• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perempuan Muyu dalam Pengasingan pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perempuan Muyu dalam Pengasingan pdf"

Copied!
467
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Perempuan M uyu dalam Pengasingan

Agung Dw i Laksono

Khoirul Faizin

Elsina M arice Raunsay

(3)

dan Pem berdayaan M asyarakat

Penulis

Agung Dw i Laksono Khoirul Faizin Elsina M arice Raunsay Rachmalina Soerachman

Edit or

Rachmalina Soerachman

Desain Cover

Agung Dw i Laksono

Cet akan 1, Novem ber 2014

Buku ini diterbit kan at as kerjasam a

PUSAT HUM ANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEM BERDAYAAN M ASYARAKAT Badan Penelit an dan Pengem bangan Kesehat an

Kement erian Kesehat an Republik Indonesia Jl. Indrapura 17 Surabaya

Telp. 031-3528748, Fax. 031-3528749

dan

LEM BAGA PENERBITAN BALITBANGKES (Anggot a IKAPI) Jl. Percet akan Negara 20 Jakart a

Telepon: 021-4261088; Fax: 021-4243933 e m ail: penerbit@litbang.depkes.go.id

ISBN 978-602-1099-09-4

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Dilarang m em perbanyak karya t ulis ini dalam bent uk dan dengan cara apa pun, t erm asuk fot okopi, t anpa izin t ert ulis

(4)

Pelaksanaan riset dilakukan oleh t im sesuai Surat Keput usan Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehat an dan Pemberdayaan M asyarakat Nomor HK.02.04/ 1/ 45/ 2014, t anggal 3 Januari 2014, dengan susunan t im sebagai berikut :

Pembina : Kepala Badan Penelit ian dan Pengembangan Kesehat an Kement erian Kesehat an RI.

Penanggung Jaw ab : Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehat an dan Pemberdayaan M asyarakat

Wakil Penanggung Jaw ab : Dr. dr. Lest ari H., M M ed (PH)

Ket ua Pelaksana : dr. Tri Juni Angkasaw at i, M Sc

Ket ua Tim Teknis : dra. Suharm iat i, M .Si

Anggot a Tim Teknis : drs. Set ia Pranat a, M .Si

Agung Dw i Laksono, SKM ., M .Kes drg. M ade Asri Budisuari, M .Kes Sugeng Rahant o, M PH., M PHM dra.Rachmalina S.,M Sc. PH drs. Kasno Dihardjo

Aan Kurniaw an, S.Ant Yunit a Fit riant i, S.Ant

(5)

1. dra. Rachmalina Soerachman, M Sc. PH : Kab. Boven Digoel dan Kab. Asmat

2. dr. Tri Juni Angkasaw at i, M Sc : Kab. Kaimana dan Kab. Teluk W ondama

3. Sugeng Rahant o, M PH., M PHM : Kab. Aceh Barat , Kab. Kep. M ent aw ai

4. drs. Kasno Dihardjo : Kab. Lebak, Kab. M usi Banyuasin 5. Gurendro Put ro : Kab. Kapuas, Kab. Landak

6. Dr. dr. Lest ari Handayani, M M ed (PH) : Kab. Kolaka Ut ara, Kab. Boalemo

7. Dr. drg. Niniek Lely Prat iw i, M .Kes : Kab. Jenepont o, Kab. M amuju Ut ara

8. drg. M ade Asri Budisuari, M .Kes : Kab. Sarolangun, Kab. Indragiri Hilir

9. dr. Bet t y Roosihermiat ie, M SPH., Ph.D : Kab. Sumba Timur. Kab. Rot e Ndao

(6)

M engapa Riset Et nografi Kesehat an 2014 perlu dilakukan ?

Penyelesaian masalah dan sit uasi st at us kesehat an

masyarakat di Indonesia saat ini masih dilandasi dengan

pendekat an logika dan rasional, sehingga masalah kesehat an

menjadi semakin kom plek. Disaat pendekat an rasional yang

sudah m ent ok dalam menangani masalah kesehat an, maka dirasa

perlu dan pent ing unt uk mengangkat kearifan lokal menjadi salah

sat u cara unt uk menyelesaikan masalah kesehat an masyarakat .

Unt uk it ulah maka dilakukan Riset Et nografi sebagai salah sat u

alt ernat if mengungkap berbagai fakt a kehidupan sosial

masyarakat t erkait kesehat an.

Dengan mempert emukan pandangan rasional dan

indigenous know ledge (kaum humanis) diharapkan akan menimbulkan kreat ifit as dan inovasi unt uk m engembangkan

cara-cara pemecahan masalah kesehat an masyarakat . Simbiose

ini juga dapat menimbulkan rasa memiliki (sense of belonging)

dan rasa kebersamaan (sense of t oget herness) dalam menyelesaikan masalah unt uk meningkat kan st at us kesehat an di

Indonesia.

Tulisan dalam buku seri ini merupakan bagian dari 20

buku seri hasil Riset Et nografi Kesehat an 2014 yang dilaksanakan

di berbagai provinsi di Indonesia. Buku seri ini sangat pent ing

guna menyingkap kembali dan menggali nilai-nilai yang sudah

t ert imbun agar dapat diuji dan dimanfaat kan bagi peningkat an

upaya pelayanan kesehat an dengan memperhat ikan kearifan

lokal.

Kami mengucapkan t erima kasih kepada seluruh

(7)

Kement erian Kesehat an RI yang t elah memberikan kesempat an

pada Pusat Humaniora unt uk melaksanakan Riset Et nografi

Kesehat an 2014, sehingga dapat t ersusun beberapa buku seri

dari hasil riset ini.

Surabaya, Nopember 2014

Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehat an dan

Pemberdayaan M asyarakat

Badan Lit bang Kement erian Kesehat an RI.

(8)

KATA PENGANTAR

Sekelumit Cat at an t ent ang Genealogi

M it os Pencipt aaan

Kepercayaan Asli M asyarakat M uyu

(9)

2.6.1.

2.6.2.

M odernisasi

Prinsip Hidup yang M enonjol

Et nik M uyu dalam Bingkai Para Pendat ang

126

Kepercayaan pada Sesuat u yang M empunyai

Daya Penyembuh

Kejadian Kesakit an

Pelayanan Kesehat an M edis M oderen

Pelayanan Kesehat an Gigi

Upaya Kesehat an Berbasis M asyarakat

Pelayanan Pengobat Tradisional

M et ode Am bokimo Kangge/ Kanggaman

M et ode Áneyòdí-W ím èm

M et ode M urupkònó

M et ode Penyembuhan M enggunakan M edia

Persembahan

M et ode Penyembuhan dengan M et ode

(10)

4.2.

PEREM PUAN M UYU DALAM PENGASINGAN

Tana Baram bon Am bip

St udi Kasus Persalinan Perempuan M uyu

Pandangan Tokoh M asyarakat ; Sepert i

(11)
(12)

Tabel 2.1. Perbandingan Populasi Ant ar pemeluk

Agama di dist rik M indipt ana, Kabupat en

Boven Digoel, Propinsi Papua

Tahun 1965-1995 39

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Dist rik M indipt ana,

Kabupat enBoven Digoel t ahun 2013 51

Tabel 2.3. Tot al Dibapt is di Onderafdeling M enurut

Kelompok Penduduk 111

Tabel 3.1. Cakupan Tuberkulosis Puskesmas

M indipt anaTahun 2013 222

Tabel 3.2. Cakupan Kasus M alaria di Puskesmas

M indipt anaTahun 2013 223

Tabel 3.3. Part isipasi Kehadiran M asyarakat pada

Posyandu Lansia di Dist rik M indipt ana

Tahun 2013 238

Tabel 3.4. Dist ribusi Sarana Perumahan di Dist rik

M indipt ana,Kabupat en Boven Digoel

Tahun 2013 275

Tabel 3.5. Dist ribusi Sarana Jamban Keluarga di Dist rik

M indipt ana, Kabupat en Boven Digoel,

Tahun 2013 281

Tabel 3.6. Dist ribusi Sarana Air Bersih di Dist rik

M indipt ana, Kabupat en Boven Digoel,

(13)

Tahun 2013 319

Tabel 4.2. Persent ase Cakupan K1 M urni dan K1 Kont ak

IbuHamil di Puskesmas M indipt ana

Tahun 2013 320

Tabel 4.3. Persent ase Cakupan Keluarga Berencana di

(14)

Gambar 2.1. Wilayah Onderafdeling M uyu t ahun 1956 28

Gambar 2.2. Suasana Kot a M indipt ana t ahun 1956 29

Gambar 2.3. Tugu t apal bat as bagian Timurw ilayah

NKRI di Sot a, M erauke 36

Gambar 2.4. M onumen Bung Hat t a di Tanah M erah,

Boven Digoel 41

Gambar 2.5. Rumah Penduduk di Kampung

Andopbit , M indipt ana 43

Gambar 2.6. Suasana Kot a M indipt ana Kini 45

Gambar 2.7. Pet a Wilayah Dist rik M indipt ana 50

Gambar 2.8. Sumber dan Tempat Penampungan Air 54

Gambar 2.9. Suasana Pelabuhan M indipt ana Tempo Dulu 56

Gambar 2.10. Suasana Bandara M indipt ana 58

Gambar 2.11. Suasana Pasar Kot a M indipt ana 145

Gambar 2.12. Suparno Sedang M enunggui Barang

Dagangannya di Emperan Rumah

Tempat nya M enginap 155

Gambar 3.1. Sickness, Illness dan Disease 195

Gambar 3.2. Kam ak Put ih (Kiri) dan

Kam ak M erah (Kanan) 208

Gambar 3.3. Pohon Bit kuk 209

Gambar 3.4. Tanaman Kòt ék 211

Gambar 3.5. Tanaman Kòw òròm dan Tet esan Air (òk)

dari Bagian yang Terpot ong 212

Gambar 3.6. Daun Gat al (at rim ) yang biasa dijual di Pasar

(15)

Sulur-sulurnya (kanan) 217

Gambar 3.9. 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas

M indipt anaKabupat en Boven Digoel, Provinsi

Papua Tahun 2013 224

Gambar 3.10. Puskesmas M indipt ana, Kabupat en

Boven Digoel 228

Gambar 3.11. Tenaga M edis dari Klinik M isi di M indipt ana

pada Tahun 1954-1956 226

Gambar 3.12. Rumah Sakit Bergerak Kement erian

Kesehat an Republik Indonesiadi

Kampung Osso, Dist rik M indipt ana 227

Gambar 3.13. Alur Rujukan Pelayanan Kesehat an di Dist rik

M indipt ana, Kabupat en Boven Digoel 228

Gambar 3.14. Ant rian Pasien di Loket Pendaft aran

Puskesmas M indipt ana 229

Gambar 3.15. Jumlah Kader dan Kader Akt ifdi W ilayah

Kerja Puskesmas M indipt ana Tahun 2013 235

Gambar 3.16. Pelaksanaan Posyandu Lansia di Kampung

Kamka 237

Gambar 3.17. Tarik-t arik Rambut dengan Lidi unt uk

men” diagnosa” Penyebab Sakit 243

Gambar 3.18. Seorang Laki-laki M uyu Sedang M omong

BayinyaSambil M erokok di Kampung Kamka 262

Gambar 3.19. Ayóm ru (Rumah Tinggi at au Rumah Pohon)

Et nik M uyu di Dekat Koreom pada

(16)

Pergeseran Bahan (Kanan) 272

Gambar 3.21. Rumah Sederhana Program RESPEK 274

Gambar 3.22. Profile Tank Penampung Air Hujan yang

Disediakan oleh Pemerint ah Kabupat en

Boven Digoel 279

Gambar 4.1. M en (Tas Rajut ) 334

Gambar 4.2. Tana Ayit 335

Gambar 4.3. W onom (Caw at ) 336

Gambar 4.4. Halaman Samping Rumah M art ina Denkok,

Tempat Ancelina Temkon Bersalin 341

Gambar 4.5. Dat a Cakupan ASI Ekseklusif (0-6 bulan)

Bulan Januari-Desember 2013di Wilayah

Puskesmas M indipt ana 349

Gambar 4.6. Daun Bomkung 351

Gambar 5.1. Bévak Sangat Sederhana unt uk Pengasingan

Pet roneladi Kampung Wanggat kibi 366

Gambar 5.2. Posisi Bévak dari Rumah Panggung Ut ama,

(17)
(18)

BAB 1

P E N D A H U L U A N

1.1. Gambaran Umum Studi

1.1.1. Latar Belakang Studi

M empersiapkan generasi penerus yang t angguh dem i

kesejaht eraan bangsa dan negara adalah t anggung jaw ab

bersama, dan harus dipriorit askan. Banyak hal yang harus

mendapat kan priorit as t ersebut , salah sat unya adalah

menyangkut pemeliharaan kesehat an generasi penerus it u

semenjak dalam kandungan sampai remaja. Pemeliharaan

kesehat an it u, baik kesehat an lahir dan bat innya.

Sement ara it u, berbicara mengenai masalah kesehat an,

t ernyat a t idaklah berdiri secara t unggal at au sendirian, t et api ia

memiliki ket erkait an dengan beberapa hal lain. Salah sat u hal

dimaksud adalah kondisi sosial budaya masyarakat dimana

masalah kesehat an t ersebut diperbincangkan. Di pihak lain,

masalah kesehat an t erkait sosial budaya masyarakat (t ernyat a)

merupakan permasalahan yang memerlukan sebuah kajian

secara mendalam dan spesifik. Terlebih kemudian apabila

dikait kan dengan budaya yang dim iliki oleh et nik t ert ent u.

Secara sederhana, w ujud budaya dapat berupa suat u

ide-ide, gagasan, nilai, norma, perat uran, dan lain sebagainya it u

sering diist ilahkan sebagai adat ist iadat . Sedangkan w ujud

budaya yang lain adalah berupa sist em sosial, yakni akt ivit as

(19)

it u, w ujud budaya dapat pula berupa bent uk benda at au hal-hal

yang dapat dilihat , diraba, dan difot o yait u hasil fisik dari

akt ifit as, perbuat an, dan karya. Dalam kont eks kesehat an, w ujud

budaya dimaksud dapat berupa, ant ara lain kosep sehat -sakit ,

alat sunat , alat penumbuk jamu, dan lain sebagainya.

Wujud budaya t ersebut merefleksikan budaya dan

ident it as sosial dari masyarakat nya. Sebuah refleksi budaya dan

ident it as sosial yang mew ujud dalam upaya mem aknai art i sehat

dan sakit nya. Pengembangan at au inovasi at as perw ujudan

budaya dimaksud dengan melibat kan peran sosial budaya lokal

yang bermanfaat bagi upaya kesehat an sangat dibut uhkan.

Target ut ama yang ingin diraih dari keinginan ini adalah

peningkat an derajat kesehat an masyarakat . Salah sat unya

melalui suat u “ int ervensi” yang dapat dit erima oleh masyarakat

pelakunya.

Hal it u apabila diyakini bahw a permasalahan kesehat an

seringkali merupakan masalah kesehat an yang lokal spesifik

t erkait dengan sosial budaya set empat . Apabila memang

demikian adanya, maka hal it u menjadi pent ing unt uk digali guna

menget ahui permasalahan mendasar dan sekaligus langkah t epat

sebagai penyelesaiannya. Akhirnya, perbaikan at au

pemberdayaan budaya yang berdampak posit if bagi kesehat an

masyarakat pemiliknya dapat segera dilakukan. Dengan

demikian kekayaan budaya Indonesia yang baik dapat t erus

dikembangkan, dilest arikan, dan dimanfaat kan secara lokal,

bahkan bila memungkinkan secara nasional.

M enjejak pada asumsi di at as, maka pemahaman t ent ang

budaya masyarakat t erkait dengan masalah kesehat an sangat

pent ing unt uk diperhat ikan. Selanjut nya, pemahaman yang

diperoleh adapat digunakan sebagai fakt or penent u menuju

keberhasilan program-program kesehat an yang bert ujuan

(20)

Sebuah kenyat aan yang t idak t erbant ahkan bahw a

t ernyat a budaya memegang peranan amat pent ing dalam

mempengaruhi st at us kesehat an masyarakat . Oleh karenanya,

sekali lagi, riset sebagai sarana unt uk melihat bagaimana budaya

dalam masyarakat it u bekerja dan membent uk perilaku sehat

pemiliknya mut lak dilakukan. Harapannya, gambaran dan

pemahaman t ersebut dapat dimanfaat kan, khususnya oleh para

pet ugas kesehat an unt uk menget ahui, mempelajari, dan

memahami apa yang berlaku di masyarakat . Berdasar budaya

yang sudah “ t erpant au” it u, akhirnya dapat dirancang program

kesehat an unt uk meningkat kan st at us kesehat an masyarakat

yang sesuai dengan permasalahan spesifik lokal. Dalam proses ini

pendekat an budaya merupakan salah sat u cara yang pent ing dan

t idak bisa diabaikan.

Upaya ini jelas bukan sesuat u yang mudah dilakukan.

Banyak fakt or yang dapat dijadikan sebagai alasannya. Salah

sat unya adalah sifat budaya it u sendiri. Budaya yang t ercermin

dalam t indakan it u t erbent uk melalui proses panjang dan dijiw ai

oleh nilai-nilai yang dijunjung t inggi oleh masyarakat

bersangkut an. Terlebih kemudian jika dihadapkan pada sebuah

kenyat aan bahw a Indonesia memiliki ribuan ragam budaya yang

hidup dan lest ari di ant ara para pemiliknya yang menghuni

ribuan pulau it u. Budaya yang bersifat khas dari masing-masing

“ pemiliknya” it u kemudian membut uhkan pemahaman secara

cermat agar t idak t erjadi kesalahan memaknainya.

Hasil pembacaan dan sekaligus pemahaman at as budaya

yang sedemikian beraneka ragam t ersebut secara spesifik,

t erut ama yang bersangkut paut dengan kearifan lokal yang

dimilikinya, (t ent u) dapat digunakan sebagai st rat egi unt uk

meningkat kan st at us kesehat an dengan t epat —secara lokal

spesifik. Sebab, diakui at au t idak, secara sederhana dapat

(21)

mempunyai persepsi kesehat an—t erut ama bersangkut paut

dengan konsep sehat -sakit —yang berbeda-beda. Dan sekali lagi,

persepsi it u sangat dit ent ukan oleh cara pandang dan ekspresi

mereka berdasarkan nilai-nilai budaya yang dimilikinya.

Sebut sebuah cont oh sederhana; set iap orang yang

t erganggu kesehat annya (sakit ) past i akan mencari jalan at au

cara unt uk menyembuhkan diri dari gangguan kesehat an at au

penyakit yang diderit anya dengan cara yang dia yakini dapat

menyembuhkan at as apa yang dikeluhkannya it u. Nah, pencarian

pengobat an, baik melalui self t reat m ent maupun dengan

bant uan t enaga kesehat an it ulah yang (seringkali) didasarkan

at as persepsi mereka t erhadap konsep sehat -sakit dalam

perspekt if budayanya.

Pengalaman menunjukkan bahw a masalah kesehat an

t idak dapat dilepaskan dari fakt or-fakt or sosial budaya dan

lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka t inggal. Fakt

or-fakt or kepercayaan dan penget ahuan budaya sepert i

konsepsi-konsepsi mengenai boleh dan t idak boleh, hubungan

sebab-akibat ant ara makanan dan kondisi sehat -sakit , kebiasaan, dan

segala hal ihw al t erkait masalah it u t ent unya berdampak

t erhadap kesehat an, baik posit if maupun negat if.

Sekedar merujuknya sebagai cont oh; dalam budaya “ Sei” ,

bayi yang baru lahir akan dit empat kan dalam rumah yang

dibaw ahnya diberi pengasapan.1 Beberapa kelompok masyarakat

di Jaw a masih mempunyai kebiasaan memberikan makanan

pisang dilumat dengan nasi unt uk diberikan kepada bayi usia dini

(kurang dari empat bulan).

1

Lihat hasil penelitian Rachm alina Soerachm an, dkk., 2009. St udi Kejadian

Kesakitan dan Kematian pada Ibu dan Bayi yang melakukan Budaya Sei di

Kabupat en Timor Tengah Selat an, Nusa Tenggara Timur.Jakart a; Badan

(22)

Dalam perspekt if penget ahuan kesehat an modern, dua

prakt ek yang t imbul karena budaya t ersebut diklaim akan

berdampak negat if kepada bayi. Prakt ek pert ama dapat

menyebabkan t imbulnya gangguan pernafasan, sedang prakt ek

kedua menimbulkan gangguan saluran pencernaan pada si bayi.

Jadi, kedua prakt ek yang lebih berdasar pada budaya it u, dalam

pandangan penget ahuan kesehat an modern dianggap

menimbulkan dampak negat if.

Hasil penelit ian Riset Et nografi Kesehat an t ahun 2012 yang

dilakukan oleh Badan Penelit ian dan Pengembangan

Kement erian Kesehat an di 12 et nik di Indonesia menunjukkan

masalah kesehat an ibu dan anak t erkait budaya kesehat an begit u

sangat memprihat inkan. Salah sat u alasan at as rasa prihat in it u

karena kepercayaan t ent ang hal-hal mist is masih melekat kuat

pada budaya mereka, khususnya menyangkut kesehat an ibu dan

anak t ersebut .

Beberapa kasus dengan sangat mudah dicont ohkan. Sebut

saja diant aranya adalah m it os bahw a ibu hamil rent an unt uk

diganggu oleh roh jahat sehingga ibu hamil harus menjalani rit ual

dan memakai jimat sert a memat uhi pant angan dan larangan agar

t erhindar dari gangguan roh jahat dimaksud. Salah sat u bent uk

pant angan it u adalah larangan mengkonsumsi beberapa jenis

makanan yang just ru mengurangi asupan pemenuhan gizi dan

(t ent unya) akan berpengaruh t erhadap st at us gizi ibu hamil dan

sekaligus janin yang dikandungnya it u sendiri.

Terdapat juga anggapan bahw a ibu yang bekerja keras saat

ia hamil akan mempermudah dan melancarkan proses

melahirkan. Padahal, keharusan unt uk t et ap bekerja keras

sampai mendekat i persalinan bagi ibu hamil, dalam perspekt if

kesehat an modern, just ru sangat membahayakan baik bagi ibu

maupun janinnya. Belum lagi masalah pilihan ut ama unt uk

(23)

merasa aman dari gangguan roh jahat sert a nyaman karena

dit unggui oleh keluarga. Pemot ongan t ali pusat dengan sembilu

(bambu yang dit ipiskan dan berfungsi sepert i pisau) juga masih

banyak digunakan unt uk memot ong t ali pusat bayi yang baru

dilahirkan.

Terdapat pula sebagian masyarakat yang masih

menggunakan ramuan yang berasal dari berbagai t umbuhan, baik

yang diminum maupun yang dimasukkan dalam liang vagina.

Prakt ek it u mereka percayai dapat mempercepat kesembuhan

dan mengeringkan vagina ibu yang habis bersalin. Selain it u

kebiasaan pijat , baik bagi ibu pasca melahirkan maupun bayi

baru lahir juga masih diprakt ekkan pada et nik t ert ent u. Demikian

juga halnya, kepercayaan memandikan bayi yang baru lahir

dengan air dingin, baik di sungai, danau at au sumber air lain

dianggap dapat menjadikan bayi lebih kuat baik fisik maupun

ment alnya.

M enjejak pada beberapa perilaku di at as, kit a semakin

t idak dapat membant ah bahw a kesehat an merupakan bagian

int egral dari kebudayaan. Sement ara pada sisi yang berbeda,

manusiaakan mampu melakukan akt ifit as kebudayaan jika dalam

kondisi sehat . Akhirnya dapat dijust ifikasi bahw a kesehat an

merupakan elemen pent ing bagi kebudayaan. Begit u pula

sebaliknya, kebudayaan juga dapat dijadikan sebagai pedoman

masyarakat dalam memahami kesehat an.

Oleh karena it u, sekali lagi, memaham i masalah kesehat an

yang ada di masyarakat melalui kebudayaannya sangat lah

pent ing dilakukan. Hal ini karena, meminjam Heddy Shri

Ahimsa-Put ra, masalah kesehat an t idak pernah dapat dilepaskan dari

sit uasi dan kondisi masyarakat dan budayanya.2 Sebagai cont oh,

2

Lihat Heddy Shri Ahim sa-Put ra (edit or), 2005. M asalah Kesehat an dalam

(24)

penelit ian yang dilakukan oleh Emiliana M ariyah dan M ohammad

Hakimi dengan judul “ Ham bat an Budaya dalam Int eraksi

Bidan-Ibu Ham il: St udi Ket aat an unt uk M eningkat kan Suplem en dan St at us Besi di Puskesm as Banyu Urip, Kabupat en Purw orejo, Jawa Tengah” . Penelit ian ini menyimpulkan bahw a masih kuat nya sist em kepercayaan dan prakt ek pant angan yang dilakukan oleh

ibu hamil. Ibu menghindari bahkan mengurangi jumlah dan jenis

makanan t ert ent u yang mengandung gizi t inggi, sert a

mengabaikan zat besi yang sangat dibut uhkan selama kehamilan.

Hal-hal it u dilakukan karena berbagai alasan yang berkait an

dengan nilai budaya set empat dan kepercayaan.3 Padahal saat

hamil, secara medis ibu dan bayi memerlukan makanan yang

bergizi dan zat besi lebih banyak. Namun dalam prakt ek, yang

t erjadi di lokasi penelit ian t ersebut adalah sebaliknya.

Disamping it u, mengut ip pandangan Ahimsa, bahw a dalam

pandangan para ilmuan sosial budaya, masalah kesehat an dalam

suat u masyarakat sangat erat kait annya ant ara fasilit as

kesehat an, sarana t ransport asi, dan komunikasi yang t erdapat di

dalam suat u masyarakat , dengan kepercayaan, jenis mat a

pencaharian sert a lingkungan fisik t empat masyarakat t ersebut

berada.4

Apabila dbaca dari perspekt if ini,maka dapat digarisbaw ahi

bahw a masalah kesehat an t idak lagi dapat dipahami dan diat asi

hanya dengan memusat kan perhat ian pada kesehat an t ubuh.

Kesehat an t ubuh adalah hasil dari proses int eraksi ant ara

unsur-unsur int ernal t ubuh dengan unsur-unsur ekst ernalnya. M eminjam

3

Emiliana M ariyah dan M ohamm ad Hakim i, 2005. Hambatan Budaya dalam Int eraksi Bidan-Ibu Hamil: Studi Ket aat an untuk M eningkatkan Suplemen dan St at us Besi di Puskesmas Banyu Urip, Kabupat en Purw orejo, Jawa Tengah Tahun 2005, 105.

4

(25)

perspekt if ini pula dapat dit arik sebuah kesimpulan, bahw a dalam

memandang persoalan kesehat an manusia, para ilmuw an sosial

budaya lebih memperhat ikan unsur-unsur ekst ernalnya,

sement ara para dokt er (t enaga kesehat an) lebih banyak berkut at

dan hanya cenderung memperhat ikan unsur-unsur int ernalnya.

1.1.2. M asalah dan Tujuan Studi

St udi ini mengambil t opik budaya kesehat an dan

dilaksanakan di beberapa w ilayah t ert ent u Indonesia dengan

kat egori kabupat en bermasalah berat kesehat an, miskin dan non

miskin ini. St udi ini diharapkan menjaw ab beragam aspek pot ensi

budaya masyarakat secara menyeluruh t erkait masalah;

Kesehat an Ibu dan Anak (KIA), Penyakit Tidak M enular (PTM ),

Penyakit M enular (PM ), dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS).

Lebih spesifik lagi, t ujuan yang ingin dicapai dalam st udi

ini adalah: (1) mengident ifikasi secara mendalam unsur-unsur

budaya yang mempengaruhi kesehat an di masyarakat , dan (2)

mengident ifikasi peran dan fungsi sosial masyarakat yang

berpengaruh t erhadap pengambilan keput usan t erkait dengan

pelayanan kesehat an.

Luaran yang diharapkan adalah meningkat nya peran

masyarakat dalam pembangunan kesehat an. Terlebih kemudian

apabila menyandarkan pada st rat egi pembangunan kesehat an—

sebagaimana t ert uang dalam Rencana Pengembangan Jangka

Panjang (RPJP) Bidang Kesehat an t ahun 2005–2025, yang ant ara

lain, menyebut kan t ent ang pemberdayaan masyarakat .

Asumsi ini berangkat dari sebuah penilaian bahw a

keberhasilan pembangunan kesehat an dan penyelenggaraan

berbagai upaya kesehat an harus berangkat dari masalah dan

(26)

sosial dan budaya set empat . At au dengan kat a lain,

pemberdayaan kesehat an masyarakat berbasis pada masyarakat .

Art inya pembangunan kesehat an berbasis pada t at a nilai

perorangan, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan keragaman

sosial budaya, kebut uhan permasalahan sert a pot ensi

masyarakat (modal sosial).

1.1.3. Batasan Studi

St udi yang dilaksanakan dalam jangka w akt u dua bulan

(M ei-Juni 2014) ini mengambil subyek penelit ian Et nik M uyu

yang t inggal at au menet ap di Dist rik M indipt ana Kabupat en

Boven Digoel, Provinsi Papua. Sekaligus mencakup pula 13 (t iga

belas) kampung yang berada di dalam w ilayah administ rat if

Dist rik M indipt ana ini.

Dua alasan mendasar yang dijadikan sebagai indikat or

penent uan lokasi ini adalah (1) Kabupat en Boven Digoel,

menurut dat a Kement erian Kesehat an RI t ahun 2007 merupakan

1 dari 19 kabupat en di Indonesia dengan ranking IPKM t erendah

t ahun 2007. Art inya Kabupat en Boven Digoel merupakan

kabupat en dengan priorit as permasalahan pada salah sat u

komponen at au indikat or IPKM yang rendah, yakni bermasalah

berat kesehat an miskin (KaA) dan non miskin (KaB), dan (2)

pemilihan lokasi menggunakan krit eria dat a Komunit as Adat

Terpencil dari Kement erian Sosial.

Dan, mendasarkan pada kedua krit eria dimaksud, maka

Et nik M uyu yang menet ap di w ilayah Dist rik M indipt ana

Kabupat en Boven Digoel dinilai memenuhi kedua krit eria

(27)

1.1.4. Desain Studi

Apabila mendasarkan pada krit eria-krit eria dan just

ifikasi-just ifikasi mengenai korelasi ant ara kesehat an dan budaya

masyarakat , sebagaimana diulas dalam sub bab lat ar belakang

st udi di at as, maka t idak berlebihan apabila dikat akan bahw a

sebenarnya st udi ini didesain sebagai ant hropologi kesehat an.

Hal ini mengingat st udi ini berusaha membaca pengaruh budaya

t erhadap pemaknaan kesehat an masyarakat pemiliknya.

M isalnya, meminjam t aw aran definisi Solit a Sarw ono, sepert i

dikut ip oleh Djekky R. Djoht , bahw a ant hropologi kesehat an

adalah pengaruh unsur-unsur budaya t erhadap penghayat an

masyarakat t ent ang penyakit dan kesehat an.5

M eskipun sebenarnya, definisi yang dit aw arkan oleh

Solit a Sarw ono t ersebut dapat dikat akan masih sempit karena

(senyat anya) ant hropologi sendiri bukan hanya t erbat as melihat

penghayat an masyarakat dan pengaruh unsur budayanya saja.

Akan t et api, sesempit apapun t aw aran yang disampaikan oleh

Solit a Sarw ono, m inimal, dapat menggambarkan ket erkait an

ant ara keduanya; kesehat an dan budaya masyarakat nya.

Penilaian sempit at as t aw aran Solit a Sarw ono t ersebut ,

paling t idak apabila disandingkan dengan konsep ant hropologi

secara makro sebagaimana dit aw arkan oleh Koent jaraningrat .

M enurut Koent jaraningrat , ilm u ant hropologi mempelajari

manusia dari aspek fisik, sosial, dan budaya.6

Di lain pihak, t aw aran pengert ian ant hropologi kesehat an

oleh Fost er/ Anderson dapat dikat akan merupakan konsep yang

5

Djekky R. Djoht , 2002. “ Penerapan Ilm u Antropologi Kesehat an Dalam Pembangunan Kesehat an M asyarakat Papua” dalam Jurnal Ant ropologi Papua Vol. 1 No. I Agust us 2002, 13.

6

(28)

t epat . Hal ini karena, sepert i dikut ip oleh Djoht , menurut

Fost er/ Anderson, ant hropologi kesehat an mengkaji

masalah-masalah kesehat an dan penyakit dari dua kut ub yang berbeda,

yakni kut ub biologi dan kut ub sosial budaya.

Adapun pokok perhat ian kut ub biologi adalah

pert umbuhan dan perkembangan manusia, peranan penyakit

dalam evolusi manusia, dan paleopat ologi (st udi mengenai

penyakit -penyakit purba). Sedangkan pokok perhat ian kut ub

sosial budaya adalah sist em medis t radisional (et nomedisin),

masalah pet ugas-pet ugas kesehat an dan persiapan profesional

mereka, t ingkah laku sakit , hubungan ant ara dokt er-pasien, dan

dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehat an

barat kepada masyarakat t radisional.7

Sement ara menurut Horacio Fabrega Jr., sebagaimana

dikut ip oleh Djoht , ant hropologi kesehat an adalah st udi yang

menjelaskan; (a) berbagai fakt or, mekanisme, dan proses yang

memainkan peranan di dalam mempengaruhi cara-cara di mana

individu-individu dan kelom pok-kelom pok t erkena oleh at au

berespon t erhadap sakit dan penyakit , dan (b) mempelajari

masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan t erhadap

pola-pola t ingkah laku.8

Berpijak pada desain dimaksud, maka st udi ini secara

khusus dit ujukan unt uk melihat , mendeskripsikan, dan memaknai

konsep sakit dan sehat dalam pandangan dan perilaku Et nik

M uyu berdasarkan budayanya. At au, st udi ini bermaksud melihat

secara ut uh dampak at au pengaruh dari budaya yang dimiliki

oleh masyarakat Et nik M uyu t erhadap cara pandangnya

mengenai konsep sehat dan sakit .

7

Djoht , 2002. Penerapan Ilmu Ant ropologi Kesehatan Dalam Pembangunan Kesehat an M asyarakat Papua, 13-14.

8

(29)

Pengaruh budaya t erhadap kesehat an t ersebut akan

dibaca menggunakan met ode et nografi. M et ode ini dipilih karena

sangat relevan dengan luaran st udi yang ingin dicapai, yakni

deskripsi suat u kebudayaan. Hal ini sekaligus memiliki kesesuaian

dengan t ujuan ut ama et nografi yakni memahami suat u

pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. M eminjam

t aw aran M alinosw ki, sepert i dikut ip oleh James P. Spradley,

bahw a t ujuan et nografi adalah memaham i sudut pandang

penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, unt uk

mendapat kan pandangannya mengenai dunianya.9

Sement ara it u, apabila menjejak pada t aw aran LeCompt e

dan Schensul dalam Emzir, maka yang dimaksudkan dengan

et nografi adalah sebuah met ode penelit ian yang bermanfaat

dalam menemukan penget ahuan yang t ersembunyi dalam suat u

budaya dan kom unit as.10

M asih mengut ip Spradley, penelit ian et nografi m elibat kan

akt ivit as belajar mengenai dunia orang yang t elah belajar

melihat , mendengar, berbicara, berpikir, dan bert indak dengan

cara-cara yang berbeda. Tidak hanya mempelajari mesyarakat ,

lebih dari it u, et nografi berart i belajar dari masyarakat .11 Oleh

karena it u, begit u mudah dapat dipahami alasan mengapa dalam

met ode et nografi ini penelit i diharuskan langsung t erjun ke

lapangan unt uk mencari dat a melalui informan.12

Terdapat (minimal) lima persyarat an yang harus dipenuhi

dalam rangka memilih informan yang baik, yakni: (1) enkult urasi

9

Jam es P. Spradley, 1997. M etode Etnografi. Jogjakart a; PT. Tiara Wacana. 3.

10

Emzir, 2011. M et odologi Penelitan Kualitat if, Analisis Data.Jakart a; PT Rajagrafindo Persada, 18.

11

Spradley, 1997. M et ode Etnografi, 3.

12

Rat na, Nyom an Kutha, 2010. M etodologi Penelit ian, Kajian Budaya dan Ilmu

(30)

penuh, (2) ket erlibat an langsung, (3) suasana budaya yang t idak

dikenal, (4) w akt u yang cukup, dan (5) non analit is.13

Sedangkan apabila berbicara mengenai manfaat

penggunaan met ode ini dalam upaya mem ahami rumpun

manusia, t erdapat lima manfaat yang akan diperoleh, yait u: a)

memberikan informasi t ent ang adanya t eori-t eori ikat an budaya

(cult ure-bound), sekaligus mengoreksi t eori sosial barat , b) menemukan t eori grounded, sekaligus mengoreksi t eori formal,

c) memahami masyarakat kecil (non-Barat ), sekaligus masyarakat

kompleks (Barat ), d) memahami perilaku m anusia sebagai

perilaku yang bermakna, sekaligus perbedaannya dengan

perilaku binat ang, dan e) yang t erpent ing adalah unt uk

memahami manusia sekaligus kebut uhan-kebut uhannya.14

Sement ara it u, kerangka konsep disusun berdasar t eori

Blum t ent ang st at us kesehat an, bahw a di dalam mempelajari

st at us kesehat an sangat dipengaruhi oleh beberapa fakt or:

perilaku, lingkungan (fisik, sosial, ekonomi, dan budaya),

pelayanan kesehat an, dan fakt or ket urunan.15 Sedang penent uan

unsur-unsur budayanya menggunakan krit eria t ujuh unsur

budaya yang dit aw arkan oleh Koent jaraningrat , yakni alam

(kedudukan dan t empat t inggal), organisasi sosial dan sist em

kekerabat an, sist em t eknologi, sist em penget ahuan, sist em mat a

pencaharian, sist em religi, dan kesenian.16

Selain mengeksplorasi unsur-unsur budaya Et nik M uyu

yang berkait an dengan kesehat an, st udi ini juga didesain unt uk

13

Spradley, 1997. M et ode Etnografi, 61.

14

Ibid., 12-20

15

Periksa Henrik L. Blum , 1974. Planning for Healt h: Development and Application of Social Change Theory. New York; Behavioral Publicat ions

16

Koent jaraningrat , 2002. M anusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakart a;

(31)

mempelajari peran pelayanan kesehat an konvensional dan

sekaligus pengaruhnya t erhadap perilaku sehat masyarakat M uyu

unt uk meningkat kan st at us kesehat annya.

1.1.5. W ilayah Kajian Studi

Apabila membaca mengenai Angka Kemat ian Ibu (AKI)

dan Angka Kemat ian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup t inggi

dibandingkan Negara ASEAN lainnya. Survei Demografi Indonesia

(SDKI) 2012 menunjukkan bahw a AKI 359 per 100.000 kelahiran

hidup dan AKB 32 per 1000 kelahiran hidup. Berdasar

kesepakat an global M DGs (M illenium Developm ent Goals) t ahun

2000 diharapkan t ahun 2015 t erjadi penurunan AKI menjadi 102

per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 23 per 1000

kelahiran hidup. Berbagai upaya Kesehat an Ibu dan Anak (KIA)

t elah dilakukan unt uk mengat asi perbedaan yang sangat besar ant ara AKI dan AKB di negara maju dan di Negara berkembang,

sepert i Indonesia.

Sement ara dat a Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi

HT sebesar 31,7%, balit a st unt ing 36,8%, dan akses sanit asi 43%.

Hal ini menunjukkan bahw a masalah kesehat an t idak hanya pada

st at us kesehat an ibu dan anak saja, namun t ermasuk masalah

penyakit t idak menular, gizi, dan PHBS.

Dat a Susenas 2007 menunjukkan bahw a hanya sekit ar

35% penduduk sakit yang mencari pert olongan ke fasilit as

pelayanan kesehat an. Tampaknya penduduk cukup banyak yang

t idak memanfaat kan fasilit as kesehat an t erbukt i 55,4%

persalinan t erjadi di fasilit as kesehat an dan masih banyak yait u

(32)

melahirkan di rumah 51,9% dit olong bidan dan masih t erdapat

40,2 yang dit olong dukun bersalin.17

Sedangkan dat a Riskesdas 2010 menunjukkan bahw a

set ahun sebelum survei, 82,2% persalinan dit olong oleh t enaga

kesehat an namun masih ada kesenjangan ant ara pedesaan

(72,5%) dan perkot aan (91,4%). M asih t ingginya pemanfaat an

dukun bersalin sert a keinginan masyarakat unt uk melahirkan di

rumah, t erkait dengan fakt or-fakt or sosial budaya.

Sement ara apabila melihat Renst ra Kem ent erian

Kesehat an t ahun 2010-2014 t ent ang program Gizi dan KIA

menyebut kan beberapa indikat or t ercapainya sasaran hasil t ahun

2014. Indikat or-indikat or t ersebuat adalah (1) persent ase

pert olongan persalinan oleh t enaga kesehat an t erlat ih sebesar

90%,(2) kunjungan neonat al pert ama (KN1) sebesar 90%, dan (3)

persent ase balit a yang dit imbang berat badannya (jumlah balit a

dit imbang/ balit a seluruhnya at au D/ S) sebesar 85%.18

M endasarkan pada dat a-dat a di at as, maka w ilayah kajian

dari st udi ini, sebagai dijelaskan dalam ruang lingkup masalah

st udi, yakni Kesehat an Ibu dan Anak (KIA), Penyakit Tidak

M enular (PTM ), Penyakit M enular (PM ), dan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Hanya saja, keempat it em dimaksud,

t idak dijelaskan secara keseluruhan dan mendet ail dalam buku

ini. Hal ini dilakukan karena st udi ini dikhususkan membaca

secara spesifik dan ut uh bagian-bagian t ert ent u dari keempat

w ilayah kajian dimaksud.

17

Badan Penelitian dan Pengem bangan Kesehat an RI., 2010. Laporan Nasional Riset Kesehat an Dasar Tahun 2010. Jakart a; Badan Lit bangkes RI.

18

(33)

1.1.6. Kelemahan-kelemahan Studi

Deskripsi t ent ang Et nik M uyu dalam kait an ant ara

unsur-unsur yang mempengaruhi dan membent uk budaya dan

(sekaligus) pengaruhnya t erhadap cara pandangnya t erhadap

konsep sehat -sakit sudah diupayakan sedet ail mungkin. Namun,

penelit i yakin masih t erdapat banyak celah yang membut uhkan

diskusi lebih lanjut dan panjang at asnya. Sebut sat u hal misalnya

menyangkut w ilayah t empat t inggal Et nik M uyu it u sendiri.

Dari perspekt if ket ercakupan w ilayah t inggal, jelas st udi

ini t idak berkompet ensi unt uk mencakup seluruh w ilayah

geografis dimana keseluruhan et nik ini berdiam , menet ap, dan

membent uk budayanya. Terlebih kemudian (apabila)

mendeskripsikan at as perkembangan suku ini set elah mengalami

pergumulan panjangnya dengan pihak-pihak lain, t erut ama kaki

t angan modernisasi. Oleh karena it u, Et nik M uyu yang

dideskripsikan secara (ut uh) dalam st udi ini hanya Et nik M uyu

yang menet ap di w ilayah administ rat if Dist rik M indipt ana, dan

bukan Et nik M uyu yang menet ap di w ilayah, baik dist rik-dist rik

maupun kampung-kampung di w ilayah dist rik-dist rik t ersebut .

Belum lagi apabila menyangkut persoalan sub suku

(marga) yang t erdapat dalam suku ini. St udi t ent ang kesehat an

dalam kait annya dengan budaya ini t idak pula hendak

memaparkan secara menyeluruh t ent ang hal dimaksud menurut

masing-masing sub suku (marga) t ersebut . M eskipun demikian,

hampir t idak t erdapat perbedaan yang menonjol ant ara

masing-masing sub suku (marga) dalam kait annya dengan konsep budaya

dan kesehat annya. Hal ini karena, meskipun t erdapat

berpuluh-puluh marga dalam sat u suku ini, namun dalam hal prinsip hidup

t idak t erdapat perbedaan. Perbedaan yang menonjol hanya

(34)

1.2. Kajian Terdahulu

St udi t ent ang Papua, khususnya mengenai Et nik M uyu

t elah dilakukan oleh beberapa penelit i, diant aranya adalah:

J.W. Schoorl19 dengan judul Kebudayaan dan Perubahan

Et nik M uyu dalam Arus M odernisasi Irian Jaya. Hasil penelit ian yang kemudian dit erbit kan oleh Grasindo di t ahun 1997 ini

mengkaji t ent ang masyarakat Et nik M uyu dan segala sendi

kehidupannya dalam pengaruh arus modernisasi, pengaruh para

pendat ang, t ermasuk adanya pengaruh gerakan keselamat an dari

M erauke.

Eric Rum lus melakukan penelit ian pada masyarakat Et nik

M uyu dan t elah dit erbit kan oleh Pusat Past oral Yogyakart a t ahun

1980 dengan judul Penggunaan Kekuat an-Kekuat an Gaib dalam

Et nik M uyu (Irja). Penelit ian Rumlus ini membahas t ent ang sist em religi yang meliput i seluruh segi kehidupan masyarakat

Et nik M uyu, meski juga t elah menganut agama-agama modern

yang didominasi agama Kat olik.

Selain it u, juga t erdapat sebuah art ikel yang dit ulis oleh

Dew i Indraw at i berjudul “ Kearifan Lingkungan pada M asyarakat

M uyu Provinsi Irian Jaya” . Art ikel ini menjadi salah sat u bagian

dari sebuah buku yang berjudul Bunga Ram pai Kearifan

Lingkungan.

19

J.W. Schoorl adalah kepala onderafdeling (kabupat en) M uyu dari aw al t ahun

1955 hingga pert engahan t ahun 1956. Pada aw alnya Schoorl hanya

m enjalankan t ugas unt uk m enyelidiki kondisi sosial buruh dari gubernur

daerah yang pada w akt u it u adalah Nederlands-Nieuw -Guinea, yaitu J. van

Baal, dan di baw ah pengaw asan C.J. Grader, yang pada w akt u it u sebagai

Kepala Urusan Pribum i. Schoorl m engadakan penelit ian it u di desa Kaw angt et dan Yibi. Schoorl t inggal dua pekan di m asing-m asing desa it u, dan juga

m engum pulkan dat a di M indipt ana. Schoorl sangat popular di m at a para

orang-orang tua Etnik M uyu yang menjadi inform an dalam riset et nografi

(35)

1.3. Sistematika Buku

Selanjut nya, di bagian ini pula akan dideskripsikan

mengenai st rukt ur/ isi buku. Buku ini t erdiri at as enam bab

dengan beragam t opik di masing-masing babnya. M eski

demikian, deskripsi dan analisis yang dilakukan t et ap dalam

ruang lingkup kajian dan t idak sama sekali keluar dari w ilayah

st udi yang direncanakan. Keenam bab at au bagian t ersebut

dideskripsikan secara umum sebagai berikut :

Bab I menjelaskan t ent ang gambaran umum at as st udi

yang dilakukan, lat ar belakang, masalah dan t ujuan st udi, sert a

bat asan-bat asan st udi. Kemudian dilanjut kan dengan

pembahasan masalah desain st udi, w ilayah kajian,

kelemahan-kelemahan, kajian st udi t erdahulu sert a sist emat ika buku.

Bab 2 menjelaskan t ent ang sejarah, asal-usul, sert a

perkembangan yang t erjadi pada masyarakat Et nik M uyu. Pada

bagian ini akan dijelaskan perihal genealogi, asal-usul, suku

bangsa, bahasa, sert a prinsip hidup yang menonjol bagi orang

M uyu. Selain it u juga akan dipaparkan profil orang M uyu dalam

pandangan para pendat ang.

Bab 3menjelaskan t ent ang pot ret dan dinamika budaya

kesehat an yang berlaku pada masyarakat Et nik M uyu. Pada

bagian ini dijelaskan masalah konsep sehat -sakit Et nik M uyu yang

juga akan diperbandingkan dengan beberapa Et nik lain di w ilayah

Papua. Selain it u juga dipaparkan t ent ang pengobat an t radisional

sert a modern, dan juga perilaku hidup bersih dan sehat

masyarakat Et nik M uyu.

Bab 4 menjelaskan secara lebih spesifik budaya kesehat an

khusus pada ibu dan anak. Pada kesehat an ibu at au perempuan

akan dibahas sesuai dengan pent ahapan masa remaja, masa

kehamilan, masa persalinan, dan masa nifas. Selain it u juga

diuraikan t ent ang penget ahuannya dalam hal kesehat an

(36)

masa bayi at au anak-anak, yait u masa neonat us dan bayi sert a

pola menyusui yang berlaku bagi bayi Et nik M uyu

Bab 5 menjelaskan lebih lanjut bahasan kesehat an ibu

dan anak dalam t emat ik t ent ang pengasingan perempuan Et nik

M uyu saat persalinan. Pada bagian ini dideskripsikan st udi kasus

pada salah sat u perempuan M uyu yang mengalami pengasingan

saat melakukan persalinan. Selain it u juga dipaparkan pandangan

t okoh masyarakat dan juga pandangan masyarakat t ent ang hal

t ersebut .

Bab 6 menjelaskan t ent ang cat at an penelit i t erhadap

keseluruhan isi buku yang dirangkum dalam beberapa

kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan t ersebut

penelit i mencoba melemparkan rekomendasi yang disesuaikan

dengan kondisi yang spesifik lokal unt uk menjam in fisibilit as dari

(37)
(38)

BAB 2

SEPENGGAL SEJARAH ASAL-USUL

DAN PERKEM BANGAN

M endeskripsikan t ent ang eksist ensi Et nik M uyu—dengan

segala t et ek bengeknya—t idak ubahnya mengurai gulungan

panjang benang sejarah umat manusia, khususnya masyarakat

Papua. Terlebih khusus lagi masyarakat di Provinsi Papua bagian

Selat an. Hal ini disebabkan Et nik M uyu ini memiliki sejarah yang

begit u panjang dan kompleks. Di sat u pihak, kompleksit as it u

menyangkut pemahaman dan keyakinan menyangkut asal-usul

(genealogi) dan perilaku sebagai ekspresi at as pemahaman dan

keyakinan dalam w ujud budayanya. Sedangkan di pihak lain, juga

bert alian dengan hiruk-pikuk konst alasi polit ik, ekonomi, agama

dan t radisi (budaya) yang melingkari dan mew arnai hidup dan

kehidupan mereka selama ini.

Terlebih kemudian, apabila menyebut M uyu, t ernyat a,

bukanlah berart i t unggal, sat u. Sebab di dalamnya t erdapat

banyak sub suku (marga/ fam) yang t idak hanya berbeda nama,

berbeda dalam dialek bahasanya, juga berbeda dalam beberapa

prinsip hidup lainnya. Kompleksit as it u semakin menampakkan

w ujudnya ket ika kit a berupaya melukiskan bagaimana proses

t egur-sapa mereka dengan budaya lain yang (t iba-t iba) hadir, hilir

mudik, dan hidup di t engah-t engah mereka. Perset ubuhan (baca:

int eraksi dan akult urasi) dengan budaya lain it u jelas semakin

(39)

Sebelum secara khusus berbicara mengenai Et nik M uyu

ini, mungkin lebih sempurna apabila dieksplorasi t erlebih dahulu

mengenai kebudayaan Papua secara umum. Hal ini menjadi

pent ing karena Et nik M uyu dan segala hal yang bersangkut paut

dalam kebudayaannya menjadi sat u bagian yang t idak

t erpisahkan dari kebudayaan masyarakat Papua secara

keseluruhan.

Pulau Irian (kini Papua) yang berbent uk seekor burung

raksasa, secara polit is t erbagi at as dua bagian dengan garis

pembat as sekit ar 141

BT. Bagian yang t erlet ak di bagian Barat garis pembat as t ersebut adalah Provinsi Papua yang merupakan

provinsi paling Timur di Indonesia. Sedangkan bagian Barat

adalah negara Papua New Guenia (PNG).

Sedangkan bat as w ilayahnya dapat dikemukakan sebagai

berikut :

1) Sebelah Ut ara berbat asan dengan Laut an Teduh

(Samudera Pasifik) dan Laut Halmahera

2) Sebelah Timur berbat asan langsung dengan negara PNG

3) Sebelah Selat an berbat asan dengan Laut Arafura dan

Benua Aust ralia

4) Sebelah Barat berbat asan dengan Laut Seram, Laut

Banda, dan Provinsi M aluku.

Bagian Ut ara Pulau Papua t erdapat banyak pulau yakni,

ant ara lain Pulau Yapen, Numfor, Supiori, kepulauan Padaido dan

Pulau Ron (berada di Teluk Cendraw asih). Di bagian Ut ara kepala

burung dekat Provinsi M aluku t erdapat Pulau Bat ant a, Salaw at i,

Doom, Waigeo, M isol, dan gugusan Pulau Pam, Kofiau, dan masih

t erdapat pulau-pulau kecil lainnya yang dikenal dengan gugusan

kepulauan Raja Ampat . Sedangkan di bagian Selat an t erdapat

pulau-pulau sepert i: Pulau Adi, Aiduma, Naurio, Yos Sudarso

(40)

Selain it u, di pulau ini juga t erdapat beberapa t eluk dan

sungai yang cukup besar dan memiliki pot ensi sumber daya alam

(SDA)20. Teluk-t eluk t ersebut sebagian t erdapat di bagian Ut ara,

di ant aranya; Teluk Yos Sudarso (dulu dinamakan Teluk

Humbold). Tanah M erah, Cendraw asih (dulu dinamakan Teluk

Geelvink/ Saireri, Wandamen, Berau/ Bint uni. Sedangkan di bagian

Selat an t erdapat t eluk, ant ara lain; Teluk Arguni dan Teluk Trit on.

Sement ara sungai-sungai yang ada ant ara lain; Sungai

M amberamo (95 km), Grime, Tami, Kais, Kamundan, Balim, Digul,

Bian, dan lain-lain yang bermuara ke Laut Arafura.

Sedangkan pegunungan-pegunungan yang t erbent ang di

pulau ini yait u dari arah Barat (daerah kepala burung) ke Timur

(PNG) ant ara lain; pegunungan Tamerau, Arfak, Cant ier, Wyland,

Nasaw , Sudirman, Jayaw ijaya—dengan puncak-puncaknya:

Puncak Jaya (5.030 m)21, Puncak Trikora (4.750 m), dan Puncak

Yamin (4.595 m).

Sement ara it u, apabila membincang t ent ang nam a “ orang

Papua” yang saat ini dikenal sebagai sebut an unt uk suku

bangsa-suku bangsa yang berada di pulau paling ujung Timur kaw asan

NKRI ini t elah mengalami beberapa kali penamaan berdasarkan

pekembangan sejarah. Orang Belanda dahulu menyebut pulau ini

dengan sebut an “ Niew -Guinea” (Guinea Baru). Sedangkan pelaut

Spanyol, Ynigo Ort iz de Ret es (1545) menyebut dengan sebut an

“ Neuva Guinea” . Sebut an it u, didasarkan pada kondisi penduduk

20

Sum ber daya alam t ersebut ant ara lain adalah t ambang minyak, gas, t em baga, em as, nikel, dan sejumlah flora dan fauna di darat an m aupun di laut an.

21

Puncak Jaya ini m emiliki keajaiban t ersendiri di dunia karena m eskipun t erlet ak di daerah tropis nam un puncak t ersebut diselim ut i salju abadi

(41)

yang berkulit hit am dan mengingat kannya dengan penduduk

pant ai Guinea di Benua Afrika.22

Sebut an lainnya adalah Papua yang mula-mula dipakai

oleh pelaut Port ugis, Ant onio d’Arbreu yang mengunjungi pant ai

Papua pada t ahun 1551. Nama it u sebelumnya dipakai oleh

Ant onio Pigafet t a pada w akt u berada di laut M aluku pada t ahun

1521. Kat a “ Papua” berasal dari kat a M elayu “ Pua-pua” yang

berart i “ kerit ing” .23

Dalam Konferensi M alino t ahun 1964, nama “ Iryan”

diusulkan oleh F. Kaisepo. Kat a it u berasal dari bahasa Biak yang

art inya “ Sinar mat ahari yang m enghalau kanut di Irian” , sehingga

ada “ harapan bagi para nelayan Biak unt uk m encapai t anah

darat an Irian” . Pengert ian lain dari kat a ini juga berasal dari bahasa Biak, bahw a Irian it u berasal dari dua kat a, yakni “ Iri” dan

“ ryan” . Iri berart i “ dia” (Dia yang dimaksud di sini adalah Tanah)

dan ryan berart i “ panas” . Sehingga art i kat a Irian adalah “ t anah

yang panas” . M asyarakat M arind-Anim di pant ai Selat an mengat akan kat a Irian berart i “ t anah air” . Akhirnya, presiden

Soekarno sebagai orang pert ama yang mempopulerkan kat a Irian

sebagai singkat an dari “ Ikut Republik Indonesia Ant i

Nederland” .24

Sedangkan, apabila perihal kebudayaan Papua, para

ant ropolog mencoba menaw arkan berbagai sisi mengenai

kebudayaan Papua ini. Walker dan M ansoben sepert i dikut ip

oleh Djekky R. Djoht misalnya, menggolongkan masyarakat dan

kebudayaan Papua dalam t iga kat egori, t ipe-t ipe mat a

22

Tim Prodi Ant ropologi Fisip Uncen, 1991. Kebudayaan, Kesehat an Orang dalam Perspekt if Ant ropologi. Jayapura; Universit as Cendraw asih, 5.

23

Koent jaraningrat , 1933. Irian Jaya: M embangun M asyarakat M ajemuk. Jakart a; Djam bat an.

24

(42)

pencaharian yang berkembang di t iga t ipe ekologi at au

lingkungan, yakni (1) daerah raw a-raw a, pant ai, dan banyak

sungai, (2) daerah kaki bukit dan lembah-lembah kecil, dan (3)

daerah dat aran t inggi.25

M engkrit ik kat egori yang dit aw arkan oleh Walker dan

M ansoben karena kat egori it u dianggap mereduksi

keanekaragaman kebudayaan-kebudayaan di Papua ke dalam

kat egori mat a pencaharian, Parsudi Suparlan mencoba

menaw arkan pembagian pola-pola kebudayaan di Papua dalam

suat u penggolongan yang lebih luas. Taw aran penggolongan

t ersebut adalah:

a. Wilayah pant ai dan pulau yang t erdiri at as:

1) daerah pant ai Ut ara,

2) daerah-daerah pulau Biak-Numfor, Yapen, Waigeo, dan

pulau-pulau kecil lainnya, dan

3) daerah pant ai Selat an yang penuh dengan daerah

berlum pur dan pasang surut sert a perbedaan musim

kemarau dan hujan yang t ajam;

b. Wilayah pedalaman yang meliput i:

1) daerah sungai-sungai dan raw a-raw a,

2) daerah danau dan sekit arnya, dan

3) daerah kaki bukit dan lembah-lembah kecil;

c. Daerah dat aran t inggi sebagaimana dikemukakan oleh Walker

dan M ansoben.26

Sat u lagi pengelompokkan masyarakat Papua adalah

sebagaimana yang dit aw arkan oleh Koent jaraningrat .

25

Djekky R. Djoht , 2002. “ Penerapan Ilm u Antropologi Kesehat an Dalam Pembangunan Kesehat an M asyarakat Papua” , 23.

26

Lebih lanjut periksa Parsudi Suparlan, 1994. “ Keanekaragam an Kebudayaan, St rat egi Pem bangunan dan Transform asi Sosial” dalam Bulet in Penduduk dan

(43)

Koent jaraningrat , sebagaimana dikut ip oleh Beni Giay,

mengelompokkan masyarakat Papua berdasarkan let ak geografis

dan mat a pencahariannya menjadi t iga kelompok, yakni:

1. Penduduk Pant ai dan Hilir

Kelompok ini t elah mengadakan kont ak dengan dunia

modern/ luar kurang lebih sekit ar 100 t ahun yang lalu, dan

sudah beragama Krist en dan Roma Kat olik. M ereka sudah

mengalami pendidikan formal dan kebut uhan hidup

t ergant ung pada pasar dengan sumber alam yang melimpah.

2. M asyarakat Pedalaman

Kelompok-kelompok kecil yang t inggal di sepanjang sungai, di

hut an-hut an rimba. M ereka adalah peramu yang sering

berpindah-pindah t empat t inggal, jumlah penduduknya t idak

besar. Adapun yang t ermasuk dalam kelompok ini adalah

orang-orang Bauzi, Kerom, Waropen, Asmat Hulu, dan

lain-lain.

3. M asyarakat Pegunungan Tengah

Kelompok masyarakat ini t erdiri at as berbagai suku bangsa

yang t inggal di lembah-lembah, di pegunungan t engah yang

t erdiri at as pegunungan M ooke, Sudirman. Saat ini, mereka

pada umumnya t inggal di kabupat en Paniai dan Jayaw ijaya

dan jumlah penduduknya sangat padat . Pemeliharaan babi

dan pembudidayaan ubi jalar merupakan kegiat an ekonomi

yang sangat pent ing.27

Sement ara, apabila berpijak pada Indeks of Language

Jayapura, sepert i dikut ip oleh Djekky, Papua apabila dilihat dari

sudut suka bangsa berdasarkan bahasa, maka di seluruh w ilayah

27

Beni Giay, 1996. “ Pem bangunan Irian Jaya dalam Perspekt if Agam a, Budaya,

(44)

Papua t erdapat lebih dari 271 suku bangsa. Art inya, di Papua

t erdapat lebih dari 271 kebudayaan.28

Deskripsi di at as, hanyalah sekedar ingin menunjukkan

bet apa begit u “ luar biasanya” kekayaan budaya yang dimiliki oleh

masyarakat Papua. M eskipun Et nik M uyu menjadi bagian yang

t idak t erpisahkan dan sangat mungkin masuk dalam sat u at au

lebih kat egorisasi yang dit aw arkan t ersebut , namun memasukkan

secara kaku ke dalam sat u kat egori t ert ent u, sangat mungkin

akan berdampak generalisasi dan menjebak analisis-analisis

at asnya.

Oleh karena it u, adalah sebuah pilihan bijak apabila

“ membaca” dan kemudian “ mencerit akan kembali” perihal

pernik-pernik kebudayaan Et nik M uyu—baik masa lalu dan/ at au

kekiniannya—haruslah dengan penuh kehat i-hat ian agar t idak

t erjebak dalam simplikasi dan generalisasi yang berujung pada

pemaksaan pemaknaan t erhadap mereka. Hal ini karena Et nik

M uyu adalah sebuah pelangi; penuh w arna, penuh cerit a.

2.1. M indiptana: Kota Tua M uyu

Secara geografis, mengut ip J.W. Schoorl, daerah Et nik

M uyu t erlet ak di dalam zona kaki gunung dan lembah-lembah

kecil, meliput i daerah Sent ani, Nimboran, dan Ayamaru. Et nik

M uyu menempat i Onderafdeling M uyu yang berupa sebidang

t anah sempit , hampir bujur sangkar, di sepanjang bat as PNG.

Sebagian kecil dari suku bangsa it u menempat i w ilayah PNG.

Di samping it u, Onderafdeling M uyu (juga) merupakan

daerah peralihan ant ara t anah dat ar di pant ai dan daerah

pegunungan t engah. Di bagian Selat an w ilayah it u, t anahnya

28

Lihat Djekky R. Djoht , 2002. “ Penerapan Ilm u Ant ropologi Kesehat an dalam

(45)

dat ar namun di dekat Sungai Fly t erdapat raw a-raw a luas. At au

t epat nya, berada di ant ara pert emuan Sungai M uyu dan Kao dan

garis lint ang M indipt ana, sebagaimana dit unjukkan dalam pet a

berikut :

Gambar 2.1.

(46)

M asih menjejak pada Schoorl—sebagaimana pet a di at as,

saat it u, Et nik M uyu menempat i onderafdeling dengan nama

yang sama, M uyu. Bat as Ut aranya adalah pegunungan bint ang

(gunung st ar), sedangkan bat as sebelah Barat onderafdeling ini

adalah—saat it u—bernama onderafdeling Boven Digoel. Bat as

Selat annya memanjang dari sungai Kao dan sungai Digoel dan

berbat asan dengan (saat it u) onderafdeling M erauke. Adapun

w ilayah sebelah Timur berbat asan dengan PNG. Daerah yang

hampir bujur sangkar dari onderafdeling M uyu it u panjangnya

sekit ar 180 km dan lebarnya 40-45 km, meliput i 7.800 km2.

Seluruh luas Irian Jaya (Papua sekarang) kira-kira 416.000 km2.

Gambar 2.2.

Suasana Kot a M indipt ana t ahun 1956 Sum ber: Schoorl, 1997

Sejak t ahun 1926 ket ika Boven Digoel dibent uk,

onderafdeling M uyu menjadi bagiannya, t ermasuk afdeling (residensi) Nugini Selat an. Kot a t erpent ingnya adalah

(47)

t anggal 12 Januari 1955, onderafdeling M uyu dipisahkan dari

onderafdeling Boven Digoel.29

M elalui pergulat an panjang sejarah, M indipt ana—

t epat nya Dist rik M indipt ana, saat ini, merupakan salah sat u

dist rik dari Kabupat en Boven Digoel30 yang berbat asan langsung

dengan Negara PNG dan memiliki luas w ilayah 448,17 km2 at au

1,65% dari rasio t ot al luas w ilayah Kabupat en Boven Digoel.

Dist rik yang berpenduduk 4.238 jiw a ini berjarak 480 km dari

M erauke, sement ara jarak dari dan ke Tanah M erah, ibu kot a

Kabupat en Boven Digoel adalah 72 km.31

M indipt ana kini adalah M indipt ana yang t elah berubah.

Bukan hanya st at us administ rat ifnya yang t idak lagi menjadi

bagian dari afdeling Nugini Selat an, t et api kot a ini juga t elah

menggeliat dalam berbagai sendi dan sekt or kehidupannya.

Sebut saja sat u hal, masalah t ransport asi dan cara menjangkau

lokasi Kot a M indipt ana ini misalnya. Dari M erauke, t ransport asi

darat , sungai, udara, sudah dapat mencapai kot a t ua dan

bersejarah bagi Et nik M uyu ini.

Ket ika menuju lokasi penelit ian, penelit i sengaja memilih

rut e perjalanan darat dari M erauke ke Tanah M erah, baru

melanjut kan—masih via darat —Tanah M erah ke M indipt ana.

M emilih rut e darat dari M erauke ini bukanlah t anpa alasan;

penelit i ingin melihat secara dekat dan merasakan secara

29

Periksa J.W. Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu dalam Arus M odernisasi Irian Jaya. Jakart a; Grasindo, 25-26.

30

Sem enjak dikeluarkannya Perat uran Pem erint ah Daerah No. 11 t ahun 2008 t ent ang pem bent ukan 36 (t iga puluh enam ) kam pung baru, saat ini Kabupaten Boven Digoel m em iliki 20 dist rik dengan jum lah t ot al kampung sebanyak 112 kam pung. Periksa Periksa BPS Kabupaten Boven Digoel, 2012. Boven Digoel dalam Angka.Tanah merah; BPS Boven Digoel, 40.

31

(48)

langsung jengkal per jengkal alam dan budaya masyarakat

sepanjang jalan dari M erauke sampai M indipt ana. M enikmat i

inchi per inchi kekayaan budaya bumi Indonesia, t erut ama

“ mut iara” yang t erkandung di belant ara Papua, t erut ama Papua

bagian Selat an, jelas sebuah kemew ahan t ersendiri bagi penelit i.

Begit u keluar dari kot a M erauke, penelit i langsung

disambut jalanan beraspal sedikit menanjak dan

berlubang-lubang hampir merat a di sepanjang ruasnya. “ Jalan ini sudah

sangat bagus dan mulus” , demikian koment ar Syahib, Kepala

Bidang P2PL dan Plt . KTU Dinas Kesehat an Kabupat en Boven

Digoel yang mengant arkan penelit i menuju lokasi. Kondisi jalan

berlubang nan merat a it u t idak sedikit pun menghalangi

kencangnya laju mobil yang penelit i t umpangi, hingga angka di

spidomet er selalu menunjuk 100-120 km/ jam. “ Bagaikan sedang

berlom ba di arena off road” , begit u yang penelit i rasakan karena

hampir-hampir pant at ini t idak menempel sempurna di kursi.

Selalu t erangkat dan t ubuh ham pir melompat dari kursi yang

penelit i duduki.

Semakin lama dan kencang mobil melaju, semakin

memasuki hut an belant ara yang sepi dan hanya menyisakan

hut an lebat dengan raw a-raw a di sepanjang kanan kiri jalan.

Jalan ini t erasa membelah belant ara Papua dengan hut an

t anaman t ropis yang berjejer rapi di kanan kiri jalan yang t idak

lagi nampak menjulang t inggi. Tingginya rat a-rat a berkisar ant ara

10-15 met er. Kemungkinan besar penebangan hut an dengan

seabrek alasan pembenarnya t elah membuat sebagian besar hut an di Papua, khususnya w ilayah Papua Selat an ini t idak

peraw an lagi. Paling t idak kondisi pemandangan hut an sepert i

it ulah yang penelit i t emukan di sepanjang w ilayah perbat asan

(49)

Seolah mengamini pernyat aan Syahib, dr. Viviana

M aharani Prodjokusumo, Kadinkes Kabupat en Boven Digoel yang

semobil dengan penelit i menimpali,

“ ...ee, kondisi jalan begini ini mem ang sudah sangat baik lho.. sehingga sangat m em udahkan kami. Kalau t ahun-t ahun sebelum 2008, sebelum jalan ahun-t rans ini diperbaiki, kam i set engah m at i m elew at inya. Bisa-bisa dibut uhkan dua at au t iga hari w akt u perjalanan dari M erauke ke Tanah M erah at au sebaliknya. Terlebih apabila ada kendaraan yang t ert anam lum pur karena jalanan m em ang belum beraspal, w ah… bisa-bisa sampai sem inggu di jalan. Saat ini, hanya jem bat anlah yang m asih m enjadi kendala besar bagi rut e ini.”

Bagaimana jalan yang meski sudah diaspal t et api

berlubang di sana-sini, bahkan sebagian di ant aranya belum

t ert ut up aspal sama sekali sepert i ini dikat akan sudah sangat

bagus dan mulus? Penelit i hanya dapat membayangkan

bagaimana suasana dan kondisi jalan saat it u.

Belum lagi kondisi jembat an yang sangat memprihat inkan.

Di sepanjang jalan darat dari M erauke hingga Tanah M erah, t idak

kurang dari 55 jembat an dengan panjang masing-masing ant ara

10-30 met er. Dari jumlah it u, 22 di ant aranya sedang dalam

pengerjaan dengan kondisi penyelesaian yang bervariasi. Ada di

ant aranya hampir selesai, t et api t idak kurang banyak juga yang

baru nampak bangunan dasarnya saja, belum ada kerangka besi

siap dicor, apalagi siap unt uk dilalui kendaraan di at asnya.

Alhasil, kendaraan yang melint asinya harus mengambil

ruas jalan di samping jembat an yang sedang dibangun it u. Ruas

jalan yang berupa urukan t anah liat menut upi aliran sungai. Tidak

mengherankan apabila ada sat u kendaraan yang t ert anam di

jalan t anah liat berlumpur it u dibut uhkan w akt u berhari-hari

bahkan berminggu unt uk mencapai jarak 480 km dari M erauke

(50)

Oleh karena it u dapat dimengert i mengapa kendaraan

yang melint asi jalanan ini dipacu dengan kecepat an begit u t inggi.

Pert am a, kondisi cuaca yang susah diprediksi, sebent ar langit nampak cerah dan panas, namun secepat it u pula bergant i

dengan mendung t ebal dan hujan. Apabila melihat kondisi

geografisnya, curah hujan di w ilayah ini memang t ermasuk t inggi.

Bukit barisan t engah memiliki pengaruh yang dominan at as curah

hujan di w ilayah ini. Dat angnya arah angin dari pegunungan it u

mempunyai dampak “ menghalau” yang memaksa angin naik dan

uapnya berkondensasi menjadi hujan.

Jumlah curah hujan t ert inggi di w ilayah ini t erjadi pada

bulan M aret , yakni mencapai 800,5 mm dan yang t erendah

t erjadi pada bulan Agust us mencapai 175,9 mm. Sehingga rat

a-rat a curah hujan mencapai 431,67 mm dan jumlah hari hujan

dalam set ahun sebanyak 225 hari.32

Kondisi cuaca yang t idak menent u dengan curah hujan

t inggi sepert i it ulah, salah sat u alasan mengapa kendaraan harus

dipacu dengan kecepat an t inggi. Sebab jika t idak, saat hujan

t urun dan mobil t ert anam di jalan alt ernat if it u, maka harus

siap-siap unt uk bermalam di jalan it u.

Kedua, kondisi arus lalu lint as yang melint as di jalan ini sangat sepi. Bagaimana t idak dikat akan sepi, sepanjang

perjalanan menem puh jarak 480 km it u, kendaraan yang penelit i

t umpangi hanya berpapasan dengan 49 mobil, 10 di ant aranya

berjalan se-arah, ke Tanah M erah. Sedangkan pengendara mot or

yang kami t emui sepanjang perjalanan it u t idak lebih dari 42

mot or. M eskipun demikian, kondisi lalu lint as sepert i ini sudah

32

Lihat Badan Pusat St at ist ik Kabupat en Boven Digoel, 2012. Boven Digoel dalam Angka, 24; bandingkan dengan Schoorl, 1997. Kebudayaan dan

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Tabel 2.1.  Perbandingan Populasi Antar Pemeluk Agama di
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Hasil penelit ian t idak berak hir pada generalisasi, yait u pada prinsip aplik asi hasil penelit ian dalam k eadaan populasi yang lebih luas at asdasar st udi sampel yang t elah

Apabila t idak dat ang pada saat yang t elah dit ent ukan t anpa pemberit ahuan secara resmi maka dianggap m engundurkan diri dan dinyat akan gugur. Demikian disampaikan,

76 - 90 Hasil kerja memp unyai 1 at au 2 kesalahan kecil, t idak ada kesalahan besar, revisi, dan pelayanan sesuai st andar yg t elah dit ent ukan dll. 61 - 75 Hasil kerja m empunyai

M embaw a semua dokumen , dat a dan inform asi Asli at au Foto Copy (dilegalisir) sebagaim ana yang t elah diupload/ dient ri dalam aplikasi SPSE sesuai dengan

mempunyai pengaruh yang relat if kurang dalam meningkat kan kemampulabaan perusahaan. Hal ini t idak sesuai dengan hipot esis yang diduga. At au biasa dikat akan pada t

Ada juga gereja yang beralasan menerima perempuan menjadi pemimpin karena semua orang, laki-laki dan perempuan sama di hadapan Tuhan dan ayat yang dipakai untuk

pegawai negeri at au penyel enggara negara yang menerima hadiah at au j anj i padahal diket ahui at au pat ut diduga, bahwa hadiah at au j anj i t ersebut diberikan karena kekuasaan

Tidak hanya berfokus pada perempuan, informan JD langsung bisa menerima pesan yang disampaikan oleh iklan Kondom Sutra , karna tujuan utama iklan selain mempromosikan suatu