• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Hidup yang M enonjol a.M anusia Kati: M anusia Sejati

Dalam dokumen Perempuan Muyu dalam Pengasingan pdf (Halaman 143-197)

SEPENGGAL SEJARAH ASAL-USUL DAN PERKEM BANGAN

2.6. M uyu dan M indiptana dalam Pusaran M odernisasi

2.6.1. Prinsip Hidup yang M enonjol a.M anusia Kati: M anusia Sejati

Semenjak penelit i singgah beberapa hari di M erauke, penelit i sudah mendapat kan cerit a-cerit a t ent ang Et nik M uyu, baik dari para pendat ang yang ada di M erauke, maupun orang-orang Et nik M uyu sendiri yang t inggal di w ilayah paling Timur dari republik ini, M erauke. “ ...saya memang belum pernah ke M indipt ana, t api saya mendengar bahw a orang-orang dari Et nik M uyu it u pandai-pandai, cerdas, juga ulet . Sehingga banyak yang bekerja di birokrasi pemerint ahan Kabupat en M erauke” , demikian cerit a Supardi, 62 t ahun, seorang penjual sot o ayam asal Ngaw i, Jaw a Timur.

Kondisi yang hampir sama, juga disampaikan oleh salah seorang st af Bagian Hukum di Pemda M erauke. Lelaki asal Et nik

M uyu, lahir di M indipt ana t et api sejak kecil hingga sekarang menet ap di M erauke ini mengat akan bahw a banyak anak-anak dari Et nik M uyu yang kuliah di Universit as M usamus M erauke dengan bant uan beasisw a dari pemerint ah daerah. “ ...saya memang t idak t ahu berapa jumlah past inya, t et api saya mendengar memang banyak anak-anak M uyu yang mendapat kan beasisw a unt uk kuliah di Universit as M usamus” , ungkapnya.

Gambaran lebih det ail, penelit i dapat kan dari Suyono, 66 t ahun, mant an Kepala Sekolah SM PN M indipt ana periode 1983-1993. Lelaki asal Desa Tapanrejo, M uncar, Banyuw angi yang t inggal di Kelurahan Seringgu Jaya, M erauke ini mengat akan bahw a Et nik M uyu memang kelihat an memiliki kecerdasan lebih jika dibandingkan dengan et nik-et nik lain, misalnya Et nik M arind Anim dan Asmat . Ia mengat akan,

“ ..Et nik M uyu m em ang lebih m aju cara berpikirnya jika dibandingkan dengan suku-suku lain di wilayah Papua Selat an ini, m isalnya M arind Anim dan Asm at . M ereka cerdas dan krit is. Post urnya lebih pendek dan kecil jika dibandingkan peraw akan et nik M arind Anim dan kulit nya sedikit lebih t erang. M asyarakat nya t erbuka, nam un m ereka akan sangat t ert ut up m engenai m asalah kepercayaan at au keyakinan t ent ang adat yang m ereka yakini. Sat u hal yang m asih sangat t erasa hingga saat ini adalah keyakinannya t ent ang kem at ian seseorang selalu disebabkan karena kejahat an orang lain. M ereka m enyebut nya kupuk.”

M engenai kemajuan Et nik M uyu dibanding et nik lainnya, mengut ip cat at an dari Keuskupun Agung M erauke, disebabkan oleh beberapa fakt or, yakni: Pert am a, kedisiplinan. Disebut kan, pada w akt u it u, pada saat aw al-aw al berlangsungnya misi Kat olik, t erdapat seorang penilik sekolah, BJ. Let soin yang amat pandai dan sangat bersemangat dalam misi rohani. Ia t idak kenal lelah berjalan dari kampung ke kampung unt uk menjalankan t ugasnya

sebagai penilik sekolah. Saat it u kondisi dalam keadaan darurat sehingga menjadi dimengert i apabila guru-guru sering t idak ada di sekolah.

Dalam kondisi it u, si penilik sekolah t iba-t iba m uncul di sekolah-sekolah sedangkan guru-guru sekolah it u t idak ada di t empat . Penilik it u, masuk dan mencat at kunjungannya dalam “ buku t amu” dan kemudian berjalan lagi mengunjungi sekolah-sekolah yang lain. Guru kembali ke sekolah-sekolah dan melihat cat at an, ia berpendapat si penilik t elah pergi. Pada hari yang berikut nya, si penilik muncul di sekolah it u, dan guru masih t idur. Penilik it u kembali mencat at dan t erus mencat at di set iap kunjungannya mengenai kondisi sekolah, t erut ama guru-gurunya. Apa yang dilakukan oleh penilik it u kemudian mengubah perilaku guru. M ereka menjadi rajin hadir di sekolah dan akt if mengajar. Dampaknya, pendidikan di daerah ini menjadi meningkat dan murid-murid t erbaik dikirim ke M indipt ana unt uk melanjut kan sekolah ke jenjang lanjut an.

Kedua, ket ekunan para past or menjelajahi daerah parokinya set iap bulan selama bert ahun-t ahun. Kunjungan para past or ini menunjukkan bahw a mereka t idak hanya sekedar mement ingkan pew art aan dalam gereja dan sekolah, dan juga membagikan sakramen-sakramen: pemandian, perkaw inan, dan pengakuan. Kunjungan ke rumah-rumah it u digunakan unt uk mencat at anggot a keluarga, berbicara dengan anggot a keluarga, dan mendengarkan keluhan-keluhan juga suka cit a mereka. Kondisi ini menjadikan ant ara gereja dan masyarakat saling melengkapi.

Ket iga, kedat angan bruder-bruder dari Tarkeat Tujuh Kedukaan yang sanggup mendidik sisw a-sisw i di sekolah lanjut an dan asrama put era di M indipt ana. Hal ini menyebabkan banyak pemuda, t amat an pendidikan mereka, melanjut kan st udinya ke M erauke pada lembaga-lembaga pendidikan yang lebih t inggi.

Keem pat, kesadaran w anit a Et nik M uyu. Kendat i keluarga-keluarga sudah pindah dari hut an ke kampung, namun t ugas w anit a sebagai pengurus babi dan kebun t idak berubah. Sehingga apabila memiliki banyak piaran babi dan kebun yang luas, laki-laki M uyu lebih suka memiliki dua at au t iga ist ri unt uk mengurusi hal t ersebut . Kondisi ini, bagi w anit a-w anit a yang sudah seruni, t amat an sekolah, dit olak karena mereka memandang dari sisi harga diri seorang w anit a. Akibat nya, banyak w anit a yang melarikan diri dan mint a perlindungan ke past oran apabila laki-laki memint anya menjadi ist ri kedua at au ket iga102.

Hal-hal di at as, dit engarai menjadi fakt or penyebab et nik ini dipandang mem iliki kelebihan-kelebihan dan lebih maju. Namun, apabila kit a cermat i lebih lanjut , kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Et nik M uyu t ersebut sebenarnya t erjadi melalui sebuah proses yang t idak singkat . Kecerdasan, keulet an, dan kekokohan dalam memegang prinsip hidup it u dibent uk melalui sebuah rit ual khusus. Sebuah rit ual yang t elah mereka lakukan (bahkan) jauh sebelum bersent uhan dengan Barat . Prinsip hidup yang dit anamkan dalam prosesi rit ual dan (kemudian) mereka jalankan secara sungguh-sungguh it ulah yang (akhirnya) membedakan Et nik M uyu dengan et nik-et nik yang lain. Prinsip hidup manusa kat i; manusia yang sebenarnya103.

102

Keuskupan Agung M erauke, 1999. Sejarah Gereja Kat olik di Irian Selatan, 119-130.

103

Sepert i disinggung di aw al, bahw a mendeskripsikan t ent ang et nik ini bukanlah sesuat u yang m udah karena keanekaragam an dialek at au ist ilah yang ada di dalam sub suku (m arga) et nik ini. Sebut saja m isalnya ist ilah Kati at au Kai ini. Sub suku t ertent u t idak m enyebut dirinya Kai t et api Kati, demikian juga sebaliknya. M eskipun t enyat a apabila diurai, ist ilah yang berbeda tersebut sebenarnya merujuk pada sesuat u yang sam a. Oleh sebab it u, dem i konsist ensi penulisan, selanjutnya dit ulis Kati.

M embincang t ent ang filosofi Kat i at au Kai, art inya manusia yang sesungguhnya at au manusia sejat i, sangat lah menarik. Bukan sekedar ist ilah dan makna harfiah yang t erkandung di dalamnya, namun lebih dari it u, ist ilah ini mengandung nilai-nilai filosofis pent ing dan m enjadi ruh bagi keseharian et nik ini. Filosofi hidup ini, sekali lagi, yang mampu membedakannya dengan suku-suku t et angga mereka; sepert i suku M andobo di bagian Barat dan Selat an, suku Ngalum di bagian Ut ara, sert a suku Aw in di bagian Timur dan t ermasuk Negara PNG.

Perbedaan yang dimaksudkan t ersebut ant ara lain; bahasa, cara menghadapi, bert indak, dan menyelesaikan suat u perkara, perbedaan orient asi kehidupan kepada masa lalu, masa kini, dan masa depan, dan juga krit eria-krit eria lain yang dibuat oleh orang-orang M uyu. Yakni, orang-orang yang hidup di ant ara sungai Kao di bagian Barat dan sungai Fly di bagian Timur t ersebut dengan suku bangsa t et angga mereka.

Lant as siapa orang M uyu yang layak menyebut dirinya Kat i it u? Sebab t ernyat a, meskipun hal ini adalah filosofi hidup bagi masyarakat M uyu, namun t ernyat a t idak secara ot omat is semua orang dari Et nik M uyu dapat menerima langsung ajaran t ent ang manusia sejat i; kat i at au kai it u. Ada semacam proses pengukuhan yang harus diikut i oleh seseorang yang nant inya layak dit asbihkan sebagai manusia kat i.

Prosesi at au rit ual t ert ent u yang disebut kaket (inisiasi) it u hanya boleh diikut i oleh orang-orang pilihan at au t erpilih. Tidak semua orang laki-laki dari Et nik M uyu, t erlebih perempuan dapat mengikut i inisiasi ini. Dan lebih dari it u, rit ual inisiasi di samping hanya boleh diikut i oleh orang-orang pilihan, informasi mengenai inisiasi it u baik sebelum , ket ika, dan sesudah berlangsungnya juga akan t et ap disimpan sebagai sebuah rahasia. Pam ali unt uk dicerit akan!

Oleh sebab it u, sangat lah t idak mengherankan apabila kemudian didapat kan kenyat aan, bahw a m eskipun dalam keseharian orang M uyu adalah individu yang t erbuka, mudah bersosialisasi, dan berint eraksi dengan orang lain, pendat ang misalnya, namun akan menjadi pribadi yang sangat t ert ut up apabila dim int a unt uk “ bercerit a” t ent ang inisiasi t ersebut .

“ ...saya t idak bisa bercerit a mengenai hal it u di sini (sambil menunjuk lant ai ruangan rumahnya) karena kalian semua adalah perempuan dalam masalah it u” , t egas Sut er Denkok, 52 t ahun, kepada kami. Pernyat aan bernada sedikit mengejut kan it u kami dapat kan ket ika kami yang berjumlah 6 (enam) orang sedang mengunjungi rumahnya di Kam pung Kamka, M indipt ana. Begit u mengejut kan karena dari 6 (enam) orang it u, 3 (t iga) di ant aranya adalah laki-laki (seks). Bahkan, salah sat unya adalah laki-laki asli Et nik M uyu.

M enurut Sut er Denkok, penamaan perem puan bagi laki-laki t idak memandang jenis kelamin, asal et nik, agama, at au lainnya, t et api laki-laki yang masuk kat egori perempuan it u adalah semua laki-laki yang belum pernah mengikut i inisiasi dalam t radisi Et nik M uyu. Bahkan, meskipun laki-laki it u berasal dari Et nik M uyu sekalipun, selama belum pernah mengikut i inisiasi ini, ia t et aplah perempuan dalam kont eks ini. Akhirnya, kami memahami mengapa ia mengkat egorikan kami (para laki-laki) sebagai perempuan.

Bahkan, Paulus Kambut uk, 58 t ahun, t idak berkenan bercerit a sedikit jauh mengenai masalah ini. “ ..It u pam ali, suat u yang sudah dikuduskan oleh kam i punya adat . Kalau berbicara di sembarang t empat , bisa kena karma adat ! ” .

Ket ika dit anyakan, apakah rit ual inisiasi it u, saat ini masih dilaksanakan oleh orang M uyu? Tiba-t iba, Paulus Kambut uk berdiri, dengan suara keras dan t ubuh nampak berget ar, ia mengat akan,

“ …saya aw am karena belum pernah m engikut i.. namun, inisiasi adalah pendidikan karakt er. M asalah it u hanya akan diselenggarakan lagi apabila pem erint ah m enerim a usulan pem ekaran daerah ini (m aksudnya, M indipt ana, pen). Kalau t idak, m aka kam i punya adat yang t elah dikuduskan it u t idak akan kam i selenggarakan. Namun, kalau diselenggarakan di m asing-m asing m arga, m ungkin m asih. Tet api kalau dilakukan dengan besar-besaran dalam keseluruhan Et nik M uyu, t idak pernah lagi. Apabila pem ekaran, m aka kami baru lakukan! ”

M emang, w acana pemekaran penelit i dapat kan saat percakapan dengan beberapa informan. Bahkan, menurut mereka t elah t erbent uk sebuah t im pemekaran Dist rik M indipt ana menjadi Kabupat en M uman (M uyu-M andobo). Lant as apa hubungan ant ara inisiasi dengan pem ekaran w ilayah? M engapa harus pula menunggu realisasi dari keinginan t ersebut ? Secara t egas t okoh t ua dari Kampung Andopbit ini menyat akan,

“ ...pem bangunan ini belum berjalan secara adil... Kam i belum sepenuhnya menerim a hasil pem bangunan itu.., t erut am a pendidikan dan kesehat an. Apabila t erjadi pem ekaran berart i kam i akan m enghidupkan dan m engelola kem bali segala kami punya adat , t erm asuk inisiasi. M akanya, pem ekaran dulu baru kit a berbicara inisiasi! ”

M eskipun t erkesan t idak ada korelasi dan relevansi ant ar keduanya, t et api karena informan t idak lagi berkenan diajak berbicara mengenai hal it u, akhirnya obrolan penelit i alihkan ke masalah lain. Sekali lagi, informasi mengenai ajaran int i dalam inisiasi it u baik sebelum , ket ika, dan sesudah berlangsungnya adalah sebuah rahasia. Ia akan t et ap disimpan sebagai sebuah

rahasia dan pam ali dicerit akan kepada siapapun yang t idak berhak!

Alasannya, mereka sudah t erikat sumpah pada saat mengikut i inisiasi it u. Bersumpah unt uk t idak membuka, apalagi mencerit akannya kepada siapapun yang dianggap t idak “ berhak” unt uk mendengarnya, di sat u sisi. Keyakinan apabila membuka dan mencerit akan t ent ang semua proses, t erlebih ajaran int inya, berart i akan mendapat kan kut ukan dan celaka, baik bagi pihak yang mendapat cerit a, lebih-lebih bagi pihak yang mencerit akannya. Oleh karenanya, (rasanya) menyimpannya unt uk t et ap menjadi sebuah rahasia adalah sebuah pilihan bijaksana, pada pihak berseberangan.

“ ...maaf, saya t idak bisa menjelaskan t ent ang hal it u. It u pam ali bagi kami. Andai saya membukanya, saya t akut ..., saya at au Bapak yang akan mendapat kan kut ukan... akan sakit , berumur pendek at au mat i! ” , demikian t egas Yohanes Konambe, 67 t ahun.

Namun demikian, penelit i merasa sangat berunt ung karena akhirnya John, dem ikian w arga Kampung Kakuna ini biasa dipanggil, berkenan berbagi (meskipun) hanya mengenai “ kulit nya” saja, bukan ajaran int inya. Sekedar bungkus dan bukan isi! John hanya mau berbagi t ent ang prosesinya, bukan mat eri/ ajaran t ent ang konsep manusia sejat i yang disampaikan dalam inisiasi it u.

Sebelum bercerit a, nam pak mat a John meneraw ang jauh, seolah-olah ia sedang memilih dan memilah bagian apa dan mana saja yang menurut nya boleh dibagi, boleh dicerit akan. Agar ia, dan (t ent unya) kami—menurut kepercayaannya—t idak mendapat kan kut ukan; sakit at au mat i! M enurut nya, baru kali ini, meskipun sekedar “ kulit nya” , ia berbagi kepada orang lain.

Kemudian, siapa orang yang dapat mengikut i pendidikan karakt er it u? at au dengan kat a lain, kepada siapa pendidikan

karakt er it u diberikan? Ternyat a, t idak semua orang dapat mengikut i inisiasi at au pendidikan karakt er ini. Ket ika diperbolehkan mengikut inya, berart i ia adalah orang-orang pilihan. Syarat ut amanya adalah orang it u harus m asih bersih jiw a (rohani)nya karena belum pernah melakukan kesalahan—jiw anya benar-benar masih suci. Berumur ant ara 8-10 t ahun dan laki-laki, bukan perempuan. Perempuan t erlarang mengikut i inisiasi karena pam ali.

Laki-laki pilihan? Siapakah yang dimaksud dan siapa pula yang menent ukan bahw a dia adalah laki-laki pilihan it u? M enent ukan siapa laki-laki pilihan it u adalah hak at au w ew enang bapak. Lant as dimana dan bagaimana posisi seorang ibu? Di samping pam ali mengikut i inisiasi, ibu juga t idak berhak sedikit pun unt uk t urut campur dalam masalah ini. M endengarnya saja t erlarang.

Ket ika pada kesempat an lain, masalah ini penelit i coba konfirmasi kepada Yohana Wakoran, 48 t ahun, dan Faust ina Kut moh, 43 t ahun, keduanya mengat akan t idak pernah menget ahui t ent ang hal it u. Bukan hanya merasa t idak perlu menget ahui, mereka malah merasa t akut apabila menget ahuinya. M ereka t akut kena kut ukan, karena perempuan t erlarang mendengar masalah ini. “ …jangan t anya kepada saya, t anya saja kepada bapak” , kat anya sambil menunjuk suaminya, Urbanus Warem. “ Inisiasi adalah dunia laki-laki! ” Demikian mungkin ungkapan yang t epat unt uk menggambarkan rit ual it u sekaligus posisi perempuan dalam hal ini.

Kembali pada persoalan bagaimana cara menet apkan anak pilihan t ersebut , John menjelaskan, seandainya dalam sat u keluarga memiliki dua orang anak laki-laki at au lebih, maka akan dipilih salah seorang dari mereka yang dinilai memiliki kelayakan unt uk diikut kan dalam inisiasi. St andar unt uk menent ukan at au memilih salah sat unya sangat lah kabur. M eskipun t abiat at au

budi pekert i sert a perilaku yang baik (biasanya) dijadikan st andar unt uk menent ukan laki-laki pilihan it u, namun seringkali pilihan dijat uhkan karena alasan bahw a si bapak t elah mendapat kan pet unjuk secara gaib.

Lant as selain anak-anak siapa lagi? Di samping anak-anak (laki-laki) pilihan t ersebut , inisiasi juga w ajib diikut i oleh para lelaki dew asa yang sudah pernah mengikut i proses ini. Apabila bagi anak-anak, inisiasi ini merupakan sebuah proses pembent ukan jat i diri sebagai manusia kat i, t et api t idak demikian bagi para orang t ua (lelaki) yang sudah dua at au t iga kali, bahkan lebih mengikut inya. Bagi mereka ini, inisiasi merupakan proses penyempurnaan at au pemurnian kembali jat i diri seorang kat i.

Laki-laki dew asa yang t elah mengikut i inisiasi sebelumnya dan dit asbihkan menjadi manusia sejat i it u (kemungkinan besar) t elah melakukan kesalahan-kesalahan dalam perjalanan hidupnya. Kesalahan-kesalahan at au dosa-dosa t ersebut dapat mengurangi “ kualit as” jat i diri manusia kat i. Oleh karena it u w ajib hukumnya bagi mereka unt uk menyempurnakan kembali, mensucikan dirinya lagi.

Kemudian anak-anak dan lelaki dew asa yang menjadi pesert a inisiasi it u dibaw a dan dikumpulkan di t engah hut an— t empat dan w akt unya sangat dirahasaikan. Selama sekit ar seminggu bahkan lebih di t engah-t engah belant ara it u, mereka dibim bing oleh para t ua dari masing-masing sub suku Et nik M uyu. Para t ua at au biasa juga mereka sebut dengan ist ilah guru adat —adalah figur-figur panut an bagi sub sukunya. Sosok guru adat ini digambarkan sebagai pribadi yang bijaksana, selalu membant u orang lain yang sedang kesusahan, memancarkan kebaikan dalam dirinya, dan memegang t eguh segala ajaran hidup sebagai manusia kat i.

M asing-masing sub suku memiliki guru adat sendiri-sendiri –guru adat seringkali adalah para t et ua adat yang t elah

mengikut i inisiasi dan sedikit at au sama sekali t idak melanggar am op104-- dan dalam jumlah yang berbeda pula. Oleh karena it u, dapat dipast ikan dalam set iap proses inisiasi dilakukan akan t erdapat perbedaan ant ar-masing-masing sub suku. M inimal, perbedaan-perbadaan it u menyangkut jumlah pesert a, w akt u dan t empat pelaksanaan, dan guru adat yang akan membimbing selama proses inisiasi it u dilangsungkan.

M enurut Sut er Denkok, bahkan inisiasi it u dapat dilakukan hanya dengan jumlah kecil pesert a, t idak lebih dari t iga orang.

“ ..saya sering ada m elakukan hanya dengan sat u at au dua orang anak-anak. M ereka saya ada baw a ke t engah hut an... Anak-anak yang belum saat nya m enerim a int i ajaran hanya dijadikan sebagai pengalam an aw al, t et api yang sudah dianggap layak dan sanggup m enerim a ajaran int i, ya... langsung saya sam paikan kepada m ereka.”

Ket ika dimint a sedikit berbagi t ent ang ajaran int i t ersebut , ia dengan t egas menolak. “ …bapak jangan paksa saya unt uk bercerit a mengenai hal it u, bapak at au saya akan dapat sengsara karenanya. M asih semua adalah perempuan bagi saya! ” .

Di dalam inisiasi diajarkan t ent ang semua hal yang berkait an dengan prinsip dan ajaran hidup; kew ajiban dan larangan/ pant angan. Di samping it u, t idak kalah pent ingnya adalah ajaran t ent ang proses pencipt aan manusia dan alam semest a. Semua it u disampaikan oleh guru adat kepada pesert a inisiasi dengan menggunakan bahasa yang sangat halus dan sakral. Sambil duduk, pesert a inisiasi mendengarkan guru adat memberikan ajaran.

Ket ika dimint a mencont ohkan bahasa yang digunakan it u, John nampak sangat keberat an. “ It u t idak boleh dicerit akan, it u

104

pam ali. Jika saya membukanya di sini, saya at au Bapak yang nant i akan dapat celaka, berumur pendek” , ungkapnya dengan nada sedikit meninggi.

Set elah semua ajaran hidup, baik yang menggunakan bahasa verbal at au prakt ek disampaikan oleh guru adat kepada pesert a inisiasi, lalu dilanjut kan dengan sebuah prosesi pengakuan dosa. Sebuah mahkamah yang beranggot an para guru adat sudah disediakan. Di samping kepada mahkamah, pengakuan dosa ini juga harus didengar secara langsung oleh seluruh pesert a inisiasi. Set elah mendengarkan pengakuan dosa t ersebut , mahkamah menent ukan jalan keluar at au

Dalam dokumen Perempuan Muyu dalam Pengasingan pdf (Halaman 143-197)