• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI JENIS RUMPUT LAUT ALAM DI PERAIRAN TANAKKE KABUPATEN TAKALAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI JENIS RUMPUT LAUT ALAM DI PERAIRAN TANAKKE KABUPATEN TAKALAR"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

i

IDENTIFIKASI JENIS RUMPUT LAUT ALAM DI PERAIRAN

TANAKKE KABUPATEN TAKALAR

J U S M A N

105940 744 12

SKRIPSI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Identifikasi Jenis Rumput Laut Alam di Perairan Tanakeke Kabupen Takalar adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicamtumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar,30 Juli 2019 Jusman

(5)

v ABSTRAK

JUSMAN, 10594074412. Identifikasi Jenis Rumput Laut Alam Di Perairan Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar. Dibimbing oleh DARMAWATI dan RAHMI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mengidentifikasi berbagai ragam dan jenis rumput laut yang terdapat pada Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar. Pengambilan data macro alga di lapangan menggunakan teknik Purposive Random Sampling dengan cara mengambil semua jenis macro alga yang ditemukan di tiap lokasi dan stasiun penelitian dari daerah intertidal sampai subtidal. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2018, difokuskan dibagian Utara dan Selatan Pulau Tanakeke dengan titik spot 119° 14‟ 22” – 119° 20‟ 29” BT dan 5° 26‟ 43” – 5° 32‟ 34” LS. Jenis-jenis makro alga hasil identifikasi dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan antara jenis-jenis makro alga yang ditemukan di Perairan pulau Tanakeke dengan jenis makro alga yang bernilai ekonomis dari literature. Hasil penelitian didapatkan rumput laut alam yaitu Eucheuma Spinosum, Sargassum sp., Caulerpa lentillifera, dan Ulva

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, sehingga dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI JENIS RUMPUT LAUT ALAM DI PERAIRAN TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR”.

Proposal ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr.Ir. Darmawati.,M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Rahmi. S.Pi,.M.Si. selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Ir. Burhanuddin, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Andi Khaeriyah, S.Pi.,M.Si selaku ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

vii

4. Kedua Orangtua Bapak Baba dan Ibu Syamsiah dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moral maupun materil sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Budidaya Perairan di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Takalar beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Sebagai manusia biasa, tentunya penulis masih membutuhkan masukan dan saran. Oleh karena itu, penulis akan sangat senang jika menerima masukan dari para pembaca baik berupa kritikan maupun saran yang sifatnya membangun. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.Amiin.

Makassar,30 Juli 2019

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Morfologi Rumput Laut ... 3

2.2 Jenis-Jenis Rumput Laut di Alam ... 4

2.3 Manfaat Rumput Laut ... 11

III. METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Waktu Dan Tempat ... 14

(9)

ix

3.3 Prosedur Kerja ... 14

3.4 Perubahan Yang Diamati ... 15

3.5 Analisis Data ... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Lokasi Penelitian ... 16

4.2 Jenis-Jenis Rumput Laut diperairan pulau Tanakeke ... 17

4.3 Morfologi dan Klasifikasi Jenis-Jenis rumput laut yang di temukan di pulau tanakeke sebelah timur dan utar ... 19

4.4 Parameter Kualitas Air ... 27

V. PENUTUP ... 32 5.1 Kesimpulan ... 32 5.2 Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN  Patok Plot  Snorkle  Termometer  Secidisk  Ph Meter  Anonemeter RIWAYAT HIDUP

(10)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis Rumput Laut Disebelah Utara Pulau Tanakeke ... 17 2. Jenis Rumput Laut Disebelah Selatan Pulau Tanakeke ... 19 4. Parameter Kualitas Air ... 27

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Gracilaria verrucosa ... 4 2. Eucheuma ... 5 3. Coelerpa racemosa ... 6 4. Kappaphycus alvarezii ... 7 5. Ulva sp ... 8 6. Padinaaustralis ... 9 7. Stypopodium zonale ... 10

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman 1. Dokumentasi Penelitian ... 35

(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rumput laut merupakan salah satu biota laut yang beragam spesiesnya di Indonesia. Kekayaan spesies dari rumput laut ini tidak hanya berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem namun dapat diambil manfaatnya. Manfaat dari rumput laut ini sangatlah beragam, diantaranya yaitu, sebagai bahan baku industri masakan, industri kosmetik, industri konstruksi, farmasi, kesehatan dan kedokteran. Untuk itu telah banyak masyarakat terutama masyarakat pesisir yang telah membudidayakan berbagai jenis rumput laut.

Rumput laut selain berpotensi sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal akan nutrisi bersumber dari laut juga merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Rumput laut jenis Eucheuma cottonii yang juga dikenal dengan nama Kappaphycus alvarezii merupakan jenis yang telah banyak dikembangkan, karena relatif mudah dibudidayakan. Keberadaan usaha budidaya rumput laut sangat membantu masyarakat nelayan dan pembudidaya di wilayah pesisir sebagai salah satu sumber pendapatan keluarga. Selain itu, pengembangan budidaya rumput laut dapat menciptakan lapangan kerja bagi para nelayan dan penduduk pedesaan terutama yang tinggal di sepanjang pantai.

Kabupaten Takalar merupakan salah satu sentra produksi rumput laut di Sulawesi Selatan. Perkembangan produksi rumput laut Kabupaten Takalar pada periode 2005-2009 mengalami fluktuasi dengan trend yang meningkat. Salah satu pula penghasil rumput laut di Kabupaten Takalar yakni Pulau

(14)

2

Tanakeke. Pulau Tanakeke memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar. Potensi yang ada meliputi potensi pertanian, perikanan, dan kegiatan wisata yang memerlukan pemanfaatan tepat agar kegiatan yang ada memenuhi daya dukung ruang wilayah. Secara administratif, Pulau Tanakeke terdiri dari 2 desa yaitu desa Maccini Baji dan Desa Mattiro Baji. Melihat potensi laut yang besar utamanya pada komoditi rumput laut, sehingga perlu dilakukan identifikasi yang lebih dalam tentang jenis-jenis rumput laut di Pulau Tanakeke.

Berdasarkan uraian tersebut, Pulau Tanakeke merupakan daerah penghasil rumput laut, namun ada beberapa jenis rumput laut pada pulau tersebut yang belum teridentifikasi, maka dari itu penelitian dengan judul “Identifikasi Jenis Rumput Laut di Pulau Tanakeke” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendata berapa banyak jenis rumput yang terdapat pada Pulau Tanakeke.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mengidentifikasi berbagai ragam dan jenis rumput laut yang terdapat pada Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar.

Kegunaan penelitian ini sebagai sumber informasi baik dikalangan akademisi maupun kalangan masyarakat khususnya di lingkup budidaya perairan yang membahas tentang berbagai jenis rumput laut yang terdapat pada Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar.

(15)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Rumput Laut

Rumput laut (seaweed) adalah jenis ganggang yang berukuran besar (macroalgae) yang termasuk tanaman tingkat rendah dan termasuk divisi thallophyta. Rumput laut memiliki sifat morfologi yang mirip, karena rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanyalah thallus. Bentuk thallus rumput laut bermacam-macam antara lain, bulat seperti tabung, pipih, gepeng, dan bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya (Aslan, 2008).

Rumput laut hidup menempel pada karang mati atau cangkang moluska walaupun rumput laut juga dapat hidup menempel pada pasir atau lumpur. Rumput laut hidup di laut dan tambak dengan kedalaman yang masih dapat dijangkau cahaya matahari untuk proses fotosintesisnya. Dalam dunia perdagangan rumput laut atau sea weeds sangat populer. Rumput laut dalam dunia pengetahuan lebih dikenal dengan sebutan algae. Rumput laut merupakan suatu komoditi laut yang penting bagi manusia, walaupun rumput laut tidak dapat dikategorikan kebutuhan utama bagi manusia, namun manfaatnya cukup baik dalam kehidupan sehari-hari (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1999).

Rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil laut yang berpotensi untuk dikembangkan. Potensi rumput laut cukup besar dan tersebar hampir diseluruh perairan nusantara. Rumput laut yang banyak

(16)

4

dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar-agar, karaginan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Rumput laut jenis lain ada juga yang dimanfaatkan yaitu jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin, selain itu ganggang merah dan coklat banyak mengandung iodium (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1999).

2.2 Jenis-Jenis Rumput Laut di Alam

Rumput laut di Indonesia sangatlah beragam, untuk wilayah Provinsi Sulawesi Selatan rumput laut yang umum dibudidayakan ialah Glacilaria sp,

Eucheuma ,dan Caulerparacemosa.

2.2.1 Glacilaria sp

Sumber: https://seahorse.com

Gambar 2.1 Glacilaria sp Divisi : Rhodophyta

(17)

5 Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Familia : Glacilariaceae Genus : Glacilaria

Rumput laut marga Glacilaria memiliki cirri umum, yaitu bentuk thallus yang memipih atau silindiris, tipe percabangan yang tidak teratur membentuk rumpun dan pada pangkal percabangan thallus menyempit. Glacilaria sp.adalah rumput laut yang termasuk dalam golongan alga merah. Alga laut diklasifikasikan menjadi macroalga dan microalga. Macroalga secara umum di golongkan menjadi tiga, yaitu alga merah (Rhodophyceae), alga hijau (Chlorophyceae), dan alga coklat (phaeophceae) yang umumnya di sebut sebagai rumput laut Glacilaria sp. Termasuk dengan golongan alga merah dengan cirri fisik berikut: mempunyai thallus silindiris, permukaan halus, atau berbintil – bintil, dan mempunyai warna hijau atau hijau kuning. Menurut Anggadiredjaet al. (2006).

2.2.2 Euecheuma

Sumber: http://needanews.com Gambar 2.2 Euecheuma Divisi : Rhodophyta

(18)

6 Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinalas Familia : Solierisceae Filum : Euecheuma

Genus : E. Spinoseum dan E. cottonii

Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhadophyceae) dan berubah nama menjadi Kappaphycu salvarazii karena keragian yang di hasilkan termasuk fraksi kappa-keragian. Maka jenis ini secara taksonomi di sebut Kappaphycu salvarezii. Nama daerah „cottonii‟ umumnya lebih di kenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasioanl. Klasifikasi Eucheuma cottonii menurut Doty (1985). 2.2.3 Caulerpa racemosa

Sumber: https//www. monaconatureencyclopedia.com

Gambar 2.3 Caulerpa racemosa

Kingdom : Plantae

Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Bryopsidales

(19)

7 Famili : Caulerpaceae

Genus : Caulerpa

Spesies : Caulerpa racemosa

Caulerpa sp. adalah golongan alga hijau, thallus (cabang) berbentuk

lembaran, batangan dan bulatan, berstruktur lembut sampai keras dan siphonous. Rumpun terbentuk dari berbagai ragam percabangan, mulai dari sederhana sampai yang kompleks seperti yang terlihat pada tumbuhan tingkat tinggi, ada yang tampak seperti akar, batang dan daun (Guiry, 2007).

Caulerpa merupakan salah satu jenis alga laut dari family Caulerpaceae dan termasuk dari spesies Chlorophyceae (alga hijau) (atmadja, 1996).Jenis C. Racemosa pertama kali ditemukan pada tahun 1926 di sepanjang pantai tunusia perairan mediterania (Ranielloet al., 2004).

2.2.4 Kappaphycus alvarezii

Sumber:https://www.pinterest.com Gambar 2.4 Kappaphycus alvarezii

Kingdom : Plantae

Phylum : Rhodophyta Kelas : Florideophyceae Ordo : Gigartinales

(20)

8 Family : Areschougigiaceae Genus : Kappaphycus

Species : Kappaphycus alvarezii

Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu jenis rumput laut merah

(Rhodophyceae).Menurut Doty (1985) dalam neish (2003), Eucheumacottoni berubah menjadi Kappaphycus alvarezii karna keragian yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karagian. Maka jenis ini secara taksonomi di sebut Kappaphycus alvarezii .Nama daerah cottonii umumnya lebih di kenal dan biasa di pakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional. 2.2.5 Ulva sp. Sumber: https://indonesian.alibaba.com Gambar 2.5 Ulva sp. Kingdom : Plantae Devisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Ulvales Family : Ulvaceae Genus : Ulva Spesies : Ulva sp

(21)

9

Alga ini berwarna hijau, Thallus seperti lembaran tebal tersusun oleh deretan sel-sel berdinding tipis dengan panjang 1-2 cm, tumbuh melekat pada batu karang. Thallus berwarna hijau seperti lembaran jalinan pita lebar. Tumbuh membentuk koloni yang tebal, alat pelekatnya sulit untuk di amati, koloni biasanya melekat pada sesuatu yang padat. Alga ini tumbuh melimpah pada zona pasang surut bagian atas .Membentuk koloni yang tebal sehingga pantai tampak hijau. (Hayati, 2009; IPTEK, 2011).

2.2.6 Padinaaustralis Sumber: http://www.nitra.ac.vn Gambar 2.6 Padinaaustralis Kingdom : plantae Devisi : phaecophyta Kelas : Phaecophyceae Ordo : Dictyotales Family : Dictyoceae Genus : Padina Spesies : Padinaaustralis

Alga ini berwarna coklat kekuningan. Thallus berbentuk seperti kipas dengan permukaan yang halus,licin dangan ketebalan dengan panjangnya

(22)

10

antara 4-5 cm. Alga ini tumbuh menempel pada batu karang.(Juneidi, 2004). Thallus berbentuk seperti kipas dan segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis berambut radial dan perkapuran di bagian permukaan daun. Warna coklat kekuningan atau bahkan memutih karna terdapat perkapuran. Alat pelekatnya (holdfast) berbentuk cengkram kecil berserabut. Bagian atas lobus agak melebar dengan pingiran rata. Tumbuh menempel pada batu di daerah rataan terumbu karang (Juneidi, 2004; Pramesti, 2009). 2.2.7 Stypopodium zonale

Sumber: http://www.saltcorner.com

Gambar 2.7 Stypopodium zonale Kingdom : Plantae Devisi : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Dictyotales Family : Dictyotaceae Genus : Stypopodium Spesies : Stypopodiumzonale

(23)

11

Alga ini berwarna coklat kekuninagn, Thallus bercabang bentuk kipas bergaris-garis menyerupai kulit ular, permukaan atas kasar sedangkan bagian bawah licin, panjangnya sampai 12 cm. Alga ini tumbuh menempel pada bebatuan. Alga ini tingginya sekitar 3,6 – 4,5 cm, berwarna warni dalam air, berwarna coklat kehitaman, rhizoid berbentuk kipas tipis, panjang lembaran sampai 15 cm, dengan marjin yang tidakt eratur, thalli berbentuk segmen dengan luas 1-5 cm. thallus pada interval yang tidak teratur panjang sekitar 3-15 mm. sporangia tidak teratur (Taylor, 1979).

2.3 Manfaat Rumput Laut

Ganggang merah memiliki kandungan agar-agar, karaginan, porpiran maupun furcelaran. Jenis ganggang cokelat yang berpotensi untuk dimanfaatkan, seperti Sargassum dan Turbinaria. Ganggang cokelat memiliki kandungan pigmenklorofil a dan c, beta karotin, violasantin, fukosantin, pirenoid dan filakoid (lembaran fotosintesis), cadangan makanan berupa laminarin, dinding sel yang terdapat selulose dan algin. Ganggang merah dan ganggang cokelat termasuk jenis bahan makanan sebagai penghasil yodium (Tim Penebar Swadaya, 1999).

Jenis jenis pemanfaatan dari rumput laut menurut Kordi, (2011) adalah sebagai berikut :

2.3.1 Rumput laut sebagai bahan pangan

Rumput laut sebagai bahan pangan biasa dikonsumsi secara langsung seperti dimasak sebagai sayuran untuk lauk.

(24)

12

Rumput laut digunakan sebagai obat luar yaitu antiseptik dan pemeliharaan tubuh. Rumput laut juga dimanfaatkan dalam bidang farmasi sebagai pembungkus kapsul biotik, vitamin dan lain-lain. 2.3.3 Rumput laut dalam kosmetik

Produk kosmetik tidak hanya untuk mempercantik diri namun untuk keseh atan. Olahan rumput laut dalam pada bidang industri kosmetik dipergunakan dalam produksi salep, krem, losion, lipstik dan sabun.

2.3.4 Rumput laut dalam industri

Dalam industri makanan, olahan rumput laut dipergunakan sebagai bahan pembuatan roti, sup, eskrim, serbat, keju, puding, selai dan lain-lain. Penggunaan olahan rumput laut juga dipergunakan dalam industri tekstil, industri kulit dan sebagainya, seperti pelat film, semir sepatu, kertas, serta bantalan pengalengan ikan dan daging.

Rumput laut juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan, misalnya saja dapat dijadikan bahan dasar pembuatan mie. Bahan dasar dalam pembuatan mie yang biasa digunakan seperti gandum yang masih diekspor dari luar negeri dan harga yang masih sangat mahal. Pembuatan mie juga masih menggunakan bahan bahan yang berbahaya seperti boraks untuk pengenyal yang sangat berbahaya untuk kesehatan.

Konsumsi produk-produk olahan dari rumput laut yang sangat populer di masyarakat umumnya dalam bentuk puding, kue, serta sebagai bahan aditif makanan. Belakangan ini produk diversifikasi rumput laut sudah mulai

(25)

13

dijumpai dalam jumlah yang terbatas seperti dalam bentuk dodol/manisan, selai, kripik, kue, minuman, dan teh rumput laut. Saat ini kendala dalam konsumsi rumput laut terutama dalam bentuk rumput laut segar maupun olahan sederhana seperti kripik/krupuk dan kue, adalah aroma khas rumput laut yang dianggap kurangmenarik. Untuk dapat mengatasi kendala ini, beberapa produk yang telah populer dan disukai masyarakat bisa menjadi alternatif untuk difortifikasi dengan rumput laut, seperti mie dan kerupuk. Mengingat sangat pentingnya konsumsi serat pangan bagi kesehatan, maka diperlukan usaha-usaha dalam mendukung peningkatan konsumsi maupun produk dari rumput laut tersebut pada masyarakat. Perlunya peningkatan lokasi dan perbaikan teknik budidaya diperlukan untuk dapat meningkatkan produksi rumput laut. Dukungan dalam bidang industri pascapanen berperan penting dalam mendukung penyediaan dan peningkatan produk rumput laut yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Pengembangan produk diversifikasi rumput laut turut berperan dalam menyediakan jenis produk pilihan yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen, termasuk dalam pengembangan produk pangan fungsional (Dwiyitno, 2011).

(26)

14

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2018 di pulau Tanakeke, Desa Maccinibaji, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian yakni dalam pengambilan sampel macro alga dari terumbu karang yakni kantong sample, alat tulis, dan kertas label. Sedangkan peralatan dan bahan yang di gunakan untuk analisis parameter fisika dan kimia yakni Thermometer (untuk mengukur suhu), Spektrofotometer (untuk mengukur nitrat dan fosfat), Seschi

disk (untuk mengukur intensitas cahaya), kertas lakmus (untuk mengukur

pH), dan Salinometer (untuk mengukur salinitas air). 3.3 Prosedur Kerja

Pengambilan data macro alga di lapangan menggunakan teknik Purposive Random Sampling sampling dengan cara mengambil semua jenis macro alga yang ditemukan di tiap lokasi dan stasiun penelitian dari daerah intertidal sampai subtidal dengan beberapa daerah yakni stasiun I (Perairan sebelah Timur Pulau Tanakeke dan stasiun II (Perairan sebelah Utara Pulau Tanakeke). Pengambilan sampel tersebut dilakukan pada saat air surut Pelaksanaan sampling di lakukan satu jam sebelum waktu surut. Hal ini akan memberikan waktu yang cukup untuk mengambil sampel macro alga dan

(27)

15

mengamati habitat alaminya. Sampel macro alga sedapat mungkin diambil utuh dengan holdfast (Serdiati dan Samliok, 2011).

3.4 Perubahan yang diamati

3.4.1 Identifiksasi Spesies Macro Alga

Macro alga yang ditemukan di identifikasi secara morfologi didasarkan pada petunjuk Dhagalkar dan kevlekar (2004).

3.4.1 Parameter kualitas air

Kualitas air yang diamati adalah nitrat dan fosfat, intensitas cahaya, kecepatan arus, kedalaman, suhu, pH dan salinitas.

3.5 Analisis Data

Data jenis-jenis makro alga hasil identifikasi dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan antara jenis-jenis makro alga yang ditemukan di Perairan pulau Tanakeke dengan jenis makro alga yang bernilai ekonomis dari literature. Data parameter kualitas air juga dianalisis secara deskriptif.

(28)

16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian

Desa Tompotana adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar yang berada di kepulauan Tanakeke. Jarak dari pusat pemerintahan desa ke daratan (dermaga) kurang lebih 11 mil. Jarak tempuh wilayah Desa Tompotana dari Ibu Kota Kabupaten Takalar kurang lebih 60 menit dengan menggunakan perahu Jolloro. Desa Tompotana adalah kawasan kepulauan yang memiliki luas wilayah 8,95km, dengan potensi alam dari hasil laut yang sangat produktif seperti budidaya rumput laut, tambak ikan, udang dan hutan mangrove.

Desa Tompotana merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari Pulau-pulau kecil, yang terdiri dari beberapa dusun. Diantara dusun-dusun tersebut, ada beberapa diantaranya adalah merupakan dataran tanah dan sebagian lainnya adalah dataran buatan masyarakat (area mangrove yang di konversi/ditimbun menjadi daratan untuk pemukiman).

Penelitian identifikasi jenis-jenis rumput laut ini di laksanakan di Pulau Tanakeke terletak pada 119° 14‟ 22” – 119° 20‟ 29” BT dan 5° 26‟ 43” – 5° 32‟ 34” LS dan secara oceanografis dipengaruhi oleh Laut Flores, Selat Tanakeke dan Selat Makassar. Secara administratif, Pulau Tanakeke terdiri dari lima desa, yaitu Maccini Baji, Balandatu, Tompotana, Rewatayya dan Mattiro Baji. Penelitian difokuskan dibagian Utara dan Selatan Pulau Tanakeke dengan titik koordinat sebagai berikut:

(29)

17

Utara = Latitude : -5,5289S 5°31‟44,022”

Longtitude : 119,30595 E 119°18‟21,420” Selatan = Latitude : -5,53333 S 5°31‟59,988”

Longtitude : 119,28386 E 119°17,89” 4.2 Jenis-jenis rumput laut pada perairan Pulau Tanakeke

Tabel 4.1 Jenis rumput laut di bagian Utara Pulau Tanakeke Jenis rumput laut yang di temukan Gambar

(30)

18

Euchema cottonii

Sargassum sp.

(31)

19

Tabel 4.2 Jenis rumput laut yang di temukan di bagian Selatan Pulau Tanakeke Jenis rumput laut yang di temukan Gambar

Eucheuma spinosum

Euchema cottonii

Ulva lactuca

4.3 Morfologi dan klasifikasi jenis-jenis rumput laut yang di temukan di pulau tanakeke sebelah Utara dan Selatan

(32)

20 4.3.1 Eucheuma spinosum

Eucheuma spinosum adalah salah satu jenis rumput laut dari

kelas Rhodophyceae (ganggang merah). Klasifikasi Eucheuma spinosum menurut Anggadiredja dkk., (2010)

Kingdom : Plantae Divisi : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Famili : Solieriaceae Genus : Eucheuma

Spesies : Eucheuma spinosum

Eucheuma spinosum dikenal dengan nama ilmiah Eucheuma muricatum dan Eucheuma denticulatum merupakan penghasil utama

iota karaginan. Ciri fisik Eucheuma spinosum mempunyai bentuk thallus bulat tegak, dengan ukuran panjang 5-30 cm, transparan, warna coklat kekuningan sampai merah kekuningan. Permukaan thallus tertutup oleh tonjolan yang berbentuk seperti duri-duri runcing yang tidak beraturan, duri tersebut ada yang memanjang seolah berbentuk seperti cabang. Tanaman tegak karena percabangannya yang rimbun dapat membentuk rumpun. Percabangan thallus tumbuh pada bagian yang tua ataupun muda tidak beraturan (Atmadja dkk., 1996).

Jenis rumput laut Eucheuma spinosum ditemukan di sebelah utara dan juga ditemukan di sebelah selatan dan menempel pada

(33)

21

terumbu karang pada kedalaman 25-70 cm perariran Pulau Tanakeke. Rumput laut Eucheuma spinosum juga ditemukan dengan jumlah yang cukup melimpah di perairan Pulau Tanakeke sehingga masyarakat di Pulau Tanakeke banyak yang membudidayakan jenis rumput laut

Eucheuma spinosum untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan tetap.

4.3.2 Ulva sp

Ulva sp merupakan salah satu jenis suku Ulvaceae (devsi Chlorophyta). Secara sistematika, Ulva sp dapat diklasifikasikan sebagai berkut (Guiry & Guiry,2015):

Kerajaan : Plantae Devisi : Chlorophyta Kelas : Ulvophyceae Ordo : Ulvales Suku : Ulvaceae Marga : Ulva Jenis : Ulva sp.

Secara umum, Ulva memiliki ciri-ciri sebaga berikut : thalus

menyerupai lembaran (berupa lembaran lebar maupun kecil), thalus yang berupa lembaran kecil membentuk rumpun menyerupai jarring dengan berekspansi radial, tepi lembaran berombak, warna hijau cerah sampai tua, thalus berwarna gelap pada bagian tertentu (terutama dekat bagian pangkal karena ada sedikit penebalan). Morfologi Uva berbeda-beda tergantung jensnya. Uumnya perberbeda-bedaan tersebut terdapat pada

(34)

22

lembaran thalusnya. Lembaran tersebut antara lain lebar mempentuk lembaran besar, kecil membentuk jarring (net) maupun kecil membentuk rambut-rambut (Kadi, 1996).

Jenis rumput laut Ulva sp ditemukan di sebelah selatan menempel pada karang dengan kedalaman 70 cm perairan Pulau Tanakeke. Rumput laut Ulva sp ditemukan dengan jumlah yang melimpah di perairan Tanakeke namun masyarakat di Pulau Tanakeke belum membudidayakan jenis rumput laut Ulva sp karena tidak mengetahui manfaat secara ekonomis dari rumput laut tersebut.

4.3.3 Eucheuma cottonii

Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut

merah dan berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan. Jenis ini secara taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii (Doty, 1987). Adapun taksonomi Eucheuma sp menurut Anggadireja et al (2008). sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Famili : Solieracea Genus : Eucheuma

(35)

23

Dari segi morfologi, rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan, tanaman ini mempunyai morfologi yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk- bentuk tersebut sebenarnya hanyalah thallus rumput laut ada bermacam- macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya. Thalli ini ada yang tersusun uniselluler (satu sel) atau multiselluler (banyak sel). Percabangan thallus ada yang dichotomous (bercabang dua terus-menerus), pectinate (berderet searah pada suatu sisi thallus utama),

pinnate (bercabang dua pada sepanjang thallus utama secara berselang

seling).ferticillate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama) dan ada juga yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gellatin

(gellatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous),

lunak seperti tulang rawan (cartilagenous) , berserabut (spongious) dan sebagainya.

Ciri fisik yang dimilki spesies ini diantaranya Thalus yang kasar, agak pipih dan bercabang teratur, yaitu bercabang dua atau tiga, ujung-ujung percabangan ada yang runcing dan tumpul dengan permukaan bergerigi, agak kasar dan berbintil-bintil (Afrianto dan Liviani 1933 dalam Syukron 2009). Kappaphycus alvarezii tumbuh melekat kesubtrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengan

(36)

24

cirri khusus mngarah kearah datangnya sinar matahari. Cabang cabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk ( Atmadja et al. 1996).

Jenis rumput laut Eucheuma cottonii di temukan di sebelah utara dan juga ditemukan di sebelah selatan dan menempel pada batu karang mati pada kedalaman 25-70 cm perariran Pulau Tanakeke. Rumput laut

Eucheuma cottonii juga ditemukan dengan jumlah yang cukup

melimpah di perairan Tanakeke sehingga masyarakat di Pulau Tanakeke banyak yang membudidayakan jenis rumput laut Eucheuma

spinosum untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan tetap.

4.3.4 Sargassum sp.

Klasifikasi dan Deskripsi Sargassum sp. Sargassum adalah salah satu genus dari kelompok rumput laut coklat yang merupakan genera terbesar dari family sargassaceae. Klasifikasi Sargassum sp (Anggadiredja, 2006) adalah sebagai berikut :

Divisio : Thallophyta Kelas : Phaeophyceae Bangsa : Fucales Suku : Sargassaceae Marga : Sargassum

Jenis : Sargassum polyfolium

Sargassum merupakan alga coklat yang terdiri dari kurang lebih

(37)

25

ada sekitar 12 spesies, yaitu : Sargassum duplicatum, S. histrix, S.

echinocarpum, S. gracilimun, S. obtusifolium, S. binderi, S. policystum, S. crassifolium, S. microphylum, S. aquofilum, S. vulgare, dan S. polyceratium (Rachmat 1999).

Sargassum sp. memiliki bentuk thallus gepeng, banyak

percabangan yang menyerupai pepohonan di darat, bangun daun melebar, lonjong seperti pedang, memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama bulat agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram. Pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau meruncing (Anggadiredja et al. 2008). Sargassum biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminaran dan alginat serta adanya flagel (Tjondronegoro et al. 1989). Sargassum tersebar luas di Indonesia, tumbuh di perairan yang terlindung maupun yang berombak besar pada habitat batu. Di Kepulauan Seribu (Jakarta) alga ini biasa disebut oseng. Zat yang dapat diekstraksi dari alga ini berupa alginat yaitu suatu garam dari asam alginik yang mengandung ion sodium, kalsium dan barium (Aslan 1999). Pada umumnya Sargassum tumbuh di daerah terumbu karang (coral reef) seperti di Kepulauan Seribu, terutama di daerah rataan pasir (sand flat ). Daerah ini akan kering pada saat surut rendah, mempunyai dasar berpasir dan terdapat pula pada

(38)

26

karang hidup atau mati. Pada batu-batu ini tumbuh dan melekat rumput laut coklat (Atmadja dan Soelistijo 1988).

Jenis rumput laut Sargassum sp. ditemukan di sebelah Utara dan menempel pada bebatuan yang berpasir dengan kedalaman 70 cm perariran Pulau Tanakeke. Rumput laut Sargassum sp. ditemukan dengan jumlah yang melimpah di perairan Tanakeke sehingga masyarakat di Tulau Tanakeke belum membudidayakan jenis rumput laut Sargassum sp. karena tidak mengetahui manfaat secara ekonomis dari rumput laut tersebut.

4.3.5 Caulerpa lentillifera

Caulerpa lentillifera adalah spesies ganggang hijau bryopsidale

dari daerah pesisir di Indo-Pasifik. Rumput laut ini adalah salah satu spesies yang disukai dari Caulerpa yang dapat dimakan karena teksturnya yang lembut dan lezat. Adapun klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Division : Chlorophyta Class : Bryopsidophyceae Order : Bryopsidales Family : Caulerpaceae Genus : Caulerpa Species : C. lentillifera

Secara morfologis, bintil-bintil ini merupakan ujung dari pucuk tangkai rumput laut ini. Diameter dari tiap bintilnya antara 1 hingga 3

(39)

27

mm. Di habitatnya, tangkai utama mereka membentang secara horizontal pada substrat, seperti tipikal keluarga caulerpa lainnya. Pucuk dimana terdapat bintil melayang kearah atas.

Jenis rumput laut Caulerpa lentillifera ditemukan di sebelah

Utara dan menempel pada bebatuan karang dengan kedalaman 25-70 cm perariran Pulau Tanakeke. Rumput laut Caulerpa lentillifera

ditemukan dengan jumlah yang melimpah di perairan Tanakeke sehingga beberapa masyarakat di Pulau Tanakeke sudah ada yang membudidayakan jenis rumput laut Caulerpa lentillifera meskipun masih sedikit masyarakat yang membudidayakannya disebabkan minimnya pengetahuan tentang manfaat ekonomis pada rumput laut tersebut.

4.4 Parameter Kualitas air Tabel. 4.3 Parameter kualitas air

No. Parameter Lokasi Ket.

1. Suhu Utara Selatan 28 °C 30 °C 2. Ph Utara Selatan 7,0 8,4 3. Salinitas Utara Selatan 32 ppt 30 ppt 4. Nitrat Utara Selatan 0,4 mg/L 0,3 mg/L 5. Fosfat Utara Selatan 0,0025 mg/L 0,0021 mg/L

(40)

28 Selatan 100 % 7. Kedalaman Utara Selatan 50 cm 50 cm

Pada penelitian ini juga melakukan pengukuran kualitas air, dengan data hasil pengukuran di sajikan sebagai berikut:

4.3.1 Suhu

Salah satu parameter kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut adalah suhu. Suhu yang terdapat pada penelitian plot wilayah Timur adalah 28°C sedangkan suhu pada plot wilayah Selatan adalah 30°C. Menurut Kordi (2010), bahwa suhu air yang cocok untuk rumput laut adalah 20-30°C. selanjutnya Aslan (1998), bahwa suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 25-30°C. meskipun demikian, suhu pada penelitian ini mencapai 30°C tetapi masih dapat di tolerir dan masih menunjang pertumbuhan rumput laut.

4.3.2 pH

Derajat keasaman (pH) merupakan faktor lingkugan kimia air laut yang turut menentukan baik buruknya pertumbuhan rumput laut. Kondisi pH pada masing-masing plot berbeda sesuai lokasinya, untuk plot wilayah Timur 7,0 sedangkan di plot wilayah selatan 8,4. Sulistio W.S (1996), mengemukakan bahwa nilai pH yang baik bagi pertumbuhan rumput laut berkisar 6-9.

(41)

29

Kadar salinitas yang terdapat pada plot penelitain wilayah perairan timur Pulau Tanakeke adalah sebanyak 32 ppt sedangkan pada plot wilayah selatan sebanyak 30 ppt. Selanjutnya Afrianto dan Liviawaty (1989), bahwa kesuburan rumput laut juga di pengaruhi salinitas, kisaran salinitas yang layak untuk pertumbuhan rumput laut adalah 33-35 ppt dengan optimal 33 ppt.

4.3.4 Nitrat

Bentuk lain dari Nitrogen yang di ukur dalam penelitian ini adalah nitrat (NO₃). Nitrat pada wilayah timur 0,4 dan kandungan nitrat pada wilayah selatan adalah 0,3 mg/L. kebutuhan akan unsur hara oleh rumput laut dapat di penuhi dengan mengambil nitrogen dalam bentuk nitrat (NO₃) hal ini senada dengan peryataan Smayda (1983).

Andalaris (1991) juga berpendapat bahwa alga bentik termasuk rumput laut dan fitoplankton umumnya mempunyai preferensi untuk mengambil nitrogen secara bertahap, yaitu ammonium, Nitrit dan Nitrat. Ion-ion yang masuk ke sel akan segera di konversi dalam bentuk lain seperti NO₃ di reduksi menadi NH₄ yang di manfaatkan untuk sintesis asam amino dan protein dengan bantuan enzim nitrat reduktase (Lakitan, 1993).

4.3.5 Fosfat

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat di manfaatkan oleh rumput laut. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsure ini tidak

(42)

30

terdapat di atmosfer.Kadar fosfat pada plot wilayah timur adalah 0,0025 sedangkan kadar fosfat pada plot wilayah selatan adalah 0,0021 mg/L. berkurangnya kandungan fosfat di perairan di duga karna telah di manfaatkan oleh rumput laut sebagai unsure hara esensial yang berperan pada proses fotosintesis.

Hal ini sesuai dengan pendapat Dwijdjoseputro (1994), menyatakan bahwa fosfat merupakan unsur hara yang di perlukan oleh semua jenis tumbuhan karena merupakan unsur macro yang sangat berperan dalam proses fotosintesis dan proses metabolism seperti pembentukan ATP (Adenosin Trifosfat), dan Boyd (1982), tumbuhan perairan dapat menyerap fosfat dengan sangat cepat dalam perairan sangat menurun.

4.3.6 Intensitas cahaya

Pada penelitian ini di dapatkan nilai kecerahan sebesar 100%. Menurut departemen kelautan (2007) bahwa kecerahan yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut yaitu 0,6 - 0,8 m. sedangkan data yang didapatkan dari hasil penelitian berdasarkan pengukuran kedalaman lokasi pemasangan plot adalah 50 cm laut dalam keadaan surut dan intensitas cahaya yang menembus perairan tersebut sebanyak 100%. Menurut Munoz et al (2004), tingkat intensitas cahaya yang tinggi sangat berpengaruh terhadap proses fotointesis pada rumput laut.

(43)

31

Pada penelitian kali ini kecepatan arus yang di peroleh 0,7 m/s pada wilayah timur dan 0,4 m/s pada wilayah utara.

4.3.8 Kedalaman

Kedalaman wilayah tempat pemasangan plot penelitan di sebalah Utara dan selatan ialah 50 cm. kecerahan yang ideal adalah 1 meter, air keruh (biasanya mengandung lumpur) dapat menghalangi tembusnya cahaya matahari di dalam air sehingga proses fotosintesis terganggu, sedangkan kedalaman yang baik untuk pertumbuhan rumput laut adalah 0,3-0,6 m (Ditjenkanbud, 2008).

(44)

32 V. Penutup

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa bagian utara ditemukan jenis rumput laut yakni Eucheuma spinosum, Euchema cottonii, Sargassum sp. Sedangkan pada bagian selatan pulau ditemukan jenis rumput laut yang berbeda diantaranya Eucheuma spinosum, Euchema cottonii, Ulva lactuca. 5.2 Saran

Beberapa jenis rumput laut yang ditemukan belum dikelola secara ekonomis, sehingga perlu kiranya masyarakat pesisir di Pulau Tanakeke untuk mengembangkan jenis rumput laut tersebut. Misalnya pada jenis rumput laut Caulerpa lentillifera atau anggur laut yang memiliki nilai ekonomis.

(45)

33

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, J. T., Ahmad Zatnika, Heri Purwanto dan Sri Istini. 2006. Rumput

Laut. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Anggadiredja, J. T., Ahmad Zatnika, Heri Purwanto dan Sri Istini. 2006. Rumput

Laut. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Anggadiredja,j., S. Irawati dan kusmyati. 1996. Potensi Dan Manfaat Rumput

Laut Indinesia Dalam Bidang Farmasi. Prosiding Seminar Nasional

Industri Rumput Laut. APBIR.

Aslan,L.M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Jogyakarta

Aslan, L.M. 1998. Morfologi Budidaya Rumput Laut. Kanisius Jogyakarta Aslan, M.L. 2008. Rumput Laut. Cetakan VII. KANISIUS. Yogyakarta. 97

Atmadja, W.S., Kadi, A., Sulistijo & Rachmaniar. 1996. Pengenalan jenis-jenis

rumput laut Indonesia. PUSLITBANG Oseanologi. LIPI, Jakarta.

Hlm.56-152.

Dirjenkan Budidaya. 2004. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut (Euchema sp). Direktorat Pembudidayaan : Departemen Kelautan dan Perikanan.

Doty M.S. 1985. Eucheuma Farming for Carrageenan-sea grant advisory report. New Jersey : Prentice-Hall.

Guiry, M.D. 2007. Seasonal Growth and Phenotypic Variation in Poryphyra

Linearis (Rhodophyta) populations on The West Coast of Ireland. Journal

of Phycology 43 : 90-100

Hadi S. 1983. Pengantar Metodologi Research. UGM Press. Yogyakarta.

Ilalqisny A.I.D, Widyartini D.S 2000. Makroalgae. Fakultas biologi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Mubarak, h., s.ilyas, w.ismail, i.s. wahyuni, s.t. hartati, e. Pratiwi, z.jangkaru dan r. Arifudin 1990. Petunjuk teknis budidaya rumput laut. php/kan/pt/ 13/1990.jakarta: 93hal.

Mubarak, H., S.Ilyas, W.Ismail, I.S. Wahyuni, S.T. Hartati, E. Pratiwi, Z.Jangkaru Dan R. Arifudin 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut Php/Kan/Pt/ 13/1990.Jakarta: 93hal.

(46)

34

Murdjijo, F.X. 1996. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Dalam

Menunjang Kebutuhan Bahan Baku Industry. Prosiding Seminar Nasional

Industry Rumput Laut. APBIRI.

Neish, Iain C. (2003). The ABC of Eucheuma seaplant production. www. Surialink.com.

Raniello R, Lorenti M, Brunet C, Buia MC (2004). Photosynthetic plasticity of an

invasive variety of Caulerpa racemosa in a coastal Mediterranean area:

light harvesting capacity and seasonal acclimation. Mar Ecol Prog Ser 271:113–120. doi:10.3354/meps271113.

Soegiarto, A, Sulistijo; Atmadja W.S, Mubarak H. 1978. Rumput laut (algae):

Manfaat Potensi Dan Usaha Budidayanya. LON-LIPI. Jakarta

Sukmadinata, T. 2001. Peluang Pemasaran Rumput Laut Dan Produk Olahannya

di Pasar Lokal dan Ekspor. Forum Komunikasi Rumput Laut, Pusris

Perikanan Budidaya.

Surono A, Danakusumah E, Sulistijo, Zatnika A, Effendi I, Basmal J, Runtuboy N, Paryanti TS, Ahda A. 2009. Profil Rumput Laut Indonesia. Direktorat

Produksi: Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

Tim Penulis PS., 1999. Karet Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan

(47)

35 LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian

(48)

36 2. Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Bulukumba pad tanggal 29 Juli 1994, dan merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. Nama kedua orang tua yakni Bpk Baba dan Ibu Syamsia. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jalan Tamangapa Raya kompleks Angkatan Laut (Antang). Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 192 Tana Toa, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Kalimporo, Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kassi dan Pendidikan strata 1 ditempuh pada program studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Gambar

Tabel 4.1 Jenis rumput laut di bagian Utara Pulau Tanakeke  Jenis rumput laut yang di temukan  Gambar
Tabel 4.2 Jenis rumput laut yang di temukan di bagian Selatan Pulau Tanakeke  Jenis rumput laut yang di temukan  Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Secara terpisah, galur galur kacang bogor Indonesia memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, jumlah polong dan jumlah biji.. Sedangkan pada

Formulasi strategi pemasaran berdasarkan perilaku pembelian keripik pisang menunjukkan bahwa industri keripik pisang perlu menjaga harga jual pada kisaran harga yang

Di dalam buku, Mengenal Hizbut Tahrir: Partai Politik Islam Ideologis, dijelaskan bahwa pergolakan pemikiran dilakukan dengan cara menentang berbagai keyakinan, ideologi,

Pelabuhan Indonesia IV Persero dengan nomor kontrak : 2/LP.001/16/PI.14-2015, tanggal 04 Juni 2015 adalah menyusun dan menyampaikan Laporan Bulanan Laporan Bulanan ini disusun pada

dilakukan oleh penduduk Desa Bulang Kulon sebanyak 48 orang yang terdiri dari ibu-ibu PKK yang dibagi menjadi 7 kelompok menyampaikan bahwa : a) Ada kebutuhan

Selanjutnya dilakukan pendampingan dalam pembuatan formulasi biofertilizer dalam bentuk kompos limbah kulit kakao, pendampingan perbanyakan Trichoderma sp di lokasi

Untuk mengurangi getaran pada sistem roda mobil maka yang harus dilakukan adalah proses balancing yaitu dengan memasang massa penyetimbang (counterweight) pada roda

Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian masyarakat tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat di daerah Bale-Bale khususnya remaja yang mempunyai jiwa