PENGENDALIAN, PENGAWASAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
3) Membentuk Tim Pengendali Internal pelaksanaan kegiatan
6.3. Monitoring dan Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan dengan pendekatan indikator kinerja menggunakan alat ukur kerangka kerja logis (masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak). Indikator kinerja ini digunakan untuk meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja ditetapkan untuk:
a. Memperjelas status jenis, kuantitas dan waktu suatu kegiatan dilaksanakan.
b. Membangun konsensus untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kegiatan, termasuk dalam menilai kinerja instansi yang melaksanakannya.
c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja suatu instansi/organisasi
Penilaian kinerja pelaksanaan pembangunan tanaman pangan diukur dengan menggunakan indikator kinerja. Pengukuran efisiensi secara ekonomis dilakukan dengan cara menilai penggunaan masukan yang paling ekonomis untuk mencapai keluaran tertentu. Efisiensi (dayaguna) diukur dengan cara membandingkan antara keluaran yang dihasilkan dengan masukan yang telah dikeluarkan, sedangkan efektivitas (hasilguna) dilakukan dengan mengukur sejauhmana hasil telah dicapai. Ukuran efisiensi dan efektivitas secara skematis dapat dilihat pada Bagan berikut:
Bagan Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas Kinerja Pembangunan Tanaman Pangan
Evaluasi dapat dilakukan pada saat awal kegiatan (exante), sedang pelaksanaan kegiatan (ongoing) dan evaluasi akhir (ex
post). Evaluasi awal dan evaluasi saat pelaksanaan kegiatan
sedang berjalan dapat dilakukan bersamaan dengan monitoring pelaksanaan kegiatan. Materi evaluasi mencakup aspek administrasi, aspek teknis dan anggaran. Evaluasi dilakukan di masingmasing Satker Propinsi, dan Kabupaten/Kota, sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masingmasing. Masing masing penanggung jawab kegiatan juga harus melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Evaluasi program, kegiatan dan anggaran secara menyeluruh dilakukan oleh Tim.
6.4. Pelaporan
Berdasarkan pasal 33 ayat 1 (a) dan pasal 60 ayat 1 (c) Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 2008, tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, Gubernur menyampaikan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan pembangunan pertanian kepada Menteri Pertanian. Selanjutnya
Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas
NILAI MASUKAN
(Rp) MASUKAN
PROSES KELUARAN HASIL TUJUAN
EKONOMIS (HEMAT) EFISIENSI (DAYA GUNA) EFEKTIVITAS (HASILGUNA) A) EFISIENSI PEMBIAYAAN
Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2009 menyebutkan laporan kinerja dievaluasi dan dilaporkan kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (Menteri Pertanian/Direktur Jenderal Tanaman Pangan) dan menjadi masukan serta bahan pertimbangan untuk analisis dan evaluasi alokasi anggaran tahun 2010. Pada Bab III pasal 23 dan 24 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 156/PMK.07/2008, tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, menyebutkan SKPD wajib menyusun laporan pertanggungjawaban serta menyampaikannya setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (Menteri Pertanian/Direktur Jenderal Tanaman Pangan).
Pelaporan hasil pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran ini, merupakan penyampaian informasi serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak dari persiapan kegiatan sampai akhir pelaksanaan. Melalui laporan ini juga akan dapat dilihat sejauh mana tingkat keberhasilannya.
Sesuai dengan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan, aparat pelaksana kegiatan di propinsi dan kabupaten/kota wajib membuat laporan ke pusat.
Mekanisme pelaporan pelaksanaan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan propinsi dilakukan secara berjenjang dari Dinas pertanian propinsi menyampaikan laporan kepada Gubernur dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yang selanjutnya Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyampaikan laporan kepada Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.
Mekanisme pelaporan pelaksanaan anggaran tugas pembantuan kabupaten/kota dilakukan secara berjenjang yaitu dari Dinas pertanian kabupaten/kota menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota dan tembusan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Dinas pertanian propinsi. Setelah menerima laporan dari kabupaten/kota, Dinas pertanian propinsi merekapitulasi laporan dari seluruh kabupaten/kota dalam propinsi bersangkutan dan menyampaikan laporan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yang selanjutnya menyampaikan
laporan ke Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.
Laporan yang disampaikan, baik untuk anggaran dekonsentrasi, tugas pembantuan propinsi maupun tugas pembantuan kabupaten/kota, meliputi laporan manajerial dan laporan akuntabilitas yang dilakukan setiap bulan, triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran.
Format pelaporan dan waktu penyampaian laporan manajerial dan laporan akuntabilitas akan ditetapkan lebih lanjut oleh Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian.
Laporan insidentil, yaitu laporan yang disampaikan jika terjadi sesuatu yang bersifat insidentil (mendesak), misalnya bila ada permasalahan yang dihadapi baik dalam aspek adminsitrasi dan keuangan maupun teknis pelaksanaan kegiatan juga bisa disampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Gubernur selaku penerima pelimpahan anggaran dekonsentrasi dan penugasan pelaksanaan anggaran tugas pembantuan, dan Bupati/Walikota selaku penerima penugasan pelaksanaan anggaran tugas pembantuan menyampaikan laporan pertanggungjawaban akhir seluruh pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari anggaran dimaksud kepada Menteri Pertanian.
Kinerja penyampaian penyampaian laporan akan dijadikan salah satu dasar penentuan anggaran tahun 2010 sebagai penerapan azas reward and punishment.
BAB VII PENUTUP
Pedoman ini disusun dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan pembangunan tanaman pangan dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan dari aspek keuangan negara dapat memenuhi kaidah pelaksanaan anggaran berbasis kinerja.
Keberhasilan pelaksanaan program kegiatan dan anggaran berbasis kinerja sangat tergantung pada itikad baik aparatur negara, kepercayaan masyarakat serta motivasi peningkatan kualitas kinerja pemerintah. Untuk itu perlu terus ditingkatkan keterpaduan pelaksanaan pembangunan tanaman pangan melalui pemantapan sistem dan metoda perencanaan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penataan kelembagaan dan peningkatan koordinasi antar instansi terkait.
Pedoman ini merupakan acuan bagi semua pihak terkait dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan. Pedoman ini akan dilengkapi dengan Pedoman yang bersifat teknis dari masingmasing kegiatan. Sebagai tindak lanjut diterbitkannya seluruh Pedoman dimaksud, kepada daerah diberikan keleluasaan untuk menjabarkannya lebih lanjut ke dalam Petunjuk Teknis sesuai dengan keragaman kondisi setempat. Keberhasilan pembangunan tanaman pangan sangat tergantung kepada komitmen semua pihak terkait dalam melaksanakan kegiatan pembangunan tanaman pangan secara terpadu.
Lampiran 1.
Pengertian dan Definisi
Beberapa pengertian dan definisi pada Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA 2009 adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan