• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfologi dan klasifikasi jenis-jenis rumput laut yang di temukan di pulau tanakeke sebelah Utara dan Selatan pulau tanakeke sebelah Utara dan Selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Morfologi dan klasifikasi jenis-jenis rumput laut yang di temukan di pulau tanakeke sebelah Utara dan Selatan pulau tanakeke sebelah Utara dan Selatan

20 4.3.1 Eucheuma spinosum

Eucheuma spinosum adalah salah satu jenis rumput laut dari

kelas Rhodophyceae (ganggang merah). Klasifikasi Eucheuma spinosum menurut Anggadiredja dkk., (2010)

Kingdom : Plantae Divisi : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Famili : Solieriaceae Genus : Eucheuma

Spesies : Eucheuma spinosum

Eucheuma spinosum dikenal dengan nama ilmiah Eucheuma muricatum dan Eucheuma denticulatum merupakan penghasil utama

iota karaginan. Ciri fisik Eucheuma spinosum mempunyai bentuk thallus bulat tegak, dengan ukuran panjang 5-30 cm, transparan, warna coklat kekuningan sampai merah kekuningan. Permukaan thallus tertutup oleh tonjolan yang berbentuk seperti duri-duri runcing yang tidak beraturan, duri tersebut ada yang memanjang seolah berbentuk seperti cabang. Tanaman tegak karena percabangannya yang rimbun dapat membentuk rumpun. Percabangan thallus tumbuh pada bagian yang tua ataupun muda tidak beraturan (Atmadja dkk., 1996).

Jenis rumput laut Eucheuma spinosum ditemukan di sebelah utara dan juga ditemukan di sebelah selatan dan menempel pada

21

terumbu karang pada kedalaman 25-70 cm perariran Pulau Tanakeke. Rumput laut Eucheuma spinosum juga ditemukan dengan jumlah yang cukup melimpah di perairan Pulau Tanakeke sehingga masyarakat di Pulau Tanakeke banyak yang membudidayakan jenis rumput laut

Eucheuma spinosum untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan tetap.

4.3.2 Ulva sp

Ulva sp merupakan salah satu jenis suku Ulvaceae (devsi Chlorophyta). Secara sistematika, Ulva sp dapat diklasifikasikan sebagai berkut (Guiry & Guiry,2015):

Kerajaan : Plantae Devisi : Chlorophyta Kelas : Ulvophyceae Ordo : Ulvales Suku : Ulvaceae Marga : Ulva Jenis : Ulva sp.

Secara umum, Ulva memiliki ciri-ciri sebaga berikut : thalus

menyerupai lembaran (berupa lembaran lebar maupun kecil), thalus yang berupa lembaran kecil membentuk rumpun menyerupai jarring dengan berekspansi radial, tepi lembaran berombak, warna hijau cerah sampai tua, thalus berwarna gelap pada bagian tertentu (terutama dekat bagian pangkal karena ada sedikit penebalan). Morfologi Uva berbeda-beda tergantung jensnya. Uumnya perberbeda-bedaan tersebut terdapat pada

22

lembaran thalusnya. Lembaran tersebut antara lain lebar mempentuk lembaran besar, kecil membentuk jarring (net) maupun kecil membentuk rambut-rambut (Kadi, 1996).

Jenis rumput laut Ulva sp ditemukan di sebelah selatan menempel pada karang dengan kedalaman 70 cm perairan Pulau Tanakeke. Rumput laut Ulva sp ditemukan dengan jumlah yang melimpah di perairan Tanakeke namun masyarakat di Pulau Tanakeke belum membudidayakan jenis rumput laut Ulva sp karena tidak mengetahui manfaat secara ekonomis dari rumput laut tersebut.

4.3.3 Eucheuma cottonii

Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut

merah dan berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan. Jenis ini secara taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii (Doty, 1987). Adapun taksonomi Eucheuma sp menurut Anggadireja et al (2008). sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Famili : Solieracea Genus : Eucheuma

23

Dari segi morfologi, rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan, tanaman ini mempunyai morfologi yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk- bentuk tersebut sebenarnya hanyalah thallus rumput laut ada bermacam- macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya. Thalli ini ada yang tersusun uniselluler (satu sel) atau multiselluler (banyak sel). Percabangan thallus ada yang dichotomous (bercabang dua terus-menerus), pectinate (berderet searah pada suatu sisi thallus utama),

pinnate (bercabang dua pada sepanjang thallus utama secara berselang

seling).ferticillate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama) dan ada juga yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gellatin

(gellatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous),

lunak seperti tulang rawan (cartilagenous) , berserabut (spongious) dan sebagainya.

Ciri fisik yang dimilki spesies ini diantaranya Thalus yang kasar, agak pipih dan bercabang teratur, yaitu bercabang dua atau tiga, ujung-ujung percabangan ada yang runcing dan tumpul dengan permukaan bergerigi, agak kasar dan berbintil-bintil (Afrianto dan Liviani 1933 dalam Syukron 2009). Kappaphycus alvarezii tumbuh melekat kesubtrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengan

24

cirri khusus mngarah kearah datangnya sinar matahari. Cabang cabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk ( Atmadja et al. 1996).

Jenis rumput laut Eucheuma cottonii di temukan di sebelah utara dan juga ditemukan di sebelah selatan dan menempel pada batu karang mati pada kedalaman 25-70 cm perariran Pulau Tanakeke. Rumput laut

Eucheuma cottonii juga ditemukan dengan jumlah yang cukup

melimpah di perairan Tanakeke sehingga masyarakat di Pulau Tanakeke banyak yang membudidayakan jenis rumput laut Eucheuma

spinosum untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan tetap.

4.3.4 Sargassum sp.

Klasifikasi dan Deskripsi Sargassum sp. Sargassum adalah salah satu genus dari kelompok rumput laut coklat yang merupakan genera terbesar dari family sargassaceae. Klasifikasi Sargassum sp (Anggadiredja, 2006) adalah sebagai berikut :

Divisio : Thallophyta Kelas : Phaeophyceae Bangsa : Fucales Suku : Sargassaceae Marga : Sargassum

Jenis : Sargassum polyfolium

Sargassum merupakan alga coklat yang terdiri dari kurang lebih

25

ada sekitar 12 spesies, yaitu : Sargassum duplicatum, S. histrix, S.

echinocarpum, S. gracilimun, S. obtusifolium, S. binderi, S. policystum, S. crassifolium, S. microphylum, S. aquofilum, S. vulgare, dan S. polyceratium (Rachmat 1999).

Sargassum sp. memiliki bentuk thallus gepeng, banyak

percabangan yang menyerupai pepohonan di darat, bangun daun melebar, lonjong seperti pedang, memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama bulat agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram. Pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau meruncing (Anggadiredja et al. 2008). Sargassum biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminaran dan alginat serta adanya flagel (Tjondronegoro et al. 1989). Sargassum tersebar luas di Indonesia, tumbuh di perairan yang terlindung maupun yang berombak besar pada habitat batu. Di Kepulauan Seribu (Jakarta) alga ini biasa disebut oseng. Zat yang dapat diekstraksi dari alga ini berupa alginat yaitu suatu garam dari asam alginik yang mengandung ion sodium, kalsium dan barium (Aslan 1999). Pada umumnya Sargassum tumbuh di daerah terumbu karang (coral reef) seperti di Kepulauan Seribu, terutama di daerah rataan pasir (sand flat ). Daerah ini akan kering pada saat surut rendah, mempunyai dasar berpasir dan terdapat pula pada

26

karang hidup atau mati. Pada batu-batu ini tumbuh dan melekat rumput laut coklat (Atmadja dan Soelistijo 1988).

Jenis rumput laut Sargassum sp. ditemukan di sebelah Utara dan menempel pada bebatuan yang berpasir dengan kedalaman 70 cm perariran Pulau Tanakeke. Rumput laut Sargassum sp. ditemukan dengan jumlah yang melimpah di perairan Tanakeke sehingga masyarakat di Tulau Tanakeke belum membudidayakan jenis rumput laut Sargassum sp. karena tidak mengetahui manfaat secara ekonomis dari rumput laut tersebut.

4.3.5 Caulerpa lentillifera

Caulerpa lentillifera adalah spesies ganggang hijau bryopsidale

dari daerah pesisir di Indo-Pasifik. Rumput laut ini adalah salah satu spesies yang disukai dari Caulerpa yang dapat dimakan karena teksturnya yang lembut dan lezat. Adapun klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Division : Chlorophyta Class : Bryopsidophyceae Order : Bryopsidales Family : Caulerpaceae Genus : Caulerpa Species : C. lentillifera

Secara morfologis, bintil-bintil ini merupakan ujung dari pucuk tangkai rumput laut ini. Diameter dari tiap bintilnya antara 1 hingga 3

27

mm. Di habitatnya, tangkai utama mereka membentang secara horizontal pada substrat, seperti tipikal keluarga caulerpa lainnya. Pucuk dimana terdapat bintil melayang kearah atas.

Jenis rumput laut Caulerpa lentillifera ditemukan di sebelah

Utara dan menempel pada bebatuan karang dengan kedalaman 25-70 cm perariran Pulau Tanakeke. Rumput laut Caulerpa lentillifera

ditemukan dengan jumlah yang melimpah di perairan Tanakeke sehingga beberapa masyarakat di Pulau Tanakeke sudah ada yang membudidayakan jenis rumput laut Caulerpa lentillifera meskipun masih sedikit masyarakat yang membudidayakannya disebabkan minimnya pengetahuan tentang manfaat ekonomis pada rumput laut tersebut.

4.4 Parameter Kualitas air Tabel. 4.3 Parameter kualitas air

No. Parameter Lokasi Ket.

1. Suhu Utara Selatan 28 °C 30 °C 2. Ph Utara Selatan 7,0 8,4 3. Salinitas Utara Selatan 32 ppt 30 ppt 4. Nitrat Utara Selatan 0,4 mg/L 0,3 mg/L 5. Fosfat Utara Selatan 0,0025 mg/L 0,0021 mg/L

28 Selatan 100 % 7. Kedalaman Utara Selatan 50 cm 50 cm

Pada penelitian ini juga melakukan pengukuran kualitas air, dengan data hasil pengukuran di sajikan sebagai berikut:

4.3.1 Suhu

Salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut adalah suhu. Suhu yang terdapat pada penelitian plot wilayah Timur adalah 28°C sedangkan suhu pada plot wilayah Selatan adalah 30°C. Menurut Kordi (2010), bahwa suhu air yang cocok untuk rumput laut adalah 20-30°C. selanjutnya Aslan (1998), bahwa suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 25-30°C. meskipun demikian, suhu pada penelitian ini mencapai 30°C tetapi masih dapat di tolerir dan masih menunjang pertumbuhan rumput laut.

4.3.2 pH

Derajat keasaman (pH) merupakan faktor lingkugan kimia air laut yang turut menentukan baik buruknya pertumbuhan rumput laut. Kondisi pH pada masing-masing plot berbeda sesuai lokasinya, untuk plot wilayah Timur 7,0 sedangkan di plot wilayah selatan 8,4. Sulistio W.S (1996), mengemukakan bahwa nilai pH yang baik bagi pertumbuhan rumput laut berkisar 6-9.

29

Kadar salinitas yang terdapat pada plot penelitain wilayah perairan timur Pulau Tanakeke adalah sebanyak 32 ppt sedangkan pada plot wilayah selatan sebanyak 30 ppt. Selanjutnya Afrianto dan Liviawaty (1989), bahwa kesuburan rumput laut juga di pengaruhi salinitas, kisaran salinitas yang layak untuk pertumbuhan rumput laut adalah 33-35 ppt dengan optimal 33 ppt.

4.3.4 Nitrat

Bentuk lain dari Nitrogen yang di ukur dalam penelitian ini adalah nitrat (NO₃). Nitrat pada wilayah timur 0,4 dan kandungan nitrat pada wilayah selatan adalah 0,3 mg/L. kebutuhan akan unsur hara oleh rumput laut dapat di penuhi dengan mengambil nitrogen dalam bentuk nitrat (NO₃) hal ini senada dengan peryataan Smayda (1983).

Andalaris (1991) juga berpendapat bahwa alga bentik termasuk rumput laut dan fitoplankton umumnya mempunyai preferensi untuk mengambil nitrogen secara bertahap, yaitu ammonium, Nitrit dan Nitrat. Ion-ion yang masuk ke sel akan segera di konversi dalam bentuk lain seperti NO₃ di reduksi menadi NH₄ yang di manfaatkan untuk sintesis asam amino dan protein dengan bantuan enzim nitrat reduktase (Lakitan, 1993).

4.3.5 Fosfat

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat di manfaatkan oleh rumput laut. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsure ini tidak

30

terdapat di atmosfer.Kadar fosfat pada plot wilayah timur adalah 0,0025 sedangkan kadar fosfat pada plot wilayah selatan adalah 0,0021 mg/L. berkurangnya kandungan fosfat di perairan di duga karna telah di manfaatkan oleh rumput laut sebagai unsure hara esensial yang berperan pada proses fotosintesis.

Hal ini sesuai dengan pendapat Dwijdjoseputro (1994), menyatakan bahwa fosfat merupakan unsur hara yang di perlukan oleh semua jenis tumbuhan karena merupakan unsur macro yang sangat berperan dalam proses fotosintesis dan proses metabolism seperti pembentukan ATP (Adenosin Trifosfat), dan Boyd (1982), tumbuhan perairan dapat menyerap fosfat dengan sangat cepat dalam perairan sangat menurun.

4.3.6 Intensitas cahaya

Pada penelitian ini di dapatkan nilai kecerahan sebesar 100%. Menurut departemen kelautan (2007) bahwa kecerahan yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut yaitu 0,6 - 0,8 m. sedangkan data yang didapatkan dari hasil penelitian berdasarkan pengukuran kedalaman lokasi pemasangan plot adalah 50 cm laut dalam keadaan surut dan intensitas cahaya yang menembus perairan tersebut sebanyak 100%. Menurut Munoz et al (2004), tingkat intensitas cahaya yang tinggi sangat berpengaruh terhadap proses fotointesis pada rumput laut.

31

Pada penelitian kali ini kecepatan arus yang di peroleh 0,7 m/s pada wilayah timur dan 0,4 m/s pada wilayah utara.

4.3.8 Kedalaman

Kedalaman wilayah tempat pemasangan plot penelitan di sebalah Utara dan selatan ialah 50 cm. kecerahan yang ideal adalah 1 meter, air keruh (biasanya mengandung lumpur) dapat menghalangi tembusnya cahaya matahari di dalam air sehingga proses fotosintesis terganggu, sedangkan kedalaman yang baik untuk pertumbuhan rumput laut adalah 0,3-0,6 m (Ditjenkanbud, 2008).

32 V. Penutup

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa bagian utara ditemukan jenis rumput laut yakni Eucheuma spinosum, Euchema cottonii, Sargassum sp. Sedangkan pada bagian selatan pulau ditemukan jenis rumput laut yang berbeda diantaranya Eucheuma spinosum, Euchema cottonii, Ulva lactuca. 5.2 Saran

Beberapa jenis rumput laut yang ditemukan belum dikelola secara ekonomis, sehingga perlu kiranya masyarakat pesisir di Pulau Tanakeke untuk mengembangkan jenis rumput laut tersebut. Misalnya pada jenis rumput laut Caulerpa lentillifera atau anggur laut yang memiliki nilai ekonomis.

33

Dokumen terkait