• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Scoring Board Pabrik

Dalam dokumen BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 33-40)

Model scoring board pabrik merupakan model untuk pengukuran kinerja pabrik berdasarkan IKK yang dianalisis dari kriteria terpilih. Jika kriteria memiliki IKK lebih dari satu maka akan dilakukan pembobotan menggunakan metode

fuzzy-pairwaise comparison (Gambar 48). IKK untuk penilaian pabrik adalah

pembelian TBS, TBS kebun sendiri, biaya pemeliharaan mesin/instalasi, biaya pengolahan, kehilangan inti sawit, kehilangan minyak sawit, realisasi waktu pabrik beroperasi, mutu CPO (ALB) yang diproduksi, jumlah SDM yang mengikuti pelatihan dan karyawan yang berkompetensi, jumlah sertifikat yang berkaitan dengan lingkungan.

Skor setiap IKK dihitung berdasarkan target dan skor yang telah ditentukan berdasarkan benchmarking dengan perkebunan swasta sejenis dan wawancara pakar. IKK pabrik dinilai dengan menggunakan scoring (Lampiran 9), agar tidak terjadi bias dalam penghitungan nilai.

Bahan baku TBS dinyatakan mempunyai kinerja tinggi jika realisasi pembelian TBS dan produksi kebun sesuai dengan anggaran. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah mutu TBS dari pembelian pihak kedua atau kebun plasma dan standar kriteria matang panen, karena sangat berpengaruh terhadap rendemen CPO perusahaan.

Pengelolaan biaya dinyatakan mempunyai kinerja tinggi jika realisasi biaya pemeliharaan mesin/instalasi dan biaya pengolahan dibawah anggaran. Kecenderungan biaya produksi yang terus meningkat disebabkan harga bahan, alat, BBM cenderung naik serta tidak tercapainya produktivitas CPO. Anggaran mengacu pada standar pemakaian air max 2 m3/ton TBS diolah, pemakaian uap maksimum 0,5 ton TBS diolah, jam jalan pabrik min 20 jam/hari dan perbandingan KWH (diesel+PLN) dengan KWH total maksimum 10 persen serta melakukan perawatan mesin dengan standar maintenance cost per equipment

replacement value maksimum 5 persen dan diusahakan dengan swakelola

sehingga melalui efesiensi dan efektifitas pemakaian dan meningkatkan pengawasan serta pembinaan kepada karyawan dapat mengendalikan biaya produksi.

Kehilangan (loss)) dinyatakan mempunyai kinerja tinggi jika realisasi angka kehilangan inti sawit dan kehilangan minyak sawit adalah dibawah anggaran. Kehilagan minyak diawasi dari mulai stasiun perebusan, pemipilan/theresser, pencacahan (digester) dan pengempaan (presser) dan pemurnian minyak (clarifier). Pengawasan di stasiun rebusan dilakukan dengan mengawasi kandungan minyak dalam air kondensat (disebabkan buah restan bercampur dengan buah segar dalam satu rebusan, holding time terlalu lama, buah banyak terluka/memar, pembuangan air kondensat tidak tuntas) dan kandungan minyak dalam tandan kosong (disebabkan buah banyak yang luka, waktu perebusan atau holding time terlalu lama dan buah terlalu banyak menumpuk di

dengan mengawasi kandungan minyak dalam tandan kosong yang disebabkan

holding time yang terlalu lama dan penuangan ke auto feeder yang terlalu banyak.

Pengawasan di stasiun pressan dilakukan dengan mengawasi losis minyak dalam

fibre yang melebihi norma (norma 0,56 persen) (disebabkan proses perebusan

tidak sempurna, proses pengadukan tidak sempurna/temperatur adukan lebih kecil dari 95 0C, isian digester kurang dari 3/4 bagian, pisau aduk aus, aliran minyak kasar dari bottom plate tidak lancar, tidak ada siku penahan, tekanan pressan lebih kecil dari 40 BAR, ularan screw sudah aus)

Utilisasi pabrik dinyatakan mempunyai kinerja tinggi jika realisasi waktu pabrik beroperasi sesuai dengan anggaran. Pemeliharan mesin yang terjadual akan mencegah kerusakan pada alat-alat/mesin yang dapat menyebabkan penurunan jam olah, kapasitas olah serta pengutipan minyak dan inti sehingga akan mengganggu produktivitas pabrik kelapa sawit.

Mutu CPO dinyatakan mempunyai kinerja tinggi jika mutu CPO yang diproduksi sesuai dengan anggaran. Mutu CPO yang harus dicapai adalah < 3 persen sehingga pengawasan mutu harus dilakukan dengan upaya melakukan pengawasan di stasiun peneriman buah dengan cara buah yang sampai ke pabrik kurang dari 24 jam artinya buah sudah sampai di pabrik sebelum jam 20.00 WIB, dan menjaga kenaikan ALB di pabrik maksimum 0,3 persen, restan buah di luar ketel rebusan tidak ada, kapaitas pabrik minimum 90 persen dari kapasitas disain, tekanan uap perebusan rata-rata 3 kg/cm2 dan lama perebusan persiklus maksimum 90 menit. Hal ini berkaitan dengan proses sterilisasi adalah untuk menonaktifkan enzim lipase sehingga meminimalkan kenaikan ALB.

Pengembangan karyawan dinyatakan mempunyai kinerja tinggi jika jumlah SDM yang mengikuti pelatihan dan karyawan yang berkompetensi sesuai dengan anggaran. Sistem manajemen kinerja dan SDM berbasis kompetensi akan dihasilkan kinerja yang efektif (performance effective).

Proses produksi ramah lingkungan dinyatakan mempunyai kinerja tinggi jika jumlah sertifikat yang berkaitan dengan lingkungan sesuai dengan anggaran. Bagi pabrik, ramah lingkungan berarti tidak mencemari lingkungan. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemenuhan adanya SPO pabrik (dari penerimaan TBS sampai pengiriman CPO dan PKO), standar ISO dan RSPO yang menuntut praktik

terbaik di pabrik (prosedur operasi harus di dokumentasikan, diimplementasikan dan dipantau secara konsisten). Penerapan standar sistem kualitas akan memberikan kepastian kualitas selama proses produksi yang diakui oleh pasar sehingga penerapan ISO, RSPO merupakan persyaratan teknis yang harus dimiliki oleh perkebunan BUMN untuk pencapaian jaminan kualitas agar dapat merebut pelanggan yang mensyaratkan jaminan mutu tertentu.

Pengukuran dengan rentang standar skor yang digunakan adalah standar skor 1 (nilai 0), standar skor 2 (nilai 6), standar skor 3 (nilai 7), standar skor 4 (nilai 7,5), standar skor 5 (nilai 8), standar skor 6 (nilai 8,5) dan standar skor 7 (nilai 9). Penentuan nilai rentang menggunakan batas bawah dan batas atas seperti tertera pada Gambar 49.

Gambar 49 Contoh rentang scoring dari masing-masing IKK pabrik

Untuk mengukur kinerja kebun, dilakukan berdasarkan IKK dengan menggunakan scoring board pabrik seperti pada Gambar 50.

Gambar 50 Contoh bentuk scoring board pabrik

Berdasarkan perhitungan nilai skor masing-masing IKK pabrik diperoleh hasil pengukuran IKK pabrik seperti pada Tabel 19.

Tabel 19 Pengukuran IKK pabrik

IKK Tinggi Sedang Rendah

Pembelian TBS

Ophir, Pinang Tinggi Air Batu, Adolina, Ajamu, Bah Jambi, Berangir, Bunut, Dolok Ilir, Dolok Sinumbah, Gunung Bayu, Mayang, Sosa, Pabatu, Pasir Mandoge, Pulu Raja, Sawit Langkat, Tinjowan, Tanjung Lebar Produksi

Kebun Sendiri

Air Batu, Bah Jambi, Dolok Ilirr, Gunung Bayu, Rimdu, Tinjowan

Adolina, Ajamu, Bunut, Dolok Sinumbah, Mayang, Pabatu, Pulu Raja

Berangir, Ophir, Sosa, Pasir Mandogr, Pinang Tinggi, Sawit Langkat, Tanjung Lebar

Biaya Pemeliharaan Mesin/Instalasi

Air Batu, Dolok Sinumbah

Adolina, Bah Jambi, Berangir, Gunung Bayu, Mayang, Pabatu, Pasir Mandoge, Sawit Langkat, Sosa

Ajamu, Dolok Ilir, Pulu Raja, Tinjowan, Pinang Tinggi, Bunut, Ophir, Rimdu, Tanjung Lebar

Biaya Pengolahan

Air Batu, Dolok Sinumbah, Mayang,

Ajamu, Bah Jambi, Berangir, Dolok Ilir,

IKK Tinggi Sedang Rendah Pulu Raja, Sawit

Langkat, Bunut, Tanjung Lebar

Gunung Bayu, Pasir Mandoge, Sosa, Ophir, Pinang Tinggi, Rimdu Losis Inti Adolina, Air Batu, Bah

Jambi, Berangir, Dolok Sinumbah, Gunung Bayu, Mayang, Pabatu, Pasir Mandoge, Pulu Raja, Sawit Langkat, Sosa, Tinjowan, Bunut, Ophir, Pinang Tinggi, Rimdu, Tanjung Lebar

Ajamu, Dolok Ilir

Losis Minyak Air Batu, Bah Jambi, Gunung Bayu, Pabatu, Pasir Mandoge, Pulu Raja, Sawit Langkat, Sosa, Rimdu

Adolina, Berangir, Dolok Ilir, Dolok Sinumbah, Gunung Bayu, Mayang, Tinjowan, Bunut, Ophir, Pinang Tinggi, Tanjung Lebar

Realisasi Waktu Pabrik Beroperasi

Air Batu, Ajamu, Bah Jambi, Berangir, Dolok Ilir, Dolok Sinumbah, Gunung Bayu, Pabatu, Pasir Mandoge, Pulu Raja, Sosa, Tinjowan

Adolina, Air Batu, Sawit Langkat, Bunut, Ophir, Tanjung Lebar

Mayang, Pinang Tinggi, Rimdu

Mutu CPO yang

diproduksi dengan ALB < 3

Air Batu, Ajamu, Berangir, Dolok Ilir, Pulu Raja, Sosa

Adolina, Gunung Bayu, Mayang, Pabatu, Sawit Langkat

Bah Jambi, Dolok Sinumbah, Pasir Mandoge, Tinjowan, Bunut, Ophir, Pinang Tinggi, Rimdu, Tanjung Lebar Jumlah SDM yang Mengikuti Pelatihan Bunut, Ophir, Tinjowan, Rimdu, Tanjung Lebar

Adolina, Air Batu, Ajamu, Bah Jambi, Berangir, Dolok Ilir, Dolok Sinumbah, Gunung Bayu, Mayang, Pabatu, Pasir Mandoge, Pulu Raja, Sawit Langkat, Sosa, Tinjowan Karyawan

yang

Berkompetensi

Adolina, Air Batu, Ajamu, Bah Jambi, Berangir, Dolok Ilir, Dolok Sinumbah, Gunung Bayu, Mayang, Pabatu, Pasir Mandoge, Pulu Raja, Sawit Langkat, Sosa, Tinjowan

Bunut, Ophir, Pinang Tinggi, Rimdu Jumlah Sertifikat yang Berkaitan dengan Lingkungan

Ajamu, Berangir, Pulu Raja

Adolina, Air Batu, Bah Jambi, Dolok Ilir, Dolok Sinumbah, Gunung Bayu, Mayang, Pabatu, Pasir Mandoge, Sawit Langkat, Sosa, Tinjowan, Bunut, Ophir, Pinang tinggi, Tanjung Lebar

Berdasarkan Tabel diatas, pengukuran IKK masing-masing pabrik dirangkum menjadi pengukuran IKK pabrik dengan hasil pengukuran bahan baku TBS rendah, pengelolaan biaya tinggi, kehilangan tinggi, utilisasi tinggi, mutu CPO tinggi, pengembangan karyawan sedang dan proses produksi ramah lingkungan rendah.

Resume hasil perhitungan IKK dan program peningkatan kinerja pabrik dapat dilihat pada Gambar 51.

Gambar 51 Resume IKK dan program peningkatan kinerja pabrik

Pada Gambar diatas terlihat bahwa total nilai kinerja pabrik adalah tinggi (total skor 7,7) dengan uraian skor tinggi untuk pengelolaan biaya pabrik (skor 8,5), kehilangan minyak (skor 8), utilisasi pabrik (skor 9) dan mutu CPO (skor 9); skor sedang untuk pengembangan karyawan (skor 7,5) dan skor rendah untuk bahan baku TBS (skor 0) dan proses produksi ramah lingkungan (skor 0). Program peningkatan kinerja yang disarankan adalah peningkatan pengawasan terhadap mutu pembelian TBS dan penerapan standar sistem kualitas. Alasan melaksanakan program ini adalah: karena mutu TBS dari pembelian akan mempengaruhi rendemen CPO perusahaan, sehingga hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah dari mana asal TBS tersebut dan harus sesuai dengan kriteria matang panen dengan 5 brondolan/tandan yang ada di piringan. Bagi pabrik, proses produksi ramah lingkungan berarti tidak mencemari lingkungan.

Dalam dokumen BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 33-40)

Dokumen terkait