• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

3.4. Monitoring/Pengawasan Kredit Peserta Mitra Binaan

Tata cara pelaksanaan monitoring / pengawasan terhadap mitra binaan menurut Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 antara lain:

2. Dilakukan monitoring terhadap realisasi penggunaan pinjaman, perkembangan asset (usaha dan administrasi), pelaksanaan administrasi keuangan dan pembayaran angsuran pinjaman.

3. Sebelum monitoring, harus disiapkan dahulu surat tugas yang ditandatangani oleh Kepala PKBL dan menunjuk dua orang petugas dalam satu tim monitoring, serta menyiapkan formulir monitoring dan laporan monitoring dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penilaian yang objektif dan realistis. Waktu pelaksanaan monitoring maksimal dua hari kerja, dimana pada hari pertama untuk wawancara, pemeriksaan administrasi dan kemudian pada hari kedua untuk peninjauan lokasi penyusunan laporan monitoring.

4. Pelaksanaan monotoring dapat dilakukan dengan wawancara, peninjauan lokasi kegiatan usaha dan pemeriksaan administrasi.

5. Petugas yang ditunjuk melaksanakan monitoring, wawancara, peninjauan lapangan dan pemeriksaan administrasi, berkewajiban memberikan pengarahan dan saran perbaikan demi kemajuan usaha kecil dan koperasi yang dimonitorinya.

6. Petugas yang ditunjuk melakukan monioring, dapat ditugasi untuk menerima angsuran pinjaman dengan membuat bukti tanda terima rangkap dua yang ditandatangani oleh

kedua belah pihak (pembayar dan penerima), kemudian paling lambat satu hari setelah diterima harus sudah disetor / ditrasfer ke rekening PKBL yang bersangkutan.

7. Untuk mengetahui pengguaan pinjaman yang sesuai dengan perjanjian, petugas PKBL melakukan wawancara secukupnya dan meminta bukti yang dapat mendukung keterangan dari mitra binaan, lalu petugas mencatatnya dalam formulir monitoring.

8. Untuk mengetahui kelancaran pembayaran angsuran pinjaman, petugas menanyakan rata-rata penerimaan dan pengeluaran tunai tiap bulan. Ini dibuktikan dari catatan administrasi keuangan ( buku harian kas ). Kemudian petugas mencatat hasilnya dalam formulir monitoring yang disimpulkan dalam laporan monitoring.

9. Untuk mengetahui perkembangan / pertumbuhan omset penjualan, petugas PKBL menanyakan tentang kapasitas produksi rata-rata perbulan, rata-rata stok barang perbulan dan penjualan rata-rata perbulan. Ini dibuktikan dari catatan administrasi penjualan dan buku persediaannya. Bila perlu mengecek ke lokasi produksi dan penjualannya, kemudian mengevaluasi pertumbuhannya.

10. Untuk mengetahui perkembangan administrasi, petugas menanyakan buku catatan yang digunakan untuk administrasi keuangan maupun administrasi umum lainnya, baik sebelum memperoleh binaan maupun sesudah memperoleh binaan. Kemudian petugas PKBL mengamati perbedaanya dan mencatat hasilnya.

11. Untuk mengetahui perkembangan pemasaran, petugas menanyakan sampai dimana pelaksanaan pemasaran dilakukan ( lokal, luar kota, luar propinsi, luar pulau atau ekspor ). Ini dibuktikan dengan cara mengambil bukti pengiriman produk / barang untuk beberapa bulan sehingga dapat diketahui berkembangannya, kemudian mencatat hasilnya. 12. Untuk mengetahui perkembangn tenaga kerja, petugas pkbl menanyakan berapa jumlah

tenaga kerja yang lalu membandingkan dengan data yang ada dalam proposal. Selanjutnya menanyakan pula masa kerja dari beberap tenaga kerja yang ada. Petugas

PKBL juga mencari informasi dari beberap pekerja mengenai peningkatan keterampilan yang mereka peroleh selamamasa kerja tersebut dan mencatat hasilnya.

13. Untuk mengetahui perkembangan jenis usaha, petugas PKBL menanyakan apakah ada produk-produk baru ( tidak sejenis ) yang dihasilakan sudah dipasarkan, selam telah meneriam bantuan kredit. Kemudian mengecek fisik produk dan mencatat hasilnya.

14. Untuk mengetahu perkembangan asset, petugas menanyakan buku catatan yang digunakan untuk mencatat kekayaan badan usaha, antar lain buku kas/bank, buku piutang, buku persediaan barang, buku aktiva tetap ( peralatan yang dimiliki ). Kemudian mencatat hasilnya.

15. Laporan monitoring harus ditandatangani kedua belah pihak yaitu petugas monitoring dan pimpinan / pengurus / pemilik usaha yang bertalian (mitra binaan). Laporan dibuat rangkap tiga, diman yang asli dan duplikat disimpan dalam PKBL untuk diproses lebih lanjut, sedangkan triplikanya untuk usaha kecil yang bersangkutan.

16. Berdasarkan kesimpulan dari Laporan monitoring serta evaluasi yang mendalam, maka mitra binaan dapat dikelompokkan berdasarkan kondisi yang ada, yaitu mitra binaan yang berhasil baik dan mitar binaan baru. Untuk mira binaan yang berhasil dan bermasah, baik didasarkan pada kinerja pembayaran angsuran pinjaman, perkembangan aset dan administrasi dalam satu periode pembinaan. Sedangkan untuk mitra binaan baru selain didasarkan pada kinerja pembayaran angsuran pinjaman, perkembangan aset administrasi juga didasarkan pada perkembangan omset penjualannya setelah satu periode pembinaan. 17. Petugas monitoring harus bertindak adil dan objektif dalam memberikan penilaian

ataupun kesimpulan akhir,agar tidak menyesatkan dan merugikan dikemudian hari bagi mitra binaan.

18. Apabila tata cara monitoring tersebut dirasakan hasilnya masih kurang memberikan informasi yang meyaknkan bagi petugas, maka petugas monitoringdapat menambah cara yang lainnya, sehingga tujuan untuk memberikan penilaian objektif dan realistis dapat tercapai.

Kinerja Sistem pengawasan kredit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Piutang Pinjaman Mitra Binaan

Jumlah piutang pinjaman Mitra Binaan per 31 Maret 2012 adalah sebesar RP. 23.671.443.250,- jumlah tersebut merupakan besarnya pokok pinjaman yang belum dilunasi oleh Mitra Binaan tidak termasuk bunga pinjaman.

Tabel 3.2

Jumlah Piutang Pinjaman Mitra Binaan Per 31 Maret 2012 Keterangan Triwulan I 2012 Rp 31/12/2011 Rp Piutang / Tagihan Lancar 8.761.528.190 9.278.574.000 Kurang Lancar 1.926.320.000 2.471.553.925 Macet 10.479.881.210 10.658.107.524 Piutang Bermasalah 2.503.713.850 2.503.713.850 Total Piutang 23.671.443.250 24.911.949.299

3.5. Penggolongan Kualitas Pinjaman dan Penanganan Terhadap Mitra Binaan yang Bermasalah

1. Penggolongan Kualitas Pinjaman Menurut Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007

a. Lancar ; adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran.

b. Kurang Lancar ; apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo, pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

c. Ragu-ragu ; apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari, dan belum melampaui 360 (tiga ratus enam puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

d. Macet ; apabila terjadi keterlambatan pembayaran dan atau bunga yang telah melampaui 360 (tiga ratus enam puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

Mitra Binaan dikategorikan bermasalah apabila pengembalian pinjaman pokok dan atau bunga telah mencapai kualitas ragu-ragu dan macet, tindakan selanjutnya adalah Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan secara bersama-sama dengan Distrik Manager/General Manager masing-masing wilayah binaan melakukan peninjauan ke lapangan terhadap Mitra Binaan tersebut untuk mengetahui dan mengevaluasi permasalahan yang dihadapi Mitra Binaan tersebut.

2. Penanganan Terhadap Mitra Binaan Bermasalah

a. Distrik Manager/General Manager atau Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan agar memberikan surat teguran terhadap Mitra Binaan wilayah binaan yang telah mencapai kualitas ragu-ragu setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi Mitra Binaan tersebut.

Dan bila surat teguran 1 tidak diindahkan Mitra Binaan, agar dilanjutkan dengan surat teguran 2, surat teguran hanya dapat dikeluarkan 2 kali.

Surat teguran berisikan kondisi usaha Mitra Binaan dan tunggakan terhadap hutang pokok dan bunga Mitra Binaan.

b. Surat Peringatan I, II, dan III

Surat peringatan diberikan oleh Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan yang ditandatangani Direksi kepada Mitra Binaan yang kualitas pengembaliannya telah mencapai tingkat macet dan atau pinjaman telah jatuh tempo tetapi belum melunasi hutang pokok dan atau bunganya..

Surat peringatan berisikan teguran keras yang mengacu kepada surat perjanjian yang telah ditandatangani antara pihak pertama (PTPN III) dan pihak ke dua (Mitra Binaan) dihadapan notaris pada saat pemberian pinjaman.

c. Eksekusi Jaminan

Pengeksekusian jaminan Mitra Binaan dapat dilaksanakan setelah diadakan sapat tim antara Distrik Manager/General Manager, Kebun/Unit dan Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan, kemudian memberitahukan secara tertulis kepada Direksi tentang rencana pengeksekusian tersebut setelah mendapat persetujuan direksi membuat surat pemberitahuan tertulis kepada Pengadilan Negeri setempat di mana saat penandatanganan surat perjanjian tersebut ditandatangani, pengeksekusian jaminan harus sejalan dengan isi surat perjanjian.

3.6. Masalah Sistem Pengawasan Kredit yang Dihadapi dan Upaya-Upaya Mengatasinya

1.1. Masalah yang dihadapi

a. Masih terdapatnya itikad yang kurang baik dari para Mitra Binaan untuk membayar cicilan sehingga terjadi tunggakan.

b. Masih belum membudayanya di kalangan Mitra Binaan untuk membayar angsuran melalui transfer Bank.

c. Letak usaha dari Mitra Binaan yang terpencil mengakibatkan tingginya biaya operasional, baik di saat analisa apalagi saat melakukan monitoring/penagihan.

d. Masih ada Mitra Binaan yang bersifat tertutup, sehingga pembinaan sulit dilakukan secara optimal.

e. Mitra Binaan sulit memasarkan produknya.

1.2. Upaya Mengatasi Masalah yang dihadapi

a. Melakukan deregulasi dalam pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dengan mengikutsertakan Distrik dan kebun/unit-unit usaha yang ada di dalam wilayah binaan PTPN III dalam melaksanakan analisa.

b. Sebelum penyerahan dana kemitraan, Calon Mitra Binaan terlebih dahulu diberikan Pelatihan Management dasar bagi Usaha kecil.

c. Dalam hal penyusunan pembukuan dan pelaporan Usaha Kecil dilakukan monitoring dan pembinaan langsung secara berkala Triwulan dan tahunan baik lintas sektoral maupun BUMN.

d. Mengikutsertakan para Mitra Binaan (khususnya Mitra Binaan Unggulan) melalui kegiatan pameran dan promosi baik Dalam Negeri maupun Luar Negeri.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan di bab sebelumnya maka pada bab ini dapat ditarik kesimpulan sebagaimana diuraikan di bawah ini :

1. Program-program PKBL pada PTPN III (Persero) medan terdiri dari Kemitraan dan Bina Lingkungan. Kemitraan adalah untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana 2% dari laba perusahaan. Sedangkan Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi masyarakat yang berada disekitar perusahaan, melalui pemanfaatan dana dari perusahaan setelah pajak maksimal 2% sesuai dengan keputusan menteri BUMN. 2. Monitoring / pengawasan kredit yang di lakukan PKBL PTPN III (Persero) Medan

sudah cukup baik dimana dalam proses pengawasan kredit bukan saja dilakukan pada saat kredit sudah diterima oleh calon mitrabinaan tetapi proses pengawasan kredit sudah dilakukan sejak calon mitrabinaan mengajukan permohonan kredit sampai dengan kredit lunas dibayar.

4.2. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. PKBL PTPN III ( Persero ) Medan dalam usaha perkreditannya kepada usaha kecil, koperasi dan lembaga yang membutuhkan hendaknya benar-benar mempertimbangkan calon mitra binaan. Disamping itu hendaknya dilakukan pengecekan terhadap kebenaran jaminan untuk mencegah terjadinya kredit macet dan

harus dapat mengambil keputusan yang tegas terhadap mitra binaan yang tidak mau membayar kredit yang dipinjamnya agar resiko kredit bermasalah dapat diperkecil. 2. Melihat tugas terberat adalah menjalankan fungsi serta proses pengawasan /

monitoring kredit maka hendaknya petugas yang ditunjuk dibekali dengan pengetahuan, kreatifitas, keterampilan dan keahlian serta semakin meningkatka usaha pengawasan terhadap kredit agar usaha dapat berjalan dengan lancar sehingga mitra binaan termotifasi untuk selalu berusaha mencapai hasil yang lebih baik lagi.

3. Diharapkan kepada pihak PKBL PTPN III (Persero) Medan agar lebih dapat meningkatkan lagi pelayanan dan keramah-tamahan terhadap mitra binaan maupun orang ( pelajar, mahasiswa, pekerja dan lainnya), lembaga, atau instansi tertentu yang sedang/akan menjalin kerja sama.

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. Dan Larasati Hadi, Yovi. 2010. Pengantar Manajemen Perkreditan, Penerbit Alfabeta, Bandung

Harefa, Kornelius. 2005 Dasar-dasar Perbankan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan PT. Raja Grapindo Persada : Jakarta

Pedoman Pelaksana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007

Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP- 236/MBU/2003 Tanggal 17 Juni 2003

Surat Edaran Menteri BUMN Nomor: SE-433/MBU/2003 Tanggal 16 September 2003 Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-100/MBU/2002 Tanggal

4 Juni 2002 www.bumn.co.id/ptpn3 www. ptpn3. co.id

Dokumen terkait