• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahab bunyi kata serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahab bunyi kata serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERUBAHAN BUNYI KATA SERAPAN BAHASA ARAB

DALAM BAHASA INDONESIA

(STUDI KASUS: KBBI)

Disusun oleh:

FAJAR ISMAIL 108024000002

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

PRAKATA

Alhamdulillah... Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang kaya akan cintanya, dan makin melimpah saat menurunkan moyang Adam bersama Hawa dari surga ke muka bumi. Sejalan perjuangan mereka merintis kehidupan manusia, lahirlah sosok penyempurna akhlak manusia dan penggagas revolusi mental yang susungguhnya, Muhammad SAW, solawat teriring salam sepatutnya diucap.

Karya ini penulis rancangguna menuntaskan beragam syarat perolehan gelar Sarjana Sastra di Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Lewat lembar ini, penulis menyampaikan rasabangganya kepada civitas akademika: Prof. Prof. Syukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum, Ketua Jurusan Tarjamah, Rizki Handayani, MA, Sekretaris Jurusan Tarjamah, serta seluruh dosen beserta alumni jurusan. Semoga ilmu yang kalian kenalkan bisa bermanfaat, kelak.

Kepada pihak yang penuh jasa mengembangkan jurusan, Dr. Akhmad Saehuddin, M. Ag, yang juga dosen pembimbing penulis, terimakasih rela membagi waktu luangnya untuk menggores pena merahnya demi perbaikan skripsi. Kepada para penguji, Dr. Darsita Suparno, M.Hum dan Drs. Ikhwan Azizi, MA terimakasih sudah membimbing bahkan mempersilahkan saya mengganti judul skripsi.

Tercinta, kedua orang tua di rumah, Hj. Abdul Rasyid dan Hj. Yayah Khairiyyah, tiada syukur paling indah selain mengucap namamu dalam doaku, terimakasih telah membangun sekolah yang indah untuk mendidik anak-anakmu di rumah. Juga Firdaus Riantori, Ade Ferdiawan dan Ahmad Farid, kita berempat adalah pria tangguh yang pernah terlahir dan dibesarkan oleh perguruan yang rukun dan harmonis.

Selanjutnya, kepada rekan seperjuangan tarjamah, sukses menanti kita di luar sana! Tak lupa, rekan-rekan sabuk organisasi AMURA Karate Bekasi, Osh! Juga KPA Arkadia, dua tahun memimpin organisasi ini adalah kesempatan belajar yang tidak pernah saya temukan di bangku kelas, kemudian LPM Institut dan kawan-kawan penghuni SC lainnya, enam tahun kita bersama melakukan perubahan lebih baik untuk kampus ini, jangan pernah lupa semua perjuangan yang sudah kita capai, cukup bangga untuk dikenang.

Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini bisa memberikan manfaat bagi siapa saja terutama yang tertarik dengan dunia penerjemahan. Saran dan kritik membangun, penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Jakarta, 02 Juli 2015

(6)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ………... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii

LEMBAR PENGESAHAN ……… iii

PRAKATA ………....iv

DAFTAR ISI ………..v

PEDOMAN TRANSLITERASI ……… viii

SINGKATAN ………. xiii

GLOSARIUM ……….... xiv

ABSTRAK ……… xvi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………... 5

B. Tujuan Penelitian ……….…...…… 5

C. Manfaat Penelitian……….... 6

D. Sistematika Penulisan.………... 6

BAB II Kerangka Teori A. Ilmu bunyi... 7

B. Fonetik dan kajiannya... 9

C. Perubahan bunyi... 9

BAB III Metodologi Penelitian A. Metodologi Penelitian………...……… 12

B. Fokus Penelitian... 12

C. Sumber Data……….………... 13

D. Metode Penyediaan Data ... 13

E. Metode Analisis Data……….………... 14

F. Hasil Analisis Data...…… 15

BAB IV Analisis Data Hasil Penelitian 1. Pelemahan bunyi……….……….………… 17

2. Penguatan bunyi……….……….……… 19

3. Pengenduran bunyi ……….……….…… 20

4. Penambahan bunyi……….……….……….. 22

(7)

vi

6. Adaptasi bunyi ……….……….………….... 25

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 30

B. Saran-saran ……… 31

DAFTAR PUSTAKA ……… 32

(8)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan pedoman transliterasiArab-Latin dalam buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

ب

B Be

ت

T Te

ث

Ts te dan es

ج

J Je

ح

H h dengan garis di bawah

خ

Kh ka dan ha

د

D De

ذ

Dz de dan zet

ر

R Er

ز

Z Zet
(9)

viii

ش

Sy es dan ye

ص

S es dengan garis di bawah

ض

D de dengan garis di bawah

ط

T te dengan garis di bawah

ظ

Z zet dengan garis di bawah

ع

، koma terbalik di atas hadap kanan

غ

Gh ge dan ha

ؼ

F Ef

ؽ

Q Ki

ؾ

K Ka

ؿ

L El

ـ

M Em

ف

N En

و

W We

ػه

H Ha

ء

' Apostrof
(10)

ix 2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggul, ketentuan alih aksaranya ialah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ػػػَػػػػ

A Fathah

ػػػػِػػػ

I Kasrah

ػػػػُػػػ

U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ialah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي

----

Ai a dan i

و

----

Au a dan u

2.1 Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اَػػ

 a dengan topi di atas

ْْىِػػ

Î i dengan topi di atas
(11)

x 3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu

ؿا

,

dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ) ـــ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya,

kata

رة

ُْرْْوَْ

ْ ضلا

tidak ditulis ad-darûrah tetapi al-darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2 di bawah). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1

ةقيرط

Tarîqah

2

ةّيماسإاْةعماجلا

al-jâmi‟ah al-islâmiyyah

3

دوجولاْةدحو

wahdat al-wujûd

6. Huruf Kapital

(12)

xi

awal nama tempat, nama bulan, dan nama diri. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih akasara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa arab. Misalnya ditulis, Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

7. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

ذاتسأاْبهذ

dzahaba al-ustâdzu

رجأاْتبث

tsabata al-ajru

ْةكرحلا

ةّيرصعلا

al-harakah al-„asriyyah

ْاْْفأْدهشأ

إ

ْهل

إ

هاّْا

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

حلاصلاْكلمْاناوم

Maulânâ Maliku al-Sâlih
(13)

xii

ةّيلقعلاْرهاظملا

al-mazâhir al-„aqliyyah

ةّينوكلاْتايآا

al-âyât al-kauniyyah
(14)

xiii

SINGKATAN

BSa : Bahasa Sasaran

BSu : Bahasa Sumber

TBp : Teks Bahasa Penerima

NBSa : Naskah Bahasa Sasaran

NBSu : Naskah Bahasa Sumber

SL : Source Language

(15)

xiv

GLOSARIUM

Abreviasi: Proses morfologis berupa penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata.

Adjektiva: Kata yang menerangkan kata benda.

Afiksasi: Proses atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar atau alas.

Derivasi: Proses pengimbuhan afiks non inflektif pada dasar untuk membentuk kata.

Diatesis aktif: Bentuk gramatikal sebuah verba, atau klausa, yang subjek gramatikalnya merupakan pelaku.

Diatesis pasif: Diatesis yang menunjukan bahwa subjek adalah tujuan dari perbuatan

Frasa: Gabungan antara dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif.

Infleksi: Perubahan bentuk kata yang menunjukan berbagai hubungan gramatikal.

Kala: Perbedaan bentuk verba untuk menyatakan perbedaan waktu atau jangka perbuatan atau keadaan.

Kata: Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem.

Klausa Parantetis: Klausa yang diselipkan ke dalam kalimat dan memberikan modifikasi kepada salah satu bagian kalimat tanpa mengubah struktur dasarnya

Linguistik: Ilmu tentang bahasa yang mengkaji dari beberapa aspek, mulai dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikografi.

Modulasi: Pergeseran makna; modulasi ini biasanya diakibatkan oleh adanya transposisi yang terjadi pada proses penerjemahan.

Nomina: Kelas kata yang dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa

(16)

xv

Paduan: Hasil penggabungan beberapa morfem menjadi kata yang padat.

Predikat: Bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek.

Preposisi: Partikel yang biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata lain.

Pronomina: Kata yang menggantikan nomina atau frasa nominal.

Subjek: Bagian klausa berwujud nomina atau frasa nomina yang menandai apa yang dikatakan pembicara.

Transliterasi: Penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain.

Transposisi: Proses atau hasil perubahan fungsi atau kelas kata tanpa penambahan apa-apa.

(17)

xvi

ABSTRAK

Fajar Ismail

Perubahan Bunyi Kata Serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia. Studi Kasus: KBBI”.

Bahasa Indonesia diperkaya oleh banyak kosakata yang ada dari berbagai dunia, faktor adanya kontak bahasa merupakan pendukung utama kekayaan khazanah bahasa Indonesia, lebih jauh lagi kontak bahasa menyebabkan beberapa gejala bahasa yang terjadi. Perubahan bunyi salah satunya, perubahan bunyi terhadap kosakata bahasa Asing yang diserap ke Indonesia umumnya mengalami perubahan bunyi, baik posisi maupun fungsinya. Sebagaimana terjadi dalam penyerapan bahasa Arab ke Indonesia, proses perubahan bunyi ini dapat diamati begitu jelas melalui bentuk transliterasi.

Penelitian ini bertujuan guna mencari tahu perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia serta mencari tahu perubahan bunyi yang ditinjau beberapa aspek, yaitu pelemahan bunyi, penambahan bunyi, penguatan bunyi dan pengenduran bunyi. Dengan manfaat yang dituju secara praktis dan teroritis. Secara praktis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai bunyi bahasa yang mengalami perubahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perubahan bunyi bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia ditinjau dari aspek fonetik.

Adapun teori penelitian ditinjau menggunakan studi ilmu bunyi yang dikemukakan oleh Crowly, yakni perubahan fonetis tanpa perubahan fonem, perubahan fonetis dengan perubahan pada fonem, dan terakhir perubahan fonem tanpa perubahan fonetis. Perubahan bunyi yang dibahas adalah perubahan bunyi yang tidak menimbulkan perubahan makna. Penelitian ini juga dilengkapi dengan metode penelitian berupa metode catat, bersifat inventarisir dengan langkah identifikasi kata serapan Arab KBBIsecara alfabetis kemudian dihubungbandingkan dengan bentuk transliterasi Arab pada kamus al- Ashri dan al-Munawwir.

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masuknya pengaruh Islam ke Nusantara jauh sebelum kedatangan Eropa

berhasil menyertakan tradisi penulisan huruf Jawi, Pegon, atau yang lebih umum

dikenal sebagai huruf Arab – Melayu. Dalam hal ini, meskipun masyarakat di

beberapa daerah sudah mengenali dan menggunakan huruf daerahnya, tetapi

mereka menerima juga hufuf Arab untuk menulis bahasa daerahnya, itulah

sebabnya, ketika orang-orang Eropa memperkenalkan huruf latin, huruf-huruf itu

tidak serta merta diterima begitu saja.1

Bagi orang-orang Eropa, khususnya Belanda, penulisan bahasa Melayu

dengan huruf Arab menimbulkan masalah tersendiri. Mereka lebih mudah belajar

bahasa Melayu dengan huruf latin dibanding menggunakan huruf Arab. Seperti

dikatakan Van Ronkel bahwa “berbicara dengan bahasa bahasa Melayu

merupakan hal biasa bagi kami… sayangnya, orang Belanda yang dapat

“membaca” (mengerti huruf Arab) masih sangat langka”.2

Dengan demikian, saat itu komunikasi tertulis dengan bahasa Melayu yang

dilakukan orang-orang Eropa dengan penduduk pribumi terutama golongan

bangsawan dan raja-raja, lebih banyak menggunakan huruf Latin. Sebaliknya,

1Mahayana, S, Maman, Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, Vol. 14, 2009

2

(19)

2

penduduk bumi atau bangsawan yang belum dapat mengenal huruf Latin, masih

menggunakan Arab-Melayu.

Jauh sebelum Indonesia menggapai kemerdekaannya, bangsa-bangsa asing

terutama bangsa Arab sudah masuk ke Indonesia. Bahasa Arab lahir dari kaki

tangan para pedagang, musafir, dan mubalig Arab, Persia, dan India, serta

menjadikan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dengan penduduk lokal

(Nusantara) yang menggunakan bahasa berbeda untuk melakukan suatu transaksi

(saat itu).3

Dengan demikian, secara tidak langsung terjadi kontak bahasa antara

penduduk lokal dengan bahasa yang dibawa oleh para pedagang, musafir, dan

mubalig. Kontak bahasa yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat

lainnya sangat berpengaruh terhadap dinamika berbahasa, berhubungan dalam hal

ini, terutama wilayah bahasa yang dipungut atau diserap oleh bangsa kita.

Salah satu pengetahuan yang diperlukan untuk memahami suatu bahasa

adalah pengetahuan tentang posisi dan fungsi bunyi dalam bahasa, juga

bagaimana bahasa itu dirangkai bersama untuk membentuk beberapa unit makna.

Oleh karena itu pengetahuan tentang suatu bahasa tidak lengkap hanya memahami

morfem, kata, frasa dan kalimat saja, tanpa mengetahui bunyi bahasa.

Bahasa merupakan gejala bunyi, dengan kata lain, bahasa mulanya

merupakan sistem lambang bunyi yang diucapkan dan dipergunakan untuk

3 Azra, Azumardi,“

(20)

3

berinteraksi. Manusia sudah berinteraksi menggunakan bahasa selama ribuan

tahun sebelum ia bisa menuliskannya. Karenanya, bunyi menjadi dasar bahasa. 4

Objek kajian utama linguistik adalah bunyi lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi

ujar. Jika dalam praktik berbahasa ditemui ragam bahasa tulis, dianggap sebagai

bahasa sekunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan. Oleh karena itu bahasa tulis

bukan menjadi sasaran utama kajian lingiustik.5

Bahasa bersifat dinamis, hal demikian terbukti dengan adanya sejumlah entri

baru dalam setiap cetakan baru Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbit.

KBBI merupakan sumber utama yang dirujuk sebagai alat komunikasi sehari-hari

masyarakat Indonesia. Kamus besar yang menjadi judul kamus bahasa Indonesia

ini bukan semata menyiratkan ukuran bobot atau fisiknya, melainkan lantaran

makna yang bersangkutan dengan banyaknya informasi yang terkandung di

dalamnya.

Penelitian ini membahas perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam

bahasa Indonesia dengan objek kajian berupa bahasa Arab yang termuat dalam

KBBI. Berikut beberapa contoh dipaparkan pada tabel berikut:

No Kata Serapan Asal Transliterasi

1 Ijasah/ijazah إ Ijãzah 2 Korban/kurban ق Qurbãn 3 Nasehat/nasihat ي Nashĩchah 4 Rela ضر Ridha

(21)

4

Contoh pada tabel merupakan ragam perubahan bunyi kata serapan bahasa

Arab di dalam bahasa Indonesia yang dirujuk pada KBBI. Pada tabel tersebut

telah terjadi perubahan bunyi, dimana bunyi yang kuat menjadi lemah, kemudian

ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih

lemah dari bunyi lainnya.6

Bunyi-bunyi yang bersuara dipandang sebagai bunyi-bunyi yang lebih kuat

daripada bunyi-bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi hambat lebih lebih kuat daripada

bunyi kontinuan, konsonan lebih kuat daripada semivokal, bunyi oral lebih kuat

daripada bunyi glotal, vokal depan dan belakang lebih kuat daripada vokal pusat.

Begitulah contoh pelemahan bunyi yang terjadi pada tabel atas.7

Pada contoh kata إ yang diucap ijasah/ijazah memiliki transliterasi berupa

Ijãzah, pelemahan bunyi disini sebenarnya terjadi pada bunyi bersuara /z/ menjadi

bunyi tak bersuara /s/ yang terdapat pada kata ijazah justru melemah menjadi

ijasah. Perubahan juga terjadi pada vokal tinggi /u/ menjadi vokal sedang /o/ pada

contoh ق yang memiliki transiterasi qurbãn menjadi korban atau kurban.

Kemudian pelemahan dari vokal tinggi /i/ menjadi vokal sedang /e/, hal

demikian terjadi pada contoh ي yang memiliki transliterasi nashichah berubah

menjadi nasehat atau nasihat. Kemudian contoh lain pada tabel yaitu kata ridha

menjadi rela. Adapun perubahan yang terjadi pada kata ridha menjadi rela

diproses oleh dua perubahan yakni bunyi /i/ menjadi /e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/

6

Jurnal Humaniora volume 15, edisi Juni: 2003, hlm. 121

7

(22)

5

Sesuai uraian di atas, mendukung penelitian ini guna membahas seputar

dinamika berbahasa yang terjadi di lingkungan serta juga bertujuan menuntaskan

jenjang karir akademik dijurusan Tarjamah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan menyoal skripsi bertajuk “Perubahan Bunyi Kata Serapan Bahasa

Arabdalam Bahasa Indonesia. Studi Kasus: KBBI”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana perubahan bunyi dari kata bahasa Arab ke dalam bahasa

Indonesia

2. Bagimana perubahan bunyi terjadi dilihat dari, pelemahan bunyi,

penambahan bunyi, penguatan bunyi pengenduran bunyi dan adaptasi

bunyi

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Mencari tahu perubahan bunyi kata serapan bahasa Arab ke dalam

bahasa Indonesia

2. Mencari tahu perubahan bunyi ditinjau dari aspek pelemahan bunyi,

penambahan bunyi, penguatan bunyi, pengenduran bunyi serta

(23)

6

D. Manfaat Penelitian

Secara praktis penelitian ini bertujuan mengetahui berbagai bunyi bahasa yang

mengalami perubahan dari bahasa Arab ke Indonesia. Adapun secara teoritis

penelitian ini bertujuan mengetahui proses perubahan bunyi bahasa Arab ke dalam

bahasa Indonesia ditinjau dari aspek fonetik.

E. Sistematika Penulisan

Secara sistematis dan komprehensif peneletian inidisusun berdasarkan:

Bab I. Pendahuluan: terdiri dari lima sub bab yaitu: Pertama: latar belakang

masalah. Kedua; pembatasan dan perumusan masalah. Ketiga; tujuan dan

kegunaan penelitian. Keempat; metode pembahasan. Kelima; manfaat penelitian

dan keenam; sistematika penulisan.

Bab II. Kajian teori penerjemahan membahas tentang teori lmu bunyi. Serta

membaginya pada dua sub yaitu fonetik dan kajiannya serta perubahan bunyi.

Bab III. Seputar metodologi penlitian, yaitu: Pertama; definisi metodologi.

Kedua; fokus penelitian. Ketiga; sumber data. Keempat; metode penyediaan data.

Kelima; metode analisis data. Terakhir; hasil analisis data.

Bab IV. Analisis perubahan bunyi kata serapan Arab terhadap kamus KBBI.

Bab ini membahas hasil analisis data penelitian

(24)

7

BAB II

KERANGKA TEORI

A. ILMU BUNYI

Ilmu bunyi atau ‘ilm al-ashwat ialah ilmu yang mempelajari tentang

pembentukan, perpindahan, dan penerimaan bunyi bahasa.8 Ilmu ini pada mulanya

merupakan ilmu yang luas dan utuh. Di dalamnya terdapat beberapa cabang yang

mempunyai bidang bahasan yang lebih fokus. Dalam perkembangannya

cabang-cabang tersebut menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Oleh sebab itu, terdengar

istilah, seperti ilmu bunyi standar, ilmu fonologi, dan ilmu fonetik.9

Ilmu bunyi yang memfokuskan pada pembahasan ilmiah murni tanpa

membicarakan aplikasinya dalam tataran praktis dengan tujuan mengetahui

sifat-sifat artikulasi dan fisik suatu bunyi disebut dengan ilmu bunyi atau ilmu bunyi

teoritis.10

Adapun mengenai proses terjadinya bunyi, hal-hal yang mempengaruhi

bunyi, perpindahan bunyi, dan fungsi telinga dalam berbahasa merupakan materi

yang dibahas dalam ilmu ini. Sementara itu, ilmu bunyi yang lebih berkonsentrasi

pada pembuatan kaidah-kaidah bunyi bahasa tertentu dengan tujuan diaplikasikan

secara mudah dan tepat dinamakan ilmu bunyi aplikatif atau ilmu bunyi standar.11

8 Muhammad Ali Al-Khouli, Mu’jam ‘ilm Al-Ashwat, Riyadh:Universitas Riyadh, 1982, hal. 112 9Ibid

10Ibid., hlm. 113 11

(25)

8

Pemerolehan bunyi bahasa ini bisa dikaji secara ilmiah, bagaimana

bunyi-bunyi itu bisa dihasilkan, bisa dijelaskan secara detail atau lebih rinci dalam ilmu

bunyi atau fonetik.

Fonetik adalah salah satu cabang dari ilmu bunyi. Ilmu ini khusus

membicarakan masalah-masalah bunyi tanpa memperlihatkan fungsi dan makna

yang dikandung oleh bunyi itu. Adapun ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi

bahasa tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandungnya

dinamakan fonologi.12

12Ibid

Ilmu Bunyi

Ilmu Bunyi Teoretis Ilmu Bunyi Standar

Ilmu Bunyi

(26)

9

B. FONETIK DAN KAJIANNYA

Fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan yang menelaah

bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah

gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana alat

pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh

manusia. Fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat dengan dengan kajian

bagaimana cara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran yang

diterima.

C. PERUBAHAN BUNYI

Seperti di kutip Syamsul Hadi dan kawan-kawan dalam Jurnal Humaniora,

bahwa Crowly menjelaskan, perubahan bunyi meliputi dua pasal utama, yakni

landasan teori dan metode, serta perubahan-perubahan bunyi yang terjadi.13

Crowly juga menyebutkan beberapa tipe perubahan bunyi, yakni (a) lenisi

(lenition) yang terdiri dari penghilangan gugus konsonan (cluster reduction),

apokope (apocope), sinkope (sinkope), haplologi (haplology), dan kompresi

(compression), (b) penambahan bunyi (sound addition) yang terdiri dari anaptiksis

(anaptyxis), espentesis (epenthesis), dan protesis (prothesis), (c) metatesis

(methathesis), (d) fusi (fusion), (e) pemisahan (unpacking), (f) pemecahan vokal

(27)

10

(vowel breaking), (g) asimilasi (assimilation), (h) disimilasi (dissimilation), (i)

perubahan suara yang tidak biasa (abnormal sound change).14

Teori perubahan bunyi yang dikemukakan oleh Crowly menyangkut tataran

kata, frasa dan kalimat. Perubahan-perubahan yang menyangkut ketiga tataran

tersebut terjadi juga dalam proses penyerapan dari bahasa Arab.15 Berikut

jenis-jenis perubahan bunyi sebagaimana dirumuskan pada penelitian di atas:

1) Pelemahan Bunyi

Menurut Kridalaksana pelemahan bunyi merupakan perubahan dari bunyi

yang kuat berubah menjadi bunyi yang lemah. Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih

kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya.

2) Penguatan Bunyi

Penguatan bunyi adalah perubahan dari bunyi-bunyi yang relatif menjadi

bunyi-bunyi yang secara relatif lebih kuat. Tipe ini adalah kebalikan dari

pelemahan bunyi. Contoh pada kata fahm yang diserap menjadi paham, terjadi

penguatan bunyi /f/ menjadi /p/ disebabkan bahwa bunyi /f/ bukan merupakan

fonem asli bahasa Indonesia, fonem /f/ merupakan fonem pinjaman, sedangkan

fonem /p/ adalah fonem asli bahasa Indonesia.

14 Ibid 15

(28)

11

3) Pengenduran Bunyi

Pengenduran adalah bunyi bahasa Arab yang semula tunggal, berkembang

menjadi suatu urutan bunyi, masing-masing dengan ciri semula. Contoh pada kata

adzan yang didukung oleh fonem /dz/ terdapat pengenduran ciri-ciri fonetis dari

fonem bahasa Arab /dz/ kemudian berubah menjadi fonem /d/ dan fonem /z/.

fonem bahasa Arab /dz/ mengandung ciri apiko dental geser bersuara.

4) Penambahan Bunyi

Penambahan bunyi memiliki tiga jenis, pertama penyisipan bunyi atau huruf

ke dalam kata yang disebut juga epentesis. Gejala epentesis berupa perubahan

yang disebabkan oleh penambahan konsonan di antara dua konsonan dan di antara

konsonan plus vokal. Contoh kata fahm yang diserap menjadi paham telah terjadi

penyisipan vokal /a/. Kedua, paragog yaitu penambahan bunyi pada akhir kata

untuk kemudahan lafal. Penambahan bunyi ini biasanya terjadi pada akhir sebuah

kata yang berakhir dengan konsonan, oleh penambahan vokal.

5) Monoftongisasi

Adalah Perubahan karena bergabungnya dua bunyi yang berbeda menjadi

bunyi tunggal dan kemudian mengandung sejumlah ciri fonetis dari kedua bunyi

semula yang disebut sebagai monoftongisasi. Jika dicermati pada contoh haibah

yang berubah menjadi hebat dan taubah menjadi tobat telah terjadi proses

monoftongisasi terjadi pada kata-kata serapan yang mengandung diftong /ai/ dan

(29)

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metodologi Penelitian

Metodologi adalah cara teratur dan terpikir baik-baik demi mencapai cara kerja

bersistem yang memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan

yang ditentukan. Penelitian ilmiah, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger,

adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis terhadap

proposisi-proposisi hipotetis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antar

gejala alam.16

Penelitian terhadap objek sasaran yang berupa bahasa (bunyi tutur) itu

dikatakan sistematis, maksudnya bahwa penelitian itu dilakukan secara sistemik

dan terencana. Mulai dari identifikasi masalah yang terkait dengan objek kajian

berupa bunyi tutur itu (termasuk di dalamnya upaya menjelaskan masalah itu

secara cermat dan terinci).

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diantaranya:

1. Inventarisasi kata serapan bahasa Arab yang termuat dalam KBBI

2. Identifikasi proses transliterasi kosakata bahasa Arab

3. Identifikasi perubahan bunyi kata serapan Arab dalam bahasa Indonesia

4. Pembentukan transliterasi bagi kosakata asing bahasa Arab

(30)

13

C. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari:

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia

2. Kamus al- Ashri

3. Kamus al- Munawwir

4. Jurnal

D. Metode Penyediaan Data

Selain upaya inventarisir kata serapan bahasa Arab dalam entri kata KBBI

data juga diperoleh melewati prosedur metode catat, kegunaan metode catat kali

ini selain bersifat inventarisir juga merupakan identifikasi kata serapan Arab,

KBBI guna memudahkan para pembaca dengan disiplin kodifikasi yang teratur,

salah satunya memberi label pada kata asing, untuk bahasa Arab diberi label Ar.

Adapun praktik teknisnya, dengan melakukan identifikasi kata serapan Arab

secara alfabetis dari abjad a hingga z. Disiplin demikian berguna memudahkan

penulis dalam membatasi jangkauan objek temuan. Setiap abjad dibatasi,

minimum tiga maksimum sepuluh (jika banyak), bahkan ada beberapa abjad

dalam KBBI yang tidak memuat kata serapan bahasa Arab termuat dalam

(31)
[image:31.595.110.504.123.560.2]

14

Tabel. 1. Metode Penyediaan Data

E. Metode Analisis Data

Tahapan analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena

pada tahapan ini, kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus

sudah diperoleh. Penemuan kaidah-kaidah tersebut merupakan inti dari sebuah

aktivitas ilmiah yang disebut penelitian. Ada dua metode yang dapat digunakan

dalam penelitian, yaitu metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual.

Keduanya digunakan sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian.

Penelitian terbatas dengan menggunakan metode analisis data hanya terkait

pada analisis padan intralingual. Padan merupakan kata yang bersinonim dengan

kata banding dan sesuatu yang dibandingkan mengandung makna adanya

keterhubungan sehingga padan disini diartikan sebagai hal

menghubungbandingkan.17

17Ibid., hlm. 117

Metode Penyediaan Data

Metode Simak Metode Catat

(32)

15

Sedangkan intralingual, mengacu pada makna unsur-unsur yang berada dalam

bahasa (bersifat lingual), yang dibedakan dengan unsur yang berada di luar bahasa

(ekstra lingual), seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks,

tuturan dan lain-lain. Jadi, metode padan intralingual adalah metode analisis

dengan cara menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang

terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda.18

Dalam metode padan intralingual ini penulis melakukan praktik hubung

banding demi menyamakan hal pokok yang berupa transliterasi bunyi bahasa

Arab pada KBBI, kemudian dihubungbandingkan bersama kamus Al-ashri, teknik

ini bertujuan guna mencari kesamaan hal pokok dari pembedaan dan penyamaan

antara kedua kamus tersebut, KBBI dan al-Ashri. Karena tujuan akhir dari

banding adalah menyamakan atau justru membedakan kesamaan pokok antar

kedua data perbandingan tersebut.

F. Hasil Analisis Data

Hasil analisis dapat disajikan melalui dua cara, yaitu pertama perumusan

dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang

bersifat teknis dan kedua perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau

lambang-lambang. Kedua cara diatas masing-masing disebut metode informal dan

metode formal. Berikut tampilan hasil analisis data yang penulis sajikan dalam

bentuk aplikasi metode informal pada tabel 2:

(33)
[image:33.595.111.495.152.612.2]

16

Tabel 2. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode

Penelitian

Metode Kualitatif

Paradigma

Penelitian

MetodePenelitan

Teknik

Penelitian Fonetik

Penelit

Perubahan Bunyi Penelitian

Kata Dasar

1. Penambahan bunyi 2. Pengurangan Bunyi 3. Asimilasi

4. Metatesis

Padan Penelitian Intra Lingual

(34)

17

BAB IV

ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas analisis data hasil penelitian secara acak, tidak lagi

mengurut setiap kata sesuaialafabet, namun mengelompokkannya dalam jenis

perubahan bunyinya masing-masing.

1. Pelemahan bunyi

Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih

lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya. Berikut hasil analisa:

1) Dalal - Dalil

اد

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata dalal diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi dalil, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata dalal mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

2) Hakam – Hakim

م

ح

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata hakam diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi hakim, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata hakam mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

3) Jahal – Jahil

(35)

18

4) Jarab – Kurap

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata jarab diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi kurap, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata jarab mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

5) Kafar – Kafir

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata kafar diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi kafir, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata kafar mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

6) Masjad – Masjid

م

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata masjad diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi mesjid, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata masjad mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

7) Qurban – Korban

ق

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata qurban diproses saat berubahnya bunyi fonem /a/ menjadi fonem /i/ berbunyi korban, fonem vokal /a/ jauh lebih tinggi dibanding fonem vokal /i/ sehingga kata qurban mengalami pelemahan bunyi atau lenisi.

8) Ridho – Rela

ضر

(36)
[image:36.595.115.513.134.548.2]

19

Tabel. 1

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Pelemahan bunyi

1. Dalal

اد

Dalil Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/

2. Hakam

م

ح

Hakim Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/

3. Jahal Jahil Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/

4. Jarab Kurap Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /u/

5. Kafar Kafir Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /i/

6. Masjid

م

Mesjid Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /a/ menjadi vokal sedang /e/

7. Qurban

ق

Korban Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /u/ menjadi vokal sedang /o/

8. Ridha

ضر

Rela Pelemahan pada bunyi vokal tinggi /i/ menjadi vokal sedang /e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/

Menurut Kridalaksana pelemahan bunyi merupakan perubahan dari bunyi

yang kuat berubah menjadi bunyi yang lemah. Ada bunyi-bunyi yang relatif lebih

kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi-bunyi yang lainnya.

2. Penguatan bunyi

1) Fahm –Paham

م ف

Bunyi /p/ dipandang sebagai bunyi yang lebih kuat dari pada bunyi /f/, pada

(37)

20

Adalah kebalikan dari pelemahan, bunyi /f/ bukan merupakan fonem asli

Indonesia, tapi merupakan pinjaman, sedangkan fonem /p/ adalah fonem asli

bahasa Indonesia. Penguatan bunyi adalah perubahan dari bunyi-bunyi yang

relatif menjadi bunyi-bunyi yang secara relatif lebih kuat.

2) Habl –Kabel

ح

Bunyi /k/ dipandang sebagai bunyi yang lebih kuat dari pada bunyi /h/, pada

kata habl yang diserap menjadi kabel terjadi penguatan karena disebabkan bunyi

/h/ bukan merupakan fonem asli Indonesia, tapi merupakan pinjaman, sedangkan

[image:37.595.107.515.209.559.2]

fonem /k/ adalah fonem asli bahasa Indonesia.

Tabel. 2

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Pelemahan bunyi 1. Fahm

م ف

Paham Pelemahan bunyi pada fonem

/f/ menjadi /p/

2. Habl

ح

Kabel Pelemahan bunyi pada fonem /f/ menjadi /k/

Bunyi-bunyi bersuara dipandang sebagai bunyi-bunyi yang lebih kuat dari

bunyi-bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi hambat lebih kuat daripada bunyi

kontinuan, konsonan lebih kuat dari pada semivokal, bunyi oral lebih kuat dari

pada bunyi glotal, vokal depan dan belakang lebih kuat daripada vokal pusat.

3. Pengenduran bunyi

(38)

21

Fonem /dz/ mengalami proses pengenduran bunyi dengan ciri fonetis yang

berubah menjadi /z/, fonem bahasa Arab /dz/ dihasilkan dengan ujung lidah yang

menyentuh atau mendekati atas gigi, atau mengalami proses apiko dental geser

bersuara. Sedangkan fonem /z/ merupakan ciri fonem geser bersuara milik bahasa

Indonesia.

Ciri perubahan di atas mengandung bunyi apiko dental geser bersuara yaitu

pada fonem fonem bahasa Indonesia /d/, sedangkan ciri fonem geser terdapat

dalam fonem bahasa Indonesia /z/. kedua fonem tersebut /d/ dan /z/ merupakan

fonem bahasa Indonesia bersuara.

2) Tsalju –Salju

ث

Fonem /ts/ mengalami proses pengenduran bunyi dengan ciri fonetis yang

berubah menjadi /s/, fonem bahasa Arab /ts/ dihasilkan dengan ujung lidah yang

menyentuh atau mendekati atas gigi, atau mengalami proses apiko dental geser

bersuara. Sedangkan fonem /s/ merupakan ciri fonem geser bersuara milik bahasa

[image:38.595.113.512.316.701.2]

Indonesia.

Tabel. 3

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Pelemahan bunyi 1. Dzikr Zikir Fonem bahasa Arab /dz/

berubah menjadi /z/ 2. Tsalj ث Salju Fonem bahasa Arab /ts/

(39)

22

4. Penambahan bunyi

(a) Epentesis

1) Fahm – Paham

م ف

(Penyisipan vokal /a/ dalam gugus konsonan)

Penyisipan vokal /a/ antara konsonan hm sehingga menjadi bunyi paham

merupakan ciri-ciri penambahan bunyi jenis apentesis sisip vokal /a/ dalam gugus

konsonan. Kemudian, penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan. Berikut

contohnya:

2) Fiqh – fikih

ه ف

(Penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan)

Penyisipan vokal /i/ antara konsonan kh sehingga menjadi bunyi fikih

merupakan ciri-ciri penambahan bunyi jenis apentesis sisip vokal /i/ dalam gugus

konsonan. Begitu juga yang terjadi pada beberapa kata serapan dibawah ini yang

[image:39.595.108.509.244.748.2]

mengalami penyisipan vokal /i/ dalam gugus konsonan:

Tabel. 4

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Penambahan bunyi

1. Fahm

م ف

Paham Penyisipan fonem /a/ antara konsonan hm

2. Fiqh

ه ف

Fikih Penyisipan fonem /i/ antara konsonan qh

3. Idzn

إ

Izin Penyisipan fonem /i/ antara konsonan zn

4. Ism

مسا

Isim Penyisipanfonem /i/ antara konsonan sm

5. Milk

م

Milik Penyisipan fonem /i/ antara konsonan lk 6. Jild Jilid Penyisipanfonem /i/
(40)

23

7. Fikr

ف

Pikir Penyisipan fonem /i/ antara konsonan kr

8. Syirk

ش

Syirik Penyisipanfonem /i/ antara konsonan rk 9.

Sihr

س

Sihir Penyisipanfonem /i/ antara konsonan hr 10. Jism

م

Jisim Penyisipanfonem /i/ antara konsonan sm

Gejala epentesis berupa perubahan yang disebabkan oleh penambahan

konsonan di antara dua konsonan dan di antara konsonan dan vokal serta.

(b) Paragog

1) Ahl –ahli

هأ

Penambahan bunyi yang terjadi pada contoh ahl menjadi ahli merupakan jenis

paragog, atau bertambahnya bunyi vokal /i/ setelah sebuah kata berakhir

konsonan. Begitu juga yang terjadi pada beberapa kata serapan Arab dibawah ini

yang mengalami penambahan bunyi vokal /i/ dan /u/ setelah akhiran dengan

[image:40.595.112.508.105.781.2]

konsonan.

Tabel. 5

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Penambahan bunyi

1. Ahl

هأ

Ahli Fonem vokal /i/ setelah konsonan /l/

2. Fitr

ف

Fitri Fonem vokal /i/ setelah konsonan /r/

3. Fardh

ف

Perlu

Fonem vokal /u/ setelah konsonan /dh/ yang juga mengalami lenisi

(41)

24

konsonan /t/

5. Nafs

س

Nafsu Fonem vokal /u/ setelah konsonan /s/

6. Qalb

ق

Kalbu Fonem vokal /u/ setelah konsonan /b/

7. Sabt

ت س

Sabtu Fonem vokal /u/ setelah konsonan /t/

8. Tsalj

ث

Salju Fonem vokal /u/ setelah konsonan /j/

Perubahan bunyi pada paragog disebabkan karena penambahan bunyi di akhir

kata, contoh pada kata serapan ‘ilm berubah menjadi ilmu dalam bahasa

Indonesia, proses paragog terlihat jelas pada kata tersebut, karena terjadi

penambahan fonem /u/ di akhir kata. Bentuk terakhir yang jarang ditemukan

adalah protesis, yaitu penambahan vokal atau konsonan pada awal kata.

5. Monoftongisasi

1)

Haibah – Hebat

يه

Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/ dan /au/,

seperti pada contoh haibah yang mengandung diftong /ai/, kedua diftong tersebut

berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata hebat.

2) Taubah – Taubat

ت

Gejala monoftongisasi ditemukan pada diftong /au/, seperti pada contoh

taubah yang mengandung diftong /au/, diftong tersebut berubah menjadi sebuah

bunyi sehingga terjadilah kata taubat.

(42)

25

Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/, seperti pada

contoh Syaithan yang mengandung diftong /ai/, kemudian diftong tersebut

berubah menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata setan.

4) Syaikh – Syekh

يش

Gejala monoftongisasi lebih banyak ditemukan pada diftong /ai/, seperti pada

contoh syaikh yang mengandung diftong /ai/, kemudian diftong tersebut berubah

[image:42.595.111.500.296.599.2]

menjadi sebuah bunyi sehingga terjadilah kata syekh.

Tabel. 6

No. Transliterasi Asli Kata

Serapan Perubahan bunyi

1. Haibah

يه

Hebat Diftong /ai/ menjadi bunyi /e/

2. Taubah

ت

Tobat Diftong /au/ menjadi bunyi /o/

3. Syaithan

يش

Setan Diftong /ai/ menjadi bunyi /e/

4. Syaikh

يش

Syekh Fonem vokal /ai/ menjadi bunyi /e/

6. Adaptasi bunyi

Vokal /a/, /i/ dan /u/ dalam daftar kata bahasa Indonesia yang bersumber dari

bahasa Arab jika diteliti lebih sempurna, akan tampak bahwa ketiga vokal tersebut

dalam kenyataannya ada yang diganti, justru dengan vokal yang tidak terdaftar

(43)

26

bahasa Arab masing-masing dengan vokal /e/ (pepet), /e/ (teleng), /o/ bahasa

Indonesia, /e/ (pepet) seperti pada contoh berikut

Tabel. 7

No. Transliterasi Asli Kata Serapan

Contoh kalimat

1. Tartib

يت ت

Tertib

Budaya tertib perlu dikenal oleh anak-anak sejak usia dini

2. Dairoh

ت

Daerah

Daerah Ciputat sedang dibangun monorel perut bumi

Pergantian vokal semacam itu tidak akan dibincangkan pada pergantian fonem

kali ini, karena pergantian di atas merupakan akibat dari adaptasi terhadap

ketentuan rangkaian suku kata dalam membentuk kata.

Gejala yang sama terjadi juga dalam bidang konsonan. Sebagai contoh

konsonan /b/ dan /d/ yang dimiliki bahasa Arab, dalam tulisan Arabnya

disimbolkan dengan lambang fathah, dengan vokal /o/ bahasa Indonesia yang

justru tidak terdaftar dalam bahasa Arab. Pergantian itu misalnya terdapat contoh

kata د ح dengan transliterasi hasud dan dibaca hasut.

Diketahui, vokal /a/ yang disimbolkan dalam bahasa Arab dengan fathah, bila

[image:43.595.110.507.182.568.2]
(44)

27

bahasa Arab yang disebut huruf mufakham19 diganti dengan vokal /o/ pada bahasa

Indonesia.

Persoalan pergantian dan penerimaan fonem merupakan murnibentuk adaptasi

terhadap pelonggaran kaidah bahasa Indonesia. Pergantian dan pelonggaran itu

berlaku untuk fonem Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, yaitu

fonem konsonan , , , ,س , ,ص ,د ,ط , ,ء , ,ف , .

1) Konsonan / /ts/

Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia diganti

dengan konsonan /s/ bahasa Indonesia, baik di awal atau akhir suku kata.

Tabel. 8

No. Transliterasi Asli Kata Serapan

Contoh kalimat

1. Tsulatsa

ء ث اث

Selasa

Setiap selasa petang Ibu mengajak bercocok tanam

2. Mitsal

م

Misal

Perhatikan misal (contoh) berikutlalu kerjakan soalnya

2) Konsonan / /h/

[image:44.595.108.505.230.667.2]
(45)

28

Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia bisadiganti

dengan konsonan /h/ bahasa Indonesia, baik ia terletak di awal maupun di akhir

suku kata. Misal pada kata

م

mahkamah.

3) Konsonan / /kh/

Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya

diganti dengan konsonan bunyi / kh /, bila ia terletak di awal suku kata, misalnya

seperti dalam kata khabr yang diserap menjadi kabar.

4) Konsonan / /dz/

Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia umumnya

(46)

29

Tabel. 9

No. Transliterasi Asli Kata Serapan

Contoh kalimat

1. Idzn

إ

Azan

Ayahku pandai azan dengan suara merdunya

2. Dzikr Zikir

Seorang muslim diajurkan melakukan zikir seusai solat

5) Konsonan / /z/

Bunyi bahasa Arab ini setelah masuk dalam bahasa Indonesia umumnya biasa

diganti konsonan bahasa Indonesia yaitu / j /. Seperti kata

ر ي

dengan bentuk

tranliterasi ziaroh yang kemudian diserap menjadi ziarah atau jiarah di Indonesia.

[image:46.595.109.506.125.607.2]
(47)

30

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan bunyi adalah kondisi yang lumrah terjadi dalam larut derasnya

penggunaan bahasa suatu bangsa. Terlebih perubahan bunyi yang bersumber

pada kata-kata serapan asing di Indonesia.

Kemunculan kata serapan asing di Indonesia bukan lantaran tidak adanya

padanan kosakata, tapi justru karena faktor sejarah panjang di Indonesia.

Kehadiran para penjajah salah satunya, tentu bangsa Belanda, Jepang maupun

Portugis juga mengenalkan bahasa mereka terhadap kakek nenek kita. Maka,

wajar andai beberapa kosakata asing juga memperkaya bahasa Indoensia,

bahkan dibukukan oleh kamus induk Indonesia, KBBI.

Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI merupakan kamus induk yang

diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan di rujuk oleh seluruh

lapisan masyarakat Indonesia, pelajar utamanya. Skripsi penulis yang

memulai fokus pada permasalahan seputar kata serapan Arab yang

mengalami perubahan bunyi menganilisis bentuk perubahan bunyi beserta

transliterasi kata serapan bahasa Arab di Indonesia.

Sejatinya kamus induk yang dirujuk, tentu tak luput keliru, baik dalam

penulisan kata, penjabaran pola baca maupun transliterasi. Andai satu leksem

menyimpang dan diyakini penggunaannya betapa kelirunya informasi yang

(48)

bangku-31

bangku sekolah, di meja-meja guru atau bisa jadi teman kopi santai saat

diskusi.

Perubahan bunyi suatu bahasa dilatari faktor cara baca yang disesuaikan

oleh masyarakat Indonesia, terutama dalam penggunaan fonem-fonem arab

yang tidak dtemui di Indonesia, hingga kemudian dipadankan dengan gaya

baca masyarakat Indonesia

B. Saran

Kritik tanpa solusi tiada guna, sebab hanya akan menambah rumit sebuah

masalah. Solusi kongkrit juga dibutuhkan dalam menyempurnakan analisa

penulis terhadap bahan perbincangan.

1. Menyertakan tranliterasi kata-kata serapan bahasa Arab yang sesuai

dengan gaya bahasa dan baca masyarakat Indonesia

2. Terhadap kosakata serapan Arab yang nihil informasi terkait sumber

ambilan, agar tim penyusun KBBI bersikap konsisten sesuai

kodifikasi penyusunan KBBI yang berlaku. Bahwa, seluruh kata

serapan, baik dari daerah maupun luar Indonesia agar dilampiri

(49)

32

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azumardi,“Jaringan Ulama Timur Tengah Abad XVII Dan XVIII”

Bandung: Mizan, 2007.

Ali, Atabik, Muhdhar, Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia

Yogyakarta: Yayasan Alim Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996

Al-Azraqi, Ahmad, Akbar Makkah Juz I,

Makkah: Dar as-Saqafah, 1403 H./1983 M.

Budi Rahayu Tamsyah, Galuring Basa Sunda,

Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010

Hidayatullah, Moch, Syarif, Diktat Teori dan Prmasalahan Penerjemahan,

Jakarta:Tarjamah FAH, 2007

Harimurti Kridalaksana, Kamus Lingustik,

Jakarta: PT. Gramedia, 1983

KBBI edisi ketiga Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka

Kurshartanti, Pesona Bahasa, Jakarta:

(50)

33

Kamus Resmi Arab Languange Academy: Mesir

Koran Harian Sindo, sampul, 03 November 2013

Kabbani, Muhammad Hisyam, Energi Zikir dan Salawat,

Serambi: Jakarta, 2007

Kamus Dewan: Percetakan Dewan Bahasa Pustaka Kementrian Pendidikan

Malaysia, cet. Ke-2

Mukri, Ahmad, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd,

Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2010, cet. Ke-1

Ma‟luf, Louwis, Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A’lam

Darul Masyriq: Bairut, 1986

Nasution, Harun, Ijtihad dalam Sorotan,

Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke-IV

Nuryaman, Abdurrahman, Kumpulan Doa dan Zikir sepanjang masa,

(51)

34

Ngabenan, Muhammad, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia,

Semarang: Dahara Prize, 1986), cet. Ke-II

Putuhena, M. Shaleh, Historiografi Haji Indonesia,

Lkis: Yogyakarta, 2007, cet. Ke-1

QS. Al-Anfaal (2): 2-3

Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 1994), cet. Ke-9

Sayuti, Ahmad, Fonetik dan Fonologi Alquran, Amzah

Jakarta, 2012 cet ke-1

Simorangkir, Kesusastraan Indonesia,

Jakarta: Pembangunan, 1959

Superno,Ep, Logat(Catatan Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab),

Semarang: Surya angkasa, 1994

Sudaryat, Yayat, Ulikan Semantik Sunda,Geger Sunten:

Bandung, 2003, cet. Ke-3

(52)

35

Jakarta, 1990

Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Quran tentang Zikir dan Doa,

Lentera Hati: Jakarta, 2006

Syathori, Ahmad, Ijtihad dalam Masyarakat,

Jakarta: Bulan Bintang, 1987

Taufiqurrachman, Leksikologi Bahasa Arab,

(53)

36

LAMPIRAN

Identifikasi Perubahan Bunyi Kata Serapan Arab dalam KBBI

Proses identifikasi kata serapan Arab terhadap KBBI dilakukan secara

alfabetis, penulis memulai pencarian secara urut dari abjad a hingga z, adapun

jumlah kata serapan Arab di tiap alfabetnya penulis batasi, minimal dua,

maksimal sepuluh, andai banyak. Metode ini juga diterapkan dalam mencari

perbandingan makna terhadap kamus induk Arab. Berikut kata serapan Arab

dalam KBBI:

No Transliterasi Asal Kata Serapan

1.

A

ba.di.ah

ي أ

Abadi

2. Aha.di.at

ي حأ

Ahad

3. Ahl

هأ

Ahli

4. Ah.lul.ki.tab

ا هأ

Ahli kitab

5. „Amaliyyah

م ع

Amaliah

6. Bat.hin

ط

Batin

7. Ba.ra.kat Berkah

8. Ba.qa

ء

Baka

9. Bur.kak

ع ق

Bergo
(54)

37

10.

D

a.i.roh

ئاد

Daerah

11. Da.la.lah

اد

Dalil

12. Dzikir Zikir

Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet E

13.

F

arj

ف

Virgin

14. Fardh

ف

Perlu

15. Fikr

ف

Pikir

16. Fitr

ف

Fitri

17. Fiqh

ه ف

Fikih

18.

H

abl

ح

Kabel

19. Hai.bah

يه

Hebat

20. Ha.dats

ح

Hadas

21. Ha.dhir

ض ح

Hadir

22. Ha.kam

م

ح

Hakim

23.

i

l.miyyah

ي ع

Ilmiah

24. Ib.ti.da.i.ah

يئ ا ا

Ibtidaiyah
(55)

38

26. Ism

مسا

Isim

27.

J

a.hal Jahil

28. Ja.rab Kurap

29. Jild Jilid

30.

K

a.far Kafir

31. Khai.mah

ي

Kemah

32.

L

u.ghah

غ

Logat

33. Lo.ga.wi.ah

غ

Lugowi

34.

M

in.bar

م

Mimbar

35. Mum.kin

م

Mungkin

36. Maj.lis

س م

Majelis

37. Mus.halla

م

Musala

38. Mai.dan

ا يم

Medan

39. Maq.bul

م

Makbul

40.

N

a.ja.sah

س

Najis

41. Na.shi.hah

ي

Nasehat
(56)

39

Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet P

43.

Q

alb

ق

Kalbu

44. Qa.mus

س م ق

Kamus

45.

R

usy.wah

شر

Rasywah

46. Ri.dha

ضر

Rela

47. Rukn

ر

Rukun

48.

S

yai.than

يش

Setan

49. Sabt

ت س

Sabtu

50. So.da.qoh

ق ص

Sedekah

51.

T

a‟rif

في ت

Taaruf

52. Tsalj

ث

Salju

53. Tho.bib

ي ط

Tabib

54. Tammat

ت ت

Tamat

55. Tashawwuf

ف ت

Tasawuf

56. Tau.bah

ت

To.bat
(57)

40

58. Umr

ع

Umur

Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet

V

59.

W

aqt

تق

Waktu

60. Wa.shi.lah

ص

Wasilah

61. Wa.shi.yat

يص

Wasiat

Tidak terdapat kata serapan Arab pada alfabet

X

62.

Za

.lim

م

Zolim

63. Zhahir

ه

Lahir

64. Za.man

م

Jaman

Total kata serapan Arab yang penulis catat secara acak berjumlah 65 kata, pada

alfabet a, b, d, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, q, r, s, t, u, w, y, z. Dan penemuan 0, pada

Gambar

Tabel. 1. Metode Penyediaan Data
Tabel 2. Metode dan Teknik Analisis Data
Tabel. 1 Kata
Tabel. 2 Kata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Instansi Lama Instansi Baru Jumlah Jam

Rendahnya publikasi ilmiah para dosen di perguruan tinggi di Indonesia diduga disebabkan oleh rendahnya kemampuan atau mungkin juga rendahnya dorongan para dosen untuk

Ada kecenderungan bahwa pasien yang memiliki kecemasan tinggi adalah pasien dengan biaya umum, sebaliknya kecemasan rendah dimiliki oleh pasien dengan biaya pemerintah

Bukan tidak mungkin nasabah pindah ke lain bank karena pelayanan yang kurang, sehingga diperlukan hubungan yang baik antara bank dengan nasabah agar nasabah

kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang.

44 BEBEN SUPRAYOGI UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI MESIN PRODUKSI 45 BENYAMIN ASKEN SINGARIMBUN POLITEKNIK NEGERI MEDAN TEKNIK LISTRIK 46 Chandra Andromeda Hafiz Politeknik

Adapun penelitian yang akan dilakukan adalah sebatas proses pencucian rumput laut dari proses pengolahan secara keseluruhan, dengan melakukan membuat rancang bangun

Dalam struktur program kelompok ICP (International Class Room) yang meliputi jurusan Pendidikan Agama Islam, Jurusan Pendidikan IPS, jurusan Syari‟ah yang