• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

1. Untuk pondok pesantren

Praktik-praktik modernisasi telah marak di kalangan pesantren. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dituntut untuk mengantisipasi perilaku-perilaku menyimpang para santri yang keluar dari kaidah-kaidah agama Islam. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuat sistem kurikulum yang sesuai dengan tuntunan agama, menerapkan hukuman yang sesuai agama, membatasi serta mengontrol akses media soaial dan mobilitas para santri.

2. Untuk peneliti yang akan datang

Untuk penelitian mendatang penulis menyarankan agar topik penelitian modernisasi pesantren dapat dilengkapi dengan menambah lebih banyak objek penelitian ataupun penelitian dilakukan di pondok pesantren yang memiliki latar belakang beragram.

DAFTAR PUSTAKA

Adamson, Clarissa. Gendered Anxieties: Islam, Women’s Rights, and Moral Hierarchy in Java. Journal Anthropological Quarterly. vol.80. no.1, (2007), 5-37.

Arifin, M. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka, 1989 Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pondok Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup

Kiai. Jakarta: LP3ES, 1985.

Roihan, Rijal Ed. Kapita Selekta Pondok Pesantren. Depag RI, 2002.

Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah. Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.

Haryawan, Susy. Salatiga Kota Paling Toleran di Pulau Jawa. www.kompasiana.com. Dirilis 17 November 2015. Di akses 22 Desember 2016.

Hellman, Jorgen. Ramadhan Fasting at a Pesantren in West Java. Southeast Asian Islam, vol.4, no. 4 (December 2004), 17-19.

Ismail, Faisal. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998.

Izfanna, Duna dan Hisyam, Nik Ahmad. A Comprehensive Approach in Developing Akhlaq: A Case Study On The Implementation Of Character Education at Pondok Pesantren Darunnajah. Multicultural Education and Technology Journal, vo. 6, No. 2, (2012), 77-86.

Lembaga Riset Islam (Pondok Pesantren Luhur). Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri. Malang: Panitia Penelitian dan Pemugaran Sunan Giri Gresik, 2011.

Madjid, Nurcholis. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan, 1997. Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, cet III. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2007.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1975.

Nasution, M. N. Manajemen Transportasion. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. Nasution, R.E. Elson. Islam ‘secularism’ and the state in contemporary Indonesia.

Australian Journal of International affairs, vol. 64, No. 3, (June 2010). 328-343.

Nasution, Zulkarimein. Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar Belakang dan Perkembangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1989. Nawawi, Hamdan. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1995.

Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam (Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia). Jakarta: Kencana, 2011.

Phol, Florian. Islamic Education and Civil Society: Reflections on the Pesantren Tradition in Contemporary Indonesia. Journal Comparative Educational Review, vol.50, no.3, (2006). 389-409.

Qomar, Mujamil. Pesantren dari Transformsi Metodologi Menuju Demokrasi Isntitusi. Jakarta: Erlangga, 2005.

Rahim, Husni. Pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional: Mempertimbangkan Kultur Pondok Pesantren. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001.

Sirry, Mun’im. The Public Expression of Traditional Islam: the Pesantren and Civil Society in Post-Suharto Indonesia. Journal The Muslim World, vol.100, no.1, (2010), 60-77.

Steenbrink, Karel. Pesantren, Madrasah Sekolah: Pendidikan Dalam Kurun Waktu Modern. Jakarta: LP3ES, 1994.

Subana dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, cet. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Ya’qub, Hamzah. Etika Islam, Bandung: Diponegoro, 1993.

Yasmadi. Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Lampiran 1: Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA Nama Pondok Pesantren :

Nama informan :

Hari/Tanggal Wawancara :

1. Jelaskan sejarah pondok pesantren anda? 2. Bagaimana klasifikasi pondok pesantren anda? 3. Bagaimana kurikulum di pondok pesantren anda? 4. Ekstrakurikular apa saja yang ada pada pesantren anda? 5. Apa dasar penerapan hukuman pada pondok pesantren anda? 6. Bagaimana penerapan sistem peraturan di pondok pesantren anda?

7. Apa yang informan ketahui mengenai modernisme beserta dampaknya bagi para santri dan pesantren?

8. Apa pendapat informan mengenai sekularisme, seperti berdirinya sekolah formal pada pondok pesantren, kegiatan-kegiatan yang lebih modern sebagai contoh jurnalistik dll ?

9. Apa saja perilaku-perilaku santri yang tidak sesuai dengan ajaran Islam? 10.Bagaimana interaksi santri dengan masyarakat sekitar pesantren?

11.Apakah santri diperbolehkan menggunakan gadget, handphone (hp)? 12.Bagaimanakah transportasi yang digunakan para santri?

13.Apa dampak dari ekstrakurikular pada pesantren anda bgi para santri? 14.Apa dampak bagi santri dari interaksi dengan masyarakat sekitar?

15.Apa dampak bagi santri dengan diperbolehkannya menggunakan gadget, handphone (hp) dan transportasi pribadi?

Lampiran 2: Hasil Wawancara

HASIL WAWANCARA Nama Pondok Pesantren : PP An Nida

Nama informan : Nana/ Lurah Pondok Intan/Keamanan Indah/Sie.DikJak

Hari/Tanggal Wawancara : Jumat, 05 Mei 2017, pukul 15.00 wib-Selesai.

1. Jelaskan sejarah pondok pesantren anda? Informan: Nana/Lurah Pondok

Pondok pesantren An Nida dirikan oleh Bapak KH. Ali As’ad Af pada tanggal 1 Januari 1979. Bapak Ali mendirikan pesantren sebagai pusat pengembangan Islam dengan visi menjadi lembaga pendidikan keagamaan Islam yang mampu melaksanakan pembangunan manusia seutuhnya baik lahir maupun batin yang berkarakter Al-Qur’an. Untuk lebih lanjutnya nanti bisa dibaca pada brosur pesantren kami mbak.

Melihat perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat mengenai ilmu agama yang harus ditanamkan sejak dini, maka Yayasan An Nida mendirikan sekolah formal dari yang paling dasar yaitu Roudhotul Athfal (RA/TK) An Nida, Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) An Nida dan Sekolah Dasar Plus Tahfidzul Qur’an (SDPTQ) An Nida yang dikelolah dan dikembangkan oleh pengurus yayasan serta alumni Pondok Pesantren An Nida.

2. Menurut anda, bagaimana klasifikasi pondok pesantren itu? Informan: Nana/Lurah Pondok

Klasifikasi ponpes itu kan ada salafi yang terkenal dengan pengkajian kitab klasik atau kitab kuningnya dan modern yang tidak lagi banyak mengkaji kitab kuning tetapi lebih kepada buku-buku terjemahan dan permasalahan yang baru. Di pesantren kami juga tidak ada sistem kelas

diniyahnya, jadi semua santri sama dan mengaji bareng meskipun mereka santri baru.

Pondok pesantren An Nida yang notabennya berbasis modern ini, mayoritas santrinya ialah pelajar dan mahsiswa. Sehingga kurikulum dalam pesantren disesuaikan dengan jadwal sekolah. Para santri dianjurkan untuk mengembangkan skilnya baik dengan bekerja maupun berwirausaha pada siang hari sepulang sekolah sampai sore. Santri di sini kebanyakan mencari tambahan uang saku dengan menjadi guru ngaji anak-anak (les prifat ngaji) dan ada juga yang ngajar les ngaji sekaligus les mapel (mata pelajaran) baik bahasa Inggris, matematika, atau yang lainnya, dan ada juga dengan jualan jilbab, gamis, pulsa, dll. Jam mengaji dipondok dimulai setelah magrib dan subuh. Adapun kurikulum pembelajarannya, pondok pesantren An Nida lebih terfokus pada pengkajian Al-Qur’an, hadis dan kitab-kitab fiqih kontemporer.

3. Bagaimana kurikulum di pondok pesantren anda? Informan: Indah/Sie.DikJak (Id.Dik)

Pondok pesantren An Nida ini adalah pondok pesantren modern. Selain memang awal berdirinya sudah bermaksud mendirikan ponpes modern, hal yang lain juga dapat dilihat dari kurikulumnya dengan mengkaji al-Qur’an hadist dan juga kitab-kitab baik fiqih maupun permasalahan yang kontemporer. Jam mengajinya juga hanya dua waktu; yakni ba’da maghrib dan ba’da subuh. Dan bahkan santri di sini juga dianjurkan untuk berkerja dan berwirausaha, oleh karenanya ngajinya hanya sedikit.

Di sini itu ngajinya tidak melalui kitab-kitab kuning karena keterbatasan ustadz yang tidak lulusan dari pondok salafi, jadi ngajinya menggunakan kitab terjemahan gitu.

Selain ngaji dan kegiatan pondok, di sini juga ada kegiatan rutin dengan pihak puskesmas Cebongan mengenai kesehatan di pesantren. Kan biasanya pondok itu terkenal dengan tempat yang kumuh karena diisi oleh banyak orang. Selain itu, ada juga dari polsek sini mengadakan penyuluhan penanggulangan kenakalan remaja, narkoba dan lain-lain.

4. Ekstrakurikular apa saja yang ada pada pesantren anda? Informan: Nana/Lurah Pondok

Di sini tidak ada ekstrakurikuler khusus mbak, tapi santri biasanya mencari inisiatif sendiri untuk mencari ekstra di luar pondok dengan mengikuti atau bergabung dengan berbagai kegiatan ekstra kampus atau sekolanya. Kalau siswa SMA itu mengikuti paskibra, untuk yang kuliah itu ada yang mengikuki kegiatan pramuda di racana dan koprasi mahasiswa (kopma).

5. Apa dasar penerapan hukuman pada pondok pesantren anda? Informan: Intan/ Sie.Keamanan

Untuk dasar penerapan hukuman pada pesantren kami itu sesuai ketetapan yang sudah kami rapatkan atau musyawarahkan, jadi kita lihat terlebih dahulu masalahnya.

6. Bagaimana penerapan sistem peraturan di pesantren anda? Informan: Intan/ Sie.Keamanan

Untuk penerapan hukuman atau peraturannya, setelah musyawarah bersama para pengurus dan dewan asatidz kita umumkan kepada santri mengenai hukuman pada setiap pelanggaran. Untuk awalnya kita kasih teguran terlebih dahulu, semisal masih mengulangi kita kasih hukuman, kemiduan kok mengulangi lagi maka kita laporkan pada pengasuh pesantren.

Misal ada santri yang mencuri, maka kita pastikan dulu pelakunya kemudian kita nasehati, kok masil mengulangi maka kita hukum yaitu membaca al-Qur’an 5 jus di masjid dan disaksikan para santri lain. Semisal masih mengulangi lagi maka kita laporkan ke pengasuh. Jadi tidak ada hukuman potong jari atau tangan gitu mbak.

Santri disini boleh menggunakan kendaraan pribadi seperti motor, dan bebas menggunakan handphone (HP) dan laptop kecuali pada saat mengaji dan sholat jamaah. Untuk peraturan sholat jamaah diwajibkan bagi santri yang berada di pondok, semisal ada santri belum pulang maka tidak terkena kewajiban berjamaah. Batas maksimal santri pulang pondok adalah

jam delapan malam (20.00wib) dan ada beberapa santri yang sengaja mencari kegiatan di luar agar tidak ikut kegiatan mengaji di pondok.

7. Apa yang informan ketahui mengenai modernisme beserta dampaknya bagi para santri dan pesantren?

Modern itu berkembangnya teknologi yang lebih canggih. Sehingga kalau orang tidak dapat menggunakan dan tidak tahu ternologi pada zaman sekarang maka dikatakan kudet (kurang pudate). Dampak bagi santri sangat luar biasa mbak, apalagi santri disini semua sekolah dan kuliah jadi minimal mereka menggunakan handphone (HP). Sehingga mengganggu kegiatan dalam pesantren, mereka lebih suka bermain hp dan nonton film di laptop dan filmnya itu lebih sering film luar negeri, korea dan india gitu mbak. 8. Apa pendapat informan mengenai sekularisme, seperti berdirinya sekolah

formal pada pondok pesantren, kegiatan-kegiatan yang lebih modern sebagai contoh jurnalistik dll ?

Informan: Nana/Lurah Pondok

Kalau pada yayasan kami kan adanya sekolah berbasis islam seperti Roudhotul Athfal(RA) dan SD Plus Tahfidzul Qur’an. Jadi menurut saya tidak begitu sekular meskipun sistem pembelajarannya sesuai diknasakan tetapi kegiatan agama lebih utama.

9. Apa saja perilaku-perilaku santri yang tidak sesuai dengan ajaran Islam? Informan: Nana/Lurah Pondok

Perilaku yang dilakukan santri yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang paling kelihatan itu adalah pacaran mbak, jadi kalau tidak pacaran itu seperti anak culun gitu menurut mereka. Kemudian para santri mulai berpakaian yang nrawang gitu jadi berpakaian tapi telanjang, masalah jilbabnya juga, para santri kok berjilbab yang tidak nutup dada. Mulai lunturnya rasa sopan santun terhadap orang yang lebih tua baik pengurus ataupun yang lain.

10.Bagaimana pengaruh sekularisme terhadap pesantren dan perilaku santri? Informan: Nana/Lurah Pondok

Pengaruhnya itu terlihat bahwa santri itu lebih mengutamakan biar terlihat modern dan tidak ketinggalan zaman. Dampak buruknya seperti yang saya katakana tadi mbak, tapi dampak baikknya para santri lebih bersifat terbuka dalam hal apapun, belajarnya tidak hanya dari kitab dan buku tetapi juga dari internet dll. Kemudian pesantren kami juga jadi lebih mudah dalam berpromosi karena adanya internet, jadi kami dapat membuat facebook, fanpage,intragram dan alamat website serta email. Kalau untuk pesantren sendiri ya tentunya pesantren jadi lebih terlihat modernnya mbak, kan sudah mulai luntur budaya mengaji dengan ustad dan kitab kemudian berubah dengan gadged dan internet.

11.Bagaimana interaksi santri dengan masyarakat sekitar pesantren?

Santri di sini itu meskipun mondok juga sudah langsung diberikan kesempatan agar bisa belajar pengetahuan, pengalaman dan berinteraksi mendakwahkan apa yang santri pelajari di pondok untuk mengajarkan ke masyarakat. Jadi ada ngaji rutin di rumah warga yang kami isi. Dalam pengajian tersebut kami sampaikan materi-materi dengan bahasan yang ringan karena kan yang mengikuti itu mbah-mbah sudah tua gitu mbak. Yang mengisi tidak harus dari pengurus jadi bisa dari santri, jadwalnya bergilir gitu mbak.

12.Apakah santri diperbolehkan menggunakan gadget, handphone (hp)? Di sini boleh menggunakan hp, laptop dll secara bebas mbak, jadi tidak ada jam khusus gitu. Meskipun bebas, santri harus punya kesadaran sendiri tidak fokus ke hp dan laptop saja tapi juga harus tahu wayahnya, saatnya jamaah ya jamaah, ngaji ya ngaji.

13.Bagaimanakah transportasi yang digunakan para santri? Informan Sie. Keamanan PP An Nida

Kebetulan santri di sini kan sekolah semua ya mbak, jadi yang SMA dan kuliah itu biasanya membawa kendaraan pribadi agar mempermudah perjalanan santri dari pondok ke kampau atau sekolah bahkan tempat santri kerja. Untuk kunci motornya dijaga secara pribadi. Jadi kunci tidak dititipkan ke pengurus saat kembali kepondok.

14.Apa dampak dari ekstrakurikular pada pesantren anda bgi para santri? Santri lebih banyak mengikuti kegiatan diluar jadi pas di pondok ada acara misal butuh dibuatkan kreasi atau sarana penunjang kegiatan kemudian mereka jadi langsung bisa mengerjakannya secara pribadi, itu kelebihan dari berbagai ekstrakurikuler yang mereka ikuti di luar pondok. Dampak buruknya itu santri jadi lebih sering menyalahgunakan kegiatan tersebut untuk sering absen kegiatan pondok mbak.

15.Apa dampak bagi santri dari interaksi dengan masyarakat sekitar? Dampak baiknya itu jadi lebih percayadiri dan mandiri karena langsung praktik mengajar ke masyarakat. Tapi kalau untuk santri yang belum pernah mengisi biasanya hanya ikut mendampingi dulu, nantinya kalau sudah bisa boleh mengisi sendiri.

16.Apa dampak bagi santri dengan diperbolehkannya menggunakan gadget, handphone (hp) dan transportasi pribadi?

Dampak baikknya itu mempermudah kita mengetahui info dunia luar dan komunikasi dengan teman-teman sekolah atau pihak sekolah/kampus mbak. Dampak buruknya itu jadi lebih fokus dengan hp dan laptop. Semisal pas lagi asyik mainan hp atau nonton film di laptop gitu terus ada suara adzan gitu jadi lebih sering lanjut dengan gadget dari pada jamaah atau ngaji. Karena kan hukumannya ringan ya mbak, jadi banyak yang menyepelekan. Hp juga membuat santri menjadi individualis dan kurang rasa peduli dengan lingkungan sekitar. Karena sering melihat contoh dari hp maka dalam kehidupan keseharian mereka jadi kurang sopan, baik dalam perilakunya atau penggunaan bahasanya.

Di hp juga ada aplikasi al-qur’annya tapi sangat jarang banget dibuka karena saat buka gitu ada chatingan masuk kita terus terlena dan asyik melanjutkan obrolan dengan teman.

Kendaraan pribadi gitu juga hampir sama kaya hp ya mbak, mempermudah akses kalau mau sekolah atau pergi privat les gitu. Dampak

buruknya itu santri lebih sering keluar pondok sesuka mereka. Kadang santri pergi sampai malam kemudian hanya ijin ke teman kamarnya untuk menyampaikan ke pengurus. Sudah kita ingatkan tapi kita sebagai pengurus jadi ewuh perkewuh sendiri karena kita seumuran.

Pernah juga kita buat aturan pengunaan hp dan laptop dibatasi waktu itu palah membuat para santri itu tidak mau mengikuti kegiatan di pondok jadi seperti mogok ngaji. Kemudian kami kembalikan ke aturan lama yaitu bebas menggunakan hp.

Nama Pondok Pesantren : PP Al Falah

Nama informan : Istri/ Lurah Pondok

Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 13 Mei 2017, pukul 10.00 wib sampai selesai.

1. Jelaskan sejarah pondok pesantren anda?

Pondok pesantren “Al Falah” berdiri pada tahun 1986 dan diasuh oleh KH. M. Zoemri RWS bersama dengan istri beliau Hj. Nyai Latifah. Mohon maaf mbak ini ada brosur jadi mengenai sejarahpesantren kami dapat dibaca pada brosur ini mbak.

Sejak tahun 1990 pondok pesantren Al Falah mendirikan madrasah diniyah yang ditempuh selama enam tahun dengan materi pelajaran khusus Agama. Melihat kondisi santri Al Falah yang mayoritas berpendidikan formal, maka pengajian madrasah Diniyah dimulai ba’da Ashar (15.30 WIB), ba’da Isya’ (21.00 WIB), dan ba’da Subuh sampai jam 6 pagi.

Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun 2005 karena melihat tantangan zaman yang semakin menggejolak dan bahkan santri dituntut untuk bisa mensikapinya maka pada tahun tersebut didirikan SMK AL Falah dengan dua jurusan yaitu Otomotif dan Tata Busana.

2. Menurut anda, bagaimana klasifikasi pondok pesantren itu?

Menurut saya klasifikasi pesantren itu ada tiga yaitu salaf, kholaf dan perpaduan keduanya. Kalau pesantren kami itu salaf karena sejarah berdirinya memang salafi dan mengkaji kitab-kitab kuning, tetapi tidak hanya ngaji kitab tapi juga melalui kegiatan; missal kegiatan tadarus budaya, seminar dan pelatiha-pelatihan lainnya.

3. Bagaimana kurikulum di pondok pesantren anda?

Kurikulum tetap mengacu pada santri atau pondok salaf. Untuk mata pelajaran mengaji kitab-kitab kuning sesuai kelasnya para santri. Kitab inti tetap kitab kuning tetapi kitab terjemahan sebagai penunjang.

KBM di sini masih salaf dengan mengikuti ulama salaf dan sistemnya sudah modern. Modern dapat dilihat dari kegiatan-kegiatannya seperti seminar-seminar dengan mengundang pihak luar untuk mengisi acara di sini seperti seminar yang pernah di isi oleh MPR RI dan BI (Bank Indonesia) dengan tema kebangsaan dan meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu ada dialog publik, kajian ilmu falaq, dan berbagai pelatihan-pelatihan gitu dengan menjalin kerjasama dengan pihak luar. Pihak luar itu seperti MPR RI, DPR, terus nanti ada dari dinas apa- dinas apa gitu sesuai kebutuhan seperti dari dinas kesehatan dan polsek untuk mengisi tentang kesehatan dan membahas kenakalan remaja dll. Terus di sini juga pernah ada acara wayangan untuk mengkaji budaya.

4. Ekstrakurikular apa saja yang ada pada pesantren anda?

Sejauh ini ekstrakurikular yang berjalan itu ada rebana dan itu masih difokuskan di santri putra. Selain itu ada qiro’ah, qiro’ah itu setiap malam jumat dan pelatih kita datangkan dari luar yang dirasa berkompenten dibidangnya. Sedangkan untuk kaligrafi itu gurunya juga didatangkan dari luar. Kemudian ada ekstra jurnalistik itu namanya insanatri (inspirasi santri). Sekarang proses untuk membuat majalah sendiri. Sejauh ini program insantri nanti kita mengadakan pelatihan seperti pelatihan coral dan dibidang komunikasi gitu.

Publikasinya kami sudah ada website, instagram, dan media sosial lainnya. Dan untuk web nya itu, nanti setiap ada kegiatan nanti kita buatkan berita kemudian kita posting kan terus santri nanti bisa membaca dari web kami.

Ekstrakurikular yang diwajibkan bagi santri itu meliputi ekstra diba’ dan khitobah, pelaksanannya santri putra dan putri dipisah. Terus kalau ada santri yang ikut ekstra qiro’ah kan jadwalnya barengan dengan khitobah jadi santri yang ikut qiro’ah tidak diwajibkan ikut khitobah dan diba’. Untuk jurnalistiknya tidak wajib diikuti semua santri. Tema dalam jurnlistik ya seputar santri dan keislaman.

Pada pesantren kami, para santri juga diberikan wawasan dan kesempatan untuk berwirausaha. Di sini ada koprasi yang dikelola oleh para santri, ada juga santri yang berjualan pulsa, pakaian dan lain-lain.

5. Apa dasar penerapan hukuman pada pondok pesantren anda?

Ketentuan dasar penerapan hukum itu dengan rapat kemudian kita merumuskan hukuman-hukuman berkenaan dengan larangan santri, kewajiban santri dan hak santri dari usulan para pengurus kemudian kita diskusikan dengan pengasuh juga mbak.

6. Bagaimana penerapan sistem peraturan di pesantren anda?

Masalah pelanggaran nanti kita klasifikasikan dulu, mereka itu melakukan pelanggarannya itu termasuk ringan, sedang atau berat langkah pertama kita nasehati.

Missal ada santri membawa hp di dalam kamar ketika jam pembelajaran di pondok, untuk langkah pertama maka kita ingatkan tapi hp di sita dan yang mengambil orangtua, terus yang kedua disita agak lama dan yang mengambil orangtua, terus yang ketiga maka hp sudah jadi milik pondok atau disita dan tidak dikembalikan. Missal kasus pencurian itu hukumannya gebyuran untuk santri putri dan potong rambut atau gundulan untuk santri putra.

7. Apa yang informan ketahui mengenai modernisme beserta dampaknya bagi para santri dan pesantren?

Modernisasi itu suatu pembaharuan bagiamana kita menerapkan

Dokumen terkait