10 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Tematik
a. Definisi Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran kompleks yang di dalamnya terdapat berbagai muatan materi yang saling berkaitan satu sama lain dan menekankan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemuka konsep serta prinsip- prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik (Majid, 2014:80).
Pembelajaran tematik memberikan kesempatan siswa untuk aktif menemukan sendiri informasi dengan menyusun rumusan masalah terlebih dahulu. Penerapan pembelajaran dapat dikatakan tematik apabila telah memunculkan karakteristik pembelajaran tematik yang membedakan dari pembelajaran yang lain. Menurut Daryanto, (2014:31) pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang dikaitkan atau di padukan dengan beberapa KD (Kompetensi Dasar) dan indikator dari kurikulum atau standart isi (SI) dari beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik harus lebih menekankan pada pengelaman siswa dalam menemukan sendiri
informasi, agar pembelajaran menjadi bermakna, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang utuh dalam proses pembelajaran yang mengaitkan antar mata pelajaran. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu juga memiliki prinsip yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan pembelajaran tematik.
b. Prinsip Pembelajaran Tematik
Prinsip pembelajaran tematik harus mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya adalah karakteristik siswa dan keterpaduan materi dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Prinsip pembelajaran tematik integratif menurut Majid (2014:89), yaitu a) pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual; b) pembelajaran tematik integratif memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait; c) pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum, namun harus mendukung tujuan kegiatan pembelajaran yang ada di kurikulum; d) materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa; e) materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan.
Menurut Trianto, (2007:9), prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi: a) prinsip penggali tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran terpadu; b) prinsip pengelolaan pembelajaran merupakan kemampuan guru dalam menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses
pembelajaran; c) prinsip evaluasi; dan d) prinsip reaksi perolehan hasil belajar setelah melakukan evaluasi.
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran tematik harus sesuai dengan tema yang nyata, bermakna, dan harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam prinsip pembelajaran tematik, tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran terpadu. Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep dari mata pelajaran lainnya. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah disesuaikan dengan beberapa karakteristik pembelajaran tematik.
c. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik menurut Hajar (2013: 43-56), diantara beberapa karakter pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: (a) berpusat pada peserta didik; (b) memberikan pengalaman langsung; (c) tidak terjadi pemisahan materi pelajaran secara jelas; (d) menyajikan konsep dari berbagai materi pelajaran; (e) bersifat fleksibel; (f) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik; (g) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan; (h) mengembangkan komunikasi peserta didik; (i) mengembangkan kemampuan metakognisi peserta didik; dan (j) lebih menekankan proses daripada hasil. Menurut Trianto (2007: 3), pendekatan pembelajaran tematik memiliki beberapa karakterisitik yaitu: a) holistik; b) bermakna, otentik dan aktif.
Berdasarkan karakteristik pembelajaran tematik yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik siswa diharuskan terlibat dalam proses pembelajaran secara langsung, karena pembelajaran yang diperoleh merupakan pengalaman nyata dari siswa tersebut. Melalui karakteristik tersebut, pembelajaran tematik memiliki kelebihan.
d. Kelebihan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dalam kenyataannya memiliki kelebihan seperti pembelajaran terpadu. Menurut Majid (2014:92) pembelajaran terpadu memiliki kelebihan sebagai berikut: a) pengelaman dan kegiatan belajar siswa akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak; b) kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik; c) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama; d) pembelajaran terpadu menumbuhkan keterampilan berpikir dan sosial siswa; e) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis, yaitu dari permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan nyata siswa; f) jika pembelajaran terpadu dirancang bersama untuk meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya, siswa/guru dengan narasumber sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Sedangkan menurut Trianto (2014: 160-161) adapun keuntungan dari pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu bagi siswa yaitu, siswa dapat lebih memfokuskan diri pada proses suatu kegiatan pembelajaran yang terpadu atau integratif sehingga dapat memudahkan siswa dalam proses pembelajaran,
pembelajaran yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan siswa, menumbuhkan kemandirian siswa di dalam dan di luar kelas, serta membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan pemahaman siswa dalam suatu materi pembelajaran yang disampaikan.
Berdasarkan definisi kelebihan pembelajaran tematik yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu dapat menumbuhkan keterampilan berpikir siswa, memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa, dan pembelajaran dikaitkan dengan permasalahan yang sering dijumpai di kehidupan sehari-hari.
2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran I Kelas IV
Tema 6 terdapat 3 Subtema, peneliti mengambil Subtema 2. Setiap subtema terdiri dari 6 pembelajaran namun peneliti menggunakan pembelajaran 1 yang terdiri dari 2 muatan pendidikan yaitu Bahasa Indonesia dan Ilmu Pendidikan Alam. Bahasa Indonesia terdapat materi yang terkandung Puisi, Puisi ialah karya sastra dibuat berdasarkan pemikiran dan imajinasi yang terdiri dari tiap baris dengan bahasa yang indah dan penuh makna. Hal ini sependapat dengan yang telah dikemukakan Herman J. Waluyo (2005: 1). Pada Ilmu Pengetahuan Alam materi yang terkandung ialah siklus hidup makhluk hidup, siklus hidup makhluk hidup adalah makhluk hidup yang mengalami dan tidak mengalami perubahanwujud dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Berikut ini Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator yang terdapat dalam Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 1 yang akan digunakan dalam penelitian.
Tabel 2.1 KI-KD Tema 6 Subtema 2 Pembelajaran 1
1. Bahasa Indonesia
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Materi KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah..
3.6 Menggali isi dan amanat puisi yang disajikan secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk kesenangan
Menjelaskan pengertian puisi
Menulis puisi KI4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dalam tindakan yang mencerminkan prilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
4.6 Melisankan puisi hasil karya pribadi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai bentuk ungkapan diri
Praktek menulis puisi
2. IPA
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Materi KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah..
3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta mengaitkan dengan upaya pelestariannya
Mengamati dua siklus makhluk hidup yang berbeda
Daur hidup dua makhluk hidup yang berbeda KI4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dalam tindakan yang mencerminkan prilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitarnya dan slogan upaya pelestariannya
Membanding kan siklus makhluk hidup
a. Uraian Materi (1) Menulis Puisi
Puisi adalah salah satu bentuk karua sstra yang menggunakan kata-kata, irama dan rima sebagai media penyampaian untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran penyair, menciptakan ilusi dan imajinasi serta dapat diubah dalam bentuk bahasa yang memiliki kesan yang mendalam.
Unsur-unsur yang membangun Puisi.
1. Diksi atau Pilihan kata yang tepat
2. Tema merupakan ide pokok yang memabngun sebuah puisi 3. Baris dalam bait digunakan untuk menentukan bentuk puisi
4. Irama dan rima, irama merupakan kelesarasan bunyi yang ada pada puisi.
Rima atau sajak adalah persamaan bunyi yang ada dalam baris-baris puisi.
(2) Contoh-contoh Puisi
Tabel 2.2 Contoh Puisi Bersajak Sajak terus (aaaa) Sajak pasangan (a-a-b-b) Dengarlah wahai anakanda
Rajinlah belajar sepanjang masa Ilu tiada pernah habis dieja Sebagai bekal sepanjang usia Karya Gina Hayana
Kau pelita dalam kegelapan Penerang di lorong kesunyian Sangat besarlah jasamu Engkau berbagai ilmu Untuk kemajuanku Karya Annisa Auvarata
Sajak a-b-b-a Sajak a-b-a-b
Ku hanya ingin menuntut ilmu Agar sebuah kerajaan
Bisa kuraih dan kupersembahkan Untuk dikau wahai guru
Karya Irfiz
Keceriaan di sekolahku kini Bukan tanpa pengorbanan Kami yang kini menikmati Buah manis sebuah pengabdian
(3) Langkah Menulis Puisi
Tabel. 2.3 Langkah Menulis Puisi Pilihlah Tema Yang Menarik Carilah Sumber Tema Yang
Sesuai
Cermati Objek Pilihlah tema yang diinginkan
sebagai acuan dalam membuat puisi agar puisi menjadi lebih menarik. Setelah menentukan tema, langkah selanjutnya adalah menentukan judul yang berpacu pada tema. Misalnya kita menentukan tema Cita- citaku, maka judulnya adalah Dokter, Guru, dan Polisi serta judul lainnya yang sesuai dengan cita-cita yang diinginkan
Tema yang sudah ditentukan akan dilanjutkan dengan mencari sumber tema yang sesuai, maka puisi yang akan ditulis berkaitan dengan tema yang sudah di tentukan. Contohnya temanya adalah cita-citaku maka sumber tema yang seseuai adalah cita-cita seperti dokter, guru, jasa guru, polisi, pilot, dan lain sebagainya.
Tema dan judul yang sudah ditentukan akan dilanjutkan dengan mencermati objek yang sudah ditentukan.
Contohnya tema cita-citaku judul puisi guru, maka objek guru harus dicermati, contoh apa yang dilakukan guru, bagaimana guru mengajar, betapa hebatnya seorang guru dan lain sebagainya.
Tentukan Sajak Yang Akan Digunakan
Deskripsikan Atau Gambarkan Objek-Objek
Gunakan Diksi Atau Gaya Bahasa Yang Tepat Setelah mencermati objek akan
dilanjutkan dengan menentukan sajak. Bisa menggunak/an sajak terus (aaaa), sajak pasangan (a- a-b-b), sajak (a-b-b-a), dan sajak a-b-a-b.
Setelah menentukan sajak maka akan dilanjutkan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan objek yang sudah ditentukan. Contohnya guru adalah pahlawan tanpa saja, dan guru kau selalu memberikan ilmu yang bermanfaat.
Setelah menentukan gambaran objek maka dilanjutkan dengan penggunaan diksi atau gaya bahasa yang digunakan, diksi yang digunakan bisa terdiri dari 3-4 baris.
Contohnya :
Keceriaan di sekolahku kini Bukan tanpa pengorbanan Kami yang kini menikmati Buah manis sebuah pengabdian
3. Kemampuan Menulis Puisi a. Menulis
Keterampilan berbahasa di bagi menjadi empat, yaitu : menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis merupakan bagian dari keempat keterampilan berbahasa. Membaca dan menyimak merupakan keterampilan yang bersifat represif sedangkan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang produktif. Sebagai keterampilan produktif, menulis mempunyai peran dalam pemindahan informasi secara akurat dari diri seseorang ke dalam tulisan. Menulis juga memberikan nuansa baru bagi pikiran, perasaan dan dunia batin pembaca.
Menulis merupakan langkah-langkah yang diperlukan dalam menuangkan gagasan dan ide berupa tulisan yang dapat dipahami oleh orang lain.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 2008:3). Menulis berkaitan dengan membaca, bahkan dengan kegiatan berbicara dan menyimak. Membaca dan menulis merupakan kegiatan yang saling mendukung agar berkomunikasi untuk melakukan kegiatan membaca sebagai kegiatan dari latihan menulis (Susanto, 2013:246). Kemampuan menulis merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan menggunakan bahasa tulis serta materi yang harus diajarkan mencakup menulis dengan topik tertentu yang menarik (Pranowo, 2014:225). Menulis merupakan proses berpikir dan bukan sekedar coretan tinta yang dituangkan dalam buku, namun harus mempunyai makna dan informasi yang akan disampaikan.
Berdasarkan pengertian menulis dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa untuk mengungkapkan gagasan atau ide dalam bentuk tulisan. Kemampuan menulis bukan kemampuan yang diperoleh secara otomatis, namun diperoleh melalui proses pembelajaran. Contoh dalam menulis adalah menulis puisi.
b. Puisi
Secara etimologi puisi berasal dari bahasa Yunani poeima “membuat” atau poeisi “pembuatan”, dan dalam bahasa inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” atau “pembuatan”. Ketika seorang penyair telah membuat puisi pada dasarnya dia telah menciptakan dunianya sendiri sesuai dengan ekspresi dan imajinasi yang dibangunnya, baik fisik maupun batiniah. Puisi adalah ragam sastra bahasa yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Puisi menurut Herman J. Waluyo (2005: 1), puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang di padu dengan pemilihan kata-kata kias/imajinatif. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rachmat Djoko Pradopo (2007: 7) menyatakan bahwa puisi adalah mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam suatu susunan berirama.
Berdasarkan pengertian puisi dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian puisi ialah hasil karya sastra yang dituangkan dalam bentuk karangan dengan memperhatikan unsur-unsur pembangunannya yaitu tema,
pencitraan, ketepatan diksi, persajakan, pendayaan permajasan dan amanat serta digunakan untuk mengekspresikan pemikiran, membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera. Puisi memiliki perbedaan dengan karya sastra lainnya, yang dapat di lihat dengan melihat ciri-ciri puisi.
c. Ciri-ciri Puisi
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang terdiri dari tiap baris dengan bahasa yang indah dan penuh makna. Ciri khas puisi karena kekuatan puisi terletak pada kata-katanya. Puisi sering juga menggunakan lambang-lambang untuk menambahkan penitisannya dan menggunakan berbagai macam majas. Menurut J.
Waluyo (2003: 1), menyatakan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Sutawijaya (dalam Faisal dkk, 2009: 7 ) puisi yang diberikan kepada anak sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra puisi di SD hendaknya memiliki ciri berikut:
(1) Ciri Keterbacaan
(a) Bahasa yang digunakan dapat dipahami anak, artinya kosa kata yang digunakan dikenal oleh anak, susunan kalimatnya sederhana sehingga dapat dipahami anak.
(b) Pesan yang dikandung puisi dapat dibaca dan dipahami anak karena tidak bersifat diapan (bersembunyi) melainkan bersifat transparan atau eksplinsit.
(2) Ciri Kesesuaian
(a) Kesesuaian dengan kelompok usia anak, pada anak usia Sekolah Dasar menyukai puisi yang membicarakan kehidupan sehari-hari, petualangan,kehidupan keluarga yang nyata
(b) Kesesuaian dengan lingkungan sekitar tempat anak berada. Artinya anak yang berada dilingkungkan sekitar pantai akan bersemangat jika puisi yang diberikan adalah puisi yang berbicara tentang pantai. Atau pada musim kemarau, puisi yang dijadikan bahan ajar adalah puisi yang berbicara tentang kemarau.
Berdasarkan pengertian puisi dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri puisi terletak pada kesesuaian bahasa dan pesan yang dikandung.
Artinya kosakata yang digunakan sederhana tapi mempunyai makna yang terkandung di dalamnya. Penulisan sebuah puisi bukan hanya dilihat dari segi ciri-cirinya saja, tapi juga jenis puisi apa yang digunakan.
d. Jenis Puisi
Puisi ada bermacam-macam jenisnya tergantung dari aspek apa yang ia akan dibedakan. Waluyo (dalam Faisal dkk, 2009: 137) mengklasifikasikan puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan, terbagi atas; puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskripstif.
(1) Puisi Naratif
Puisi naratif adalah puisi yang isinya cerita. Penyair menyampaikan gagasannya dalam bentuk puisi dengan cara naratif yang di dalamnya tergambar ada pelaku yang berkisah.
(2) Puisi Lirik
Puisi lirik adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadinya dengan cara tidak bercerita. Puisi lirik dapat berupa pengungkapan pujaan terhadap seseorang.
(3) Puisi Deskriptif
Puisi deskriptif adalah puisi yang mengungkapkan gagasannya dengan cara melukiskan sesuatu untuk mengungkapkan kesan, peristiwa, pengalaman menarik yang pernah dialaminya.
Sedangkan menurut Widjojoko dan Hidayat (2006: 51-56) menggolongkan puisi berdasarkan masa periodenya sebagai berikut.
(1) Puisi lama (tradisional)
Jenis puisi lama terdiri dari: bidal, pantun, syair, gurindam, talibun, saloka, karmina (pantun kilat).
(2) Puisi baru (modern)
Jenis puisi baru terdiri dari: epik, balada, ode, elegy, epigram, satire, romans, dan puisi berdasarkan jumlah baris seperti distikon, terzina, kuanrem, kuint, sakset, septima, stanza, dan sonta,
(3) Puisi kontemporer
Puisi kontemporer yang terdiri dari, puisi mantra, puisi mbing, dan puisi konkret.
Berdasarkan jenis puisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa puisi terdiri dari puisi Naratif, Lirik dan Deskriptif. Sedangkan berdasarkan masa periodenya terdiri dari puisi lama, puisi baru dan puisi kontemporer. Penggabungan struktur dasar dalam penulisan sebuah puisi disebut unsur-unsur puisi.
e. Unsur-unsur Puisi
Unsur-unsur puisi merupakan sebuah struktur, tidaklah berdiri sendiri-sendiri.
Sebuah unsur merupakan kesatuan dari unsur satu dengan unsur lainnya, yang menunjukkan hubungan keterkaitan satu dengan yang lainnya. Untuk memberikan pengertian yang lebih memadai berikut ini dikemukakan uraian mengenai unsur- unsur pembuatan puisi tersebut:
(1) Unsur Ekstrinsik (a) Diksi (Pilihan Kata)
Diksi mempunyai peranan penting untuk mencapai keefektifan dalam menulis suatu karya sastra. Untuk mencapai diksi yang baik, seorang penulis harus memahami masalah kata dan maknanya, memperluas kosa kata, memilih kata yang tepat dan mengenali macam corak gaya bahasa yang sesuai dengan tujuan penulisan. Kata-kata dalam puisi harus bermakna bukan sekedar coretan dalam puisi. Kata yang digunakan adalah kata yang mampu mewakili pikiran atau perasaan yang bermakna lugas maupun kiasan.
(b) Baris dan bait dalam puisi biasanya satu bait memiliki 3 sampai 4 baris atau lebih dalam setia puisi
(c) Interpolasi merupakan penyisipan kata pada kalimat dalam sebuah puisi untuk memperjelas makna.
(d) Topografi, merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa, fiksi dan drama
(e) Rima, sajak atau persamaan bunyi atau pengulangan bunyi merupakan ciri dominan pada puisi.
(2) Unsur Intrinsik (a) Tema Puisi
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Dalam pembelajaran peserta didik harus mampu menuliskan sebuah puisi dengan tema yang mudah, sebagai contoh yaitu : alam, kemanusiaan, kasih sayang, dan lain-lain. Ide dalam menulis puisi dapat diperoleh kapan saja dan dimana saja tidak terikat dengan batas.
(b) Tujuan dan Amanat
Tujuan atau amanat adalah hal-hal yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca melalui puisinya. Dalam menulis puisi baru biasanya tujuan dan amanat yang disampaikan adalah perasaan suka, duka, benci, amarah, kagum,dan kasih sayang dalam penulisan tersebut
(c) Gagasan Pokok
Gagasan pokok dalam menulis puisi tidak berbeda jauh dalam larik dan baitnya.
Setelah peserta didik menemukan tema dan topik yang akan digunakan dalam membuah sebuah puisi, maka akan dilanjutkan dengan menuliskan gagasan pokok.
Dari situlah peserta didik akan membuat sebuah puisi yang sebelumnya sudah mengetahui isi dari puisi itu sendiri.
(d) Majas
Majas adalah penggunaan gaya bahasa. Majas digunakan oleh penyair untuk menghidupkan, atau lebih mengekspresikan perasaan atau melukikan, mengeluarkan dan mengungkapkan perasaan maupun pikiran dalam menulis puisi.
(e) Bahasa Puisi yang biasa digunakan oleh peserta didik adalah makna kias (konotasi).
Sedangkan menurut Waluyo (dalam Sukino, 2010: 115-132) menjelaskan unsur- unsur pembangun puisi yaitu;
(1) Unsur Isi atau Makna
Isi atau makna berkaitan dengan ide atau skema penyair yang akan di tuangkan dalam bentuk puisi yang biasanya akan menjiwai keseluruhan puisi.
(2) Unsur Struktur (a) Diksi (Pilihan Kata)
Secara teoritis, diksi sering dimaknai dengan pilihan kata. Diksi mengandung dua makna. Pertama, pilihan kata merupakan kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa sesuai dengan situasi dan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Kedua, pilihan kata yang tepat dan sesuai dengan konteks kosat kata bahasa itu sendiri.
(b) Citraan
Citraan (Pencitraan) dimaksudkan untuk menimbulkan kesan atau suasana dari puisi.
(c) Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.
(d) Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau karya akan makna. Kata-kata yang berbentuk figuratif dapat menciptakan efek tertentu dalam puisi.
(e) Irama
Irama biasa diwujudkan dalam bentuk ritma, rima dan metrum.secara umum ritma adalah pergantian turun naik, panjang, pendek, keras lembut, ucapan bunyi bahasa teratur.
(f) Tipografi
Aspek tipografi biasanya lebih mudah ditangkap oleh pembaca puisi. Topografi merupakan aspek bentuk nonkebahasaan yang menunjang terciptanya kepuitisan puisi.
Berdasarkan menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dalam menulis puisi adalah kesatuan dari unsur satu dengan unsur lainnya, yang menunjukkan hubungan keterkaitan satu dengan yang lainnya. Terdiri dari unsur ekstrinsik dan intrinsik. Dalam penulisan sebuah puisi, bukan hanya unsur-unsur puisi yang penting dalam sebuah puisi tetapi juga langkah-langkah yang digunakan dalam menulis puisi.
f. Langkah-langkah dalam Penulisan sebuah Puisi
Penulisan sebuah puisi memerlukan langkah-langkah yang perlu diperhatikan.
MenurutAlfiyah (2009 : 22) langkah-langkah dalam penulisan sebuah puisi adalah sebagai berikut:
(1) Pemadatan Bahasa, yaitu puisi dituliskan dengan bentuk larik dan bait yang sama sekali beda hakikatnya dan tidak membentuk kalimat dan alinea.
(2) Pemilihan Kata Khas, menulis puisi menggunakan kata-kata yang khas, bukan kata- kata prosa atau bahasa sehari-hari. Tentu tidak semua kosa kata menggunakan khas puisi, pasti ada beberapa kata yang jelas seperti dalam prosa atau bahasa sehari-hari.
Jika menggunakan semua kata-kata khas puisi, maka puisi tersebut sulit untuk dipahami oleh orang lain. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kata ialah sebagai berikut :
(a) Makna Kias
Makna kias dapat digunakan dalam karya sastra, karena dalam puisi yang bertemakan sastra paling banyak menggunakan makna kias. Ketika peserta didik menuliskan setiap kata yang dilihatmaka akan muncul makna kias yang sebenarnya jarang digunakan.
(b) Lambang
Lambang yang digunakan peserta didik adalah pergantian suatu hal yang lambang tersebut bersifat lokal, kedaerahan, nasional, dan ada juga yang bersifat universal.
Ada pula yang mengartikan bahwa jenis-jenis lambang yang ada dalam puisi meliputi lambang bunyi, lambang warna dan lambang suasana.
(c) Persamaan Rima dan Bunyi
Pemilihan kata dalam sebuah puisi khususnya pada setiap baris mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi yang harmonis.
(d) Kata konkret
Penyajian dalam menulis puisi dituangkan berdasarkan sesuatu yang konkret.
(e) Pengimajian
Pengimajian akan dihasilkan setelah siswa mengamati gambar yang disajikan kemudian siswa juga menciptakan pengimajian/pencitraan dalam menuliskan puisinya.
Badriyah dalam Faisal, dkk (2009) berpendapat bahwa langkah-langkah menulis puisi dalam upaya meningkatkan apresiasi anak SD secara produktif adalah sebagai berikut.
(1) Mengamati suatu objek secara cermat.
(2) Temukan tema lalu dijadikan judul puisi.
(3) Susun alur (kronologis/spasial) lalu kembangkan menjadi cerita.
(4) Susunlah berurutan ke bawah, satu baris satu kalimat pendek.
(5) Jika ada kalimat yang panjang, pendekkan dengan membuang kata-kata sambung yang tidak penting.
(6) Cari kata/kalimat yang intensitas keindahannya dan maknanya kurang kuat dan ubah dengan kata-kata yang lebih indah (konotatif) dan imajinatif, misalnya angin, hitam, diganti dengan bayu, pekat/kelam.
(7) Cermati terus menerus tiap kalimat/kata dengan memperhatikan keindahan bunyi.
Berdasarkan menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa langkah- langkah dalam menulis puisi adalah pemadatan bahasa dan pemilihan kata khas.
Sedangkan langkah-langkah dalam menulis puisi untuk meningkatkan apresiasi anak adalah dengan menemukan tema yang akan dibuat sebuah puisi. Menerapkan langkah-langkah dalam penulisan puisi diperlukan kemampuan dalam menulis puisi.
g. Kemampuan Menulis Puisi
Kemampuan menulis puisi berarti kesanggupan, kecakapan, dalam menuangkan gagasan, pikiran, perasaan dan pengalaman dengan susunan dan penggambaran bahasa yang padat dan padu sebagai satu kesatuan ekspresi dari buah pikiran yang didasarkan pada pengalaman imajinatif maupun konkret. Kemampuan puisi tidak akan datang secara otomatis atau begitu saja dimiliki seseorang tanpa adanya latihan secara intensif atau teratur. Keterampilan menulis puisi itu harus melalui latihan praktek secara terus menerus. Penulis harus terampil dalam memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kota kata (Tarigan, 2008:4).
Seorang penulis harus mempunyai kemampuan dalam pemilihan kata maupun bentuk tulisan yang sangat mengekspresikan perasaan atau pikiran. Kemampuan menulis puisi tersebut diperoleh tidak secara otomatis, melainkan karena kebiasaan menulis. Pentingnya latihan menulis puisi tidak hanya untuk memperkuat pengamatan dalam meningkatkan kemampuan bahasa, akan tetapi juga dapat menumbuhkan minat peserta didik terhadap penulisan puisi.
Pembelajaran menulis puisi dapat menanamkan rasa peka terhadap karya sastra, sehingga memunculkan perasaan senang, cinta dan tertarik pada apresiasi sastra. Selain itu pembelajaran puisi juga dapat mengembangkan peserta didik agar mampu berpikir kritis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi adalah keterampilan atau kesanggupan seseorang dalam menggunakan akal dan pikirannya untuk mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, dan merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama, mengekspresikan pikiran, ide, imajinasi, gagasan dan perasaan secara imajinatif dan kreatif dengan
kemahiran menggunakan unsur-unsur yang terkandung di dalam puisi. Untuk mengukur kemampuan menulis puisi diperlukan penilaian.
h. Penilaian Kemampuan Menulis Puisi
Burhan Nurgiyantoro (2009:298-305) mengungkapkan bahwa cara menilai kemampuan menulis adalah melalui jalan tes. Namun, Nurgiyantoto mempertegas bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif dan selintas; yaitu penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan siswa secara selintas. Selain penilaian yang bersifat holistik, diperlukan pula penilaian secara analisis agar guru memberikan nilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi lebih rinci tentang kemampuan siswanya. Kategori penilaian dengan pendekatan analisis memiliki banyak variasi, tergantung jenis tulisan itu sendiri.
Namun, penilaian yang dipakai untuk mengukur karya kreatif siswa dapat menggunakan rubrik penilaian (Nurgiyantoro, 2010:480). Rubrik penilaian tersebut akan disajikan dalam tabel 2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.4 Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Puisi
NO Indikator Deskriptor Skor
1 Kekuatan Imajinasi Susunan kata tidak dapat mengungkapkan imaji (penglihatan/pendengaran/perasaan) dan tidak menggungah timbulnya imaji
1
Susunan kata dapat mengungkapkan imaji (penglihatan/pendengaran/perasaan) namun tidak menggungah timbulnya imaji
2
Susunan kata dapat mengungkapkan dan menggugah timbulnya imaji (penglihatan/pendengaran/perasaan) namun belum dapat memperindah puisi
3
Susunan kata dapat mengungkapkan serta menggungah timbulnya imaji dan dapat memperindah puisi
4 2 Ketepatan Diksi Pilihan kata yang tidak tepat dan sesuai dengan isi puisi 1
Pilihan sesuai dengan isi puisi namun belum dapat memperindah puisi
2 Pilihan kata sesuai dengan isi puisi dan penggunaan kata cukup tepat namun belum dapat memperindah puisi
3 Pilihan kata sesuai dengan isi puisi, penggunaan kata tepat dan dapat memperindah puisi
4
3 Penggunaan Rima Tidak menggunakan rima 1
Menggunakan rima namun tidak sesuai dengan isi puisi 2 Menggunakan rima sesuai dengan isi puisi namun belum dapat memperindah puisi
3 Pilihan kata sesuai dengan isi puisi, dan dapat memperindah puisi2
4 4 Makna dan Amanat Puisi tidak memil3iki kedalaman makna dan tidak
mengandung amanat tertentu
1 Puisi memiliki kedalaman makna namun tidak mengandung amanat tertentu
2 Puisi memiliki kedalaman makna dan amanat tertentu secara tersurat
3 Puisi memiliki kedalaman makna dan amanat tertentu secara tersirat
4 5 Penggunaan Kata
Konkret
Tidak ada penggunaan kata konkret 1
Penggunaan kata konkret maksimal ada dua dari indera pendengaran, rasa, bau, dan raba dengan tepat
2 Penggunaan kata konkret maksimal ada tiga dari indera pendengaran, rasa, bau, dan raba dengan tepat
3 Penggunaan kata konkret terdiri dari indera pendengaran, rasa, bau, dan raba dengan tepat.
4
4. Model SAVI
a. Pengertian Model SAVI
Manusia mempunyai berbagai macam alat indera, mulai dari indera penglihatan, indera pendengar, indra pengecap, indera peraba dan indera penciuman (hidung). Kelima indera ini pada umumnya mempunyai fungsi untuk memperoleh informasi yang nantinya akan disampaikan dan diolah ke dalam otak. Menurut Asyirit (2010: 73) model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) yaitu metode pembelajaran yang memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa.
Melalui pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) siswa dapat lebih terlibat aktif dalam pembelajaran baik dari segi afektif, kognitif dan psikomotor.
Hal ini sejalan dengan Suyatno (2009: 65) pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) merupakan salah satu bagian dari teori pembelajaran Accelerated Learning (AL), teori otak kanan/kiri, modalitas (Visual, audiotory, dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistis) menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; dan belajar dengan aliran simbol.
Pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) merupakan aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah belajar yang melibatkan semua indera yang dimiliki manusia, kemauan individu dan gaya belajar. Model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka mempunyai prinsip sebagai berikut: 1) Pembelajaran yang melibatkan seluruh pikiran dan tubuh; 2) pembelajaran
berarti berkreasi dan eksplorasi bukan mengkonsumsi; 3) kerja sama dalam proses pembelajaran; 4) Pembelajaran berlangsung secara bertahap dan simultan; 5) Belajar dilakukan sendiri dengan umpan balik; 6) Emosi positif membantu proses pembelajaran; 7) Otak menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Menurut Ngalimun (2012: 166) pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.
Ngalimun (2012: 166) juga mengemukakan
“Istilah SAVI merupakan kependekan dari Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hand-out), aktivitas fisik di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Audiotory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakah pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellecually yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan.”
Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk peserta didik dalam mengembangkan dan memanfaatkan semua indera ; visual, audio, somatic, dan intelektual anak dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak hanya duduk diam dan mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru, akan tetapi mereka diharuskan untuk bergerak secara aktif dan kreatif dalam mengikuti semua proses kegiatan pembelajaran.
Sehingga mereka terlibat langsung peristiwa pembelajaran dan menemukan sendiri
inti yang dipelajari. Pembelajaran Model SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) memiliki karakteristik dalam penerapannya.
b. Karakteristik Model Pembelajaran SAVI
Setiap model memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual,
Intellectual) dibagi menjadi 4 Karakteristik, yaitu : 1) Somatic
“somatis” berasal dari bahasa Yunani “soma” yang berarti tubuh. Menurut Meier (2002:92), belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba, kinestetik, praktek melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat (melakukan sesuatu). Sehingga pembelajaran somatis adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan seluruh tubuh (indera peraba, kinestetik dalam satu waktu dalam proses kegiatan proses pembelajaran berlangsung).
2) Audiotory
Audiotory adalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Kemampuan pendengaran kita dalam mendengar dan mengolah informasi lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus tanpa henti mendengar dan menyimpan informasi yang bahkan tanpa kita sadari. Ketika seseorang membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting diotak kita menjadi aktif. Hal ini menjelaskan bahwa dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya guru mengajak peserta didik untuk membicarakan, menerjemahkan apa yang mereka pahami dari
pengalaman belajar yang dilakukan siswa dengan suara. Mengajak berbicara dalam memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, tahu menciptakan makna-makna untuk diri sendiri.
3) Visual
Visual merupakan belajar dengan melihat, mengamati, dan menggambarkan apa yang ingin dilihat atau tanpa sengaja dilihat. Otak memiliki banyak perangkat dalam mengolah dan memproses informasi visual daripada semua alat indera yang lain.
Peserta didik menggunakan indera visual lebih banyak dalam mengolah informasi yang ada sehingga dapat mempermudah dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Meier (2002:97) yang mengatakan bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Jika melihat apa yang sedang dibicarakan oleh seseorang atau didalam buku, maka akan lebih mudah dalam belajar. Dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat belajar dengan baik jika mereka dapat melihat langsung contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan lainnya ketika belajar.
4) Intellectual
Intellectual adalah kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah. Belajar dengan melakukan tindakan dari hasil pemikiran yang direnungkan dari hasil pengalaman yang menciptakan hubungan. Intelektual bukanlah pendekatan belajar yang tanpa emosi, tidak berhubungan, rasionalitas, akademis, dan berkotak-kotak (Meier, 2002: 99). Makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Jadi
intelektual adalah bagian dalam merenungkan, mencipta, dan memecahkan masalah yang ada.
Berdasarkan hasil paparan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah memiliki semua aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata melainkan dapat benar-benar memahami dan mengalami secara langsung apa yang dipelajari. Selain memiliki karakteristik, model SAVI juga memiliki cara belajar tersendiri yang berbeda dengan model pembelajaran lainnya.
c. Cara Belajar Pembelajaran SAVI
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak ke sana ke mari. Akan tetapi menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Itulah yang di namakan SAVI. Contoh tabel aktivitas sesuai dengan cara belajar/gaya belajar siswa (Meier, 2002:94).
Tabel 2.5 Cara Belajar Siswa
GAYA
BELAJAR AKTIVITAS
Somatis Orang dapat bergerak ketika mereka:
1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur 2. Menciptakan pictogram dan periferalnya
3. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep
4. Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya 5. Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dll)
6. Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang di pelajari
Audiotori Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana audiotori dalam belajar:
1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan komputer 2. Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang
terkandung di dalam buku pembelajaran yang dibaca mereka
3. Mintalah pembelajar berpasang-pasang membincangkan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka menerapkannya
4. Mintalah pembelajar mempraktekkan suatu keterampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan
5. Mintalah pembelajar berkelompok dan berbicara nonstop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang
Visual Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembelajaran visual adalah:
1. Bahasa yang penuh gambar (metaafora, analogi) 2. Grafik presentasi yang hidup
3. Benda 3 dimensi
4. Bahasa tubuh yang dramatis 5. Cerita yang hidup
6. Kreasi pictogram (oleh pembelajar) 7. Pengamatan lapangan
8. Dekorasi berwarna-warni 9. Ikon alat bantu kerja
Intelektual Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika pembelajaran diarahkan dalam aktivitas seperti:
1. Memecahkan masalah 2. Menganalisis pengalaman
3. Mengerjakan perencanaan strategis 4. Memilih gagasan kreatif
5. Mencari dan menyaring informasi 6. Merumuskan pertanyaan
7. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan 8. Mencipta makna pribadi
9. Meramalkan implikasi suatu gagasan
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran SAVI
Langkah-langkah pembelajaran dengan model SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) menurut Shoinim (2013: 78) adalah sebagai berikut :
(1) Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan yang dilakukan guru untuk memunculkan minat belajar peserta didik, merangsang perasaan dan pikiran positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan peserta didik dalam kondisi optimal dalam menerima pembelajaran. Untuk lebih detailnya yaitu :
memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberikan manfaat kepada siswa, memberikan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna, membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan, menumbuhkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk bertanya, mengemukakah berbagai masalah, dan mengajak peserta didik terlibat langsung proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Jadi tahap persiapan merupakan tahap yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan guru sebelum memulai dan melaksanakan proses pembelajaran, agar pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan optimal.
(2) Tahap penyampaian
Tahap penyampaian merupakan tahap yang dilakukan guru untuk membantu peserta didik menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, kreatif, relevan dan melibatkan panca indera dan cocok untuk semua gaya belajar atau cara belajar. Hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut : pengamatan fenomena dunia nyata, uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, keterlibatan seluruh otak dan tubuh, media visual berupa presentasi interaktif, grafik, dan sarana presentasi berwarna-warni, berbagai macam cara untuk disesuaikan dengan gaya belajar, proyek belajar berdasarkan kerja sama, latihan menemukan (sendiri, berpasangan, maupun kelompok), pengalaman belajar dunia nyata yang kontekstual dan pelatihan memecahkan masalah yang ada. Jadi, tahap penyampaian adalah cara-cara yang perlu dilakukan guru dalam menyampaikan isi materi.
(3) Tahap pelatihan
Tahap pelatihan merupakan tahap yang dilakukan guru untuk membantu mengintegrasikan peserta didik dalam menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Untuk lebih detail yang dilakukan guru adalah sebagai berikut : aktivitas proses siswa, stimulasi dunia-nyata, usaha aktif atau umpan balik, permainan dalam belajar, aktivitas pemecahan masalah, pelatihan aksi pembelajaran, dialog berpasangan atau kelompok, refleksi, aktivitas praktis membangun keterampilan, aktivitas pemecahan masalah dan mengajar balik. Jadi, tahap pelatihan adalah tahap-tahap percobaan yang dilakukan guru dan siswa dalam proses pembelajaran agar mendapatkan hasil yang maksimal.
(4) Tahap penampilan hasil
Tahap penampilan hasil adalah tahap yang dilakukan guru untuk membantu peserta didik menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan yang sedang dilakukan, sehingga hasil belajar yang diperoleh akan melekat dan terus meningkat. Adapun yang lakukan guru adalah sebagai berikut : menerapkan sumber belajar yang ingin digunakan yang berada dalam ruang lingkup dunia nyata dalam waktu yang segera, menciptakan dan melaksanakan rencana yang dilakukan dengan tindakan atau aksi, aktivitas penguatan penerapan, materi penguatan, pelatihan secara terus menerus, umpan balik dan evaluasi kinerja dan aktivitas dukungan teman. Jadi tahap penyampaian adalah tahap terakhir yang berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik.
Menurut Huda (2013: 283) langkah-langkah model pembelajaran Somatis Audiotori Visual dan Intelektual (SAVI) sebagai berikut.
(1) Guru merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa
(2) Guru menyampaikan materi dengan cara yang menarik melalui permainan
(3) Siswa berlatih menemukan (melalui sendiri, berpasangan, atau kelompok)
(4) Siswa mempraktekkan suatu keterampilan (5) Siswa berlatih memecahkan masalah
(6) Siswa diminta merefleksikan apa yang telah dipelajari
(7) Siswa diminta untuk membuat semacam diagram atau yang bisa menggambarkan apa yang telah mereka refleksikan.
(8) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan dan siswa diminta untuk berpikir tentang pemecahannya.
Berdasarkan hasil paparan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran SAVI adalah tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap pelatihan dan tahap hasil. Model pembelajaran SAVI bukan hanya merangsang kemampuan somatis, auditor, visual dan intelektual anak, tapi SAVI juga merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa, agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal.Melalui langkah-langkah tersebut, model pembelajaran SAVI memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya.
e. Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran SAVI
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing. Menurut Meier (2002: 99) model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) selain dapat memecahkan masalah pembelajaran di kelas, juga memiliki kelebihan.
Tabel 2.6 Kelebihan Model SAVI
SAVI SISWA
Somatis Siswa dapat belajar dengan indera peraba, kinektetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan setubuh sewaktu belajar
Audiotory
Siswa dapat belajar dengan melibatkan kemampuan audiotory (pendengaran). Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi audiotory. Beberapa area penting di otak menjadi aktif.
Visual
Siswa dapat belajar dengan melibatkan kemampuan visual (penglihatan).
Dengan alasan bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat memproses informasi visual daripada indera yang lain.
Intellectual
Siswa dapat belajar dengan menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan hasil pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.
Adapun menurut Leisubun (2010: 25) kelemahan model pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual) adalah sebagai berikut :
(1) Guru harus mempersiapkan diri jauh sebelum melaksanakan pembelajaran
(2) Pembelajaran dengan menggunakan SAVI membutuhkan waktu yang panjang dalam melakukan kegiatan mengajar
(3) Pembelajaran SAVI membutuhkan guru yang memiliki kemampuan sosial yang baik (4) Penerapan pembelajaran SAVI 90 % harus menguasai karakteristik siswa
Jadi, dari hasil kajian teori di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SAVI memiliki kelebihan yaitu model pembelajaran SAVI dapat merangsang kemampuan siswa, bukan hanya kemampuan intelektual siswa tetapi juga kemampuan bergerak, melihat dan mendengarkan. Serta kekurangan dari model pembelajaran SAVI adalah guru membutuhkan waktu dan persiapan yang matang
sebelum melakukan proses kegiatan mengajar terlebih dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model SAVI.
f. Pembelajaran Menulis Puisi dengan Menggunakan Model SAVI
Penelitian ini menggunakan model SAVI untuk membangkitkan ide/gagasan yang ada dalam pikiran siswa. Dengan model yang diterapkan yaitu model SAVI, belajar harus memanfaatkan semua alat indra. Sebelum pelaksanaan pembelajaran menulis puisi bebas, guru mengajak keluar kelas untuk mengamati dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut termasuk dalam konsep somatis (belajar dengan berbuat dan bergerak). Dalam konsep audiotori, visualization, dan intelletually, siswa di minta melibatkan semua pancaindra selama kegiatan pengamatan berlangsung. Siswa menuliskan apa yang mereka lihat, temukan, dan dengar selama pengamatan menjadi catatan dalam bentuk kata kunci dalam lembar kerja yang telah diberikan oleh guru. Catatan tersebut akan menjadi pegangan dan pilihan kata ketika akan membuat puisi bebas. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu :
1) Keseriusan siswa dalam memperhatikan gambar dan mengamati benda di sekitar sebagai media dama pembuatan puisi (Visualization)
2) Keterlibatan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru dan keaktifan siswa dalam bertanya mengenai materi pembelajaran yang diberikan (Audiotory)
3) Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran baik klasikan maupun kelompok (Somatic)
4) Keseriusan siswa dalam menulis puisis sesusah dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh guru (Intellektual)
5) Guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka dalam membuat puisi, agar menampakkan hasil yang meningkat
B. KAJIAN PENELTIAN YANG RELAVAN
Tabel 2.7 Kajian Relevan NO PENULI
S
JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN
1 Bayu Ristanto (2011)
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDIOTORY, VIZUALITAZION,
INTELLECTUAL) PADA
MATERI PERUBAHAN
LINGKUNGAN UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KELAS IV SDN
BOLOREJO 1
TULUNGGAGUNG
• Sama-sama
menerapkan model pembelajaran SAVI di kelas IV
• Menggunakan model penelitian tindakan kelas
• Menggunakan dua siklus
• Materi yang di teliti adalah perubahan lingkungan
• Peningkatan yang diinginkan adalah hasil belajar
• Masih menggunakan KTSP mata pelajaran IPA
2 Hilda Maria Ulfa (2011)
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIDANG STUDI
IPA MATERI
PEMBENTUKAN TANAH
MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDIOTORY, VIZUALITAZION,
INTELLECTUAL) SISWA
KELAS V SDN
TEGALWERU DAU
KABUPATEN MALANG
• Sama-sama
menerapkan model pembelajaran SAVI
• Menggunakan model penelitian tindakan kelas
• Menggunakan dua siklus
• Materi yang di teliti adalah pembentukan tanah
• Peningkatan yang diinginkan adalah hasil belajar IPA
• Masih menggunakan KTSP
3 Diah Rachma wati (2015)
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENULIS
PUISI DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDIOTORY, VIZUALITAZION,
INTELLECTUAL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI UMBUL TENGAH
1 TAHUN AJARAN
2014/2015
• Materi yang diteliti adalah menulis puisi
• Peningkatan yang diinginkan adalah kemampuan menulis puisi
• Masih menggunakan KTSP mata pelajaran Bahasa Indonesia
• Menggunakan model penelitian tindakan kelas
• Menggunakan dua
• Siklus
• Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum lama yaitu KTSP
• Kelas yang menjadi target penelitian adalah kelas V
4 Endah Triastuti k (2013)
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II SDN AMPELDENTO 02 MALANG PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDIOTORY, VIZUALITAZION,
INTELLECTUAL)
• Sama-sama
menerapkan model pembelajaran SAVI di kelas IV
• Menggunakan model penelitian tindakan kelas
• Menggunakan dua siklus
• Peningkatan yang diinginkan adalah hasil belajar Mata pelajaran IPS
• Target kelas yang diteliti adalah kelas rendah
•
C. KERANGKA PIKIR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Kondisi Ideal
1. Memperhatikan kemampuan siswa dalam menulis puisi (menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa)
2. Pembelajaran yang diterapkan yaitu student center (berpusat pada siswa) 3. Siswa berpartisipasi secara aktif 4. Kemampuan menulis puisi siswa
mencapai KKM
Kondisi Nyata 1. Tidak menggunakan
metode/model pembelajaran yang menyenangkan
2. Penyampaian materi dengan ceramah dan tanya jawab (berpusat pada guru) 3. Kurangnya antusias dan
partisipasi siswa
4. Hasil kemampuan menulis puisi siswa masih rendah
Solusi
Menerapkan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Audiotory, Visual,
Intellectual) Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian : Peneltian Tindakan Kelas (PTK) 2. Lokasi: SDN 1 Teta
Kabupaten Bima 3. Waktu: Februari-Maret
2020
4. Instrument: Wawancara, tes tulis, lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
Penerapan Model SAVI (Somatic, Audiotory, Visual, Intellectual)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa
Kelas IV SDN Teta Kabupaten Bima
Permasalahan
Tidak menerapkan model pembelajaran