• Tidak ada hasil yang ditemukan

M indiptana: Kota Tua M uyu

Dalam dokumen Perempuan Muyu dalam Pengasingan pdf (Halaman 44-75)

SEPENGGAL SEJARAH ASAL-USUL DAN PERKEM BANGAN

2.1. M indiptana: Kota Tua M uyu

Secara geografis, mengut ip J.W. Schoorl, daerah Et nik M uyu t erlet ak di dalam zona kaki gunung dan lembah-lembah kecil, meliput i daerah Sent ani, Nimboran, dan Ayamaru. Et nik M uyu menempat i Onderafdeling M uyu yang berupa sebidang t anah sempit , hampir bujur sangkar, di sepanjang bat as PNG. Sebagian kecil dari suku bangsa it u menempat i w ilayah PNG.

Di samping it u, Onderafdeling M uyu (juga) merupakan daerah peralihan ant ara t anah dat ar di pant ai dan daerah pegunungan t engah. Di bagian Selat an w ilayah it u, t anahnya

28

Lihat Djekky R. Djoht , 2002. “ Penerapan Ilm u Ant ropologi Kesehat an dalam Pembangunan Kesehat an M asyarakat Papua” , 25.

dat ar namun di dekat Sungai Fly t erdapat raw a-raw a luas. At au t epat nya, berada di ant ara pert emuan Sungai M uyu dan Kao dan garis lint ang M indipt ana, sebagaimana dit unjukkan dalam pet a berikut :

Gambar 2.1.

Wilayah Onderafdeling M uyu t ahun 1956 Sum ber: Schoorl, 1997

M asih menjejak pada Schoorl—sebagaimana pet a di at as, saat it u, Et nik M uyu menempat i onderafdeling dengan nama yang sama, M uyu. Bat as Ut aranya adalah pegunungan bint ang (gunung st ar), sedangkan bat as sebelah Barat onderafdeling ini adalah—saat it u—bernama onderafdeling Boven Digoel. Bat as Selat annya memanjang dari sungai Kao dan sungai Digoel dan berbat asan dengan (saat it u) onderafdeling M erauke. Adapun w ilayah sebelah Timur berbat asan dengan PNG. Daerah yang hampir bujur sangkar dari onderafdeling M uyu it u panjangnya sekit ar 180 km dan lebarnya 40-45 km, meliput i 7.800 km2. Seluruh luas Irian Jaya (Papua sekarang) kira-kira 416.000 km2.

Gambar 2.2.

Suasana Kot a M indipt ana t ahun 1956 Sum ber: Schoorl, 1997

Sejak t ahun 1926 ket ika Boven Digoel dibent uk, onderafdeling M uyu menjadi bagiannya, t ermasuk afdeling (residensi) Nugini Selat an. Kot a t erpent ingnya adalah M indipt ana. Kemudian berdasarkan Dekrit Pemerint ah Nomor 19

t anggal 12 Januari 1955, onderafdeling M uyu dipisahkan dari onderafdeling Boven Digoel.29

M elalui pergulat an panjang sejarah, M indipt ana— t epat nya Dist rik M indipt ana, saat ini, merupakan salah sat u dist rik dari Kabupat en Boven Digoel30 yang berbat asan langsung dengan Negara PNG dan memiliki luas w ilayah 448,17 km2 at au 1,65% dari rasio t ot al luas w ilayah Kabupat en Boven Digoel. Dist rik yang berpenduduk 4.238 jiw a ini berjarak 480 km dari M erauke, sement ara jarak dari dan ke Tanah M erah, ibu kot a Kabupat en Boven Digoel adalah 72 km.31

M indipt ana kini adalah M indipt ana yang t elah berubah. Bukan hanya st at us administ rat ifnya yang t idak lagi menjadi bagian dari afdeling Nugini Selat an, t et api kot a ini juga t elah menggeliat dalam berbagai sendi dan sekt or kehidupannya. Sebut saja sat u hal, masalah t ransport asi dan cara menjangkau lokasi Kot a M indipt ana ini misalnya. Dari M erauke, t ransport asi darat , sungai, udara, sudah dapat mencapai kot a t ua dan bersejarah bagi Et nik M uyu ini.

Ket ika menuju lokasi penelit ian, penelit i sengaja memilih rut e perjalanan darat dari M erauke ke Tanah M erah, baru melanjut kan—masih via darat —Tanah M erah ke M indipt ana. M emilih rut e darat dari M erauke ini bukanlah t anpa alasan; penelit i ingin melihat secara dekat dan merasakan secara

29

Periksa J.W. Schoorl, 1997. Kebudayaan dan Perubahan Suku M uyu dalam

Arus M odernisasi Irian Jaya. Jakart a; Grasindo, 25-26.

30

Sem enjak dikeluarkannya Perat uran Pem erint ah Daerah No. 11 t ahun 2008 t ent ang pem bent ukan 36 (t iga puluh enam ) kam pung baru, saat ini Kabupaten Boven Digoel m em iliki 20 dist rik dengan jum lah t ot al kampung sebanyak 112 kam pung. Periksa Periksa BPS Kabupaten Boven Digoel, 2012. Boven Digoel

dalam Angka.Tanah merah; BPS Boven Digoel, 40.

31

langsung jengkal per jengkal alam dan budaya masyarakat sepanjang jalan dari M erauke sampai M indipt ana. M enikmat i inchi per inchi kekayaan budaya bumi Indonesia, t erut ama “ mut iara” yang t erkandung di belant ara Papua, t erut ama Papua bagian Selat an, jelas sebuah kemew ahan t ersendiri bagi penelit i.

Begit u keluar dari kot a M erauke, penelit i langsung disambut jalanan beraspal sedikit menanjak dan berlubang-lubang hampir merat a di sepanjang ruasnya. “ Jalan ini sudah sangat bagus dan mulus” , demikian koment ar Syahib, Kepala Bidang P2PL dan Plt . KTU Dinas Kesehat an Kabupat en Boven Digoel yang mengant arkan penelit i menuju lokasi. Kondisi jalan berlubang nan merat a it u t idak sedikit pun menghalangi kencangnya laju mobil yang penelit i t umpangi, hingga angka di spidomet er selalu menunjuk 100-120 km/ jam. “ Bagaikan sedang berlom ba di arena off road” , begit u yang penelit i rasakan karena hampir-hampir pant at ini t idak menempel sempurna di kursi. Selalu t erangkat dan t ubuh ham pir melompat dari kursi yang penelit i duduki.

Semakin lama dan kencang mobil melaju, semakin memasuki hut an belant ara yang sepi dan hanya menyisakan hut an lebat dengan raw a-raw a di sepanjang kanan kiri jalan. Jalan ini t erasa membelah belant ara Papua dengan hut an t anaman t ropis yang berjejer rapi di kanan kiri jalan yang t idak lagi nampak menjulang t inggi. Tingginya rat a-rat a berkisar ant ara 10-15 met er. Kemungkinan besar penebangan hut an dengan seabrek alasan pembenarnya t elah membuat sebagian besar hut an di Papua, khususnya w ilayah Papua Selat an ini t idak peraw an lagi. Paling t idak kondisi pemandangan hut an sepert i it ulah yang penelit i t emukan di sepanjang w ilayah perbat asan dengan negara PNG ini.

Seolah mengamini pernyat aan Syahib, dr. Viviana M aharani Prodjokusumo, Kadinkes Kabupat en Boven Digoel yang semobil dengan penelit i menimpali,

“ ...ee, kondisi jalan begini ini mem ang sudah sangat baik lho.. sehingga sangat m em udahkan kami. Kalau t ahun-t ahun sebelum 2008, sebelum jalan ahun-t rans ini diperbaiki, kam i set engah m at i m elew at inya. Bisa-bisa dibut uhkan dua at au t iga hari w akt u perjalanan dari M erauke ke Tanah M erah at au sebaliknya. Terlebih apabila ada kendaraan yang t ert anam lum pur karena jalanan m em ang belum beraspal, w ah… bisa-bisa sampai sem inggu di jalan. Saat ini, hanya jem bat anlah yang m asih m enjadi kendala besar bagi rut e ini.”

Bagaimana jalan yang meski sudah diaspal t et api berlubang di sana-sini, bahkan sebagian di ant aranya belum t ert ut up aspal sama sekali sepert i ini dikat akan sudah sangat bagus dan mulus? Penelit i hanya dapat membayangkan bagaimana suasana dan kondisi jalan saat it u.

Belum lagi kondisi jembat an yang sangat memprihat inkan. Di sepanjang jalan darat dari M erauke hingga Tanah M erah, t idak kurang dari 55 jembat an dengan panjang masing-masing ant ara 10-30 met er. Dari jumlah it u, 22 di ant aranya sedang dalam pengerjaan dengan kondisi penyelesaian yang bervariasi. Ada di ant aranya hampir selesai, t et api t idak kurang banyak juga yang baru nampak bangunan dasarnya saja, belum ada kerangka besi siap dicor, apalagi siap unt uk dilalui kendaraan di at asnya.

Alhasil, kendaraan yang melint asinya harus mengambil ruas jalan di samping jembat an yang sedang dibangun it u. Ruas jalan yang berupa urukan t anah liat menut upi aliran sungai. Tidak mengherankan apabila ada sat u kendaraan yang t ert anam di jalan t anah liat berlumpur it u dibut uhkan w akt u berhari-hari bahkan berminggu unt uk mencapai jarak 480 km dari M erauke ke Tanah M erah, dan sebaliknya.

Oleh karena it u dapat dimengert i mengapa kendaraan yang melint asi jalanan ini dipacu dengan kecepat an begit u t inggi. Pert am a, kondisi cuaca yang susah diprediksi, sebent ar langit nampak cerah dan panas, namun secepat it u pula bergant i dengan mendung t ebal dan hujan. Apabila melihat kondisi geografisnya, curah hujan di w ilayah ini memang t ermasuk t inggi. Bukit barisan t engah memiliki pengaruh yang dominan at as curah hujan di w ilayah ini. Dat angnya arah angin dari pegunungan it u mempunyai dampak “ menghalau” yang memaksa angin naik dan uapnya berkondensasi menjadi hujan.

Jumlah curah hujan t ert inggi di w ilayah ini t erjadi pada bulan M aret , yakni mencapai 800,5 mm dan yang t erendah t erjadi pada bulan Agust us mencapai 175,9 mm. Sehingga rat a-rat a curah hujan mencapai 431,67 mm dan jumlah hari hujan dalam set ahun sebanyak 225 hari.32

Kondisi cuaca yang t idak menent u dengan curah hujan t inggi sepert i it ulah, salah sat u alasan mengapa kendaraan harus dipacu dengan kecepat an t inggi. Sebab jika t idak, saat hujan t urun dan mobil t ert anam di jalan alt ernat if it u, maka harus siap-siap unt uk bermalam di jalan it u.

Kedua, kondisi arus lalu lint as yang melint as di jalan ini sangat sepi. Bagaimana t idak dikat akan sepi, sepanjang perjalanan menem puh jarak 480 km it u, kendaraan yang penelit i t umpangi hanya berpapasan dengan 49 mobil, 10 di ant aranya berjalan se-arah, ke Tanah M erah. Sedangkan pengendara mot or yang kami t emui sepanjang perjalanan it u t idak lebih dari 42 mot or. M eskipun demikian, kondisi lalu lint as sepert i ini sudah

32

Lihat Badan Pusat St at ist ik Kabupat en Boven Digoel, 2012. Boven Digoel

dalam Angka, 24; bandingkan dengan Schoorl, 1997. Kebudayaan dan

dikat akan sangat ramai apabila dibandingkan dengan keadaan sebelum t ahun 2008, sebelum jalan it u diperbaiki.

Apabila menoleh ke t ahun-t ahun sebelum t ahun 2008 it u, jelas kondisi jalan dan arus lalu lint as sepert i ini sudah merupakan perubahan yang sangat signifikan. Biasanya, hari, minggu, bahkan bulan adalah w akt u yang dibut uhkan unt uk melint asi jalan ini dari dan menuju M erauke ke Tanah M erah. Namun set elah diperbaiki pada t ahun 2008, hari, minggu, dan bahkan bulan it u cukup digant i dengan hit ungan jam, yakni 7-8 jam. Akan t et api, hal it u masih dengan cat at an apabila t idak ada kendaraan yang t ert anam di jalan alt ernat if it u.

“ iyooo..., jalanan ini sudah sangat mulus serat us persen. Dulu bisa set engah mat i melint asi jalanan ini. Bahkan seringkali harus menginap di jalan” , t eriak dr. Yuki Tan, direkt ur RSUD Boven Dgoel ket ika ngobrol dengan penelit i di t engah-t engah rombongan mobil yang serarah menuju ke Tanah M erah berhent i, ist irahat sekedar melepas penat di sebuah w arung kopi yang berada di pinggir jalan belant ara Papua ini.

Karena saat it u perjalanan yang penelit i lakukan masih di siang hari, maka indahnya pemandangan hut an dengan raw a-raw a di sepanjang jalan yang penelit i lint asi benar-benar dapat mengalihkan bayangan “ kengerian” akan kondisi jalan berupa t anah liat dan berlum pur pada masa-masa it u. Belum lagi eksot iknya rumah semut yang berdiri kokoh dan hampir berjajar di sepanjang pinggir-pinggir jalan yang kami lalui. Rumah semut —yang dinamakan M usamus33—it u dapat mencapai

33

M usam us adalah nam a sem ut yang m em iliki art i pent ing dan posisi t ersendiri bagi pemerint ahan Kabupaten M erauke. Sehingga nam a binat ang ini diabadikan m enjadi nam a salah sat u perguruan t inggi negeri di Kabupat en M erauke ini, Universit as M usam us. Bahkan ketika Pem erint ah Daerah Kabupat en M erauke mengelola m askapai penerbangan daerah, salah sat u pesaw at nya diberi nam a M usam us.

ket inggian lebih dari 3 (t iga) met er. Konon, rumah semut ini hanya dapat dijumpai di w ilayah hut an M erauke.

M eskipun kondisi jalan yang penelit i lalui demikian adanya, namun unt uk urusan keamanan sedikit melegakan. Bet apa t idak, di sepanjang jalan dari M erauke sampai Tanah M erah t erdapat pos penjagaan w ilayah perbat asan TNI sebanyak 17 buah. Apabila dirat a-rat a, maka jarak ant ara masing-masing pos berkisar ant ara 28-30 km. Di set iap pos yang keseluruhan menghadap ke w ilayah perbat asan dengan Negara PNG it u, nampak selalu siaga pasukan TNI.

Set elah berpuluh-puluh kilomet er, mat a ini hanya disuguhi dan dimanjakan oleh hut an belant ara yang dihiasi gundukan-gundukan bukit kecil rumah semut , penelit i akhirnya t iba di sebuah dist rik yang masih menjadi bagian dari Kabupat en M erauke, Sot a. Suasana Sot a sedikit menambah w arna lain dari perjalanan penelit i.

Di pert igaan Sot a ini t erdapat sebuah t ugu yang menandakan w ilayah paling ujung dari negara t ercint a ini. Di Indonesia hanya t erdapat dua t ugu dengan bent uk bangunan dan ukuran sama, sat u t ugu berada di Sabang, sedangkan sat u t ugu yang lain berada di pert igaan Sot a ini. Berjarak t idak kurang dari 1 (sat u) km ke arah Timur dari t ugu yang kokoh berdiri it u, sudah masuk w ilayah Negara PNG.

Di sekit ar pert igaan Sot a ini juga t erdapat beberapa rumah dan w arung makanan, bahkan juga ada (semacam) pom bensin. Namun begit u pandangan mat a bergeser sedikit ke belakang bangunan w arung-w arung it u, lagi-lagi mat a penelit i langsung berhadapan dengan hut an belant ara. Hal ini karena belum banyak, at au bahkan hampir t idak ada rumah at au w arung-w arung yang berdiri di belakangnya. Tidak jauh dari pert igaan it u, berdiri sebuah sekolah, SM KN Eligobel.

Gambar 2.3.

Tugu Tapal Bat as Bagian Timur Wilayah NKRI di Sot a, M erauke Sum ber: Dokument asi Penelit i, M ei 2014

Dari beberapa w arung nasi yang ada di sini, salah sat u pemiliknya berasal dari Banyuw angi, Jaw a Tim ur. Sudah sejak t ahun 2006 suam i-ist ri asal Banyuw angi it u membuka w arung nasi yang berada t epat di pert igaan Sot a ini. Ia menut urkan,

“ Di sini lum ayan ram ai karena biasanya para pengendara yang m enuju Tanah M erah at au sebaliknya singgah unt uk sekedar berist irahat , m akan dan minum . Juga, banyak orang-orang seberang (maksudnya w arga Negara PNG) yang m em beli m akanan di sini.”

Tepat di t eras w arung nasi milik perant au asal Banyuw angi it u, nam pak penjual buah pisang, pepaya, dan jeruk yang digelar di at as karung-karung plast ik dan hanya beralaskan t anah. Tidak jauh dari t empat it u, t epat nya di seberang jalan juga t erdapat kios-kios yang menjual hasil kebun yang sama; pisang, pet et as (ket ela rambat ), kasbi (ket ela pohon), pepaya, juga jeruk.

Penjual hasil kebun it u adalah masyarakat lokal, dan bukan pendat ang at au perant auan yang menet ap di daerah it u, sepert i pemilik w arung nasi asal Banyuw angi, Jaw a Tim ur it u.

Perbedaan jenis makanan/ barang yang dijual dan t empat berjualan, dan pem iliknya, juga penelit i t emukan di daerah Simpat i (konon singkat an dari simpang t iga), Dist rik M ut ing Kabupat en M erauke. Kios-kios penjual makanan dan minuman (siap saji at au sudah diolah) selalu dimiliki oleh para pendat ang at au t ransmigran yang t elah menjadi penduduk daerah it u. Sement ara, penduduk at au w arga lokal selalu menjual komodit as yang sama; hasil kebun segar t anpa diolah (ment ah), dan sekali lagi, hanya digelar di at as gelaran t ikar at au karung plast ik, dan beralaskan t anah.

Sedikit menyoal t ent ang program t ransmigrasi di w ilayah ini, sebenarnya, sudah dimulai sejak int egrasi dengan pemerint ah Republik Indonesiapada t ahun 1963. Kemudian program ini diperkuat lagi pada t ahun 70-an, dan (juga) dit ingkat kan lagi pada t ahun 80-an. Hal ini karena w ilayah M erauke dan sekit arnya dianggap sebagai t empat yang cocok unt uk sasaran program t ransmigrasi. Beberapa alasan yang mendasarinya adalah; w ilayahnya amat luas, t anah rat a, dan rendah sehingga cocok unt uk persaw ahan, penduduknya kurang, dan curah hujan cukup banyak—meskipun bukan sepanjang t ahun.

Di samping kondisi yang dinilai kondusif bagi program t ransmigrasi t ersebut , t ernyat a di w ilayah ini pula t erdapat kondisi-kondisi yang dianggap sebagai hal yang t idak mengunt ungkan bagi keberadaan program t ersebut . Kondisi-kondisi t ersebut adalah musim kemarau yang panjang, t anah kurang subur, dan belum ada, at au t epat nya t idak ada irigasi.

Sehingga, selama 25 t ahun semanjak program it u digulirkan, puluhan ribu orang didat angkan ke M erauke. M ereka mendapat t empat permukiman ant ara Sungai M aro dan Kumbe,

ant ara Sungai Kumbe dan Bian. Seiring perkembangannya, akhirnya daerah Bupul dan M ut ing mulai “ diduduki” oleh para t ransmigran34.

Fenomena lain yang t erjadi sebagai perkembangan program ini adalah perubahan dan pergeseran pada keberagamaan. M enurut cat at an Keuskupan Agung M erauke, arus t ransmigrasi, khususnya dari Jaw a t elah menyebabkan masyarakat di w ilayah ini, yang hampir serat us persen Kat olik dan Krist en, bergant i dengan hampir mayorit asnya M uslim. M eski t erdapat juga t ransmigran dari Flores yang beragama Krist en, namun jumlahnya t idak banyak, bila dibandingkan dengan t ransmigran muslim dari Jaw a. Sehingga, saat ini pemeluk Krist en Prot est an dan Kat olik menjadi minorit as di ant ara mayorit as umat Islam. Pada Tabel 2.1 dipaparkan dat a st at ist ik mengenai perbandingan ant ara pemeluk agama di daerah-daerah t ransmigrasi saat program ini dilaksanakan, 1965 sampai t ahun 1995.

Di samping, w arga t ransmigran yang berasal dari luar pulau ini, ada juga kelompok kecil t ransmigran lokal dari Irian (Papua, kini), yang secara sukarela mengikut i program t ransmigrasi. Fasilit as yang diberikan kepada w arga t ransmigran t ersebut , baik yang berasal dari daerah lokal maupun luar Papua adalah sama, yakni dua hekt ar t anah, sebuah rum ah dan jaminan bahan makanan selama 10 (sepuluh) bulan35. Nah, w arga yang dit emui berjualan di sekit ar t empat -t empat yang disebut kan it u aw alnya adalah para t ransmigran dari luar Papua.

34

Keuskupan Agung M erauke, 1999. Sejarah Gereja Kat olik di Irian Selatan. M erauke; Keuskupan Agung M erauke, 225.

35

Tabel 2.1. Perbandingan Populasi Ant ar Pemeluk Agama di Dist rik M indipt ana, Kabupat en Boven Digoel, Propinsi Papua Tahun 1965-1995

Daerah Tahun

Um at

Kat olik Islam Bupul 1965 919 0 1995 3.435 13.683 M ut ing 1965 1.303 0 1995 3.428 4.307 Kuper 1965 585 340 1995 7.226 19.571 Kum be 1965 4.260 156 1995 5.163 15.968

Sum ber: Keuskupun Agung M erauke, 1999.

Kembali melanjut kan perihal perjalanan penelit i, selepas melew at i daerah kampung Simpat i, dalam perjalanan selanjut nya, penelit i bert emu dengan sebuah perusahaan yang bernama PT. Korindo Group yang t erlet ak di kampung Asiki, Dist rik Jair Kabupat en Boven Digoel.

Apabila sebelumnya hanya hut an belant ara dengan pohon t anaman t ropis yang t idak begit u t inggi memanjakan mat a penelit i, kini, di area m ilik perusahaan ini, berjajar t anaman saw it beribu-ribu hekt ar yang menghiasi kiri kanan jalan menuju Tanah M erah ini. Pohon-pohon saw it yang nampak t eraw at rapi it u m ilik PT. Korindo Group. M eminjam cat at an penelit ian Kont ras, meskipun lahan yang digunakan unt uk keseluruhan bangunan pabrik pengolahan kelapa saw it dan plyw ood di w ilayah ini hanya sekit ar 5 hekt ar. Namun, perusahaan ini memiliki Hak

Pengusahaan Hut an dan Hak Pengusahaan Tanaman Indust ri yang sangat luas.

Dan sekali lagi, t anaman saw it berjajar rapi it u dikelola oleh PT. Tunas Sarw a Erma, sebuah anak perusahaan PT. Korindo Group. Keberadaan perusahaan ini menyebabkan banyaknya pendat ang dari luar Papua mencari penghidupan di w ilayah ini. Kampung Asiki pun berubah menjadi pusat perput aran roda ekonomi di w ilayah ini. Hampir semua sarana yang ada di kampung Asiki ini t ergant ung pada perusahaan di t engah pedalaman Papua ini, mulai dari air bersih, list rik, sampai sist im komunikasi.

List rik misalnya, apabila di kampung-kampung lain yang sudah t erdapat saluran list rik, lampu menyala hanya enam jam saja (18.00-24.00), namun di Asiki, list rik menyala 24 jam. Akan t et api, kondisi ini bukan berart i t idak menyisakan sebuah kepilauan t ersendiri bagi masyarakat lokal. M asyarakat lokal yang belum siap dengan rit me perusahaan akhirnya semakin t ersisih; memilih unt uk m inggir, masuk lagi ke pedalaman hut an.36

Diiringi oleh rint ik-rint ik hujan, akhirnya penelit i melew at i jembat an Kali M andong—perbat asan ant ara w ilayah Kabupat en M erauke dengan Boven Digoel. Tidak lama kemudian, penelit i t iba di kot a Tanah M erah, ibu kot a Kabupet en Boven Digoel— kot a penuh sejarah dan memiliki makna t ersendiri bagi perjalanan sejarah perjuangan bangsa ini.

M enurut hukum kolonial Belanda yang dit et apkan oleh

Dalam dokumen Perempuan Muyu dalam Pengasingan pdf (Halaman 44-75)