KEGIATAN PEMBANGUNAN
TANAMAN PANGAN TAHUN
ANGGARAN 2009
DEPARTEMEN PERTANIAN
KATA PENGANTAR
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA 2009 merupakan penjelasan umum yang disusun sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan di pusat maupun di daerah (propinsi, kabupaten dan kota) untuk tercapainya tujuan dan sasaran program dan kegiatan tanaman pangan TA 2009, terjabarkannya program ke dalam kegiatan operasional, meningkatnya koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan kegiatan dan anggaran, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan dan anggaran, serta tercapainya evaluasi kinerja yang akurat.
Pedoman Pelaksanaan ini secara garis besar memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan; struktur kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan yang berasal dari APBN Departemen Pertanian (DIPA 18); pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan; tata hubungan kerja operasional anggaran berbasis kinerja; serta pengendalian, pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan.
Pedoman Pelaksanaan ini juga sebagai dasar penyusunan Petunjuk Teknis untuk pencapaian peningkatan produksi tanaman pangan seperti sasaran yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Jakarta, Desember 2008
Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Ir. Sutarto Alimoeso, MM NIP. 080 029 237
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN iii I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Tujuan dan Sasaran 4 II. KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN TA 2009 7 2.1 Strategi 8 2.2 Dukungan Kebijakan 15 2.3 Sasaran Pembangunan Tanaman Pangan 18 2.4 Program dan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA 2009 18 III. STRUKTUR KEGIATAN DAN ANGGARAN 27 3.1 Struktur Kegiatan 27 3.2 Struktur Anggaran 30 3.3 Tujuan dan Sasaran Kegiatan 32 IV. PELAKSANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN 35 4.1 Pengorganisasian 35 4.2 Pengelolaan Anggaran 38 4.3 Ketentuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti Rugi 42 V. TATA HUBUNGAN KERJA OPERASIONAL ANGGARAN BERBASIS KINERJA 44 5.1 Hubungan Hierarki 44 5.2 Hubungan Koordinasi 44 5.3 Hubungan Teknis Fungsional 45 VI. PENGENDALIAN, PENGAWASAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 46 6.1 Pengendalian Program, Kegiatan dan Anggaran 46 6.2 Pengawasan Program, Kegiatan dan Anggaran 47 6.3 Monitoring dan Evaluasi 49 6.4 Pelaporan 50 VII. PENUTUP 53 LAMPIRAN 54
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengertian dan Definisi 55 Lampiran 2 Daftar Satuan Kerja di Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota TA 2009 62 Lampiran 3 Agenda Penyusunan Perencanaan Pembangunan Pertanian TA 2010 74
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009, pembangunan pertanian dilaksanakan melalui beberapa program antara lain Program Peningkatan Ketahanan Pangan, Program Pengembangan Agribisnis, Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik dan Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara. Program Peningkatan Ketahanan Pangan tujuannya adalah untuk memfasilitasi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal; (2) meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat; dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Program Pengembangan Agribisnis tujuannya adalah: (1) memfasilitasi berkembangnya usaha pertanian untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah dan daya saing yang tinggi baik di pasar domestik maupun internasional; dan (2) meningkatnya kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian nasional, terutama melalui peningkatan devisa dan pertumbuhan PDB. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani tujuannya adalah: (1) memfasilitasi peningkatan kapasitas dan posisi tawar petani; (2) memperkokoh kelembagaan petani; (3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan (4) meningkatnya pendapatan petani dari hasil usahataninya. Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik tujuannya adalah menciptakan pemerintahan yang transparan, demokratis, akuntabel dan bebas KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Sedangkan Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara tujuannya adalah untuk meningkatkan pengawasan aparatur negara dan pelaksanaan tindaklanjut hasilhasil pengawasan pelaksanaan pembangunan pertanian. Kegiatan operasional programprogram dimaksud yang akan dilaksanakan tahun 2009 terdiri atas 5 (lima) aspek yaitu: (1) ketersediaan pangan; (2) distribusi pangan; (3) konsumsi dan
diversifikasi pangan; (4) penelitian dan pengembangan SDM; (5) legislasi dan regulasi.
Pembangunan tanaman pangan difokuskan kepada aspek ketersediaan pangan, dimana operasional program pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usahausaha bidang tanaman pangan yang mampu menghasilkan produk, memiliki daya saing dan nilai tambah yang tinggi sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat. Pembangunan tanaman pangan diprioritaskan pada beberapa komoditas unggulan nasional. Untuk prioritas pertama pada padi, jagung, kedelai, dan prioritas kedua pada kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, dan komoditas alternatif/unggulan daerah, seperti talas, garut, gembili, sorgum, gandum dan lainlain.
Pengembangan ketujuh komoditas prioritas dan komoditas unggulan lokal diaplikasikan dalam beberapa kegiatan, baik kegiatan yang menjadi tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota, maupun kegiatan pendukung yang merupakan tugas pokok dan fungsi instansi lain.
Pembiayaan program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan bersumber dari: (1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); (2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) propinsi/kabupaten/kota; (3) kredit (KKPE, KUKM, KUR, dll); (4) kemitraan (kerjasama dengan swasta), (5) swasta, dan (6) dana masyarakat.
Untuk tahun anggaran 2009, APBN diberikan dalam tiga jenis anggaran, yaitu APBN Pusat, anggaran dekonsentrasi dan anggaran tugas pembantuan. Anggaran dekonsentrasi dilaksanakan oleh propinsi, sedangkan anggaran tugas pembantuan dilaksanakan oleh propinsi dan kabupaten/kota.
Agar tujuan dan sasaran pembangunan tanaman pangan yang dilaksanakan melalui program dan kegiatan yang dibiayai dari APBN dapat berjalan dengan lancar, tepat sasaran dan tepat waktu serta anggaran yang tersedia dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin, maka sebagai acuan dibuat Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA 2009.
1.2. Dasar Hukum
Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA 2009 dilandasi dengan peraturan perundang undangan sebagai berikut:
1. UndangUndang RI Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara.
2. UndangUndang RI Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara.
3. UndangUndang RI Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
4. UndangUndang RI Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
5. UndangUndang RI Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.
6. UndangUndang RI Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
7. UndangUndang RI Nomor 17 Tahun 2007, tentang rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025. 8. UndangUndang RI Nomor 41 Tahun 2008, tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.
9. Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2004, tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah (RKAKL).
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005, tentang Standar Akuntansi Pemerintah
11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
12. Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2006, tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
13. Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 2006, tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
14. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 2008, tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
15. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2008, tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2009.
16. Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008, tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
17. Keputusan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2004, tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
18. Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 – 2009.
19. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 523/KMK.03/2000 tentang Tata Cara Penganggaran, Penyaluran Dana, Pertanggungjawaban dan Pelaporan Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
20. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 59/KMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
21. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 64/PMK.02/2008 tentang Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009.
22. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL) dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) TA 2009.
23. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.
1.3. Tujuan dan Sasaran
Tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA 2009 adalah:
a. Menjadi acuan untuk menjabarkan program pembangunan tanaman pangan ke dalam kegiatankegiatan operasional sesuai skala prioritas, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta anggaran yang tersedia.
b. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan baik antar subsektor maupun antara pusat dan daerah.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan melalui kemudahan dalam pengendalian, monitoring, dan evaluasi kinerja.
Sedangkan sasaran yang hendak dicapai dari Pedoman Pelaksanaan ini adalah:
a. Terjabarkannya program pembangunan tanaman pangan kedalam kegiatankegiatan operasional sesuai skala prioritas, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta anggaran yang tersedia.
b. Meningkatnya koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan, baik antar subsektor maupun antar pusat dan daerah.
c. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan melalui kemudahan dalam pengendalian, monitoring dan evaluasi kinerja sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA 2009 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I menguraikan latar belakang, dasar hukum dan tujuan penyusunan buku Pedoman Pelaksanaan,
Bab II akan memaparkan secara umum tentang kebijakan, program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan TA 2009,
Bab III menjelaskan tentang struktur kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan yang berasal dari APBN, Bab IV mengenai pengorganisasian pelaksanaan program,
kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan, Bab V mengenai tata hubungan kerja operasional anggaran
Bab VI mengenai pengendalian, pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan, dan
Bab VII mengenai penutup, yang menjelaskan halhal yang perlu ditindaklanjuti oleh setiap satuan kerja.
Selanjutnya Pedoman Pelaksanaan ini dilengkapi dengan beberapa lampiran penting sebagai referensi dalam pembuatan petunjuk teknis dan penjabaran pelaksanaan kegiatan.
BAB II
KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2009
Rencana kerja pemerintah (RKP) Tahun 2009 merupakan pelaksanaan tahun kelima atau tahun terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 2009, dan merupakan kelanjutan RKP Tahun 2008.
RKP Tahun 2009 disusun berdasarkan berbagai kemajuan yang sudah dicapai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, dan mempertimbangkan masalah dan tantangan yang masih dihadapi pada tahun 2008. Sebagai tahun terakhir dari RPJMN 20042009, RKP 2009 juga disusun dengan mempertimbangkan pemenuhan berbagai sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan 3 (tiga) Agenda Pembangunan, yaitu: mewujudkan Indonesia yang aman dan damai; menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis; serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Berdasarkan pemahaman tersebut, ditetapkan tema pembangunan nasional tahun 2009 yaitu ”Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Pengurangan Kemiskinan”, yang dijabarkan dalam 3 (tiga) prioritas pembangunan nasional, yaitu: (1) Pengurangan kemiskinan dengan peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan perdesaan; (2) Percepatan pertumbuhan yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energi; dan (3) Memperbaiki kualitas kelembagaan melalui peningkatan upaya anti korupsi, reformasi birokrasi serta pemantapan demokrasi, pertahanan dan keamanan dalam negeri.
Sasaran yang akan dicapai dalam prioritas revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan, dan pembangunan perdesaan pada tahun 2009 adalah pertumbuhan PDB pertanian sebesar 4,61 persen dan peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan dengan fokus pada: (a) menjamin ketersediaan pangan yang berasal dari produksi dalam negeri dan akses rumah tangga terhadap pangan; (b) melanjutkan peningkatan kualitas pertumbuhan produksi pertanian, perikanan dan kehutanan; (c) meningkatkan kualitas pengelolaan hutan secara lestari dan memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kesejahteraan masyarakat dan perekonomian nasional; dan (d) memperluas
kesempatan kerja dan diversifikasi ekonomi perdesaan penduduk miskin di perdesaan yang sebagian besar hidup dari sektor pertanian. Khusus untuk peningkatan ketahanan pangan nasional, produksi padi nasional tahun 2009 ditargetkan naik minimal 5% dibandingkan produksi tahun 2008.
2.1. Strategi
Sejalan dengan penetapan sasaran revitalisasi pertanian di atas khususnya untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional, maka pelaksanaan pembangunan tanaman pangan dilakukan dengan strategi sebagai berikut :
2.1.1. Peningkatan Produktivitas
Para petani didorong untuk meningkatkan produktivitas yang dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan melalui peningkatan mutu intensifikasi dengan menerapkan rekayasa ekonomi, rekayasa sosial dan teknologi maju yang efisien dan spesifik lokasi, serta didukung oleh penerapan alat mesin pertanian dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam mengembangkan penerapan teknologi dilakukan pewilayahan berdasarkan tingkat produktivitas dan penerapan teknologi yang ada. Akselerasi penerapan teknologi diarahkan pada daerahdaerah yang tingkat produktivitasnya relatif rendah. Bagi daerahdaerah yang produktivitasnya telah relatif tinggi dimantapkan dengan fokus pengembangan diarahkan kepada aspek rekayasa sosial, ekonomi dan kelembagaan.
Peningkatan produktivitas tersebut dilakukan melalui penggunaan benih bermutu dari varietas unggul, pemupukan berimbang dan penggunaan pupuk organik, pengaturan pengairan dan tata guna air, penggunaan alat mesin pertanian, dan perbaikan budidaya.
Benih Bermutu dari Varietas Unggul
Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul difasilitasi melalui pembinaan produsen benih untuk dapat menghasilkan benih secara enam tepat, yaitu tepat waktu, mutu, varietas, jumlah, lokasi dan harga. Langkahlangkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul adalah: (a) inventarisasi stok dan penangkaran benih yang
terdapat di masingmasing daerah dalam setiap skala waktu tertentu, (b) pemanfaatan stok benih yang ada secara optimal, (c) pembinaan kepada produsen/penangkar benih agar proses produksi benih terlaksana secara berkelanjutan.
Pemupukan Berimbang dan Pupuk Organik
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan kualitas hasil dilakukan pemupukan berimbang, sehingga perbandingan penyerapan unsur hara oleh tanaman dilakukan secara seimbang. Rekomendasi dosis pemupukan berimbang berpedoman kepada dosis anjuran spesifik lokasi yang dinamis. Perhatian perlu pula diberikan kepada tanah yang mengalami kekurangan (defisiensi) unsur seperti Zn, Mg, Ca, dll, yaitu dengan memanfaatkan potensi pupuk organik seperti limbah pertanian/kompos, kotoran hewan, dan pupuk hayati lainnya, sehingga struktur, tekstur dan pH tanah menjadi lebih baik dan tanaman dapat tumbuh dengan subur.
Pengairan
Pengembangan jaringan irigasi dan tata guna air sesuai kebutuhan pengairan usahatani, dilakukan berkoordinasi dengan, Departemen PU, dan instansi terkait lainnya sehingga penyediaan air bagi pertanaman dapat terjamin sesuai dengan kebutuhan. Penyediaan air irigasi/pengairan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan, yang dilakukan melalui perbaikan saluransaluran yang rusak/bocor maupun melalui penerapan sistem hemat air seperti sistem leb, pengairan bertahap (intermittent irigation) serta meningkatkan kerjasama dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Pengembangan bangunan konservasi dan pengelolaan sumberdaya air seperti embung, sumur resapan, rorak, bendung, cekdam dan lainnya dapat dimanfaatkan secara merata sepanjang tahun.
Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)
Penyediaan alat mesin pertanian dan pengembangan usaha pelayanan jasa alsintan pra panen dan pasca panen dilakukan untuk mendorong percepatan pengolahan lahan, efisiensi usaha dan peningkatan kualitas produk pertanian tanaman pangan yang dihasilkan.
Perbaikan Budidaya
Perbaikan budidaya dilakukan dalam upaya penanggulangan fluktuasi produksi yang terjadi selama ini yang bersifat musiman, dan ditempuh dengan pembinaan terhadap pengaturan pola, waktu dan cara tanam yang sesuai untuk mengatur distribusi panen yang lebih merata sepanjang tahun. Ini akan menjamin penyediaan produksi secara merata sepanjang tahun dan peningkatan produktivitas, sehingga mengurangi fluktuasi harga dan menyediakan lapangan kerja yang merata. Upayaupaya yang perlu dilakukan dalam perbaikan budidaya antara lain: (a) perencanaan pola, tata, waktu dan cara tanam yang tepat sesuai dengan rekomendasi BPTP setempat, (b) pengaturan distribusi panen yang lebih merata, (c) penerapan cara tanam yang sesuai anjuran teknologi baru, (d) peningkatan populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam, (e) penerapan pemupukan berimbang, (f) perluasan penggunaan benih padi/jagung hibrida bermutu, dan (g) penyiapan lahan dengan teknologi tanpa olah tanah (TOT).
2.1.2. Perluasan Areal Tanam
Pengembangan tanaman pangan melalui perluasan areal tanam dilakukan melalui: (1) optimalisasi pemanfaatan lahan; (2) cetak sawah baru; (3) pembangunan/perbaikan Jaringan Irigasi Teknis Usaha Tani (JITUT), Jaringan Irigasi Desa (JIDES) dan Tata Air Mikro (TAM); (4) pembangunan/perbaikan pompa/sumur/ embung; serta (5) rehabilitasi dan konservasi lahan pertanian. Optimalisasi Lahan
Optimalisasi pemanfaatan lahan dilaksanakan melalui upaya: (a) peningkatan indeks pertanaman (IP) baik IP 100 menjadi IP 200 atau IP 200 menjadi IP 300, maupun IP 0 menjadi IP 100 atau IP 200 pada sawah irigasi, tadah hujan, lahan kering maupun lahan lebak serta pasang surut; (b) penanaman tanaman sela/intercropping di lahan perkebunan, kehutanan maupun hortikultura. Tanaman sela dapat diusahakan 35 tahun atau lebih, sepanjang tajuk tanaman pokok belum menaungi. Sedangkan pada tanaman pokok sejenis kelapa rakyat, tanaman sela dapat dilakukan sepanjang tahun. Untuk lahan transmigrasi, tanaman pangan dapat diusahakan pada lahan pekarangan, lahan usaha I
maupun lahan usaha II baik secara monokultur maupun tumpang sari. Cetak Sawah Baru Cetak sawah baru, dilakukan melalui pembukaan lahan pada berbagai tipologi lahan, khususnya lahan basah. Halhal yang perlu diperhatikan dalam cetak sawah baru adalah: (1) ada inisiatif dari petani/pemuka masyarakat, (2) melakukan survai, investigasi dan desain, (3) status kepemilikan lahan jelas, (4) menghindari vegetasi hutan berat/hutan lindung, (5) pengairan/ketersediaan air terjamin, dan (6) mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat.
JITUT, JIDES, TAM, Pompa/Sumur/Embung
Penyediaan air irigasi/pengairan melalui pembangunan/ perbaikan Jaringan Irigasi Teknis Usaha Tani (JITUT), Jaringan Irigasi Desa (JIDES), Tata Air Mikro (TAM), pembangunan/ perbaikan pompa/sumur/embung serta meningkatkan kerjasama dengan P3A.
Rehabilitasi dan Konservasi Lahan
Rehabilitasi dan konservasi lahan pertanian dilakukan pada lahan sawah terlantar atau yang selama ini tidak dimanfaatkan/ditanami tanaman pangan dan telah membelukar. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka rehabilitasi dan konservasi lahan antara lain: (1) teknologi penyiapan/pembersihan lahan dari semak belukar, (2) perbaikan saluran irigasi, (3) pemanfaatan pompa air, traktor, dan (4) pengembangan usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) dan lainlain.
2.1.3. Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengatasi gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dampak fenomena iklim (DFI) dan pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida serta kehilangan hasil akibat penanganan panen dan pasca panen yang tidak benar.
Dampak Fenomena Iklim
Pengamanan hasil dari dampak fenomena iklim dilakukan dengan memperkuat antisipasi agar kerusakan tanaman dapat dihindari. Pengamanan produksi dari dampak kekeringan dilakukan melalui: efisiensi penggunaan air; penyiapan embung, cek dam, bak penyimpanan air, sumur, dll; penerapan pola tanam yang tepat; pemilihan komoditas dan atau varietas umur pendek dan toleran kekeringan; percepatan tanam; penanaman gogo rancah untuk padi; dan penyiapan taxi pump. Sedangkan pengamanan produksi dari dampak banjir dilakukan melalui: perbaikan saluran air; pembangunan/perbaikan cek dam; dan penguatan tanggul tanggul.
Pengendalian OPT
Gangguan OPT diatasi dengan menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu menerapkan berbagai cara pengendalian menjadi satu kesatuan pengendalian yang kompatibel sehingga OPT tidak menimbulkan kerugian. Pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida diharapkan menjadi alternatif terakhir, yaitu jika sistem pengendalian dengan metoda PHT tidak memungkinkan lagi atau serangan OPT telah terjadi secara eksplosif dengan tingkat serangan berat.
Penanganan Pasca Panen
Upaya untuk mengurangi kehilangan hasil dilakukan dengan menerapkan teknologi panen dan pasca panen. Persentase kehilangan hasil tanaman pangan akibat panen dan pasca panen saat ini relatif tinggi berkisar antara 1015 persen. Untuk mengurangi kehilangan hasil tersebut perlu ditingkatkan pemasyarakatan penggunaan alsin panen dan pasca panen seperti sabit bergerigi, mesin perontok (thresher), alat pengering (dryer), dan alat penyimpan. Untuk mendorong petani menggunakan thresher dan dryer dapat memanfaatkan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang ada.
Dari upaya pengamanan produksi tersebut diharapkan dapat dihindari kehilangan hasil maksimal sekitar 5 persen, yaitu 2 persen akibat gangguan OPT dan 3 persen dari pengamanan hasil dari dampak fenomena iklim, serta tercapainya penambahan produksi dari penurunan losses.
Pengamanan Kualitas Produksi
Pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida dilaksanakan dengan melakukan pemantauan residu pestisida, penggunaan pestisida secara bijaksana, dan pengembangan penerapan agensia hayati.
2.1.4. Penguatan Kelembagaan dan Pembiayaan
Pemantapan Kelembagaan Petani
Untuk dapat berkembangnya sistem dan usaha agribisnis tanaman pangan diperlukan penguatan kelembagaan baik kelembagaan petani, maupun kelembagaan usaha dan pemerintah agar dapat berfungsi sesuai dengan perannya masingmasing. Kelembagaan petani dibina dan dikembangkan berdasarkan kepentingan masyarakat dan harus tumbuh dan berkembang dari masyarakat itu sendiri.
Kelembagaan pertanian antara lain yang meliputi kelembagaan penyuluhan (BPP), kelompok tani (Poktan), gabungan kelompok tani (Gapoktan), koperasi tani (Koptan), penangkar benih, pengusaha benih, institusi perbenihan lainnya, kios, KUD, pasar, pasar desa, LUEP, pedagang, asosiasi petani, asosiasi industri olahan, asosiasi benih, LSM, KTNA, P3A, UPJA, KUPJA, kios saprodi, dan kemitraan diupayakan diberdayakan seoptimal mungkin untuk mendukung keberhasilan pembangunan tanaman pangan.
Selain kelembagaan yang berbasis langsung petani, pembangunan tanaman pangan juga melibatkan kelembagaan lain di perdesaan, yaitu Lembaga Mandiri Yang Mengakar di Masyarakat (LM3) berbasis keagamaan seperti pondok pesantren, paroki, vihara, subak dan lainlain.
Pada era otonomi daerah, di beberapa daerah terlihat bahwa penyuluhan tidak sepenuhnya berjalan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu dengan terbitnya Undangundang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan diharapkan dapat lebih menguatkan peran penyuluhan dalam pelaksanaan pembangunan pertanian, khususnya pembangunan tanaman pangan.
Pembiayaan
Bagi petani atau kelompok tani yang kekurangan modal dalam pengembangan usahataninya dapat memanfaatkan fasilitas Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKM), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan skim kredit lainnya. Peruntukan dana pinjaman tersebut diarahkan antara lain untuk pengadaan saprodi, sarana prasarana, dan pembelian hasil produksi.
Kemitraan
Upaya untuk memediasi/memfasilitasi terjalinnya kemitraan usaha antara petani/kelompok tani dengan industri/swasta atau stakeholder lainnya yang bergerak di bidang agribisnis mulai dari subsistem hulu sampai hilir (perusahaan saprodi, penangkar benih, perusahaan pengolahan hasil, perdagangan, dll) serta lembaga keuangan lainnya perlu terus dilakukan. Dengan adanya koordinasi antar pihak terkait tersebut, maka diharapkan hubungan sinergis antara subsistem agribisnis akan berjalan dengan sempurna. Pemerintah daerah sebagai fasilitator diharapkan dapat merupakan pemeran utama keberhasilan terjalinnya kerjasama tersebut. Optimalisasi Penanganan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Kegiatan offfarm seperti pengolahan hasil dan pemasaran akan banyak memperoleh nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, pengolahan hasil dan pemasaran perlu dikembangkan dengan cara penyebarluasan penerapan teknologi dan pengembangan alat mesin pengolahan, penyimpanan hasil serta penataan jaringan pemasaran. Peluangpeluang pemasaran hasil antara lain melalui kemitraan atau menjalin kerjasama dengan pengusaha/pedagang juga harus dikembangkan.
Pemantapan Manajemen Pembangunan
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan tanaman pangan sangat bergantung pada manajemen yang diterapkan. Oleh sebab itu, manajemen pembangunan harus terus diupayakan untuk diperkuat dan dimantapkan, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Perencanaan ke depan akan terus
dimantapkan melalui penerapan perencanaan partisipatif, bottom up, dan terpadu yang diselaraskan dengan kebijakan nasional. 2.2. Dukungan kebijakan
Pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan perlu didukung oleh iklim berusahatani yang kondusif. Dalam hal ini perlu diupayakan dukungan kebijakan yang berpengaruh terhadap kegiatan usahatani dan dapat mendukung pengembangan agribisnis tanaman pangan. Kebijakan tersebut antara lain :
2.2.1. Harga
Kegiatan usahatani dari suatu komoditas dapat berjalan apabila petani memperoleh insentif/keuntungan yang memadai. Karena itu pemerintah perlu menjaga kestabilan harga dan pasar hasil tanaman pangan sepanjang tahun melalui penetapan harga pembelian oleh pemerintah, khususnya komoditas strategis seperti padi, jagung dan kedelai. Pengawasan pemerintah sangat diperlukan untuk menghindari ulah spekulasi pedagang yang dapat memainkan harga. Selain itu perlu mengupayakan tumbuh dan berkembangnya kemitraan antara petani dengan pedagang/ industri olahan/pengusaha lainnya. Dalam pengendalian harga tersebut diperlukan koordinasi dengan instansi dan stakeholder terkait, baik pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota maupun tingkat pusat. Untuk tahun 2009, harga pembelian pemerintah (HPP) beras diperkirakan sebesar Rp 4.600, per kg dan harga pembelian gabah kering panen (GKP) Rp 2.600, per kg. HPP beras tahun 2009 ini masih dalam proses untuk penetapannya.
2.2.2. Subsidi
Untuk memberikan insentif kepada petani dalam mengembangkan usahataninya perlu diupayakan berbagai bentuk subsidi baik terhadap sarana produksi maupun harga/pemasaran hasil. Subsidi yang akan diberlakukan oleh pemerintah untuk membantu petani pada tahun 2009 adalah subsidi harga dan bantuan langsung pupuk (BLP), subsidi harga dan bantuan langsung benih unggul (BLBU), serta uang muka pembelian alsintan. Subsidi penting lainnya yang akan terus diupayakan guna mendukung berkembangnya agribisnis tanaman pangan adalah berbagai subsidi bunga kredit program, antara lain Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKM), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Agar implementasi kebijakan ini di lapangan benarbenar dapat dinikmati oleh petani, maka sangat diperlukan adanya koordinasi antar instansi terkait dalam pelaksanaan, pengawasan serta penerapan hukum dan sanksi yang ketat bila terjadi pelanggaran.
2.2.3. Bea masuk
Dalam era globalisasi dewasa ini persaingan pasar antar komoditas tanaman pangan semakin ketat. Komoditas tanaman impor sering membanjiri pasar dalam negeri dengan harga yang lebih murah. Hal ini dapat menghancurkan pengembangan agribisnis tanaman pangan dalam negeri. Produk impor lebih murah dari produk dalam negeri, karena pemerintah negara negara eksportir melindungi para petaninya secara baik dengan berbagai cara, sehingga mampu menghasilkan kualitas yang baik serta dengan kontinuitas pasokan yang terjamin. Oleh karena sistem atau cara perlindungan yang diberikan terhadap petani mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran hasil dan sistem perdagangannya perlu dikembangkan lebih lanjut.
Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut di atas, pemerintah Indonesia melindungi petaninya melalui pemberlakuan bea masuk (tarif) impor. Pemberlakuan tarif impor tersebut masih dimungkinkan dalam kerangka kebijakan World Trade Organization (WTO). Tarif yang masih berlaku untuk komoditas tanaman pangan antara lain bea masuk untuk padi/gabah Rp 450, per kg, jagung 5 persen, ubi kayu 5 persen, dan kacang tanah 5 persen. Untuk mengatasi penyelundupan produkproduk tanaman pangan dilakukan koordinasi dalam pengawasan pintupintu masuk penyelundupan barangbarang dari luar negeri.
2.2.4. Karantina Tumbuhan
Indonesia kaya akan berbagai jenis sumber daya alam hayati berupa anega ragam jenis tumbuhan, hewan, ikan yang perlu dijaga dan dilindungi kelestariannya. Tanah air Indonesia atau sebagian dari tanah air Indonesia masih bebas dari berbagai hama dan penyakit organisme pengganggu tumbuhan, hewan/ikan yang memiliki potensi untuk merusak kelestarian sekaligus menurunkan produksi sumberdaya alam hayati tersebut di atas.
Oleh karena itu untuk mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan, hama dan penyakit hewan/ikan melalui media pembawa (tumbuhan dan bagianbagiannya, hewan, asal bahan hewan, hasil bahan asal hewan, ikan dan/atau benda lainnya) dari luar negeri atau dari area lain di dalam negeri, perlu pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina.
Pada era perdagangan bebas ini, karantina merupakan suatu instrumen yang penting untuk memperlancar arus perdagangan, baik ekspor maupun impor. Dengan adanya peraturan karantina yang selaras dengan aturan sanitasi dan fitosanitari (sanitary and phytosanitary/SPS regulation) diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk ekspor impor yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan taraf hidup petani. Dengan demikian dapat dihindarkan terjadinya tuntutan terhadap produk Indonesia di luar negeri akibat buruknya mutu. Demikian juga derasnya arus masuk produk luar negeri yang tidak bermutu dapat dicegah melalui pengawasan karantina.
Untuk menjaga masuknya produkproduk pertanian tanaman (termasuk benih) yang tidak memenuhi persyaratan keamanan hama dan penyakit serta lingkungan, maka perlu pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina. Penjagaan dari aspek hama dan penyakit serta lingkungan tersebut di atas meliputi keamanan jangka pendek sampai dampak dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu koordinasi dengan pihak karantina setempat perlu dilakukan dan lebih ditingkatkan.
2.2.5. Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Dalam rangka memantapkan daya dukung sumberdaya lahan dan air (pelestarian ekologi dan ekosistem lahan sawah) secara berkelanjutan, perlu dilakukan pengendalian terhadap terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian/non tanaman pangan melalui penerapan peraturan/undangundang yang konsisten dan keberpihakan kepada petani.
Disisi lain, dengan terjadinya alih fungsi lahan/komoditas perlu diupayakan adanya peraturan mengenai penambahan baku lahan/pencetakan sawah baru yang sebanding/sesuai, baik dari segi kualitas lahan ataupun luas arealnya. Salah satu upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mendistribusikan sekitar 8 juta ha lahan terlantar kepada masyarakat yang
sebagiannya akan ditanami tanaman pangan.
2.3. Sasaran Pembangunan Tanaman Pangan
Sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005, tentang RPJMN tahun 20042009, maka pertumbuhan PDB sektor pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan dan kehutanan) diharapkan tumbuh ratarata 3,52 persen per tahun. Berdasarkan RPJMN tersebut, maka proyeksi pertumbuhan sektor pertanian tahun 20052009 (diluar perikanan dan kehutanan) ratarata 3,29 persen per tahun. Untuk tahun 2009, sektor pertanian dalam lingkup yang lebih sempit (subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan) ditargetkan dapat tumbuh dengan laju 4,61 persen.
Sasaran kuantitatif produksi komoditas tanaman pangan TA 2009 adalah: padi sebesar 63,52 juta ton GKG, jagung 18,00 juta ton pipilan kering, kedelai 1,30 juta ton biji kering, kacang tanah 0,98 juta ton biji kering, kacang hijau 0,36 juta ton biji kering, ubi kayu 21,60 juta ton umbi basah, dan ubi jalar 1,91 juta ton umbi basah.
2.4. Program dan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA 2009
Pembangunan tanaman pangan dituangkan ke dalam program peningkatan ketahanan pangan, program pengembangan agribisnis, program peningkatan kesejahteraan petani dan program penyelenggaraan kepemerintahan yang baik. Keempat program tersebut dilaksanakan untuk mendukung sasaran pembangunan tanaman pangan khususnya dalam rangka peningkatan produktivitas, kualitas dan produksi. Operasional peningkatan produksi dan produktivitas di lapangan dilakukan melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SLPTT) khususnya untuk padi, jagung dan kedelai. Disamping itu, untuk mempertahankan pencapaian sasaran produksi pada tahun 2009 pembinaan melalui gerakan peningkatan produksi dan produktivitas juga dilakukan pada areal areal di luar areal SLPTT, termasuk untuk komoditas pangan diluar, padi, jagung dan kedelai.
Areal peningkatan produksi difokuskan pada areal yang produktivitasnya masih lebih rendah dari ratarata produktivitas nasional. Peningkatan produktivitas diupayakan dengan teknologi Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpada (PTT). Dengan sistem ini diharapkan terbina kawasankawasan andalan untuk tiga komoditas tersebut, yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus sebagai tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok, serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. Dalam setiap 25 ha areal SL padi non hibrida, 1015 ha areal SL padi hibrida, 15 ha areal SL jagung, dan 10 ha areal SL kedelai masingmasing ditempatkan 1 unit laboratorium lapangan (LL) dan memperoleh bantuan Paket Benih VUB dan Pupuk (NPK, Urea & Organik) serta melakukan pertemuan petani pelaksana SL. Areal SL hanya mendapat bantuan benih VUB. Untuk menjamin keberhasilan penerapan di lapangan perlu dilakukan pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh Penyuluh Pertanian, Peneliti, POPT, PBT dan Mantri Tani.
Penguatan kelembagaan ditumbuhkembangkan berdasarkan semangat untuk memajukan usaha dan mensejahterakan masyarakat di perdesaan, baik untuk kegiatan produktif maupun konsumtif.
Materi yang dibahas pada sekolah lapang tersebut antara lain perkembangan manajemen usaha tani yang baru antara lain: 1) pemakaian benih/bibit unggul bermutu, 2) pemupukan berimbang, 3) pengendalian hama terpadu, 4) penerapan teknologi alsin, 5) pengairan, dan 6) halhal lain yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas. Operasional SLPTT padi 1. Sekolah Lapang (SL) § Luasan 25 ha per kelompok § Total kelompok tani pelaksana SL 80.000 kelompok (± 2,0 juta ha padi non hibrida) dan 5.000 kelompok (± 50 ribu ha padi hibrida) § Bantuan Benih 25 kg/ha (padi non hibrida) atau 15 kg/ha (padi hibrida)
§ Bantuan Uang Muka Pembelian Alsin Traktor R2 (daerah tertentu) ; bantuan Mesin Pembuat Pupuk Organik (MPPO) § Pendampingan oleh Penyuluh Pertanian, POPT, Pengawas Benih, Mantri Tani dan Peneliti § Setiap SL terdapat 1 unit LL seluas 1 ha 2. Laboratorium Lapang (LL) § Luasan areal tanaman 1 ha § Total LL 80.000 ha padi non hibrida, dan LL 5.000 ha padi hibrida. § Bantuan Paket Penuh berupa
a. Pupuk: Urea (150 kg/ha), NPK (300 kg/ha), pupuk organik (1 ton/ha) b. Benih Padi 25 kg/ha (padi non hibrida) atau 15 kg/ha (padi hibrida) Operasional SLPTT jagung hibrida 1. Sekolah Lapang (SL) § Luasan 15 ha per kelompok § Total kelompok tani pelaksana SL 6.000 kelompok (90 ribu ha) § Bantuan Benih 15 kg/ha § Pendampingan Penyuluh Pertanian, POPT, Pengawas Benih, Mantri Tani dan Peneliti § Setiap SL terdapat 1 unit LL seluas 1 ha 2. Laboratorium Lapang (LL) § Luasan areal tanaman 1 ha § Total LL 5.000 ha § Bantuan Paket Penuh berupa
Pupuk : Urea (100 kg/ha), NPK (400 kg/ha), KCL (100 kg/ha), pupuk organik (0,5 ton/ha), benih (15 kg/ha) Operasional SLPTT kedelai 1. Sekolah Lapang (SL) § Luasan 10 ha per kelompok § Total kelompok tani pelaksana SL 10.000 kelompok (100 ribu ha) § Bantuan Benih 40 kg/ha § Pendampingan Penyuluh Pertanian, POPT, Pengawas Benih, Mantri Tani, Peneliti.
§ Setiap SL terdapat 1 unit LL seluas 1 ha 2. Laboratorium Lapang (LL)
§ Luasan areal tanaman 1 ha
§ Total LL 10.000 ha
§ Bantuan Paket Penuh berupa
Pupuk : Urea (50 kg/ha), SP 36 (100 kg/ha), KCL (50 kg/ha), pupuk organik (2 ton/ha), kaptan (2 ton /ha), pupuk bio (5 liter ha), benih (40 kg/ha)
Pedoman Pelaksanaan SLPTT akan dibuat tersendiri.
Pembiayaan operasional pembangunan tanaman pangan melalui empat program tersebut dilaksanakan melalui kegiatan kegiatan sebagai berikut:
A. Program Pengembangan Agribisnis
1) Integrasi tanamanternak, kompos dan biogas
Pada Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT), salah satu tekhnologi yang digunakan adalah aplikasi pupuk organik dalam rangka menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Dengan penggunaan pupuk organik diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga penggunaan pupuk anorganik menjadi lebih efektif dan efisien.
Kebutuhan pupuk organik relatif tinggi untuk setiap hektarnya, sehingga Pemerintah akan mengalokasikan pengembangan penggunaan pupuk organik/kompos dengan memanfaatkan bahan organik yang ada di lapangan yaitu bahan organik sisa tanaman atau jerami.
Mengingat kebutuhan pupuk organik per hektar yang cukup besar, sedangkan bahan baku yang ada di lapangan belum dimanfaatkan secara optimal, maka pemerintah menyediakan rumah percontohan pembuatan pupuk organik dan pembuatan pupuk organik/kompos untuk kegiatan PTT dengan pemberian alat yang disebut mesin pengolah pupuk organik. Pada tahun 2009 ini Pemerintah akan membantu penyediaan pupuk organik melalui pemberian bantuan fasilitasi pembuatan mesin pengolah pupuk organik (MPPO) dan bahan dekomposer, sehingga jerami yang ada di lapangan dapat dijadikan pupuk organik pada waktu relatif singkat dan segera dapat digunakan pada musim berikutnya.
Rumah percontohan pembuatan pupuk organik dan bantuan alat akan diberikan kepada kelompok tani yang mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan potensi limbah pertanian setempat untuk diolah menjadi pupuk organik/kompos. Diharapkan pupuk organik tersebut akan dimanfaatkan oleh anggota kelompok taninya atau untuk kebutuhan kelompok lain diwilayah atau diluar wilayahnya. Dengan kegiatan ini diharapkan modal dan kelembagaan kelompok tani tersebut akan semakin berkembang.
2) Peningkatan kegiatan eksibisi, perlombaan, dan penghargaan kepada petani/pelaku agribisnis
Kegiatan ini dimaksudkan untuk penyebarluasan informasi, promosi, dan pemasyarakatan tentang keberhasilan dan program serta kegiatan pembangunan tanaman pangan kepada publik melalui eksibisi terbuka untuk umum, lomba dan pemberian penghargaan untuk petani/pelaku agribisnis yang berprestasi. B. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
3) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), penyakit hewan, karantina dan peningkatan keamanan pangan
Upaya yang diarahkan untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit tanaman yang disebabkan oleh OPT dilakukan melalui: pembinaan, koordinasi dan monitoring evaluasi; operasional UPTDBPTPH, insentif petugas POPT, operasional BBPOPT Jatisari, teknologi pengendalian hama terpadu (PHT), pengelolaan data OPT, dan deteksi dini dan mitigasi dampak fenomena iklim serta pengendalian OPT.
4) Bantuan benih/bibit dan penguatan kelembagaan perbenihan
Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas melalui penggunaan benih bermutu (bersertifikat) bagi petani, mempermudah akses petani terhadap benih varietas unggul. Untuk TA 2009 bantuan benih yang dialokasikan dari DIPA Departemen Pertanian masingmasing
untuk bantuan benih padi non hibrida, padi hibrida, jagung hibrida, dan kedelai diperuntukkan bagi kegiatan SLPTT.
Penguatan kelembagaan perbenihan baik tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota untuk memperlancar penyediaan benih bermutu dari varietas unggul komoditas tanaman pangan. Langkahlangkah yang dilakukan antara lain berupa:
(a) Inventarisasi stok dan penangkaran benih yang terdapat dimasingmasing daerah dalam setiap skala waktu tertentu.
(b) Pemanfaatan stok benih yang ada secara optimal.
(c) Pemberdayaan penangkar benih agar dapat berperan secara optimal.
(d) Pembinaan kepada produsen/penangkar agar proses produksi benih terlaksana secara berkelanjutan.
(e) Optimalisasi peranan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Balai Benih Induk, dan Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.
(f) Pengembangan perbenihan pusat.
5) Mekanisasi pertanian pra dan pasca panen
Sesuai dengan kebijakan Menteri Pertanian untuk pengembangan alsintan tahun 2009, akan dilaksanakan kegiatan Mekanisasi Kegiatan Produksi Komoditas Tanaman Pangan Primer (pra panen) melalui fasilitasi bantuan uang muka pembelian alsintan (traktor roda 2) untuk kelompok tani/UPJA, dan bantuan kepemilikan alat bengkel berupa mesin las dan toolkit. Bantuan pemberian uang muka kredit kepemilikan alsintan diberikan sebesar ± 50% dari harga alsintan. Calon penerima bantuan dipilih atas dasar analisa atau penilaian obyektif yang diprediksi mampu melunasi sisa kredit dan mampu menggandakan traktor roda 2 tersebut minimal 1 (satu) unit pada tahun kelima.
6) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, dan komoditas spesifik lokasi lainnya) dilakukan
dengan penyebarluasan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul, peningkatan populasi tanaman, penerapan teknologi pemupukan berimbang dan organik, perbaikan tataguna air/sistem pengairan serta pemeliharaan yang lebih intensif.
Kegiatan pendukung upaya peningkatan produksi:
(a) Koordinasi/sosialisasi/workshop/penyuluhan/desiminasi peningkatan produksi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan komoditas spesifik lokasi lainnya. (b) Pengawalan dan pendampingan. (c) Perencanaan teknis. (d) Monitoring dan evaluasi. (e) Pendidikan dan pelatihan teknis. (f) Temu usaha dan teknologi, dan (g) Pengembangan pangan spesifik lokasi. C. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
7) Penguatan kelembagaan ekonomi perdesaan melalui Lembaga Mandiri Yang Mengakar di Masyarakat (LM3)
Tujuan penguatan kelembagaan ekonomi perdesaan melalui LM3 adalah mengembangkan usaha agribisnis yang berdaya saing di LM3 serta meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar lokasi LM3. Penguatan kelembagaan LM3 ini dapat dilakukan melalui penerapan beberapa model pemberdayaan dan dalam proses pembelajaran masyarakat secara utuh melalui proses pembelajaran kelompok, serta menginkubasi usaha agribisnis di LM3 melalui fasilitasi bantuan permodalan.
8) Magang, sekolah lapang, pelatihan, pendidikan pertanian, dan kewirausahaan agribisnis
Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan dan upaya meminimalisasi dampak negatif fenomena iklim, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dalam mengelola dan menganalisis faktor faktor iklim/cuaca seperti curah hujan, suhu, kelembaban, dan selanjutnya memanfaatkannya dalam kegiatan budidaya tanaman
sesuai dengan agroklimat daerah setempat. Demikian juga untuk terlaksananya pengamanan produksi tanaman pangan terhadap serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), peningkatan kemampuan petugas lapangan dan petani terhadap pemahaman kaidah pengendalian hama terpadu (PHT) perlu ditingkatkan.
Salah satu model peningkatan pengetahuan dan kemampuan petugas lapangan dan petani dalam mengelola dan menganalisis faktor iklim/cuaca dan serangan organisme penganggu tumbuhan (OPT) adalah melalui kegiatan magang sekolah lapangan (magang Sekolah Lapangan Iklim dan magang Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) dapat dilakukan di LPHP (Lembaga Penelitian Hama Penyakit)/Perguruan Tinggi/ Lembaga Penelitian).
Kesenjangan antara potensi hasil dengan aktual di lapangan masih relatif tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah tingkat penerapan teknologi yang belum optimal. Sehingga untuk mendorong produksi dan produktivitas perlu dilakukan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui serangkaian pelatihan terhadap sumberdaya manusia (petugas lapang, kelompok tani dan petani), karena petugas dan petani yang memiliki pengetahuan dan keterampilan handal dapat menjadi pendorong dalam penerapan teknologi.
Oleh karena itu, selain aspek PHT dan iklim, dalam rangka peningkatan produktivitas tanaman pangan para petani juga dilatih melalui kegiatan sekolah lapangan PTT (SLPTT), sehingga petani SLPTT akan mampu mengambil keputusan dalam usahataninya berdasarkan pertimbangan teknis yang matang dan mampu mengaplikasikan teknologi secara benar dalam setiap tahapan budidaya usahataninya.
9) Penerapan dan pemantapan prinsip good governance, penyelesaian daerah konflik, bencana alam, daerah tertinggal dan perbatasan, pendampingan PHLN, pelaksanaan Inpres terkait dan pengarusutamaan gender.
Good governance dicirikan antara lain dari keterbukaan, demokrasi, akuntabel, partisipatif dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Penerapan dan pemantapan prinsip tersebut dituangkan dalam kegiatankegiatan yang sangat menunjang dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman
pangan sesuai dengan program peningkatan kesejahteraan petani antara lain: operasional untuk pelaksanaan tugas satuan kerja (satker); keuangan, perlengkapan; pemberian insentif untuk Mantri Tani; pengembangan data statistik; koordinasi perencanaan program dan anggaran melalui musyawarah perencanaan pembangunan pertanian tingkat kabupaten/kota dan tingkat propinsi; umum, monitoring evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan; koordinasi dan pengawalan kelembagaan UPJA, pupuk; dan pengawasan pupuk dan pestisida; serta kegiatan khusus yang dibiayai dari PHLN.
D. Program Penyelenggaraan Kepemerintahan Yang Baik. 10) Penyusunan kebijakan program, monitoring dan
evaluasi.
Keberhasilan upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan sangat tergantung dari kebijakan dan program yang disusun serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Untuk itu diperlukan adanya kegiatan khusus yang terkait dengan penyusunan kebijakan program, monitoring dan evaluasi.
11) Gaji dan operasional kantor (pemeliharaan, eksploitasi, kendaraan, jasa)
Dalam rangka melaksanakan kegiatan pembangunan tanaman pangan maka diperlukan petugas/pegawai yang merencanakan, melaksanakan, mengawasi/memonitor, meng evaluasi jalannya kegiatan pembangunan. Kepada para pegawai/petugas tersebut akan diberikan gaji/penghasilan sesuai jabatan, pangkat/golongan dan bidang kerjanya masingmasing. Ruang penggajian disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2008.
Biaya operasional lainnya seperti, eksploitasi kendaraan roda 4 dan roda 2, pemeliharaan gedung kantor, pengadaan alat alat tulis kantor disesuaikan dengan kebutuhan.
BAB III
STRUKTUR KEGIATAN DAN ANGGARAN
3.1. Struktur Kegiatan
Kegiatan pembangunan tanaman pangan pada TA 2009 difasilitasi oleh 447 satuan kerja, terdiri dari :
- 1 (satu) satuan kerja pusat (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan)
- 2 (dua) satuan kerja UPT Pusat (Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman dan Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura)
- 91 (sembilan puluh satu) satuan kerja tingkat propinsi (33 Dinas yang membidangi tanaman pangan, 29 BPSBTPH, dan 29 BPTPH)
- 353 (tiga ratus lima puluh tiga) satuan kerja tingkat kabupaten/kota (Dinas yang membidangi tanaman pangan) Daftar selengkapnya satuan kerja yang melaksanakan pembangunan tanaman pangan dengan pembiayaan APBN terdapat dalam Lampiran 2.
Dengan mengadopsi sistem penganggaran berbasis kinerja dan pola anggaran terpadu (unified budget), maka struktur anggaran tahun 2009 mengikuti struktur kegiatan yang ada di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, BBPOPT, BBPPMBTPH, Dinas tingkat propinsi, BPSBTPH dan BPTPH serta Dinas tingkat kabupaten/kota.
Didalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tanaman Pangan, struktur kegiatan pada masingmasing satuan kerja adalah seperti diuraikan berikut :
3.1.1. Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memayungi kegiatankegiatan, diantaranya:
2) Koordinasi dan pengawalan perlindungan tanaman dan pestisida
3) Pengawalan pengembangan kelembagaan benih
4) Koordinasi dan pengawalan kegiatan mekanisasi pertanian pra dan pasca panen
5) Pembinaan, pengawalan, monitoring dan evaluasi kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian
6) Koordinasi dan pengawalan kegiatan integrasi tanamanternak, kompos dan biogas
7) Peningkatan kegiatan eksebisi, perlombaan dan penghargaan kepada petani/pelaku agribisnis
8) Penguatan kelembagaan ekonomi perdesaan melalui LM3
9) Pelaksanaan kegiatan magang, sekolah lapang, pelatihan, pendidikan pertanian dan kewirausahaan agribisnis
10) Pelaksanaan kegiatan penerapan dan pemantapan prinsip good governance
11) Penyusunan kebijakan, program dan monitoring evaluasi. 3.1.2. Satuan Kerja Balai Besar Pengembangan Pengujian
Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) Cimanggis – DKI Jakarta
Satuan kerja ini melakukan kegiatankegiatan yang berhubungan dengan pengembangan metode pengujian mutu benih. Untuk mendukung secara teknis pelaksanaan program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, khususnya dibidang perbenihan, kegiatankegiatan pokoknya antara lain:
1) Peningkatan kualitas pelayanan publik 2) Penguatan kelembagaan perbenihan.
3.1.3. Satuan Kerja Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari.
Satuan kerja ini memayungi kegiatankegiatan yang berhubungan dengan pengembangan perlindungan tanaman
sesuai fungsi BBPOPT Jatisari. Kegiatankegiatan pokoknya antara lain :
1) Peningkatan kualitas pelayanan publik 2) Pengendalian OPT.
3.1.4. Satuan Kerja Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan pada Dinas yang membidangi tanaman pangan di tingkat propinsi
Satuan Kerja Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan Propinsi memayungi kegiatankegiatan, diantaranya:
1) Pengendalian OPT
2) Pengawalan pengembangan kelembagaan benih
3) Pelaksanaan kegiatan mekanisasi pertanian pra dan pasca panen
4) Pembinaan, pengawalan, monitoring dan evaluasi kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian
5) Koordinasi dan pengawalan kegiatan integrasi tanamanternak, kompos dan biogas
6) Koordinasi, pengawalan dan pendampingan pada kegiatan magang, sekolah lapang, pelatihan, pendidikan pertanian dan kewirausahaan agribisnis
7) Pelaksanaan kegiatan penerapan dan pemantapan prinsip good governance.
3.1.5. Satuan Kerja Balai Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih TPH
Satuan Kerja ini memayungi kegiatankegiatan yang berhubungan dengan pengembangan perbenihan sesuai fungsi BPSBTPH di seluruh propinsi. Kegiatan pokoknya adalah penguatan kelembagaan perbenihan melalui aspek pengawasan mutu benih.
3.1.6. Satuan Kerja Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Satuan Kerja ini memayungi kegiatankegiatan yang berhubungan dengan pengamanan produksi sesuai fungsi BPTPH di seluruh propinsi. Kegiatankegiatan pokoknya antara lain :
1) Pengendalian OPT
2) Pengembangan magang, Sekolah Lapang (SLPHT, SLIklim).
3.1.7. Satuan Kerja Pembinaan Pengembangan Tanaman Pangan pada Dinas yang membidangi tanaman pangan tingkat kabupaten/kota
Satuan kerja ini kegiatankegiatan pokoknya antara lain: 1) Pengendalian OPT
2) Pelaksanaan kegiatan pemberian bantuan benih/bibit dan pemberdayaan penangkar benih
3) Pelaksanaan kegiatan mekanisasi pertanian pra dan pasca panen
4) Pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian
5) Pelaksanaan kegiatan integrasi tanamanternak, kompos dan biogas
6) Pelaksanaan kegiatan magang, sekolah lapang, pelatihan, pendidikan pertanian dan kewirausahaan agribisnis
7) Pelaksanaan kegiatan penerapan dan pemantapan prinsip good governance.
3.2. Struktur Anggaran
Kegiatan pembangunan tanaman pangan di daerah di stimulasi oleh APBN yang dibagi ke dalam dua pola, pola dekonsentrasi dan pola tugas pembantuan. Dalam pelaksanaannya, kedua pola penganggaran tersebut tetap didasarkan kepada sistem penganggaran kinerja dengan ciriciri pokok kinerja antara lain : a) klasifikasi rincian belanja negara menurut organisasi, fungsi, lokasi dan jenis belanja, yang sebelumnya menurut sektor dan jenis belanja, b) perhatian lebih
ditekankan pada pengukuran hasil kinerja, bukan pengawasan, c) setiap kegiatan harus dilihat dari sistem efisiensi dan memaksimumkan keluaran (output), dan d) menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang dapat digunakan untuk penyusunan target evaluasi pelaksanaan kinerja. Anggaran berbasis kinerja memiliki komponen : 1) Rencana Kerja (program, kegiatan, dan pengeluaran), 2) Anggaran, dan 3) Indikator Kinerja (keluaran/output dan hasil/ outcome).
Struktur anggaran berdasarkan kegiatan dari kedua pola anggaran di atas adalah sebagai berikut :
1. Pembiayaan dengan anggaran dekonsentrasi digunakan untuk memfasilitasi kegiatan yang bersifat non fisik dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi tanaman pangan tingkat propinsi, BPSBTPH dan BPTPH, sebagai pihak yang diberi tugas oleh Gubernur yang mendapat pelimpahan tugas dari pemerintah pusat. Anggaran dekonsentrasi untuk tahun 2009 dilaksanakan oleh 91 satker (33 satker Dinas propinsi, 29 satker BPSBTPH, 29 satker BPTPH). Kegiatankegiatannya antara lain :
a. Perencanaan : rapat, musyawarah, lokakarya, seminar, semiloka, pertemuan, identifikasi, analisis, studi, pemetaan, penjaringan umpan balik, pembenahan statistik b. Pelatihan : latihan, kursus, sosialisasi, apresiasi, dan
magang
c. Pembinaan : advokasi, asistensi dan pendampingan d. Pengawasan : supervisi
e. Pengendalian : monitoring, evaluasi, pelaporan.
Kegiatankegiatan tersebut di atas terdapat dalam kegiatankegiatan induk antara lain pembinaan komoditas utama tanaman pangan (7 komoditas utama dan komoditas unggulan lokal), pembinaan sistem penyediaan sarana produksi (pupuk, pestisida, alat mesin), pengembangan sistem perbenihan, pembinaan manajemen pembangunan tanaman pangan (di seluruh kabupaten/kota), pengembangan sistem pengawasan mutu benih, pengembangan sistem perlindungan tanaman.
2. Pembiayaan dengan anggaran tugas pembantuan digunakan untuk memfasilitasi kegiatan yang bersifat fisik dan dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi tanaman pangan
tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota, sebagai pihak yang mendapat penugasan dari pemerintah pusat. Anggaran tugas pembantuan untuk tahun 2009 dilaksanakan oleh 33 satker Dinas/BBI (propinsi) dan 353 satker Dinas kabupaten/ kota. Kegiatankegiatannya meliputi:
a. Pengendalian OPT
b. Pemberian bantuan benih padi, jagung dan kedelai, dan pemberdayaan penangkar benih.
c. Pemberian bantuan pembelian traktor roda dua dan bantuan alat bengkel.
d. Pelaksanaan demplot gandum dan sorghum, serta pengembangan tanaman pangan lainnya.
e. Pelaksanaan bantuan rumah kompos dan pembuatan pupuk organik.
f. Kegiatan untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pelatihan (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu, dll)
g. Pelaksanaan kegiatan penerapan dan pemantapan prinsip good governance.
3.3. Tujuan dan Sasaran Kegiatan 3.3.1. Tujuan :
a. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan terutama pada daerahdaerah yang tingkat produktivitasnya masih rendah.
b. Mengembangkan usahatani tanaman pangan khususnya dalam aspek ekonomi dan nilai tambah, sosial, dan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan petani.
c. Menumbuhkan dan mengembangkan usaha kemitraan dibidang tanaman pangan.
3.3.2. Sasaran :
a. Pengendalian OPT di 29 propinsi, insentif/BOP 2.707 orang PNS dalam rangka pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT, dan operasional 1.288 orang THL POPTPHP.