi yang positif, yaitu sebesar 19,53 persen. Subsektor bank menjadi yang terbesar dalam sektor ini, yaitu mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi sebesar 71,49 persen. Sektor jasa menjadi sektor yang mengalami rata-rata pertumbuhan kontribusi terbesar ketiga dalam kurun waktu 2000-2010, setelah sektor bangunan dan sektor pertambangan dan penggalian. Nilai rata-rata pertumbuhan kontribusinya sebesar 23,66 persen.

Hasil dari rata-rata pertumbuhan kontribusi tersebut kemudian diindekskan. Kemudian didapatkan angka hasil indeks yang digunakan untuk penghitungan analisis indeks komposit.

5.1.5 Analisis Indeks Komposit

Indeks komposit digunakan untuk menghitung hasil dari gabungan beberapa indeks, yang kemudian akan menghasilkan angka indeks komposit. Dari hasil angka indeks komposit ditentukan peringkat untuk tiap sektor dan subsektor. Sektor dan subsektor dengan peringkat tertinggi merupakan sektor dan subsektor ekonomi unggulan Kabupaten Malinau.

(67)

Tiap variabel mendapatkan bobot yang sama, dalam artian tidak ada variabel yang lebih dominan terhadap variabel yang lain. Dengan kata lain semua variabel mempunyai kekuatan yang sama dalam menentukan sektor unggulan. Dari hasil penjumlahan indeks didapatkan sektor bangunan mempunyai jumlah nilai indeks terbesar yaitu 304,89 diikuti sektor pertanian dengan nilai 167,81 dan sektor jasa dengan nilai 120,69.

Tabel 9. Hasil penjumlahan indeks dan penghitungan indeks komposit

Sektor

Sumber : Hasil pengolahan data

(68)

pengangkutan dan komunikasi sebesar 15,55, sektor listrik, gas, dan air minum sebesar 15,04, dan terakhir sektor industri pengolahan sebesar 7,97.

Untuk subsektornya sendiri, subsektor yang mendukung sektor unggulan, yaitu subsektor di sektor bangunan, pertanian dan jasa. Akan tetapi sektor bangunan tidak dapat dicari subsektornya, karena sektor bangunan tidak memiliki subsektor, maka subsektor unggulan hanya dicari dari sektor pertanian dan jasa. Hasil indeks kompositnya terlihat dalam Tabel 10.

Tabel 10. Subsektor unggulan Kabupaten Malinau

Sektor/Subsektor

(69)

5.2 Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui bagaimana pola pengembangan yang tepat bagi sektor/subsektor unggulan yang sudah diketahui. Sebagaimana diketahui sektor/subsektor unggulan Kabupaten Malinau adalah sektor bangunan, pertanian, dan jasa. Sedangkan subsektor unggulannya adalah subsektor kehutanan, dan swasta. Ketiga sektor unggulan tersebut merupakan sektor yang saling berkaitan sehingga dalam analisis SWOT ini akan langsung dibahas untuk tiga sektor unggulan di Kabupaten Malinau.

Dalam analisis SWOT ini akan ditentukan faktor-faktor strategis, baik dari eksternal maupun internal. Penentuan faktor-faktor strategis tersebut ditentukan berdasarkan beberapa referensi yang telah ada, sebagai contoh dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Malinau. Selain dari dokumen tersebut, faktor-faktor strategis juga didapatkan dari wawancara dan pengetahuan penulis terhadap Kabupaten Malinau.

Dari faktor strategis yang sudah ditentukan, kemudian diberi pembobotan dan rating untuk tiap faktor. Setelah itu diketahui skor pembobotan untuk tiap faktor dan didapat posisi sektor unggulan di Kabupaten Malinau berada di strategi pengembangan apa. Faktor-faktor strategis eksternal dan internal beserta skor pembobotannya untuk analisis SWOT seperti terlihat dalam Tabel 11.

(70)

kelemahan yang dihadapinya. Hal tersebut tercermin dengan jumlah skor pembobotan yang positif, baik untuk faktor eksternal maupun internal.

Tabel 11. Faktor-faktor strategis eksternal dan internal

Eksternal Faktor-faktor Bo

bot Ra

ting Skor Opportunities

/ Peluang

1. Penetapan Kabupaten Malinau sebagai Pusat Tumbuh Ekonomi Perbatasan

2. Pola hidup masyarakat yang ingin kembali ke pangan dan energi organik

3. Kebutuhan dunia akan hasil perkebunan, seperti karet dan kelapa sawit, dan batubara yang meningkat

4. Akan ditetapkannya skema perdagangan karbon

2. Daerah lain yang juga fokus pengembangan perkebunan karet dan kelapa sawit

3. Degradasi lingkungan akibat penambangan 4. Serbuan produk-produk pangan dari luar

wilayah

1. Jumlah anggaran yang semakin besar setiap tahunnya

2. Kearifan lokal yang tetap terpelihara

3. Penetapan Kabupaten Malinau sebagai kabupaten konservasi

4. Kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif

1. Jumlah penduduk yang sedikit

2. Kemampuan sumber daya manusia lokal yang masih terbatas

3. Perencanaan pembangunan yang belum terarah 4. Jaringan infrastruktur yang belum memadai

(71)

Untuk mengetahui strategi yang tepat dalam pengembangannya perlu diketahui terlebih dahulu posisi dari sektor unggulan tersebut. Berdasarkan skor pembobotan yang sudah dihasilkan, posisi sektor unggulan dapat terlihat dalam Gambar 22 berikut.

Gambar 22. Diagram analisis SWOT

Posisi Kabupaten Malinau berada dalam kuadran 1 seperti ditunjukkan pada diagram tersebut, yaitu dengan peluang yang besar dan kekuatan yang masih terbatas. Situasi ini merupakan situasi yang menguntungkan karena Kabupaten Malinau memiliki peluang dan kekuatan yang lebih besar dibandingkan ancaman dan kelemahannya. Pola pengembangan sektor unggulannya mengikuti pola kebijakan strategi agresif.

Strategi yang dikembangkan adalah strategi Strength Opportunities (SO), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang dibuat berdasarkan jalan pikiran daerah. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:

Peluang (O)

Ancaman (T)

Kelemahan (W) Kekuatan (S)

(72)

1. Alokasikan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk pembangunan perekonomian perbatasan.

2. Lestarikan kearifan lokal untuk melindungi keberadaan hutan.

3. Gunakan pembangunan yang berwawasan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan regional dan internasional.

4. Pelihara iklim investasi yang kondusif di Kabupaten Malinau dengan mengikutsertakan kearifan lokal dalam pengelolaannya, terutama di bidang perkebunan dan pertambangan.

Strategi tersebut dapat dikembangkan lebih jauh, terutama terkait dengan kemampuan sumber daya lokal, untuk menuju masyarakat Kabupaten Malinau yang lebih sejahtera, terutama masyarakat yang berada di wilayah perbatasan dan pedalaman.

(73)

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisis indeks komposit dan analisis SWOT, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis indeks komposit didapatkan sektor unggulan Kabupaten Malinau adalah sektor bangunan, pertanian, dan jasa. Subsektor unggulannya adalah subsektor kehutanan dan swasta.

2. Berdasarkan analisis SWOT, pola pengembangan sektor unggulan di Kabupaten Malinau mengikuti pola kebijakan strategi agresif, yaitu pengalokasian anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk pembangunan perekonomian wilayah perbatasan, pemanfaatan kearifan lokal untuk menjaga keberadaan hutan, penciptaan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan penciptaan iklim investasi yang kondusif.

6.2 Saran

(74)

Berpijak kepada simpulan yang sudah dibuat, dapat diberikan saran terhadap Pemerintah Kabupaten Malinau dalam kebijakan pembangunan yang menuju kesejahteraan masyarakat sebagai berikut :

1. Selama ini Pemerintah Kabupaten Malinau terlalu fokus pada sektor pertanian, padahal kontribusi sektor pertanian semakin menurun dari tahun ke tahun, oleh karena itu sebaiknya Pemerintah Kabupaten Malinau mulai menggerakkan sektor lainnya untuk memacu perekonomian Kabupaten Malinau.

2. Berdasarkan sektor unggulan yang terbentuk, yaitu sektor bangunan, maka Pemerintah Kabupaten Malinau harus mulai meningkatkan kemampuan sumber daya manusia lokalnya untuk bisa terjun ke sektor bangunan, salah satunya dengan membentuk balai latihan kerja di tiap kecamatan, sehingga dampak dari kemajuan sektor bangunan tidak dirasakan oleh pekerja dari luar Kabupaten Malinau, tetapi langsung berdampak kepada masyarakat lokal Malinau.

3. Untuk meningkatkan nilai tambah dari sektor pertanian, perlu adanya pengolahan pasca panen dari sektor pertanian, sehingga Pemerintah Kabupaten Malinau harus terus mendorong terciptanya industri pengolahan pasca panen.

(75)

subsektor kehutanan akan memberikan andil yang besar bagi perekonomian Kabupaten Malinau.

5. Infrastruktur merupakan faktor utama untuk menggerakkan perekonomian, sehingga Pemerintah Kabupaten Malinau sudah selayaknya memperhatikan kuantitas dan kualitas infrastruktur perekonomian yang ada.

6. Pemerintah Kabupaten Malinau harus mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk pengembangan perekonomian wilayah perbatasan dan pedalaman, terutama di sektor pertanian dan bangunan.

7. Pelibatan tokoh-tokoh adat dan masyarakat dalam proses pembangunan harus lebih ditingkatkan.

8. Kemitraan dengan pihak swasta perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan masyarakat, yaitu dengan mendorong pihak swasta untuk membangun sekolah dan balai pengobatan swasta. 9. Kondisi keamanan dan ketertiban yang sudah kondusif harus tetap

(76)

OLEH

BAYU AGUNG PRASETIO H14114003

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Gambar

Gambar 6. Peta Kabupaten Malinau
Gambar 8. Perkembangan jumlah sekolah tahun 2000-2010
Gambar 9. Perkembangan jumlah sarana kesehatan tahun 2000-2010
Tabel 3. PDRB atas dasar harga konstan dan berlaku tahun 2000-2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan.. perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih;

Salah satu yang menjadi dasar pendekatan kapasitas untuk ruang-ruang fasilitas umum dan fasilitas penunjang di Kawasan Wisata Air Waduk Jatibarang ini adalah jumlah pengunjung yang

Pemberian pupuk organik yang berbeda berpengaruh nyata pada bobot kering umbi per sampel dan jumlah anakan umur 3 MST namun berpengaruh tidak nyata pada tinggi

Data udara atas pada saat kejadian yang diperoleh dari stasiun meteorologi Pangkal Pinang menunjukkan bahwa pesawat terbang dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki atau dapat

Berdasarkan AASHTO yang mengacu pada AASHTO Road Test, untuk perkerasan kaku tipe perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan maka nilai J= 2.55 Dengan menggunakan data

Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk tesis saya yang berjudul Hubungan Ekspresi Biofilm Bakteri dengan Kultur Bakteri dan Analisis Uji Kepekaan

a) Apakah dengan merek Toyota yang dikenal sebagai produk mobil berkualitas memberikan penjualan signifikan yang tinggi terhadap angka penjualan New Avanza. b) Apakah karena

Sedangkan untuk data acak yang dibangkitkan berdasarkan distribusi eksponensial diperoleh nilai- p lebih kecil dari 0.05 sehingga disimpulkan bahwa data