• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modus (Mood), Residu dan Unsurnya

AKSI SEMANTIS DAN LEKSIKOGRAMATIKA Semantik Tata Bahasa

2.3.1.2.3 Modus (Mood), Residu dan Unsurnya

1) Mood (Modus) adalah ranah klausa interpersonal. Modus juga diartikan sebagai gramatikalisasi fungsi ujar dalam suatu klausa (Mathiessen, 1992: 665). Selain dalam teori LSF, Modus juga dikenal dalam teori struktural, seperti Modus Subjunctif.

2) Residu adalah fungsi modal dalam interpretasi klausa sebagai representasi (Mathiessen, 1992: 668). Residue juga diistilahkan sebagai bagian klausa

yang tidak menjadi unsur Modus.

3) Subjek merupakan unsur klausa yang padanya argumen didasarkan (Halliday, 2004: 111). Dengan mengacu kepada fungsinya dalam klausa secara rinci dapat dikatakan apakah sesuatu pengalaman linguistik dipertukarkan sebagai pernyataan, pertanyaan, tawaran, atau perintah ditetapkan oleh subjek.

(2.47) Teks 5 Klausa 1

Sendah kau sikel meRangkat be Rantau kalak

Sendah Kau sikel meRangkat be Rantau kalak Metafu nctions

Sekarang Kau hendak berangkat ke rantau orang ‘Sekarang Kau hendak berangkat ke rantau orang”

Circ:Time Part.I: Actor

Process: Material Circ: Place Ideatio nal Adjunct Subject Finite Pred. Adjunct Interpe

rsonal

RESI- MOOD DUE

THEME RHEME Textual

4) Finite merupakan unsur pembentuk (dengan subjek) modus deklaratif, interogatif, dan imperatif (Halliday, 2004: 112). Finite juga disebut sebagai pembuat (verbal operator) modus. Di dalam BA seperti halnya dalam bahasa Indonesia ada dua unsur dalam setiap (grup) verba, yaitu finite itu sendiri yang menentukan markah pertanyaan (grup) verba itu dan kata kerja utama

(kejadian). Sebagai contoh, (grup) verba mangan ‘makan’ terdiri atas lot ‘ada’

+ mangan ‘makan’ dengan lot sebagai finite dan mangan sebagai kata kerja utama (kejadian). Dengan pola yang sama setiap (grup) verba terdiri atas

finite dan kejadian (event). Yang membedakan antara BA dan bahasa lainnya sepertri bahasa Inggris adalah kala (tense). Dengan kata lain bahasa Inggris memiliki kala sedangkan BA tidak secara eksplisit. Dengan demikian, finite

adalah operator verbalyang bersama-sama dengan subject menentukan Modus dalam suatu klausa seperti terdapat pada klausa (2.48) berikut ini.

(2.48)/ Teks 2 Klausa 17

Uanmu enggou metue

Uanmu enggou Metue Metafunctions

Ayah sudah Tua

‘Ayahmu sudah tua’

Participant I: Carrier Proc.:Rel.:Attrib.: Int. Participant II: Attribute Ideational Subject Finite Predicator Complement Interpersonal

M O O D RESIDUE

THEME RHEME Textual

5) Predikator adalah fungsi klausa interpersonal yang merupakan bagian verba

Residue (Mathiessen, 1992:666). Predicator merupakan unsur verba setelah

finite dipisahkan dari (grup) verba (Saragih, 2009: 61). Dengan kata lain,

predicator adalah (grup) verba kurang finite, yakni event. Predicator

direalisasikan oleh grup verba atau grup verba kompleks. Oleh karena BA tidak memiliki kala sedangkan dalam bahasa lain seperti bahasa Inggris sangat jelas perbedaan antara finite dan predicator tersebut. Bagaimana finite

dipisahkan dengan predicator dapat dilihat pada klausa berikut. (2.49)/ Teks 3 Klausa 5

Ulang lawan ghang tue.

Ulang lawan Rang tue Metafunctions

Jangan lawan orang tua ‘Jangan melawan orang tua’

Proc.:Material Part.II: Goal Ideational Finite Predicator Complement Interpersonal

MOOD RESIDUE

THEME RHEME Textual

6) Komplement adalah unsur klausa yang potensial menjadi objek dalam klausa. Ini berarti bahwa komplemen, dalam hal tertentu, dapat menjadi subjek khususnya dalam klausa pasif. Dalam tata bahasa tradisional unsur ini setara dengan objek.

(2.50)/ Teks 2 Klausa 24 1) Ulang kau sakiti ate kalak

Ulang kau sakiti ate kalak Meta-

function

Jangan kau sakiti hati orang

‘Jangan kau sakiti hati orang’

Part.I: Senser Process Mental: Affection

Part.II: Phenomenon

Ideational

Finite Subject Predicator Complement Interper- sonal

M O O D R E S I D U E

THEME RHEME Textual

7) Ajung adalah unsur lain di luar keempat unsur terdahulu dan yang tidak dapat menjadi subject (Halliday, 2004:123). Dengan dasar kelima unsur itu klausa

Uan nukoR beRemu bone. dapat dianalisis sebagai berikut. (2.51)

Uan (lot) nukoR beRemu1 bone

‘Ayah (ada) membeli pisau (adat) semalam’

Subject Finite Predicator Complement Adjunct

MOOD RESIDUE

THEME RHEME

Pada bagian awal telah diterangkan bahwa BA tidak memilik kala seperti bahasa Inggris. Selain itu BA juga tidak memiliki finite secara eksplisit seperti terdapat dalam bahasa-bahasa lain misalnya bahasa Inggris. Namun konsep Modus (Mood) ada walaupun tidak sepenuhnya berlaku. Bahkan, dapat dikatakan bahwa finite tidak kelihatan di dalam BA. Dengan kata lain, finite dalam BA bersifat laten sehingga tidak kelihatan.

1 BeRemu adalah pisau adat yang dipergunakan oleh MA setiap melakukan upacara adat seperti pernikahan, sunatan dan kenduri turun mandi anak. BeRemu seperti biasa memiliki sarung yang sangat variatif tergantung pemiliknya. Biasanya sarung beRemu dibalut dengan perak bahkan ada yang dibalut dengan suasa atau emas.

(2.52) Teks 2 Klausa 33

Toh ndigan soh ajal kami Metafunctions

entah kapan sampai ajal kami ‘Entah kapan sampai ajal kami’

Circumstance : Time

Process:Behavioral Participant: Behaver

Ideational Adjunct Finite Predicator Subject Interpersonal

RESI- MO- -DUE -OD

THEME RHEME Textual

Modus (Mood) dibangun oleh dua unsur, yakni Subject dan Finite. Klausa (2.52) mengalami perubahan dimana Mood dan Subject berada pada posisi terpisah. Hal ini terjadi dalam BA karena finite dan predicator dalam proses.

Kalau dalam klausa relasional, finite (adalah) disisipkan secara laten, dalam klausa dengan proses material, mental, tingkah laku, dan verbal finite yang disisipkan adalah lot “ada”. Secara teoretis, dapat dikatakan bahwa dalam klausa dengan keempat proses itu terdapat kata ada. Kecenderungan ini masih terasa, khususnya di kalangan penutur BA (dalam Proyeksi Lokusi Hipotaktik) yang masih sering mengucapkan Ie lot jumpe kau nine due tahun selebei. ‘Dia jumpa kau dua tahun lalu katanya.’ Kata lot dalam Ie lot jumpe kau nine due tahun selebei adalah ‘ada’.

‘Lot’ kadang-kadang membingungkan karena dia bisa sebagai finite untuk

relasional atau proses wujud. Klausa (2.53a) dan (2.53b) masing-masing

(2.53a)

Ie (lot) ni Rumah bone.

Ie (lot) ni Rumah bone.

Dia di rumah Semalam

‘Dia (adalah) di rumah semalam’

Carrier Proc.:Rel:Attr:Cir. Cir.:Place Circ.:Time Subject Finite Predicator Adjunct Adjunct

MOOD RESIDUE

THEME RHEME

(2.53b)

Lot ie ni Rumah bone?

ada dia di rumah semalam

‘Ada dia di rumah semalam?’

Proc:Wujud Existent Cir.:Place Circ.:Time Finite Pred. Subject Adjunct Adjunct

MO- RE- OD SIDUE

THEME RHEME

Modus deklaratif direalisasi dengan dua pola: (1) lazim (Subject + Finite) dan (2) tidak lazim (Finite + Subject) (Gerot, 2001: 38). Klausa (2.54a) dan (2.54b) masing-masing menunjukkan lazim dan tidak lazim, seperti:

(2.54a)

Kalaepe ngikuti acaRene Metafunct

ions

Orang ikut Acara

‘Orang itupun mengikuti acaranya.’

Part,: Actor Proc.: Material Goal Ideational subject Finite Pred. Complement Interperso

nal

MOOD RESIDUE

THEME RHEME Textual

(2.54b)

Roh mame Medan aRi Metafunct

ions

Datang Paman Medan dari

‘Datang paman dari Medan.’

Proc,: Matrial Part.: Actor Circ.: Place Ideational Finite Pred. Subject Adjunct Interperso

nal

MO- RESI- OD DUE

Klausa dengan modus deklaratif negatif untuk klausa selain klausa relasional dibentuk dengan menambah tidak di depan ada (tidak ada) dan selanjutnya kata ada lenyap, kecuali dalam proses wujud.

(2.54c)

Rakyatpe mulai ma senang be Rajene Metafu nctions

Ghakyat Senang pada raja

‘Ghakyatpun Mulai tidak senang

pada rajanya’

Part: Senser Proc: Mental Affection

Part:

Phenomenon

Ideatio nal Subject Finite Pred. Complement Interpe

rsonal

MOOD RESIDUE

THEME RHEME Textual

Modus interogatif direalisasikan dengan tiga pola: (1) yes/no questions (Finite + Subject), (2) Wh-Questions, dan Querying Residue (Wh/Subject ^ Finite), dan (3) Querying Residue (Wh + Fin + Subj). Dalam BA, yes/no question (polar) modus interogatif direalisasikan dengan menambahkan pemarkah ‘kin’ (apakah, adakah) di awal atau sebelum predicator (Gerot, 2001: 40)

(2.54d)

Rohkin ie bende?

Ghohkin Ie bende? Metafunction

s

Datangkah Dia ke mari

‘Datangkah Dia ke mari?’

Proc: Material Part.: Actor Circ:Plac e

Ideational Finite Pred. Subject Adjunct Interpersonal

MO- RESI- OD DUE

THEME RHEME Textual

Realisasi aksi pada strata semantik dan tata bahasa bukanlah hubungan ‘satu ke satu’ tapi hubungan satu ke lebih dari satu (biunique relation) (Saragih, 2009: 64). Dengan kata lain, realisasi dari satu ke lebih dari satu dengan istilah

probabilitas yakni: (1) satu aksi di tingkat semantik dapat direalisasikan oleh lebih dari satu modus dan (2) satu modus dapat merupakan realisasi lebih dari satu aksi.

TABEL 2.8

Dokumen terkait