• Tidak ada hasil yang ditemukan

III Kerangka Pemikiran 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.5 Model VECM (Vector Error Correction Model)

Model VECM disusun apabila ternyata setelah melakukan Uji Johansen, variabel-variabel time series menunjukkan adanya kointegrasi, hubungan jangka panjang. VECM bertujuan untuk merestriksi hubungan perilaku jangka panjang antar variabel yang ada agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasi namun masih memberikan perubahan-perubahan dinamis dalam jangka pendek. Model ini deviasi jangka panjang akan dikoreksi secara bertahap melalui penyesuaian parsial jangka pendek (Error Correction) (Widarjono 2010).

26 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Terdapat beberapa masalah yang menjadi isu dalam industri teh nasional, mulai dari hilir, on farm, hingga hulu, seperti biaya produksi yang cenderung naik, dibutuhkannya klon unggul untuk meningkatkan produktivitas petani teh, perlunya alat pengolahan yang modern, hingga perlunya sistem pemasaran yang baik. Mengatasi hal ini, Dewan Teh Indonesia menyusun Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional yang mencakup perbaikan perkebunan teh rakyat, perbaikan gabungan kelompok tani, penguatan lembaga riset teh, penyempurnaan Standar Nasional Indonesia (SNI) hasil teh yang mengakomodasi standar-standar dunia, penambahan pabrik pengolahan dan peremajaan pabrik yang sudah ada, dan yang terakhir penguatan lembaga pemasaran teh, khususnya Jakarta Tea

Auction, yang dipegang oleh PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT.

KPB Nusantara).

Salah satu permasalahan yang menjadi isu penting dalam lembaga pemasaran adalah harga pasar lelang teh nasional (Jakarta Tea Auction), karena mayoritas produksi teh nasional dijual melalui mekanisme lelang di Jakarta Tea

Auction. Harga yang terjadi di Jakarta Tea Auction menjadi acuan bagi produsen

teh dalam merencanakan komposisi produksi teh mereka pada auction yang akan datang. Tidak hanya berpengaruh pada pihak pekebunan negara, harga yang terjadi pada Jakarta Tea Auction juga akan mempengaruhi harga jual yang teh yang terjadi di dalam negeri. Sehingga harga pelelangan yang terjadi pada Jakarta

Tea Auction menjadi faktor penting bagi produsen teh nasional dalam

merencanakan produksinya.

Hingga saat ini harga teh yang dilelang di Jakarta Tea Auction masih diduga dengan menggunakan model Naive Forecasting, yang terkadang menyebabkan beberapa produsen teh masih kesulitan dalam menduga grade yang sedang diminati pada pasar lelang yang akan datang. Selain itu, harga lelang yang cenderung fluktuatif juga membuat beberapa produsen penghasil teh masih kesulitan dalam menduga pergerakan harga teh yang akan datang, dikarenakan belum tentu jumlah yang terjual pada auction yang akan datang, sama dengan jumlah yang terjual saat ini. Ketidakseimbangan informasi ini menjadi sebuah

27 masalah bagi produsen yang menjual pasarnya di pasar lelang untuk membuat rencana produksinya, mengingat teh memiliki banyak grade.

Ini mengindikasikan pentingnya sebuah riset pasar (market research) guna mendapatkan gambaran mengenai industri teh dalam tingkat grade, informasi yang didapat akan mempermudah perencanaan produksi dan pemasaran dari produsen teh. Apabila produsen dapat melihat bagaimana fluktuasi harga pasar, pengaruh dari kompetitor terhadap produk yang dijual, dan pendugaan harga yang akan datang, hal ini akan mempermudah produsen teh dalam menyusun strategi pemasaran dan produksinya yang akan datang.

Beberapa tahun terakhir ini, harga teh Indonesia khususnya grade BOP (Broken Orange Pekoe), BOPF (Broken Orange Pekoe Fanning), PF (Pekoe

Fanning), BP (Broken Pekoe), dan Dust menunjukkan perkembangan harga yang

baik. Hal ini dapat menjadi peluang bagi produsen teh dalam mengembangkan perencanaan produksinya, karena jika produsen dapat mengetahui informasi mengenai grade apa yang sedang diminati saat auction (pelelangan) selanjutnya, maka pihak perkebunan dapat dengan mudah mengubah komposisi produksinya agar dapat memperoleh keuntungan.

Harga teh Indonesia yang fluktuatif selain disebabkan oleh mekanisme

supply dan demand, diduga dipengaruhi oleh harga teh lelang luar negeri seperti Colombo Tea Auction, dan Mombasa Tea Auction, dikarenakan saat ini terjadi liberalisasi perdagangan. Sehingga timbul dugaan bahwa harga Jakarta Tea

Auction tidak dapat berdiri sendiri, jadi akan lebih baik jika permodelan

pendugaan harga dibahas dengan menggunakan permodelan multivariate.

Data harga teh yang dibahas dalam penelitian ini adalah data harga teh

grade Dust orthodoks, karena grade ini dilelang di tiga tempat yakni Jakarta Tea Auction, Colombo Tea Auction dan Guwahati Tea Auction. Selain itu, grade Dust

juga merupakan salah satu grade yang diminati di pasar lelang, karena digunakan sebagai bahan baku untuk tea bag. Dalam penelitian ini dilihat mengenai volatilitas harga teh pada ketiga auction tersebut, guna mendapatkan gabaran mengenai keadaan pasar teh grade Dust. Selain melihat volatilitas, dalam penelitian ini melihat apakah terdapat hubungan antara Jakarta Tea Auction dengan dua auction lainnya, dan juga melihat bagaimana respon dari harga di

28

Jakarta Tea Auction, jika harga di salah satu tempat lelang mengalami shock,

sehingga dapat diperoleh sebuah kesimpulan apakah Jakarta Tea Auction sudah dapat merespon informasi yang ada di pasar teh luar negeri dengan baik atau tidak.

Model VAR (Vector Autoregression) merupakan sebuah model yang dapat menggambarkan hubungan antara beberapa variabel time series. Sehingga dengan menggunakan VAR diharapkan dapat ditemukan model dinamis yang dapat menduga dan menggambarkan hubungan antara harga Jakarta Tea Auction dengan harga di kedua tempat lelang teh lainnya dan bagaimana dampaknya jika salah satu variabel mengalami goncangan (shock) melalui fungsi respon impuls. Dalam model VAR seluruh variabel dianggap saling berhubungan satu sama lain, sehingga lebih mudah untuk membuat pendugaan yang tidak terkait dengan teori. Membuat metode VAR menjadi sebuah metode yang diminati untuk menggambarkan suatu fenomena bisnis tertentu.

Selain itu metode VAR juga dapat digunakan untuk menduga pergerakan harga teh grade Dust di masa mendatang. Sehingga diharapkan dapat berguna bagi pembuat kebijakan, bagi Dewan Teh Indonesia dan PT. KPB Nusantara untuk membuat strategi pengembangan komoditi teh khususnya grade Dust ke depannya dan bagi produsen teh untuk merencanakan bagaimana produksinya selanjutnya. Dari pemaparan di atas maka dapat digambarkan kerangka operasional dari penelitian ini (lihat Gambar 3).

29 Keterangan : - - - - : diluar cakupan penelitian ini

: yang dibahas dalam penelitian ini Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional.

Rencana Dewan Teh Indonesia

Harga Teh Grade Dust

Jakarta Tea Auction

Diduga dipengaruhi; 1. Colombo Tea Auction 2. Guwahati Tea Auction Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional Membahas mengenai

Komoditas Teh Nasional

Perumusan strategi dalam menghadapi volatilitas harga

di Jakarta Tea Auction

Umpan Balik

VAR (Vector Autoregression)

Pemasaran

Dokumen terkait