• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS MODERNISASI PESANTREN “ANALISIS PRAKTIK-PRAKTIK MODERNISASI DI KALANGAN PONDOK PESANTREN KOTA SALATIGA TAHUN 2017”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TESIS MODERNISASI PESANTREN “ANALISIS PRAKTIK-PRAKTIK MODERNISASI DI KALANGAN PONDOK PESANTREN KOTA SALATIGA TAHUN 2017”"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

MODERNISASI PESANTREN

ANALISIS PRAKTIK-PRAKTIK MODERNISASI DI

KALANGAN PONDOK PESANTREN KOTA

SALATIGA TAHUN 201

7”

Oleh:

FANI FARIDA

12010150037

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Modernisasi Pesantren: Analisis Praktik-Praktik Modernisasi di Kalangan

Pondok Pesantren Kota Salatiga Tahun 2017

Oleh: Fani Farida

Email: funnyfarida.ff@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis praktik-praktik modernisasi di kalangan Pondok Pesantren Kota Salatiga tahun 2017. Modernisasi merupakan proses perombakan pola berpikir yang rasional sesuai tuntutan zaman. Agar dapat memenuhi kebutuhan zaman, maka pesantren perlu melakukan perombakan sistem pembelajaran sesuai kebutuhan santri. Oleh karena itu modernisasi pesantren perlu dikembangkan agar fungsi pesantren sebagai proses pendidikan Islam tidak tergerus oleh zaman. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan wawancara, observasi dan studi lapangan ke tiga pondok pesantren Kota Salatiga yaitu Pondok Pesantren An Nida, Pondok Pesantren Al Falah, dan Pondok Pesantren Sunan Giri. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa praktik-praktik modernisasi antara lain kurikulum yang semakin berkembang, perilaku santri yang menganggap larangan dalam agama menjadi wajar seperti pacaran, serta penerapan sistem peraturan yang tidak berdasarkan hukum Islam. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya modernisasi yaitu faktor internal (kurikulum pesantren yang mengalami perubahan, bebasnya penggunaan alat komunikasi, diperbolehkannya membawa alat transportasi, serta penerapan hukuman yang dinamis), faktor ekternal (interaksi santri dengan lingkungan di luar pesantren dan membangun jaringan dengan pihak luar). Dampak dari modernisasi terhadap eksistensi pesantren meliputi dampak positif bagi pondok pesantren (pondok pesantren menjadi lebih dikenal masyarakat luas dan kurikulum menjadi berkembang), bagi santri (menjadikan santri berwawasan luas, santri lebih familiar terhadap teknologi, mobilitas santri menjadi lebih mudah, dan santri menjadi lebih mandiri melalui wirausaha. Dampak negatif yang ditimbulkan tidak serta merta kepada pesantren tetapi cenderung kepada santri yang kemudian berimbas kepada pesantren, seperti; santri cenderung individual; santri lebih mudah melanggar peraturan pondok pesantren, dan semakin terkikisnya nilai-nilai moral santri.

Kata kunci: Modernisasi; Pesantren; Faktor Internal; Faktor Eksternal.

(6)

ABSTRACT:

Modernization of Pesantren: The Analysis of Modernization Practices

Islamic Boarding Schools Among Salatiga Year 2017

By: Fani Farida

Email: funnyfarida.ff@gmail.com

This study aimed to analyze the practices of modernization in the Islamic boarding school in Salatiga 2017. Modernization is the reform process of rational thinking patterns according to the demands of the times. In order to meet the needs of the times, the schools need to revamp the learning system according to the needs of students. Therefore modernization boarding schools should be developed in order to function as an Islamic educational process is not eroded by age. In this study, the authors used a qualitative descriptive research method by conducting interviews, observation and field studies at three Islamic boarding schools in Salatiga namely Pondok Pesantren An Nida, Pondok Pesantren Al Falah, and Pondok Pesantren Sunan Giri. The results of this study stated that the practices of modernization among other growing curriculum, behavior of students who consider religious beliefs be reasonable like courtship, and the application of rules that are not based on Islamic law. The factors caused of modernization is internal factor (curriculum of schools undergoing change, free use of telecommunication, the permissibility of carrying transportation, as well as the application of punishment is dynamic), external factors (the interaction of students with the environment outside the school and build a network with outsiders ). The impact of modernization on the existence pesantren include positive impacts for boarding schools (pesantren become more widely known and the curriculum becomes more advanced), for students (make students knowledgeable, students more familiar with the technology, the mobility of students becomes easier, and students become more self through self-employment. the negative impact caused not necessarily to pesantren but tend to students who then impact the pesantren, such as; students tend to be individualized; students more easily to break the rules of boarding school, and the erosion of moral values of students.

Keywords: Modernisasi; Pesantren; Faktor Internal; Faktor Eksternal.

(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan segenap kemampuan yang ada. Adapun judul tesis ini adalah :

“Sekularisme Pesantren: Analisis Praktik-Praktik Perilaku Sekular Di Kalangan Pondok Pesantren Kota Salatiga Tahun 2017”

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna mencapai Gelar Magister Pendidikan pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga;

2. Dr. Zakiyuddin, M.Ag, Direktur Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga;

3. Hammam, Ph. D, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga;

4. Prof. Dr. H. M. Zulfa, M. Ag. (Alm), selaku Pembimbing Proposal tesis yang senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

5. Dr. Adang Kuswaya, M. Ag, selaku Pembimbing tesis yang selalu memberikan bimbingan dan evaluasi kepada penulis;

6. Bapak Syarif, selaku pimpinan di Pondok Pesantren An Nida Kota Salatiga yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan seluruh dewan asatidz, pengurus dan para santri yang telah membantu peneliti selama proses penelitian.

7. Ibu Nyai Hj. Latifah Zoemri, selaku pimpinan dan pengasuh di Pondok Pesantren Al Falah Kota Salatiga yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan seluruh dewan asatidz, pengurus dan para santri yang telah membantu peneliti selama proses penelitian.

(8)

melakukan penelitian dan seluruh dewan asatidz, pengurus dan para santri yang telah membantu peneliti selama proses penelitian.

9. Seluruh Staf Pengajar Program Pascasarjana Magister Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal kepada penulis dengan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam hidup dan berkarya dalam masyarakat.

10.Suami saya Dr. (Candt) Amprianto, S.Pd.I., M.M, yang senantiasa memberikan dukungan serta arahan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

11.Kedua orangtua penulis Bpk. Rohmat dan ibu Purwanti serta bapak/ibu mertua Bapak Satimin dan Ibu Krismiatun yang selalu memberikan doa serta dukungan sehingga tesis ini dapat terlaksana.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya penulisan tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dimana nantinya akan dapat penulis pergunakan dan sebagai penyempurnaan dalam penyusunan tulisan selanjutnya.

Akhirnya, penulis berharap semoga dengan adanya tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Salatiga, 26 Juli 2017 Penulis

Fani Farida

(9)

MOTTO

Keraslah terhadap diri sendiri dan lemah lembutlah kepada orang lain,

jangan sebaliknya. (KH. Mustofa Bisri / Gus Mus)

Succes is not a destination but a journey, The first step in our life is to

decide where we want to go. (Iwan Sunito, Books of “From Borneo to

Bloomberg”)

The danger of the pas was that the people became slaves, and the danger

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACK ... vi

PRAKATA ... vii

MOTTO... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Signifikasi Penelitian ... 3

D. Kajian Pustaka: 1. Penelitian Terdahulu ... 4

2. Kerangka Teori ... 6

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN KOTA SALATIGA ... 14

A. Pondok Pesantren Al Falah... 14

B. Pondok Pesantren An Nida ... 14

C. Pondok Pesantren Sunan Giri ... 15

BAB III PERILAKU DAN FAKTOR PENYEBAB ... 17

A. Praktik-Praktik Modernisasi... 17

1. Aspek Kurikulum ... 17

(11)

3. Aspek Hukum... 20

B. Faktor-Faktor Penyebab Modernisasi Pesantren ... 21

1. Faktor Internal ... 21

a. Kurikulum Pesantren ... 21

b. Bebasnya Penggunaan Alat Komunikasi ... 22

c. Diperbolehkannya Membawa Alat Transportasi ... 23

d. Penerapan Hukuman Yang Dinamis ... 24

2. Faktor Eksternal ... 25

a. Interaksi Santri ... 25

b. Membangun Jaringan Dengan Pihak Luar ... 26

BAB IV DAMPAK MODERNISASI TERHADAP PESANTREN ... 28

A. Dampak Positif ... 28

B. Dampak Negatif ... 34

BAB V PENUTUP ... 37

A. Simpulan ... 37

B. Saran ... 38

Daftar Pustaka ... 39

(12)

Daftar Lampiran:

Lampiran 1: Pedoman Wawancara ... 42

Lampiran 2: Hasil Wawancara ... 43

Lampiran 3: Dokumentasi Penelitian ... 64

(13)

Daftar Lampiran Gambar

3.1: Dokumentasi wawancara dengan Lurah PP Al Falah.

3.2: Dokumentasi selesai wawancara dengan para pengurus PP Al Falah. 3.3: Dokumentasi piala prestasi dan piagam kegiatan PP Al Falah. 3.4: Dokumentasi santri sedang menonton film dari laptopnya. 3.5: Dokumentasi para santri sedang bermain gadget.

3.6: Dokumentasi area parkir dan kendaraan bermotor beberapa santri. 3.7: Dokumentasi wawancara dengan santri PP. Al Falah.

3.8: Dokumentasi wawancara dengan lurah putra PP. Sunan Giri. 3.9: Dokumentasi wawancara dengan Bendahara putra PP. Sunan Giri. 3.10: Dokumentasi wawancara dengan lurah putri PP. Sunan Giri. 3.11: Dokumentasi wawancara dengan lurah PP. An Nida.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pesantren yang lahir atas dasar kesadaran dakwah Islamiah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader ulama dan da’i.1 Pesantren memiliki karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dari sistem budaya nusantara.2 Di mana interaksi sosial pesantren masih menganut cara-cara tradisional dengan menampakan kesederhanaan, gotong royong, rasa persaudaraaan, persamaan, kepercayaan diri dan keberania hidup, serta semangat keilmuan yang tidak diukur berdasarkan ijazah.3

Namun seiring berjalanya waktu dan sebagai akibat dari perkembangan zaman serta peradaban dunia yang menuntut manusia mengikuti perkembangan arus modernisasi membuat terjadinya perubahan pada semua aspek kehidupan, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu juga dalam tradisi-tradisi pesantren, di mana arus modernisasi juga telah mengubah arah dan perkembangan pesantren kearah yang lebih pragmatis.4

Penulis telah melakukan pre-observasi dan wawanara kepada beberapa santri dan pengurus pondok pesantren di kota Salatiga. Hasil wawancara penulis menyebutkan bahwa contoh modernisasi di kalangan pesantren antara lain; menganggap wajar hubungan pra nikah (pacaran), penerapan hukum pencurian yang tidak sesuai dengan hukum syariat melainkan dengan kesepakatan bersama dan para santri melakukan transaksi kegiatan ekonomi melalui bank konvensional.5

1 Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014, 115.

2 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam(Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era

Rasulullah sampai Indonesia) , Jakarta: Kencana, 2011, 287-288.

3 Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam,.... 117.

4 Franz Magnis Suseno, Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral,

Yogyakarta: Kanisius, 2001, 15.

5 Wawancara dilakukan kepada Pengurus dan Santri Pondok Pesantren (PP) Al Falah

(15)

Dari berbagai fenomena diatas maka penulis merasa perlu untuk dilakukan sebuah penelitian tentang praktik modernisasi di kalangan pesantren. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berbagai kemungkinan apakah di pesantren terdapat praktik modernisasi, dan juga penelitian ini bertujuan untuk mengungkap praktik-praktik modernisasi yang tidak disadari atau tidak diketahui oleh para santri dan kyai disebabkan oleh ketidakpahaman mengenai konsep-konsep dan praktik-praktik modernisasi.

B.Rumusan Masalah

Berkaitan dengan praktik-praktik modernisasi di kalangan pesantren, maka terdapat berbagai masalah yang dapat diidentifikasikan. Pertama, kurangnya pemahaman para pengelola pesantren tentang konsep modernisasi. Kedua, orientasi karakter pesantren mayoritas bersifat ukhrowi oriented. Ketiga,

adanya indikasi perilaku-perilaku di pesantren yang kontraditif dengan ciri khas tradisi klasik pesantren Indonesia. Keempat, terdapat korelasi antara kegiatan pesantren dengan teori modernisasi.

Untuk memperjelas serta memberikan arah tepat dalam pembahasan ini, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Fokus penelitian diarahkan pada praktik-praktik modernisasi di kalangan pondok pesantren Kota Salatiga.

2. Faktor-faktor yang mendasari praktik-praktik modernisasi di kalangan pondok pesantren Kota Salatiga.

3. Dampak modernisasi pesantren terhadap eksistensi pondok pesantren Kota Salatiga.

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat mengemukakan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik-praktik modernisasi yang terjadi di kalangan pondok pesantren Kota Salatiga tahun 2017?

(16)

3. Apa dampak dari modernisasi pesantren terhadap eksistensi pesantren Kota Salatiga tahun 2017?

C.Signifikansi Penelitian

Dalam menentukan tujuan dan manfaat, tanpa meninggalkan latar belakang masalah yang sudah penulis paparkan. Oleh karena itu, penulis mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut:

1. Tujuan

a. Menganalisis praktik-praktik modernisasi pada kalangan pondok pesantren di Kota Salatiga tahun 2017.

b. Menganalisis faktor-faktor yang mendasari praktik-praktik modernisasi pada pondok pesantren di Kota Salatiga tahun 2017.

c. Menganalisis dampak modernisasi pesantren terhadap eksistensi pondok pesantren di Kota Salatiga tahun 2017.

2. Manfaat

a. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang praktik-praktik modernisasi yang sangat diperlukan untuk mengubah pola pikir peserta didik/santri untuk mengantisipasi terjadinya praktik-praktik modernisasi pada perubahan dan perkembangan zaman globalisasi ini.

b. Manfaat praktis

1) Bagi santri, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan agar tidak salah faham dan berprasangka buruk terhadap pengertian modernisasi. Sehingga praktiknya dapat dilaksanakan demi terwujudnya generasi muslim yang memiliki intelektuaitas yang tinggi dan bermoral sebagaimana dalam karakteristik pesantren.

(17)

pesantren sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan serta meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di Indonesia.

3) Bagi guru dapat menambah khazanah keilmuan kependidikan terutama tentang filosofi dan teori sekular yang tidak dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan Islam Indonesia.

D. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penulisan dan penelitian yang berkaitan dengan pesantren sudah mencakup banyak varian penekanan masing-masing. Di antara hasil penulisan dan penelitian mengenai pesantren yang banyak dijadikan tinjauan pustaka adalah penelitian Florian Pohl dalam Islamic Education and Civil Society: Reflections on the Pesantren Tradition in Contemporary Indonesia

mengatakan bahwa Indonesia harus mencetak masyarakat modern baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan pesantren.6 Pada

penelitian tersebut membahas mengenai perlunya modernisasi pada pesantren, yang menjadi berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis difokuskan pada praktik-praktik modernisasi yang terjadi di kalangan pesantren.

Sirry dalam The Public Expression of Traditional Islam: the Pesantren and Civil Society in Post-Suharto Indonesia mengatakan bahwa pesantren merupakan mini masyarakat Islam yang mana pemikiran-pemikiran modern perlu dikembangkan seperti ide demokrasi, kebebasan, dan kesamaan dalam menyampaikan pemikiran untuk menciptakan muslim yang ideal.7 Pada penelitian tersebut dan penelitian yang akan dilakukan penulis sama-sama membahas mengenai modernisasi, akan tetapi yang menjadi berbeda adalah

6

Florian Pohl, Islamic Education and Civil Society: Reflections on the Pesantren Tradition in Contemporary Indonesia, journal Comparative Educational Review, vol.50, no.3, (2006), 391.

7Mun’im Sirry, The Public Expression of Traditional Is

(18)

penelitian yang akan dilakukan ini akan menganalisis mengenai praktik-praktik modernisasi pada pesantren.

Dalam Modernisasi pesantren kritik Nurcholis Madjid terhadap pendidikan Islam Tradisional. Yang ditulis oleh Yasmadi mengemukakan

beberapa aspek pemikiran Nurcholis Madjid mengenai pembaharuan pendidikan Islam dan perannya dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia dengan memadukan tiga unsur nilai, diantaranya nilai keislaman, keindonesiaan, dan keilmuan.8 Sehingga dijadikan landasan filosofis dalam memodernisasi pendidikan Islam tradisional. Dalam buku tersebut sama membahas mengenai pembaharuan pesantren namun sebagai landasan modernisasi, akan tetapi dalam penelitian yang akan penulis lakukan ini mengantisipasi modernisasi yang mengarah pada perilaku sekularisme.

Penelitian Adamson dalam jurnal Gendered Anxieties: Islam,

Women’s Rights, and Moral Hierarchy in Java mengatakan bahwa moral merupakan hal utama yang akan membentuk kepribadian manusia. Akan tetapi pada penelitian tersebut dijelaskan pula mengenai hak asasi dan kesetaraan gender yang mana antara wanita dan laki-laki memiliki kesamaan dalam pendidikan moral (akhlak) sesuai ajaran Islam.9 Pada penelitian

tersebut dan penelitian yang akan penulis lakukan memiliki kesamaan dalam membentuk moral akan tetapi pada penelitian mendatang lebih dititik beratkan pada pembinaan moral oleh pondok pesantren terhadap santri-santrinya.

Ide sekularisasi sebenarnya sudah ada sejak era kepemimpinan Sukarno-Hatta dengan memasukkan sistem pendidikan modern ke dalam kurikulum kita dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas intelektual masyarakat Indonesia. Dalam pendidikan Islam di Indonesia (pesantren) juga sudah mulai memadukan pendidikan tradisional dengan sistem pendidikan modern. Akan tetapi, pada kenyataannya pendidikan modern

8 Yasmadi, Modernisasi pesantren kritik Nurcholis Madjid terhadap pendidikan Islam

Tradisional, Jakarta: Ciputat Press, 2002, 92. 9

(19)

lebih dominan daripada pendidikan tradisional. Sehingga pesantren yang tidak memasukkan sistem pendidikan umum semakin tertinggal.10 Pada

penelitian tersebut dengan penelitian yang akan penulis lakukan sama membahas mengenai modernisasi pesantren. Akan tetapi, pada penelitian yang akan dilakukan penulis ini akan terfokus pada praktik modernisasi dan dampaknyaterhadap eksistensi pesantren.

Berbeda dari dan melengkapi kajian-kajian di atas, studi (penelitian) ini mencoba melihat intensitas praktik-praktik modernisasi dan faktor-faktor penyebab terjadinya praktik-praktik modernisasi di kalangan pesantren kota Salatiga. Karena menurut penulis, studi terhadap pesantren yang secara spesifik memfokuskan pada praktik-praktik modernisasi di kalangan pesantren kota Salatiga belum memperoleh perhatian dari para peneliti.

2. Kerangka Teori

Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama,11 pondok berasal dari bahasa Arab “funduk” yang berarti rumah. Yaitu rumah bagi para santri untuk belajar ilmu agama secara tradisional yang mana dipimpin oleh seorang Kyai sebagai figure pada suatu pondok pesantren.12

Menurut Lembaga Riset Islam, pondok pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggal para santri tersebut.13 Pesantren di Indonesia memiliki karakteristik yang unik dan

10

R.E Elson,Nationalism, Islam, ‘secularism’ and the state in contemporary Indonesia, Australian Journal of International affairs, vo;. 64, No. 3, (June 2010), 329.

11 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara, 1991,

200. 12

Duna Izfanna dan Nik Ahmad Hisyam, A Comprehensive Approach in Developing Akhlaq: A Case Study On The Implementation Of Character Education at Pondok Pesantren Darunnajah, Multicultural Education and Technology Journal, vo. 6, No. 2, (2012), 78.

13 Lembaga Riset Islam (Pondok Pesantren Luhur), Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan

(20)

khas, yakni mempelajari kitab-kitab klasik (kitab kuning) dengan menggunakan metode bandongan dan sorogan.14

Dhofier mengkategorikan pondok pesantren menjadi dua kategori, yaitu pondok pesantren salafi dan khalafi.15 Pondok pesantren salafi lebih menekankan pada pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya, penerapan sistem madrasah untuk memudahkan sistem sorogan tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sedangkan pondok pesantren khalafi telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah yang dikembangkan atau membuka tipe sekolah umum dalam lingkungan pondok pesantren.16

Pesantren tumbuh dari bawah, atas kehendak masyarakat yang terdiri atas: kyai, santri, dan masyarakat sekitar, termasuk perangkat desa. Di antara mereka, kyai memiliki peran paling dominan dalam memuwujudkan dan mengembangkan sebuah pondok pesantren. Sehingga, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam paling otonom yang tidak bisa diintervensi pihak-pihak luar kecuali atas izin kyai. Adapun perbedaan variasi bentuk pendidikan pondok pesantren ini diakibatkan perbedaan kondisi sosialkultural masyarakat yang mengelilinginya.17

Fungsi dari sebuah pondok pesantren terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pada masa awal fungsi pondok pesantren adalah sebagai pusat pendidikan dan penyiaran Islam yang saling menunjang. 18 Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam rangka mengumandangkan dakwah kemudian dakwah dimanfaatkan sebagai sarana dalam membangun sistem pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa fungsi edukatif pondok pesantren adalah sekadar memboncengi misi dakwah.19

14 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam(Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era

Rasulullah sampai Indonesia) , Jakarta: Kencana, 2011, 287.

15 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pondok Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup

Kiai, Jakarta: LP3ES, 1985, 20.

16 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pondok Pesantren,… 24.

(21)

Sedangkan pada masa wali songo adalah sebagai pencetak calon ulama dan mubaligh yang bersungguh-sungguh dalam menyiarkan agama Islam.20

Adapun fungsi pondok pesantren yang berkaitan dengan peran asalnya diidentifikasikan dengan tiga fungsi penting dalam masyarakat Indonesia, yaitu Pertama, pondok pesantren adalah sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam tradisional. Kedua, pondok pesantren adalah sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam tradisional, dan ketiga pondok pesantren adalah sebagai regenerasi ulama.21 Selain itu, pondok pesantren juga menjadi pusat penyuluhan kesehatan, pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan, pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitarnya.22

Qomar menyatakan bahwa pondok pesantren memiliki persepsi yang plural yang mana dapat dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, dan yang paling poluper adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang mengalami proses romantika kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal23 yang

tidak terlepas dari modernisasi.

Modernisasi berasal dari kata modern yang berarti terbaru, mutakhir, atau sikap dan cara berpikir yang sesuiai dengan tuntutab zaman. Selanjutnya modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini.24

20 Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma Bakti, 1982,

34.

21 Husni Rahim, Pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional: Mempertimbangkan Kultur

Pondok Pesantren, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001,3-4.

22 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium,

Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, 104-105.

23 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi,

Jakarta: Erlangga, 2005, 2. 24

(22)

Menurut Nurcholis Madjid, pengertian modernisasi hampir identik dengan pengertian rasionalisasi, yaitu proses perombakan pola berpikir dan tata kerja baru yang rasional.25

Modernisasi sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan oleh suatu bangsa atau Negara untuk menyesuaikan diri dengan konstelasi dunia pada suatu kurun tertentu di mana bangsa itu hidup. 26 Pembaharuan atau modernisasi menurut Harun Nasution adalah sebagai sebuah roses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini. Modern bukan hanya membaharui paham-paham, sikap atau adat istiadat, melainkan lebih luas lagi mencakup pembaharuan institusi-institusi yang dipandang lama untuk disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan yang baru. 27 Perubahan atau modernisasi yang dikehendaki Harun Nasution diarahkan pada pembaharuan pesantren untuk menyempurnakan sistem pendidikan, sosial dan lain sebgainya secara mendasar dan sistematis.

Kurikulum pada pondok pesantren modern tidak terlepas dari materi konveksional seperti bahasa, matematika, dan geografi, sedangkan pendidikan agama lebih ditekankan pada pembelajaran di pesantren.28

Dari penjelasan di atas maka dapat didefinisikan bahwa modernisasi pesantren adalah perubahan, baik dalam kurikulum pendidikan pesantren, sistem pembelajaran pesantren dan penerapan hukuman dalam pesantren serta perilaku moral santri yang mengalami pembaharuan sesuai tuntutan zaman

25

Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1997, 172.

26

Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis,

Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998, 196. 27

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1975, 9.

28

Jorgen Hellman, Ramadhan Fasting at a Pesantren in West Java, Southeast Asian Islam,

(23)

E.Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research), penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam

terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus.29 Dalam penelitian ini penulis akan mendatangi dan mengamati pondok pesantren di Kota Salatiga melalui interaksi secara langsung (berkunjung, telepon, SMS, dan email) untuk profil pesantren, kebiasaan dan berbagai kegiatan yang berkenaan dengan praktik-praktik modernisasi.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. 30 Penelitian deskriptif kualitatif yaitu bentuk penelitian yang menganalisis data dengan berpijak pada fenomena-fenomena yang ada dan kemudian dikaitkan dengan teori atau pendapat yang telah ada.31 Bersifat deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskriptif dari gejala-gejala yang diamati.32 Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini akan

dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan.

Adapun lokasi penelitian akan dilakukan di beberapa pesantren Kota Salatiga. Kota Salatiga yang mana mendapatkan predikat kota paling toleran di Jawa Tengan dengan sangat menghargai berbagai ras, suku, agama dan budaya baik bagi pribumi maupun pendatang, hampir tidak ada masalah gesekan agama, sosial, sosial agama dan ras. Bahkan di kota Salatiga baik pribumi maupun pendatang diberikan ruang untuk mengeksplorasi kebudayaan mereka melalui acara seperti karnaval dan pameran budaya.33 Selain hal tersebut, peran serta

29Hamdan Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 1995,72.

30 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009, 289.

31 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, cet,Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013,72.

32 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia,

2001,15.

33 Susy Haryawan, Salatiga Kota Paling Toleran di Pulau Jawa, www.kompasiana.com.

(24)

pesantren juga nampak dalam acara peringatan hari santri pada tanggal 22 Oktober baik diperingari secara umum maupun hanya di dalam pesantren saja. Dalam acara tersebut diharapkan para santri memiliki jiwa nasionalis dan siap mengabdi kepada agama, masyarakat, bangsa dan negara.34 Adapun pondok pesantren yang akan penulis teliti yaitu pondok pesantren (PP) Al-Falah Grogol, PP AN-NIDA Ledok, PP Sunan Giri Krasak.

Untuk memperoleh data yang akurat mengenai obyek penelitian, maka penulis akan menggunakan ciri khas penelitian kualitatif, yaitu melaui hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi.35 Dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara kepada guru/asatidz, santri, lurah pondok, dan pengurus pondok untuk memperoleh data mengenai konsep dan orientasi pelaksanaan berbagai macam kegiatan. Penulis melakukan observasi dengan terjun secara langsung ke pesantren sehingga langsung dapat melihat situasi yang diamati untuk memperoleh data mengenai berbagai kegiatan yang merujuk pada praktik-praktik modernisasi. Kemudian penulis melakukan catatan lapangan sebagai dasar utama untuk penulisan lapangan serta dokumen-dokumen yang terhimpun seperti dokumentasi mengenai kegiatan santri baik dalam bentuk tulisan, gambar maupun elektronik kemudian dipilih dan disesuaikan dengan tujuan dan fokus masalah.

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan buku, diktat, berita koran/majalah, artikel, gambar/foto dan dokumen tertulis lainnya yang berkaitan dengan pesantren untuk memperoleh data resmi mengenai profil pondok pesantren secara umum, yaitu visi misi, struktur organisasi, profil guru/asatidz dan pengasuh, keadaan santri, sarana dan prasarana, dan lain sebagainya.

Untuk memenuhi prinsip objektifitas dalam penelitian ini, trianggulasi data dilakukan dengan cara mewawancarai dari berbagai sumber dan berbagai latar belakang. Melakukan observasi dari berbagai pesantren. Trianggulasi data

34 Matatajam.com. dirilis 23 oktober 2016.

(25)

adalah mengumpulkan data dari berbagai informan untuk menghindari subjektifitas di dalam pengumpulan data.36

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan prisip-prinsip deskriptif.37 Aktifitas dalam analisis data pada penelitian ini terdiri dari empat komponen yang saling berinteraksi, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Pengumpulan data dilakukan untuk mencarian data yang dilakukan dengan jalan pengamatan/observasi, wawancara dan dokumentasi. 38 Dari catatan tersebut peneliti perlu membuat catatan refleksi yang merupakan catatan dari peneliti sendiri berisi komentar, kesan, pendapat dan penafsiran terhadap fenomena yang ditemukan. Melakukan reduksi data sebagai proses pemilihan dan pengidentifikasian data kemudian membuat koding.39

Penyajian data dengan mengorganisasikan data yang sudah direduksi. Diberikan dalam bentuk narasi, kalimat yang disusun logis dan sistematis mengacu pada rumusan masalah.40 Kemudian penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan tahap akhir atas pola-pola atau konfigurasi tertentu dalam penelitian ini, sehingga menggambarkan secara utuh terhadap seluruh rangkaian kegiatan penelitian.41

36

John W. Creswell, Research Design,...,320.

37 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kpmpetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi

Aksara. 2009, 86.

38 John W. Creswell, Research Design,..., 276.

39 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,..., 288.

(26)

F.Sistematika Penulisan

Dalam pembahasannya, laporan studi ini secara garis besar akan dibagi menjadi lima bab.

Bab Pertama, pendahuluan bab ini menjelaskan pentingnya penelitian tentang adanya praktik-praktik modernisasi di kalangan pesantren kota Salatiga, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikasi penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, profil pondok pesantren (PP) Al-Falah Grogol, PP AN-NIDA Ledok, PP Sunan Giri Krasak.

Bab Ketiga, menjelaskan mengenai praktik-praktik modernisasi dan faktor-faktor yang mendasari modernisasi di kalangan pesantren kota Salatiga.

Bab Keempat, pada bab ini akan dijelaskan mengenai dampak dari modernisasi pesantren terhadap eksistensi pesantren kota Salatiga.

(27)

BAB II

PROFIL PESANTREN KOTA SALATIGA

A. Pondok Pesantren Al Falah

Pondok pesantren Tarbiyatul Islam “Al Falah” yang terletak di jalan Bima nomor 02, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, berdiri pada tahun 1986 yang diasuh oleh KH. M. Zoemri RWS (almarhum) bersama dengan istri beliau Hj. Nyai Latifah ini merupakan pondok pesantren salafiyah.42

Sejak tahun 1990 pondok pesantren Al Falah mendirikan madrasah diniyah yang ditempuh selama enam tahun dengan materi pelajaran khusus Agama. Melihat kondisi santri Al Falah yang mayoritas berpendidikan formal, maka pengajian madrasah Diniyah dimulai ba’da Ashar (15.30 WIB), ba’da Isya’ (21.00 WIB), dan ba’da Subuh sampai jam 6 pagi.43

Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun 2005 karena melihat tantangan zaman yang semakin menggejolak dan bahkan santri dituntut untuk bisa mensikapinya maka pada tahun tersebut didirikan SMK AL Falah dengan dua jurusan yaitu Otomotif dan Tata Busana.44

B. Pondok Pesantren An Nida

Pondok pesantren An Nida terletak di jalan Jendral Sudirman nomor 239, Dusun Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Pondok pesantren An Nida yang berbasis modern ini didirikan pada tanggal 1 Januari 1979 oleh Bapak KH. Ali As’ad Af. Bapak Ali mendirikan pesantren sebagai pusat pengembangan Islam dengan visi menjadi lembaga

42 Brosur Pondok Pesantren Al Falah Kota Salatiga.

43 Hasil wawancara dengan Lurah (lurah adalah istilah yang digunakan dalam pesantren

sebagai ketua para santri) Pondok Pesantren (PP) Al Falah Kota Salatiga, pada hari Sabtu, 13 Mei 2017, jam 10.00 wib sampai selesai.

(28)

pendidikan keagamaan Islam yang mampu melaksanakan pembangunan manusia seutuhnya baik lahir maupun batin yang berkarakter Al-Qur’an.45

Pondok pesantren An Nida yang notabennya berbasis modern ini, mayoritas santrinya ialah pelajar dan mahsiswa. Sehingga kurikulum dalam pesantren disesuaikan dengan jadwal sekolah. Para santri dianjurkan untuk mengembangkan skilnya baik dengan bekerja maupun berwirausaha pada siang hari sepulang sekolah sampai sore. Jam mengaji dipondok dimulai setelah magrib dan subuh. Adapun kurikulum pembelajarannya, pondok pesantren An Nida lebih terfokus pada pengkajian Al-Qur’an, hadis dan kitab-kitab fiqih kontemporer.46

Melihat perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat mengenai ilmu agama yang harus ditanamkan sejak dini, maka Yayasan An Nida mendirikan sekolah formal dari yang paling dasar yaitu Roudhotul Athfal (RA/TK) An Nida, Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) An Nida dan Sekolah Dasar Plus Tahfidzul Qur’an (SDPTQ) An Nida yang dikelolah dan dikembangkan oleh pengurus yayasan serta alumni Pondok Pesantren An Nida.47

C. Pondok Pesantren Sunan Giri

Pondok pesantren Sunan Giri terletak di daerah pinggiran Salatiga, tepatnya di jalan Argowilis 15-16, Dusun Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Pondok pesantren yang berbasis salafiyah ini didirikan pada tahun 1992 atas inisiatif bersama para kyai dan masyarakat dusun Krasak dalam mengembangkan pendidikan agama Islam terlebih dalam tradisi kepesantrenan Jawa.48

45 Brosur Pondok Pesantren An Nida Salatiga.

46 Hasil wawancara dengan Sie Dikjar (Seksi Pendidikan dan Pengajaran) PP. An Nida,

pada hari Jumat, 05 Mei 2017, pukul 15.00 wib-Selesai.

47 Hasil wawancara dengan lurah PP An Nida.

(29)

Para kyai pendiri pondok pesantren Sunan Giri adalah Kyai Maslikhudin Yazid, Kyai Muslimin Al Asyary, Kyai Syadullah dan Kyai Zumrono Rahman (Almarhum). Demi menunjang kesuksesan pendidikan pesantren maka didirikanlah Madrasah Diniyah Sunan Giri di antaranya sekolah Diniyah Ibtida’iyah 6 tahun dan SMP Sunan Giri yang ditempuh selama 3 tahun. Sistem pendidikan dan jenjang pendidikan pada pondok ini terus dikembangkan dan disesuaikan dengan tantangan zaman. Sehingga kedepannya pondok pesantren Sunan Giri akan mendirikan sekolah umum setingkat SMA yaitu Aliyah.49

Selain pengkajian kitab kuning dan sistem pendidikan yang terus dikembangkan, pesantren Sunan Giri mulai membuka diri dengan ikut terlibat dalam Gerakan Santri Menulis (Jurnalistik) sebagai bekal bagi santri agar tidak ketinggalan zaman.50

49 Hasil wawancara dengan lurah PP Sunan Giri Kota Salatiga, pada hari Kamis, 01 Juni

2017, pukul 10.00 wib- selesai.

(30)

BAB III

PRAKTIK-PRAKTIK MODERNISASI

DAN FAKTOR PENYEBAB MODERNISASI PESANTREN

A. Praktik-Praktik Modernisasi di Kalangan Pondok Pesantren Kota

Salatiga

1. Aspek kurikulum

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama dan sistem pengajian kitab-kitab klasik.51 Hal tersebut senada dengan teori yang peneliti tulis pada bab sebelumnya mengenai fungsi pesantren yang diungkapkan oleh Rahim (2001) bahwa pesantren sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu tradisional. Namun seiring berkembangnya zaman, kini pesantren sudah mulai membuka diri dengan mengkaji wawasan kontemporer dan terlibat dalam kegiatan yang bersifat modern dan bahkan kegiatan yang tidak wajar ada di pesantren kini mulai diadakan dan bahkan menjadi kegiatan unggulan di pesantren, kegiatan tersebut seperti jurnalistik. Berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada beberapa pesantren di Kota Salatiga;

“Pesantren sekarang sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat mbak, di pondok pesantren kami yang notabennya salafi kini harus mengikuti perkembangan zaman, sehingga pengkajiannya tidak hanya melalui kitab kuning, akan tetapi sudah mengkaji dari berbagai sumber buku umum. Bahkan para santri diberikan ekstra jurnalistik untuk mengkaji berbagai permaslahan yang ada pada masa sekarang serta mengaji tadarus budaya, seminar,dan dari berbagai pelatihan. Selain itu ada dialog publik, kajian ilmu falaq, dan berbagai pelatihan-pelatihan gitu dengan menjalin kerjasama dengan pihak luar. Pihak luar itu seperti MPR RI, DPR, terus nanti ada dari dinas apa- dinas apa gitu sesuai kebutuhan. Terus di sini juga pernah ada acara wayangan untuk mengkaji budaya”52

51 Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam,…115.

52 Hasil wawancara dengan Lurah PP Al Falah Kota Salatiga, pada pada hari Sabtu, 13

(31)

“Pada pesantren kami, kebetulan tahun ini sebagai tuan rumah acara jurnalistik Gerakan Santri Menulis, sehingga kami mulai dituntut untuk dapat menyampaikan pendapat kami melalui tulisan. Kalau dulu kan karya-karya yang ditunggu dalam bentuk kitab atau syair-syair bahasa arab gitu mbak, sekarang lebih dalam tulisan jurnal.”53

Selain dalam wawancara tersebut, peneliti juga mendapatkan infromasi mengenai berdirinya sekolah umum pada pesantren di Kota Salatiga. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti;

“Pada yayasan pondok pesantren kami, sejak tahun 2005 didirikanlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan jurusan otomotif dan tata busana. Memilih dua jurusan tersebut karena kedepannya para santri setelah lulus dari pesantren dan SMK memiliki keahlian sehingga tidak bingung, lulus dari pesantren mau ngapain. Karena biasanya lulusan dari pondok biasanya hanya bisa ngaji saja, maka dari itu dengan adanya SMK mereka dapat disalurkan kerja pada perusahaan atau membuka usaha pribadi.”54

Dari informan tersebut, maka dapat dideskripsikan bahwa kurikulum pesantren pada saat ini sudah mulai membuka diri untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang sesuai perkembangan zaman agar eksistensi pesantren tetap terjaga. Hal tersebut senada dengan teori modernisasi yang mengedepankan rasionalisasi55 dengan merubah pola berpokir dan tata kerja baru sesuai tuntutan zaman.

2. Aspek Perilaku

Pondok pesantren memiliki persepsi yang plural yang dapat dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah dan yang paling penting ialah sebagai institusi pendidikan Islam

53 Hasil wawancara dengan lurah PP Sunan Giri Kota Salatiga, pada hari Kamis, 01 Juni

2017, pukul 10.00 wib- selesai.

54 Hasil wawancara dengan Lurah PP Al Falah Kota Salatiga, pada pada hari Sabtu, 13

Mei 2017…

55

(32)

yang mengalami proses romatika kehidupan yang menghadapi berbagai tantangan internal maupun moral.56

Dipandang dari segi pembinaan moral, pesantren dapat dikatakan sebagai bengkel para santri dari berbagai latar belakang yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti pada beberapa pesantren di Kota Salatiga;

“Perilaku yang dilakukan santri yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang paling kelihatan itu adalah pacaran mbak, jadi kalau tidak pacaran itu seperti anak culun gitu menurut mereka. Kemudian para santri mulai berpakaian yang nrawang gitu jadi berpakaian tapi telanjang, masalah jilbabnya juga, para santri kok berjilbab yang tidak nutup dada. Mulai lunturnya rasa sopan santun terhadap orang yang lebih tua baik pengurus ataupun yang lain.”57

“Kalau masalah pacaran atau saling suka itu masih naluriah dan kita maklumi mbak, tapi kalau sampai boncengan dan bertemu secara terang-terangan maka kita beri hukuman mbak. Kemudian salatiga itu kan tidak terlalu agamis jadi ada santri itu yang pernah ikut kumpulan anak pank gitu, jadi awalnya kita beri nasehat kemudian kita bina gitu mbak tidak langsung kita keluarkan tapi nantinya masuk karantina jadi tiap malam ada penggemblengan.”58

“Setahu saya tidak ada sih ya mbak pelanggaran yang dilakukan santri yang tidak sesuai ajaran Islam. Santri di sini masih baik-baik semua, hanya saja mungkin berkurangnya adab ashor (sopan santun) dan rasa menjagadiri atau pandangan terhadap lawan jenis gitu mbak.”59

Dari bebapa informan, maka dapat kita fahami bahwa perilaku santri mengalami perubahan dengan adanya arus modernisasi sehingga aturan yang tidak sesuai agama dan norma agama diabaikan bahkan dianggap wajar. Hal tersebut di atas seperti perilaku menjalin hubungan

56 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi…, 2.

57 Hasil wawancara dengan Lurah PP An Nida, pada hari Jumat, 05 Mei 2017, pukul

15.00 wib- selesai.

58 Hasil wawancara dengan Lurah PP Al Falah, pada hari Sabtu, 13 Mei 2017, pukul

10.00 wib-selesai.

59 Hasil wawancara dengan Lurah PP Sunan Giri, pada hari KAmis, 01 Juni 2017, pukul

(33)

pra-nikah atau disebut pacaran, merosotnya moral dan rasa sopan santun santri.

Modernisasi pesantren yang dikehendaki sebetulnya untuk memperbaiki sistem pendidikan baik sarana maupun prasarana yang menunjang agar sesuai kebutuhan zaman. Sehingga intelektualitas para santri tidak tertinggal oleh zaman. Akan tetapi, beberapa santri salah memaknai. Sehingga yang terjadi beberapa santri menganggap hal-hal yang dilarang agama suatu kewajaran yang lumrah karena agar tidak tianggap ketinggalan zaman.

3. Aspek hukum

Dalam membentuk moral santri, harusnya pesantren memiliki dasar hukum dan penerapan peraturan pondok secara tepat. Akan tetapi dalam beberapa pesantren, sistem peraturannya masih terkesan fleksibel. Hal tersebut dapat dilihat dalam hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan pada pondok pesantren di Kota Salatiga;

“Kalau penerapan hukumannya disini kita lihat kasusnya dulu mbak, semisal ada kasus kehilangan atau pencurian maka kita kumpulkan dulu para santri kemudian kita tanya dan kalau tidak ada yang mengakui akan kita lakukan sumpah. Setelah

disumpah itu biasanya ada yang mengakui. Kemudian kita ta’zir

atau hukum sesuai kesepakatan hukuman di pondok. Selain itu kita kita menyesuaikan orangnya mbak, misal santri tersebut belum pernah melakukan pelanggaran hanya kita nasehati saja.”60

“Masalah pelanggaran nanti kita klasifikasikan dulu, mereka itu melakukan pelanggarannya itu termasuk ringan, sedang atau berat langkah pertama kita nasehati. Misal ada santri membawa handphone (hp) di dalam kamar ketika jam pembelajaran di pondok, untuk langkah pertama maka kita ingatkan tapi hp di sita dan yang mengambil orangtua, terus yang kedua disita agak lama dan yang mengambil orangtua, terus yang ketiga maka hp sudah jadi milik pondok atau disita dan tidak dikembalikan. Misal kasus pencurian itu hukumannya

(34)

gebyuran (disiram air) untuk santri putri dan potong rambut atau gundulan untuk santri putra.”61

“Untuk penerapan hukuman atau peraturannya, setelah musyawarah bersama para pengurus dan dewan asatidz kita umumkan kepada santri mengenai hukuman pada setiap pelanggaran. Untuk awalnya kita kasih teguran terlebih dahulu, semisal masih mengulangi kita kasih hukuman, jika santri masih mengulangi lagi maka kita laporkan pada pengasuh pesantren.”62

Dasar penerapan hukuman pada beberapa pondok pesantren tersebut menggunakan kesepakatan sosial melalui musyawarah, dan bahkan banyak sekali keringanan yang diberikan. Hal tersebut senada dengan teori modernisasi yang mana mengambil keputusan sesuai rasionalisme.63

B. Faktor-Faktor Penyebab Modernisasi di Kalangan Pondok Pesantren

Kota Salatiga

1. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi modernisasi di kalangan pondok pesantren Kota Salatiga dapat dilihat dari beberapa faktor sebagai berikut;

a. Kurikulum pesantren yang mulai mengalami perkembangan

Pondok pesantren memiliki fungsi yang tidak terlepas dari peran asalnya dalam masyarakat Indonesia, yaitu sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu-ilmu Islam tradisioanl64. Kekhasan tersebut tetap terjaga, namun kini pesantren telah mengalami perkembangan transmisi keilmuan yang sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman. Sehingga, kini pesantren mulai memasukkan kajian-kajian umum melalui seminar, pelatihan dan lain-lain. Hal

61 Haasil wawancara dengan Lurah PP Al Falah,… 62 Haasil wawancara dengan Lurah PP AN Nida,…

63

Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan,… 172.

64

(35)

tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan pengurus pada beberapa pesantren Kota Salatiga.

“KBM di sini masih salaf dengan mengikuti ulama salaf dan sistemnya sudah modern. Modern dapat dilihat dari kegiatan-kegiatannya seperti seminar-seminar dengan mengundang pihak luar untuk mengisi acara di sini seperti seminar yang pernah di isi oleh MPR RI dan BI (Bank Indonesia) dengan tema kebangsaan dan meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu ada dialog publik, kajian ilmu falaq, dan berbagai pelatihan-pelatihan gitu dengan menjalin kerjasama dengan pihak luar.”65

“Di sini itu ngajinya tidak melalui kitab-kitab kuning karena keterbatasan ustadz yang tidak lulusan dari pondok salafi, jadi ngajinya menggunakan kitab terjemahan.”66

b. Bebasnya penggunaan alat komunikasi

Keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam berhubungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan, dan lain-lainya, kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai sarana komunikasi mutakhir. 67 Di zaman yang modern ini tentunya menuntut masyarakat untuk turut menggunakan alat komunikasi agar menunjang segala aktifitasnya, tak terkeculai para santri. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil wawancara pada beberapa pondok pesantren di Kota Salatiga.

“Untuk di sini itu diperbolehkan, namun ada batasannya dan tata tertibnya gitu. Santri diperbolehkan elektronik itu

ketika jam sekolah atau kuliah itu boleh diambil di kantor

penitipan handphone (hp), selama dia keluar boleh

mengoprasikan hp tapi kalau sudah di pondok nanti

dikumpulkan kembali. Tapi, kalau sampai pondok itu ada

65

Hasil wawancara dengan lurah PP Al Falah,... 66

Hasil wawancara dengan Lurah PP An Nida,… 67

(36)

tugas sekolah jadi boleh menggunakan hp atau laptop

dengan ijin ke keamanan pondok dan tidak dibawa ke

kamar.”68

“salah satu penyebab mondok di sini itu karena masih boleh menggunakan hp, yang sering saya akses ya umum ya mbak, yang lebih sering itu ya facebook (fb), black berry

messanger (bbm), dan what’s up (wa) terus mbah google

untuk download tugas kuliah. Terus juga gabung group ODOJ (One Day One Juz) tapi sering tidak terlampaui targetnya karena males dan banyak kegiatan kampus. Di hp juga ada aplikasi Al-Qur’an nya Cuma jarang dibuka, paling dibuka saat ada tugas kampus saja.”69

“Awalnya dulu sebelum hp familiar di masyarakat, santri tidak boleh membawa hp. Tapi karena sekarang zaman sudah modern jadi kami perbolehkan santri membawa hp, khusus yang SMA sederajad dan kuliah.”70

“Di sini boleh menggunakan hp, laptop dll secara bebas mbak, jadi tidak ada jam khusus gitu. Meskipun bebas, santri harus punya kesadaran sendiri tidak fokus ke hp dan laptop saja tapi juga harus tahu wayahnya, saatnya jamaah ya jamaah, ngaji ya ngaji.”71

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pesantren sudah memberikan kelonggaran dalam menggunakan alat komunikasi. Bahkan hal tersebut menjadi penyebab bagi para santri untuk memilih pondok tersebut.

c. Diperbolehkannya membawa alat transportasi pribadi

Di zaman modern, semua hal dipermudah dengan menggunakan teknologi. Sehingga secara tidak langsung hal tersebut telah menjadi kebutuhan yang primer. Begitu juga yang

68

Hasil wawancara dengan lurah PP Al Falah, pada hari Selasa, 18 Juli 2017, pukul 10.00 wib sampai selesai.

69

Hasil wawancara dengan santri Al Falah, pada hari Selasa, 18 Juli 2017, pukul 11.00 wib sampai selesai.

70 Hasil wawancara dengan lurah putra PP Sunan Giri, pada hari Rabu, 19 Juli 2017,

pukul 11.00 wib sampai selesai. 71

(37)

terjadi pada kaum santri yang mulai menggunakan kecanggihan teknologi untuk menunjang mobilitas mereka dalam beraktifitas. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan di pesanren.

“Kebetulan santri di sini kan sekolah semua ya mbak, jadi yang SMA dan kuliah itu biasanya membawa kendaraan pribadi dan dijaga secara pribadi jadi kunci tidak dititipkan ke pengurus saat kembali kepondok.”72

“Kalau untuk di sini untuk anak SMP dan SMK itu belum boleh menggunakan motor kecuali sekolahnya jauh, dan di sini kami juga mengadakan kerjasama dengan angkotan umum. Jadi santri bisa antar jemput dengan angkota dengan harga yang berbeda dari pada umumnya. Kalau mahasiswa itu boleh menggunakan motor. Dan penggunaannya itu ketika siang sampai menjelang KBM pondok sekitar jam 5 sore sudah harus kembali ke pondok karena gerbang sudah ditutup. Kalau semisal malam mendadak karena ada kegiatan organisasi di kampus terus pulangnya malam gitu harus dijemput dari pengurus pondok”73

“Santri yang SMA sederajad dan kuliah diperbolehkan membawa kendaraan pribadi, karena kan sekolahnya jauh jadi biar lebih cepat sampai sekolah dan kembali tepat waktu sehingga dapat mengikuti kegiatan di pondok.”74

d. Penerapan hukuman yang dinamis

Pondok pesantren sama halnya dengan masyarakat pada umumnya, yang mana dalam bermasyarakat tentu ada peraturan yang harus dipatuhi. Setiap pelanggaran yang dilakukan santri tentunya memiliki hukuman tersendiri. Namun, saat ini peraturan pada pesantren semakin dinamis dikarenakan tidak relevan jika memberikan hukuman yang berat.

“Kadang santri pergi sampai malam kemudian hanya ijin ke teman kamarnya untuk menyampaikan ke pengurus. Sudah kita ingatkan tapi kita sebagai pengurus jadi ewuh

72

Hasil wawancara dengan lurah PP An Nida,... 73

Hasil wawancara dengan lurah PP Al Falah,... 74

(38)

perkewuh (sungkan) sendiri karena kita seumuran. Pernah juga kita buat aturan pengunaan hp dan laptop dibatasi waktu itu palah membuat para santri itu tidak mau mengikuti kegiatan di pondok jadi seperti mogok (berhenti) ngaji. Kemudian kami kembalikan ke aturan lama yaitu bebas menggunakan hp.”75

“Yang membuat saya memilih mondok di sini karena dekat dengan kampus dan akses angkota juga mudah. Akan tetapi saya menggunakan kendaraan pribadi untuk mempermudah transportasi saya. Selain itu, juga karena di

sini boleh menggunakan hp.”76

2. Faktor eksternal

a. Interaksi santri dengan lingkungan di luar pesantren

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam paling otonom yang tidak bisa diintervensi pihak-pihak luar kecuali atas izin kyai. Namun, perbedaan variasi pada suatu pesantren dapat diakibatkan oleh kondisi sosiokultural masyarakat yang mengelilinginya.77 Kota Salatiga yang notabennya bukan dijuluki

kota santri atau kota wali (wali songo) akan tetapi mendapat julukan kota paling toleran78 tentunya memiliki nuansa yang berbeda bagi

para santri, baik dalam berbaur dengan masyarakatnya maupun pergaulan para warga dan pendatang. Interaksi santri dengan lingkungan di luar pesantren dapat kita lihat dari hasil wawancara berikut.

“Santri di sini kan kebanyakan mondok dengan sekolah,

dan sekolahnya itu di luar pesantren, jadi pergaulan mereka berbeda dengan mbak pondok. Kalau mbak pondok itu lebih sopan dan ada rasa canggung (malu) apabila bertemu dengan lawan jenis, tapi kalau santri yang sekolah itu merasa biasa saja dan lebih berani, hal itu karena terbiasa berinteraksi dengan teman-teman di luar dan jadi agak susah dinasehati.”79

75

Hasil wawancara dengan Sie. Keamanan PP An Nida,… 76

Hasil wawancara dengan santri putri PP Al Falah, pada hari Selasa, 18 Juli 2017, pukul 11.000 wib sampai selesai.

77

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi,... xiv.

78

Susy Haryawan, Salatiga Kota Paling Toleran di Pulau Jawa, www.kompasiana.com,..

(39)

“Kemudian Salatiga itu kan tidak terlalu agamis jadi ada santri itu yang pernah ikut kumpulan anak pank gitu, jadi awalnya kita beri nasehat kemudian kita bina gitu mbak tidak langsung kita keluarkan tapi nantinya masuk karantina jadi tiap

malam ada penggemblengan.”80

b. Membangun jaringan dengan pihak luar

Arus modernisasi membuat terjadinya perubahan pada samua aspek kehidupan, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan bahkan pada ranah pendidikan. Tak terkecuali pendidikan di pesantren yang menjadi pusat penyuluhan kesehatan dan sarana peningkatan kualitas pendidikan melalui seminar dan pelatihan81 dari berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun non formal dan bahkan juga dari pemerintahan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan pada pondok pesantren di Kota Salatiga.

“Di pesantren kami sering mengadakan kegiatan dengan mengundang pihak luar untuk mengisi acara di sini, seperti seminar yang pernah di isi oleh MPR RI dan BI (Bank Indonesia) dengan tema kebangsaan dan meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu ada dialog publik, kajian ilmu falaq, dan berbagai pelatihan-pelatihan gitu dengan menjalin kerjasama dengan pihak luar. Pihak luar itu seperti MPR RI, DPR, terus nanti ada dari dinas apa- dinas apa gitu sesuai kebutuhan seperti dari dinas kesehatan dan polsek untuk mengisi tentang kesehatan dan membahas kenakalan remaja. Terus (kemudian) di sini juga pernah ada acara wayangan

untuk mengkaji budaya.”82

Maksud dari hasil wawancara tersebut ialah pesantren mengadakan kerjasama dengan lembaga pemerintahan untuk meningkatkan kualitas pesantren, santri bahkan kurikulum pesantren.

80

Hasil wawancara dengan Lurah PP Al Falah,… 81

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium,... 105.

82

(40)

Selain itu, pesantren tersebut juga mengundang budayawan untuk menambah wawasan santri mengenai budaya.

“Di pesantren kami juga ada kegiatan rutin dari dinas

kesehatan Kota Salatiga berupa POSKESTREN yang membahas tentang kesehatan agar santri tetap mempedulikan kesehatannya. Selain itu, ada juga penyuluhan dari polsek tentang pergaulan bebas dan

penyalahgunaan narkoba serta kenakalan remaja”83

“Selain ngaji dan kegiatan pondok, di sini juga ada kegiatan rutin dengan pihak Puskesmas Cebongan mengenai kesehatan di pesantren. Kan biasanya pondok itu terkenal dengan tempat yang kumuh karena diisi oleh banyak orang. Selain itu, ada juga dari Polsek sini mengadakan penyuluhan penanggulangan kenakalan remaja, narkoba dan

lain-lain.”84

Serasa tidak ingin ketinggalan, kini pesantren mulai menjalin kerjasama dengan pihak luar untuk meningkatkan pengetahuan. Sehingga kurikulumnya tidak hanya ngaji melalui kitab-kitab klasik saja. Akan tetapi, kini mulai mengaji ilmu umum. Selain pondok menjalin dan mencari pemateri dari pihak luar pondok, ternyata memang sudah ada beberapa program khusus dari beberapa instansi dengan pesantren. Seperti kegiatan pos kesehatan pesantren (Poskestren) dari Puskesmas setempat dan penyuluhan dari polisi sektor (Polsek).

83

Hasil wawancara dengan Lurah PP k Sunan Giri,… 84

(41)

BAB IV

DAMPAK MODERNISASI TERHADAP EKSISTENSI PESANTREN

KOTA SALATIGA

Elemen-elemen dalam pondok pesantren menurut Dhofier yaitu adanya masjid sebagai tempat ibadah, pusat pendidikan serta tempat membangun kegiatan sosial. Selain masjid, juga adanya tempat tinggal santri (pondok), santri, kyai, dan pengkajian kitab kuning (klasik).85 Dari pemaparan penulis pada bab sebelumnya mengenai perilaku dan faktor-faktor penyebab modernisasi tentunya memiliki dampak, baik dampak positif maupun negatif bagi lembaga pondok pesantren yang meliputi kurikulum pesantren dan kyai atau pengasuh serta para santri.

1. Dampak Positif

a. Lembaga Pondok Pesantren

Sebagai lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren memiliki peran yang dominan dalam mengembangkan keilmuan Islam serta menghadapi tantangan zaman. Dalam penelitian ini, penulis akan memaparkan beberapa dampak positif dari pengaruh modernisasi pada lembaga pondok pesantren.

1) Lembaga menjadi lebih dikenal luas

Dengan menjalin kerjasama dengan pihak luar pesantren baik instansi formal maupun non formal tentunya membuat pesantren menjadi lebih dikenal oleh masyarakat luas. Berikut hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan di pondok pesantren Kota Salatiga.

“Di pesantren kami juga ada kegiatan rutin dari dinas

kesehatan Kota Salatiga berupa POSKESTREN yang membahas tentang kesehatan agar santri tetap mempedulikan kesehatannya. Selain itu, ada juga penyuluhan dari Polsek

85

(42)

tentang pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba serta

kenakalan remaja”86

“Selain ngaji dan kegiatan pondok, di sini juga ada kegiatan

rutin dengan pihak Puskesmas Cebongan mengenai kesehatan di pesantren. Kan biasanya pondok itu terkenal dengan tempat yang kumuh karena diisi oleh banyak orang. Selain itu, ada juga dari Polsek sini mengadakan penyuluhan penanggulangan kenakalan remaja, narkoba dan lain-lain.”87

Selain wawancara di atas, peneliti juga mendapatkan informasi pada salah satu pesantren yang menjalin kerjasama dengan instransi pemerintahan seperti MPR RI, DPR, beberapa Universitas, dll dalam kegiatan seminar dan pelatihan.

“Di pesantren kami sering mengadakan kegiatan dengan

mengundang pihak luar untuk mengisi acara di sini, seperti seminar yang pernah di isi oleh MPR RI dan BI (Bank Indonesia) dengan tema kebangsaan dan meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu ada dialog publik, kajian ilmu falaq, dan berbagai pelatihan-pelatihan gitu dengan menjalin kerjasama dengan pihak luar. Pihak luar itu seperti MPR RI, DPR, terus nanti ada dari dinas apa- dinas apa gitu sesuai kebutuhan seperti dari dinas kesehatan dan polsek untuk mengisi tentang kesehatan dan membahas kenakalan remaja. Terus (kemudian) di sini juga pernah ada acara wayangan untuk mengkaji

budaya.”88

Selain dengan menjalin kerjasama dengan beberapa instansi di luar pesantren. Pondok pesantren juga memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk memperluas jaringan dan sebagai promosi pesantren melalui beberapa aplikasi gadget. Berikut hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan.

“Pesantren kami juga jadi lebih mudah dalam berpromosi karena adanya internet, jadi kami dapat membuat facebook, fanpage,intragram dan alamat website serta email.”89

“Publikasinya kami sudah ada website, instagram, dan media sosial lainnya. Dan untuk web nya itu, nanti setiap ada

86

Hasil wawancara dengan Lurah PP k Sunan Giri,… 87

Hasil wawancara dengan Lurah PP An Nida,... 88

Hasil wawancara dengan Lurah PP Al FAlah,… 89

(43)

kegiatan nanti kita buatkan berita kemudian kita posting kan terus santri nanti bisa membaca dari web kami.”90

“Pondok ini juga punya website mbak, jadi bisa buat promosi kegiatan dan lain-lain dari pondok kami. Masyarakat bisa mengakses dari mana saja kan mbak jadi mempermudah dalam mengenalkan pondok kami ini.”91

2) Kurikulum pesantren menjadi lebih berkembang

Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kekhasan dengan pendidikan tradisionalnya 92 kini telah mengalami perkembangan dalam kurikulumnya yaitu dengan memasukan materi-materi umum dan sistem pembelajaran yang modern seperti seminar, pelatihan dan jurnalistik untuk meningkatkan kualitas keilmuan para santri. Berikut hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan.

“Selain pengkajian kitab kuning dan sistem pendidikan yang terus dikembangkan, pesantren Sunan Giri mulai membuka diri dengan ikut terlibat dalam Gerakan Santri Menulis (Jurnalistik) sebagai bekal bagi santri agar tidak ketinggalan zaman.”93

“KBM di sini masih salaf dengan mengikuti ulama salaf dan

sistemnya sudah modern. Modern dapat dilihat dari kegiatan-kegiatannya seperti seminar-seminar dengan mengundang pihak luar untuk mengisi acara di sini seperti seminar, dialog publik, pelatihan-pelatihan dan jurnalistik.”94

b. Para Santri

Dampak positif bagi santri dari modernisasi dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini;

1) Menjadikan santri berwawasan luas

Pada dasarnya modernisasi merupakan proses pergeseran sikap dan mentalitas untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini (zaman).95 Oleh karena itu, dengan adanya issue modernisasi maka

90

Hasil wawancara dengan Lurah PP Al Falah,... 91

Hasil wawancara dengan Lurah PP Sunan Giri,... 92

Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam,... 117. 93

Hasil wawancara dengan Lurah PP Sunan Giri,... 94

Hasil wawancara dengan Lurah PP Al Falah,... 95

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil pengujian kekuatan tarik yang digambarkan dalam Diagram 7 di atas menunjukkan kekuatan tarik material baja ST 37 pasca pengelasan dengan

Prosesi Politik dan Hukum yang diawali dari pressure masyarakat telah dilakukan secara maksimal untuk pemakzulan Bupati Aceng Fikri yang terkristalisasi dalam

Set elah proses klarifikasi it u dilakukan dan pihak keluarga belum dapat menerima at au t idak puas dengan alasan dan penjelasan at au argument asi yang disampaikan

Penelitian menunjukkan bahwa "kesuksesan dapat berfungsi untuk memaafkan perilaku tidak etis." Bahaya dari pemikiran tersebut adalah bahwa jika manajer lebih lunak dalam

Lagi pula tempat saya minum agak ke hilir daripada tempat Tuanku." Kata harimau pula, "Kamu cuma yang mengotori, tahun-tahun yang lalu kamu jelek-jelekkan pula saya."

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formula tablet floating efervesen ranitidin dengan menggunakan kombinasi polimer pektin dan xanthan gum, dan mengetahui

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari