a. Pengertian Model SAVI
Manusia mempunyai berbagai macam alat indera, mulai dari indera penglihatan, indera pendengar, indra pengecap, indera peraba dan indera penciuman (hidung). Kelima indera ini pada umumnya mempunyai fungsi untuk memperoleh informasi yang nantinya akan disampaikan dan diolah ke dalam otak. Menurut Asyirit (2010: 73) model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) yaitu metode pembelajaran yang memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa.
Melalui pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) siswa dapat lebih terlibat aktif dalam pembelajaran baik dari segi afektif, kognitif dan psikomotor.
Hal ini sejalan dengan Suyatno (2009: 65) pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) merupakan salah satu bagian dari teori pembelajaran Accelerated Learning (AL), teori otak kanan/kiri, modalitas (Visual, audiotory, dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistis) menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; dan belajar dengan aliran simbol.
Pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) merupakan aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah belajar yang melibatkan semua indera yang dimiliki manusia, kemauan individu dan gaya belajar. Model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka mempunyai prinsip sebagai berikut: 1) Pembelajaran yang melibatkan seluruh pikiran dan tubuh; 2) pembelajaran
berarti berkreasi dan eksplorasi bukan mengkonsumsi; 3) kerja sama dalam proses pembelajaran; 4) Pembelajaran berlangsung secara bertahap dan simultan; 5) Belajar dilakukan sendiri dengan umpan balik; 6) Emosi positif membantu proses pembelajaran; 7) Otak menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Menurut Ngalimun (2012: 166) pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.
Ngalimun (2012: 166) juga mengemukakan
“Istilah SAVI merupakan kependekan dari Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hand-out), aktivitas fisik di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Audiotory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakah pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellecually yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan.”
Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk peserta didik dalam mengembangkan dan memanfaatkan semua indera ; visual, audio, somatic, dan intelektual anak dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak hanya duduk diam dan mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru, akan tetapi mereka diharuskan untuk bergerak secara aktif dan kreatif dalam mengikuti semua proses kegiatan pembelajaran.
Sehingga mereka terlibat langsung peristiwa pembelajaran dan menemukan sendiri
inti yang dipelajari. Pembelajaran Model SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) memiliki karakteristik dalam penerapannya.
b. Karakteristik Model Pembelajaran SAVI
Setiap model memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual,
Intellectual) dibagi menjadi 4 Karakteristik, yaitu : 1) Somatic
“somatis” berasal dari bahasa Yunani “soma” yang berarti tubuh. Menurut Meier (2002:92), belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba, kinestetik, praktek melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat (melakukan sesuatu). Sehingga pembelajaran somatis adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan seluruh tubuh (indera peraba, kinestetik dalam satu waktu dalam proses kegiatan proses pembelajaran berlangsung).
2) Audiotory
Audiotory adalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Kemampuan pendengaran kita dalam mendengar dan mengolah informasi lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus tanpa henti mendengar dan menyimpan informasi yang bahkan tanpa kita sadari. Ketika seseorang membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting diotak kita menjadi aktif. Hal ini menjelaskan bahwa dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya guru mengajak peserta didik untuk membicarakan, menerjemahkan apa yang mereka pahami dari
pengalaman belajar yang dilakukan siswa dengan suara. Mengajak berbicara dalam memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, tahu menciptakan makna-makna untuk diri sendiri.
3) Visual
Visual merupakan belajar dengan melihat, mengamati, dan menggambarkan apa yang ingin dilihat atau tanpa sengaja dilihat. Otak memiliki banyak perangkat dalam mengolah dan memproses informasi visual daripada semua alat indera yang lain.
Peserta didik menggunakan indera visual lebih banyak dalam mengolah informasi yang ada sehingga dapat mempermudah dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Meier (2002:97) yang mengatakan bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Jika melihat apa yang sedang dibicarakan oleh seseorang atau didalam buku, maka akan lebih mudah dalam belajar. Dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat belajar dengan baik jika mereka dapat melihat langsung contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan lainnya ketika belajar.
4) Intellectual
Intellectual adalah kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah. Belajar dengan melakukan tindakan dari hasil pemikiran yang direnungkan dari hasil pengalaman yang menciptakan hubungan. Intelektual bukanlah pendekatan belajar yang tanpa emosi, tidak berhubungan, rasionalitas, akademis, dan berkotak-kotak (Meier, 2002: 99). Makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Jadi
intelektual adalah bagian dalam merenungkan, mencipta, dan memecahkan masalah yang ada.
Berdasarkan hasil paparan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah memiliki semua aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata melainkan dapat benar-benar memahami dan mengalami secara langsung apa yang dipelajari. Selain memiliki karakteristik, model SAVI juga memiliki cara belajar tersendiri yang berbeda dengan model pembelajaran lainnya.
c. Cara Belajar Pembelajaran SAVI
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak ke sana ke mari. Akan tetapi menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Itulah yang di namakan SAVI. Contoh tabel aktivitas sesuai dengan cara belajar/gaya belajar siswa (Meier, 2002:94).
Tabel 2.5 Cara Belajar Siswa
GAYA
BELAJAR AKTIVITAS
Somatis Orang dapat bergerak ketika mereka:
1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur 2. Menciptakan pictogram dan periferalnya
3. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep
4. Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya 5. Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dll)
6. Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang di pelajari
Audiotori Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana audiotori dalam belajar:
1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan komputer 2. Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang
terkandung di dalam buku pembelajaran yang dibaca mereka
3. Mintalah pembelajar berpasang-pasang membincangkan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka menerapkannya
4. Mintalah pembelajar mempraktekkan suatu keterampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan
5. Mintalah pembelajar berkelompok dan berbicara nonstop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang
Visual Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran visual adalah:
1. Bahasa yang penuh gambar (metaafora, analogi) 2. Grafik presentasi yang hidup
3. Benda 3 dimensi
4. Bahasa tubuh yang dramatis 5. Cerita yang hidup
6. Kreasi pictogram (oleh pembelajar) 7. Pengamatan lapangan
8. Dekorasi berwarna-warni 9. Ikon alat bantu kerja
Intelektual Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika pembelajaran diarahkan dalam aktivitas seperti:
1. Memecahkan masalah 2. Menganalisis pengalaman
3. Mengerjakan perencanaan strategis 4. Memilih gagasan kreatif
5. Mencari dan menyaring informasi 6. Merumuskan pertanyaan
7. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan 8. Mencipta makna pribadi
9. Meramalkan implikasi suatu gagasan
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran SAVI
Langkah-langkah pembelajaran dengan model SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) menurut Shoinim (2013: 78) adalah sebagai berikut :
(1) Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan yang dilakukan guru untuk memunculkan minat belajar peserta didik, merangsang perasaan dan pikiran positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan peserta didik dalam kondisi optimal dalam menerima pembelajaran. Untuk lebih detailnya yaitu :
memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberikan manfaat kepada siswa, memberikan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna, membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan, menumbuhkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk bertanya, mengemukakah berbagai masalah, dan mengajak peserta didik terlibat langsung proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Jadi tahap persiapan merupakan tahap yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan guru sebelum memulai dan melaksanakan proses pembelajaran, agar pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan optimal.
(2) Tahap penyampaian
Tahap penyampaian merupakan tahap yang dilakukan guru untuk membantu peserta didik menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, kreatif, relevan dan melibatkan panca indera dan cocok untuk semua gaya belajar atau cara belajar. Hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut : pengamatan fenomena dunia nyata, uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, keterlibatan seluruh otak dan tubuh, media visual berupa presentasi interaktif, grafik, dan sarana presentasi berwarna-warni, berbagai macam cara untuk disesuaikan dengan gaya belajar, proyek belajar berdasarkan kerja sama, latihan menemukan (sendiri, berpasangan, maupun kelompok), pengalaman belajar dunia nyata yang kontekstual dan pelatihan memecahkan masalah yang ada. Jadi, tahap penyampaian adalah cara-cara yang perlu dilakukan guru dalam menyampaikan isi materi.
(3) Tahap pelatihan
Tahap pelatihan merupakan tahap yang dilakukan guru untuk membantu mengintegrasikan peserta didik dalam menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Untuk lebih detail yang dilakukan guru adalah sebagai berikut : aktivitas proses siswa, stimulasi dunia-nyata, usaha aktif atau umpan balik, permainan dalam belajar, aktivitas pemecahan masalah, pelatihan aksi pembelajaran, dialog berpasangan atau kelompok, refleksi, aktivitas praktis membangun keterampilan, aktivitas pemecahan masalah dan mengajar balik. Jadi, tahap pelatihan adalah tahap-tahap percobaan yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran agar mendapatkan hasil yang maksimal.
(4) Tahap penampilan hasil
Tahap penampilan hasil adalah tahap yang dilakukan guru untuk membantu peserta didik menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan yang sedang dilakukan, sehingga hasil belajar yang diperoleh akan melekat dan terus meningkat. Adapun yang lakukan guru adalah sebagai berikut : menerapkan sumber belajar yang ingin digunakan yang berada dalam ruang lingkup dunia nyata dalam waktu yang segera, menciptakan dan melaksanakan rencana yang dilakukan dengan tindakan atau aksi, aktivitas penguatan penerapan, materi penguatan, pelatihan secara terus menerus, umpan balik dan evaluasi kinerja dan aktivitas dukungan teman. Jadi tahap penyampaian adalah tahap terakhir yang berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik.
Menurut Huda (2013: 283) langkah-langkah model pembelajaran Somatis Audiotori Visual dan Intelektual (SAVI) sebagai berikut.
(1) Guru merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa
(2) Guru menyampaikan materi dengan cara yang menarik melalui permainan
(3) Siswa berlatih menemukan (melalui sendiri, berpasangan, atau kelompok)
(4) Siswa mempraktekkan suatu keterampilan (5) Siswa berlatih memecahkan masalah
(6) Siswa diminta merefleksikan apa yang telah dipelajari
(7) Siswa diminta untuk membuat semacam diagram atau yang bisa menggambarkan apa yang telah mereka refleksikan.
(8) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan dan siswa diminta untuk berpikir tentang pemecahannya.
Berdasarkan hasil paparan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran SAVI adalah tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap pelatihan dan tahap hasil. Model pembelajaran SAVI bukan hanya merangsang kemampuan somatis, auditor, visual dan intelektual anak, tapi SAVI juga merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa, agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal.Melalui langkah-langkah tersebut, model pembelajaran SAVI memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya.
e. Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran SAVI
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut Meier (2002: 99) model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) selain dapat memecahkan masalah pembelajaran di kelas, juga memiliki kelebihan.
Tabel 2.6 Kelebihan Model SAVI
SAVI SISWA
Somatis Siswa dapat belajar dengan indera peraba, kinektetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan setubuh sewaktu belajar
Audiotory
Siswa dapat belajar dengan melibatkan kemampuan audiotory (pendengaran). Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi audiotory. Beberapa area penting di otak menjadi aktif.
Visual
Siswa dapat belajar dengan melibatkan kemampuan visual (penglihatan).
Dengan alasan bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat memproses informasi visual daripada indera yang lain.
Intellectual
Siswa dapat belajar dengan menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan hasil pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.
Adapun menurut Leisubun (2010: 25) kelemahan model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) adalah sebagai berikut :
(1) Guru harus mempersiapkan diri jauh sebelum melaksanakan pembelajaran
(2) Pembelajaran dengan menggunakan SAVI membutuhkan waktu yang panjang dalam melakukan kegiatan mengajar
(3) Pembelajaran SAVI membutuhkan guru yang memiliki kemampuan sosial yang baik (4) Penerapan pembelajaran SAVI 90 % harus menguasai karakteristik siswa
Jadi, dari hasil kajian teori di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SAVI memiliki kelebihan yaitu model pembelajaran SAVI dapat merangsang kemampuan siswa, bukan hanya kemampuan intelektual siswa tetapi juga kemampuan bergerak, melihat dan mendengarkan. Serta kekurangan dari model pembelajaran SAVI adalah guru membutuhkan waktu dan persiapan yang matang
sebelum melakukan proses kegiatan mengajar terlebih dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model SAVI.
f. Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan Model SAVI
Penelitian ini menggunakan model SAVI untuk membangkitkan ide/gagasan yang ada dalam pikiran siswa. Dengan model yang diterapkan yaitu model SAVI, belajar harus memanfaatkan semua alat indra. Sebelum pelaksanaan pembelajaran menulis puisi bebas, guru mengajak keluar kelas untuk mengamati dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut termasuk dalam konsep somatis (belajar dengan berbuat dan bergerak). Dalam konsep audiotori, visualization, dan intelletually, siswa di minta melibatkan semua pancaindra selama kegiatan pengamatan berlangsung. Siswa menuliskan apa yang mereka lihat, temukan, dan dengar selama pengamatan menjadi catatan dalam bentuk kata kunci dalam lembar kerja yang telah diberikan oleh guru. Catatan tersebut akan menjadi pegangan dan pilihan kata ketika akan membuat puisi bebas. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu :
1) Keseriusan siswa dalam memperhatikan gambar dan mengamati benda di sekitar sebagai media dama pembuatan puisi (Visualization)
2) Keterlibatan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru dan keaktifan siswa dalam bertanya mengenai materi pembelajaran yang diberikan (Audiotory)
3) Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran baik klasikan maupun kelompok (Somatic)
4) Keseriusan siswa dalam menulis puisis sesusah dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh guru (Intellektual)
5) Guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka dalam membuat puisi, agar menampakkan hasil yang meningkat