• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Analisis Data Hasil Penelitian

5. Monoftongisasi

Adalah Perubahan karena bergabungnya dua bunyi yang berbeda menjadi bunyi tunggal dan kemudian mengandung sejumlah ciri fonetis dari kedua bunyi semula yang disebut sebagai monoftongisasi. Jika dicermati pada contoh haibah yang berubah menjadi hebat dan taubah menjadi tobat telah terjadi proses monoftongisasi terjadi pada kata-kata serapan yang mengandung diftong /ai/ dan /au/.

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metodologi Penelitian

Metodologi adalah cara teratur dan terpikir baik-baik demi mencapai cara kerja bersistem yang memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Penelitian ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger, adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis terhadap proposisi-proposisi hipotetis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antar gejala alam.16

Penelitian terhadap objek sasaran yang berupa bahasa (bunyi tutur) itu dikatakan sistematis, maksudnya bahwa penelitian itu dilakukan secara sistemik dan terencana. Mulai dari identifikasi masalah yang terkait dengan objek kajian berupa bunyi tutur itu (termasuk di dalamnya upaya menjelaskan masalah itu secara cermat dan terinci).

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diantaranya:

1. Inventarisasi kata serapan bahasa Arab yang termuat dalam KBBI 2. Identifikasi proses transliterasi kosakata bahasa Arab

3. Identifikasi perubahan bunyi kata serapan Arab dalam bahasa Indonesia 4. Pembentukan transliterasi bagi kosakata asing bahasa Arab

13

C. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari: 1. Kamus Besar Bahasa Indonesia 2. Kamus al- Ashri

3. Kamus al- Munawwir 4. Jurnal

D. Metode Penyediaan Data

Selain upaya inventarisir kata serapan bahasa Arab dalam entri kata KBBI data juga diperoleh melewati prosedur metode catat, kegunaan metode catat kali ini selain bersifat inventarisir juga merupakan identifikasi kata serapan Arab, KBBI guna memudahkan para pembaca dengan disiplin kodifikasi yang teratur, salah satunya memberi label pada kata asing, untuk bahasa Arab diberi label Ar.

Adapun praktik teknisnya, dengan melakukan identifikasi kata serapan Arab secara alfabetis dari abjad a hingga z. Disiplin demikian berguna memudahkan penulis dalam membatasi jangkauan objek temuan. Setiap abjad dibatasi, minimum tiga maksimum sepuluh (jika banyak), bahkan ada beberapa abjad dalam KBBI yang tidak memuat kata serapan bahasa Arab termuat dalam lampiran. Berikut deskripsi metode penelitian dalam bentuk tampilan informal:

14

Tabel. 1. Metode Penyediaan Data

E. Metode Analisis Data

Tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena pada tahapan ini, kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh. Penemuan kaidah-kaidah tersebut merupakan inti dari sebuah aktivitas ilmiah yang disebut penelitian. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Keduanya digunakan sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian.

Penelitian terbatas dengan menggunakan metode analisis data hanya terkait pada analisis padan intralingual. Padan merupakan kata yang bersinonim dengan kata banding dan sesuatu yang dibandingkan mengandung makna adanya keterhubungan sehingga padan disini diartikan sebagai hal menghubungbandingkan.17

17Ibid., hlm. 117

Metode Penyediaan Data

Metode Simak Metode Catat

Metode Sadap Teknik Catat Secara Alfabetis

15

Sedangkan intralingual, mengacu pada makna unsur-unsur yang berada dalam bahasa (bersifat lingual), yang dibedakan dengan unsur yang berada di luar bahasa (ekstra lingual), seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks, tuturan dan lain-lain. Jadi, metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda.18

Dalam metode padan intralingual ini penulis melakukan praktik hubung banding demi menyamakan hal pokok yang berupa transliterasi bunyi bahasa Arab pada KBBI, kemudian dihubungbandingkan bersama kamus Al-ashri, teknik ini bertujuan guna mencari kesamaan hal pokok dari pembedaan dan penyamaan antara kedua kamus tersebut, KBBI dan al-Ashri. Karena tujuan akhir dari banding adalah menyamakan atau justru membedakan kesamaan pokok antar kedua data perbandingan tersebut.

F. Hasil Analisis Data

Hasil analisis dapat disajikan melalui dua cara, yaitu pertama perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis dan kedua perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Kedua cara diatas masing-masing disebut metode informal dan metode formal. Berikut tampilan hasil analisis data yang penulis sajikan dalam bentuk aplikasi metode informal pada tabel 2:

16

Tabel 2. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode Penelitian Metode Kualitatif Paradigma Penelitian MetodePenelitan Teknik Penelitian Fonetik Penelit Perubahan Bunyi Penelitian Kata Dasar 1. Penambahan bunyi 2. Pengurangan Bunyi 3. Asimilasi 4. Metatesis Padan Penelitian Intra Lingual Teknik dasar hubung banding bersifat lingual

17

BAB IV

ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas analisis data hasil penelitian secara acak, tidak lagi mengurut setiap kata sesuaialafabet, namun mengelompokkannya dalam jenis perubahan bunyinya masing-masing.

1. Pelemahan bunyi

Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya. Berikut hasil analisa:

1) Dalal - Dalil

اد

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata dalal diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi dalil, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata dalal mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

2) Hakam – Hakim

م ح

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata hakam diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi hakim, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata hakam mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

3) Jahal – Jahil

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata jahal diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi jahil, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata jahal mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

18

4) Jarab – Kurap

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata jarab diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi kurap, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata jarab mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

5) Kafar – Kafir

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata kafar diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi kafir, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata kafar mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

6) Masjad – Masjid

م

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata masjad diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi mesjid, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata masjad mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

7) Qurban – Korban

ق

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata qurban diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi korban, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata qurban mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

8) Ridho – Rela

ضر

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata ridho diproses saat berubahnya bunyi fonem /i/ menjadi bunyi /e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/ sehingga berbunyi rela, fonem vokal /i/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /e/ sehingga kata ridho mengalami pelemahan bunyi atau lenisi. Berikut tabelnya :

19

Tabel. 1

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Pelemahan bunyi 1. Dalal

اد

Dalil Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang

/i/

2. Hakam

م ح

Hakim Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/

3. Jahal Jahil Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/

4. Jarab Kurap Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /u/

5. Kafar Kafir Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/

6. Masjid

م

Mesjid Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /e/

7. Qurban

ق

Korban Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /u/ menjadi vokal sedang /o/

8. Ridha

ضر

Rela Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /i/ menjadi vokal sedang /e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/

Menurut Kridalaksana pelemahan bunyi merupakan perubahan dari bunyi yang kuat berubah menjadi bunyi yang lemah. Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya.

2. Penguatan bunyi 1) Fahm –Paham

م ف

Bunyi /p/ dipandang sebagai bunyi yang lebih kuat dari pada bunyi /f/, pada kata fahm yang diserap menjadi paham terjadi penguatan karena disebabkan bunyi

20

Adalah kebalikan dari pelemahan, bunyi /f/ bukan merupakan fonem asli Indonesia, tapi merupakan pinjaman, sedangkan fonem /p/ adalah fonem asli bahasa Indonesia. Penguatan bunyi adalah perubahan dari bunyi-bunyi yang relatif menjadi bunyi-bunyi yang secara relatif lebih kuat.

2) Habl –Kabel

ح

Bunyi /k/ dipandang sebagai bunyi yang lebih kuat dari pada bunyi /h/, pada kata habl yang diserap menjadi kabel terjadi penguatan karena disebabkan bunyi /h/ bukan merupakan fonem asli Indonesia, tapi merupakan pinjaman, sedangkan fonem /k/ adalah fonem asli bahasa Indonesia.

Tabel. 2

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Pelemahan bunyi 1. Fahm

م ف

Paham Pelemahan bunyi pada fonem

/f/ menjadi /p/

2. Habl

ح

Kabel Pelemahan bunyi pada fonem /f/ menjadi /k/

Bunyi-bunyi bersuara dipandang sebagai bunyi-bunyi yang lebih kuat dari bunyi-bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi hambat lebih kuat daripada bunyi kontinuan, konsonan lebih kuat dari pada semivokal, bunyi oral lebih kuat dari pada bunyi glotal, vokal depan dan belakang lebih kuat daripada vokal pusat.

3. Pengenduran bunyi 1) Dzikr - Zikir

21

Fonem /dz/ mengalami proses pengenduran bunyi dengan ciri fonetis yang berubah menjadi /z/, fonem bahasa Arab /dz/ dihasilkan dengan ujung lidah yang menyentuh atau mendekati atas gigi, atau mengalami proses apiko dental geser bersuara. Sedangkan fonem /z/ merupakan ciri fonem geser bersuara milik bahasa Indonesia.

Ciri perubahan di atas mengandung bunyi apiko dental geser bersuara yaitu pada fonem fonem bahasa Indonesia /d/, sedangkan ciri fonem geser terdapat dalam fonem bahasa Indonesia /z/. kedua fonem tersebut /d/ dan /z/ merupakan fonem bahasa Indonesia bersuara.

2) Tsalju –Salju

ث

Fonem /ts/ mengalami proses pengenduran bunyi dengan ciri fonetis yang berubah menjadi /s/, fonem bahasa Arab /ts/ dihasilkan dengan ujung lidah yang menyentuh atau mendekati atas gigi, atau mengalami proses apiko dental geser bersuara. Sedangkan fonem /s/ merupakan ciri fonem geser bersuara milik bahasa Indonesia.

Tabel. 3

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Pelemahan bunyi 1. Dzikr Zikir Fonem bahasa Arab /dz/

berubah menjadi /z/ 2. Tsalj ث Salju Fonem bahasa Arab /ts/

berubah menjadi /s/ -

22

4. Penambahan bunyi (a) Epentesis

1) Fahm – Paham

م ف

(Penyisipan vokal /a/ dalam gugus konsonan)

Penyisipan vokal /a/ antara konsonan hm sehingga menjadi bunyi paham merupakan ciri-ciri penambahan bunyi jenis apentesis sisip vokal /a/ dalam gugus konsonan. Kemudian, penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan. Berikut contohnya:

2) Fiqh – fikih

ه ف

(Penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan)

Penyisipan vokal /i/ antara konsonan kh sehingga menjadi bunyi fikih merupakan ciri-ciri penambahan bunyi jenis apentesis sisip vokal /i/ dalam gugus konsonan. Begitu juga yang terjadi pada beberapa kata serapan dibawah ini yang mengalami penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan:

Tabel. 4

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Penambahan bunyi 1. Fahm

م ف

Paham Penyisipan fonem /a/ antara konsonan hm 2. Fiqh

ه ف

Fikih Penyisipan fonem /i/ antara konsonan qh 3. Idzn

إ

Izin Penyisipan fonem /i/ antara konsonan zn 4. Ism

مسا

Isim Penyisipanfonem /i/ antara konsonan sm 5. Milk

م

Milik Penyisipan fonem /i/

antara konsonan lk 6. Jild Jilid Penyisipanfonem /i/

23

7. Fikr

ف

Pikir Penyisipan fonem /i/ antara konsonan kr 8. Syirk

ش

Syirik Penyisipanfonem /i/ antara konsonan rk 9.

Sihr

س

Sihir Penyisipanfonem /i/ antara konsonan hr 10. Jism

م

Jisim Penyisipanfonem /i/ antara konsonan sm

Gejala epentesis berupa perubahan yang disebabkan oleh penambahan konsonan di antara dua konsonan dan di antara konsonan dan vokal serta.

(b) Paragog 1) Ahl –ahli

هأ

Penambahan bunyi yang terjadi pada contoh ahl menjadi ahli merupakan jenis paragog, atau bertambahnya bunyi vokal /i/ setelah sebuah kata berakhir konsonan. Begitu juga yang terjadi pada beberapa kata serapan Arab dibawah ini yang mengalami penambahan bunyi vokal /i/ dan /u/ setelah akhiran dengan konsonan.

Tabel. 5

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Penambahan bunyi 1. Ahl

هأ

Ahli Fonem vokal /i/ setelah konsonan /l/ 2. Fitr

ف

Fitri Fonem vokal /i/ setelah konsonan /r/ 3. Fardh

ف

Perlu

Fonem vokal /u/ setelah konsonan /dh/ yang juga mengalami lenisi

menjadi fonem /l/ 4. Waqt

تق

Waktu Fonem vokal /u/ setelah

24

konsonan /t/

5. Nafs

س

Nafsu Fonem vokal /u/ setelah konsonan /s/ 6. Qalb

ق

Kalbu Fonem vokal /u/ setelah konsonan /b/ 7. Sabt

ت س

Sabtu Fonem vokal /u/ setelah

konsonan /t/

8. Tsalj

ث

Salju Fonem vokal /u/ setelah konsonan /j/

Perubahan bunyi pada paragog disebabkan karena penambahan bunyi di akhir kata, contoh pada kata serapan ‘ilm berubah menjadi ilmu dalam bahasa Indonesia, proses paragog terlihat jelas pada kata tersebut, karena terjadi penambahan fonem /u/ di akhir kata. Bentuk terakhir yang jarang ditemukan adalah protesis, yaitu penambahan vokal atau konsonan pada awal kata.

5. Monoftongisasi

1)

Haibah – Hebat

يه

Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/ dan /au/, seperti pada contoh haibah yang mengandung diftong /ai/, kedua diftong tersebut berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata hebat.

2) Taubah – Taubat

ت

Gejala monoftongisasi ditemukan pada diftong /au/, seperti pada contoh taubah yang mengandung diftong /au/, diftong tersebut berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata taubat.

25

Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/, seperti pada contoh Syaithan yang mengandung diftong /ai/, kemudian diftong tersebut berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata setan.

4) Syaikh – Syekh

يش

Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/, seperti pada contoh syaikh yang mengandung diftong /ai/, kemudian diftong tersebut berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata syekh.

Tabel. 6

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Perubahan bunyi 1. Haibah

يه

Hebat Diftong /ai/ menjadi

bunyi /e/

2. Taubah

ت

Tobat Diftong /au/ menjadi bunyi /o/

3. Syaithan

يش

Setan Diftong /ai/ menjadi bunyi /e/ 4. Syaikh

يش

Syekh Fonem vokal /ai/ menjadi bunyi /e/

Dokumen terkait