• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 (enam) orang anggota Tim Paslon Nomor 2, telah tertangkap tangan dengan sengaja memberikan sejumlah uang kepada masyarakat Tontonunu untuk mempengaruhi pemilih agar para pemilih di desa Tontonunu tersebut memilih Pasangan Calon nomor urut 2 yakni H. Tafdil dan Johan. Panwas Kabupaten Bombana telah melimpahkan perkara tersebut ke Sentra Gakkumdu Kabupaten Bombana tanggal 2 Februari 2017. Selanjutnya atas temuan tersebut, Sentra Gakkumdu kemudian merekomendasikan untuk menindaklanjutinya dengan melimpahkan perkara temuan tersebut ke tingkat penyidikan ke satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, dan sebelum pengajuan permohonan di MK, kasus tersebut juga telah dilimpahkan ke Pengadilan Baubau, untuk memperoleh putusan, sehingga alat bukti tersebut belum dapat diajukan dalam proses di MK.

Seluruh pelanggaran yang disebut dengan rekomendasi Panwas yang sudah barang tentu telah memperoleh kajian, tetapi meskipun KPU menurut undang-undang wajib untuk melaksanakan tetapi mengabaikan, adalah merupakan fakta bagaimana dalam tingkat penyelenggaraan dengan lembaga yang berwenang menyelesaikan sengketa atau pelanggaran, penyelesaian tidak dilakukan dan proses tidak berlangsung seperti yang ditentukan dalam undang-undang. Ketika hal itu dilakukan dengan kesengajaan, dengan mengabaikan perintah undang-undang yang bersiat imperative, maka hasil pemilihan dari proses yang tidak jujur dan adil, tidak dapat ditolerir. Kepastian hukum yang ingin dicapai dengan regulasi dalam UU Pemilihan Kepala Daerah, tidak dapat dijadikan pembenaran bagi hasil pemeilihan, yang tentu tidak merujuk kepada demokrasi yang dilaksanakan secara fair play dan adil. Amanat UUD 1945 dalam pasal 28D ayat (1) merujuk pada kepastian hukum yang adil.

Kesimpulan dan Penutup

Dari alat bukti yang akan diajukan dan keterangan Panwaslu Kabupaten

Bombana, dalil Pemohon cukup beralasan untuk dikabulkan. Tidaklah dapat dibenarkan bahwa pemilihan kepala daerah yang merupakan instrumen untuk melaksanakan kedaulatan rakyat untuk menentukan siapa Pasangan Calon yang diinginkan duduk sebagai Bupati dan Wakil Bupati di daerahnya, jikalau manipulasi suara dan pelanggaran tidak diluruskan. Hal itu merupakan perampasan kedaulatan rakyat, dan pelanggaran prinsip konstitusi tentang cara yang demokratis dalam pemilihan kepala daerah. Satu-satunya lembaga yang dapat meluruskan prinsip konstitusi tersebut adalah Mahkamah Konstitusi, berdasar fungsinya sebagai pengawal konstitusi.

Disamping itu Ahli Maruarar Siahaan memberikan keterangan sebagai berikut: • Bahwa kajian terbuka seperti halnya di dalam satu hal dimana pengambilan

keputusan ada dua pihak atau harus lebih terbuka, dilakukan secara netral, dan bisa diakses;

• Bahwa ahli berpedoman pada fakta yang disampaikan Panwas di lapangan; • Bahwa makna kajian yang berkualitas akan menjadi sesuatu yang relatif;

• Bahwa kajian itu merupakan sesuatu yang harus berkualitas, ya, saya kira juga kondisi Indonesia dari Sabang sampai Merauke makna kualitas itu tentu menjadi sesuatu yang relatif, bagaimana Bawaslu bisa di dalam perubahan-perubahan personil kemudian mampu juga melakukan SOP yang bisa dipahami dengan mudah, sehingga bisa menjadi sesuatu hal yang terlaksana dengan baik;

• Bahwa pada intinya apabila semua telah berjalan dengan baik sesuai aturan dan keinginan, pasti akan mendapatkan kepercayaan publik. Namun fakta tidak demikian. Apa yang dikemukakan Pemohon terkait dengan pembukaan kotak suara, dari fairplay manapun kalau tidak semua hadir pasti salah. Apakah misalnya tidak relevan kancing, kuncinya, segelnya? Semua adalah pengamanan yang diperlukan untuk itu. Kalau hal tersebut tidak ada, harus diragukan di mana-mana. Pengalaman saya dalam melihat pilkada di tahun-tahun sebelumnya, kalau kotak-kotak dapat dibawa ke hutan. Diganti berarti, siapa yang bisa mengatakan kemudian segel dapat lagi? Tapi bagaimana kita memperkenalkan hal semacam ini;

• Bahwa yang disampaikan Pemohon, yakni rekomendasi tentang kata-kata wajib, dapat dilihat secara tekstual. Apabila ditafsirkan lagi akan menjadi persoalan dengan fakta yang diketahui belakangan dan bagimana dengan permulihannya; • Bahwa kepastian hukum yang adil itu merupakan suatu hal yang bisa diperoleh

bahwa kepastian itu ada juga. Tetapi kalau itu tidak tercapai di tingkat awal, oleh karena itu tidak dapat perkenankan hal semacam ini. Tidak perlu karena ada MK, tetapi konsensus prinsip kepastian hukum yang adil yang pasti tidak memperkenankan ini.

Selain itu, Pemohon juga mengajukan 5 (lima) orang saksi, yaitu Suriadin, Asdar Jamal, A.Md. Kep., Andi Jamaludin, Andi Saharudin, dan Muhammad Arif, yang telah memberikan keterangan di bawah sumpah/janji pada persidangan Mahkamah tanggal 13 April 2017 yang pada pokoknya menerangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Suriadin

• Bahwa Saksi merupakan Saksi Mandat pada Rapat Pleno Rekapitulasi Penghitungan Suara pada Pemilihan Bupati/Wakil Bupati Kabupaten Bombana;

• Bahwa rekapitulasi penghitungan suara tingkat kabupaten diselenggarakan pada tanggal 22 Februari 2017 mulai pukul 10.00 dan selesai pada 24 Februari 2017 pukul 02.00 WITA;

• Bahwa DPT di Kabupateb Bombana sebanyak 99.855, Pemilih yang menggunakan hak pilih suara sah sebanyak 80.720 suara, suara tidak sah sebanyak 798 suara;

• Bahwa perolehan suara yang ditetapkan pada dalam rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara tingkat kabupaten ialah Pasangan Calon Nomor Urut 1 (Pemohon) memperoleh sebanyak 39.727 suara dan Pasangan Calon Nomor Urut 2 (Pihak Terkait) meraih sebanyak 40.993 suara;

• Bahwa pada saat rapat pleno rekapitulasi tingkat kabupaten, Saksi menyatakan tidak menandatangani berita acara rekapitulasi karena ada beberapa persoalan yang tidak sesuai dengan Peraaturan KPU yang diketahui;

• Bahwa keberatan yang dikemukakan Saksi telah dituangkan dalam formulir DB-2 Catatan Kejadian Khusus;

• Bahwa sebelum rapat pleno rekapitulasi, Saksi telah meminta kepada KPU Bombana agar seluruh masalah yang terjadi di lapangan diselesaikan terlebih dulu, akan tetapi tidak memberikan ruang dan kesempatan untuk itu

• Bahwa ada sejumlah kotak suara yang diserahterimakan di KPU di Kecamatan Poleang Timur sebanyak 26 kotak suara. Dari jumlah tersebut, 23 kotak suara dalam keadaan tidak tersegel dan hanya 3 kotak suara yang tersegel;

• Bahwa Saksi menerangkan di Kapubaten Bombana ada 22 kecamatan;

• Bahwa Saksi tidak mengetahui isi 23 kotak suara yang tidak tersegel maupun 3 yang tidak tersegel karena KPU Bomnbana tidak memberikan penjelasan; • Bahwa pada saat rekapitulasi kabupaten dibuka isinya Form C-1, C-7, Plano

yang diplenokan;

• Bahwa dalam rapat pleno rekapitulasi masing-masing PPK presentasi dimulai dari PPK Kabayna mengambil dari kotak suara yang tersegel. Berikutnya PPK Kabayna Barat, juga mengambil data dari kotak yang tersegel. Setelah itu, PPK Kabayna Selatan, mengambil dokumen dari kota yang tersegel;

• Bahwa dari Kecamatan Poleang Utara, dari 24 kotak suara (18 kotak suara kosong, 6 terisi);

• Bahwa Saksi mengatakan kotak suara dari Kecamatan Poelang Utara terdapat ketidaksinkronan atau tidak akurat dari form C-1 yang diberikan Saksi di TPS dengan yang di portal. Tidak akuratnya ditemukan penambahan 6 surat suara dari TPS 1 Tanah Poleang, Kec Poleang Utara. Form C-1 yang diberikan kepada Saksi ditandatangani oleh Saksi (sudah diserahkan sebagai Bukti P-65);

• Bahwa pada saat rekapitulasi di kabupaten ada protes-protes mengenai pelaksanaan rekomendasi panwas 029 tentang pembukaan kotak dan menggunakan C-6 orang lain dan 038 tentang pemilih ganda;

• Bahwa Saksi membuat keberatan karena tidak diberikan kesempatan mengutarakan tanggapannya, tetapi tidak termasuk mengenai rekomendasi panwas mengenai pemungutan suara ulang;

• Bahwa Saksi mengatakan Panwas hadir dalam pleno rekapitulasi, mempertanyakan soal rekomendasi panwas, tetapi KPU melanjutkan pleno;

• Bahwa Saksi merupakan Saksi Mandat Pasangan Calon Nomor Urut 1 di TPS 1 Desa Hukaea Kecamatan Rarowatu Utara;

• Bahwa Saksi menyatakan adanya pemilih ganda, yaitu Sdr. Andi Mudring dan Sdri. Andi Maryamu yang mencoblos dua kali, yakni di TPS 1 Hukaea dan TPS 2 Lantari;

• Bahwa informasi perihal adanya pemilih ganda tersebut diketahui oleh Saksi setelah 3 hari pencoblosan;

• Bahwa Saksi juga menjelaskan pada saat hari pencoblosan, ada calon Pemilih yang ditolak, yakni atas nama Faria Sirkanti karena yang bersangkutan merupakan penduduk Kabupaten Konawe Selatan;

• Bahwa Saksi menandatangani berita acara hasil rekapitulasi penghitungan suara di TPS 1 Hukaea.