Setiap tumbuhan memiliki beberapa bagian, seperti daun, batang, akar, dan bunga.
Akar tumbuhan sendiri merupakan bagian dari tumbuhan yang berasal dari radikula dan berfungsi untuk menyerap air dan garam mineral (Silalahi, 2016, hlm. 1). Selain itu, akar sendiri sangat penting untuk menyimpan makanan dan juga membawa air yang telah diserap tersebut menuju batang dan ke bagian lainnya. Akar sendiri memiliki dua jenis akar sesuai dengan bentuk dan fungsinya. Yang pertama ada akar tunggang yang memiliki bentuk kerucut panjang ke bawah. Sedangkan akar serabut tersusun atas akar serabut kecil. Akar tunggang memiliki durabilitas yang lebih tinggi daripada akar serabut. Selain kedua jenis akar, ada pula ditemukan
35 beberapa jenis akar lainnya, seperti akar gantung, akar napas, akar tunjang, akar lutut, dan akar banir.
Batang tumbuhan sendiri juga memiliki berbagai macam, yakni batang basah lunak, berkayu, rumput, dan mendong (Silalahi, 2016, hlm. 14). Pada permukaan batang, yakni bagian terluar batang, memiliki beberapa jenis, seperti licin, berusuk, beralur, bersayap, berduri, dll. Cabang pada batang juga dibedakan menjadi tiga jenis. Pada monopodial, batang pokok tumbuhan terlihat jelas dan lebih besar dan panjang dari cabang lainnya. Selain itu, ada pula simpodial yang sulit untuk menemukan batang pokoknya. Terakhir, ada dichotom yang tiap batangnya bertumbuh dua cabang yang memiliki ukuran yang sama.
Kemudian, salah satu bagian penting dari tumbuhan yakni daun. Daun sendiri memiliki fungsi untuk melakukan fotosintesis (Silalahi, 2016, hlm. 28).
Pada umumnya, daun memiliki bentuk pipih, lebar, tipis, dan berwarna hijau.
Namun banyak sekali dedaunan yang memiliki bentuk dan warna yang berbeda.
Ada dua jenis daun, yakni daun lengkap dan tidak lengkap. Daun lengkap terdiri atas pelepah daun, tangkai daun, dan helai daun (Hadisunarso, 2017, hlm. 17).
Apabila daun tersebut tidak memiliki salah satu bagian yang telah disebutkan sebelumnya, daun tersebut merupakan daun tidak lengkap.
Daun juga memiliki bermacam-macam bentuk dan terbagi menjadi empat golongan berdasarkan letak pelebaran pada daun tersebut. Pertama, daerah terlebar berada di bagian tengah daun. Bentuk daun bulat (orbiculate), perisai, jorong (elliptic), memanjang, dan juga lanset tergolong pada golongan pertama. Berikut adalah bentuk daun dengan bagian terlebar tengah.
36 Gambar 2.10. Bentuk Daun dengan Bagian Terlebar Tengah
(Hadisunarso, 2017, hlm. 23)
Kategori kedua adalah bagian terlebar terletak pada bagian tengah hingga pangkal daun. Karena kategori ini memiliki pangkal daun yang berbeda-beda, di mana ada yang rata dan yang bertoreh, maka ada dua golongan lagi di dalamnya.
Selanjutnya, ada pula kategori daun terlebar pada bagian ujung hingga tengah daun.
Bagian daun yang mendekati tangkai memiliki lebar yang lebih kecil. Daun berbentuk bulat telur terbalik (obovate), jantung terbalik (obcordate), segitiga terbalik, sudip (spathulate) dan lanset terbalik (oblanceolate). Berikut adalah gambar contoh bentuk daun kategori ketiga ini. Pada kategori terakhir, yakni daun yang memiliki lebar yang sama rata. Secara umum, daun ini seringkali ditemukan pada tumbuhan monokotil.
Gambar 2.11. Kategori Ketiga Daun
(Hadisunarso, 2017, hlm. 25)
Selain bentuk daun, ada pula pertulangan daun yang memiliki lima jenis susunan (Hadisunarso, 2017, hlm. 29). Ada daun menyirip, di mana tulang daun bercabang ke kiri dan ke kanan, bagaikan tulang ikan. Kemudian, ada daun menjari, tulang tersebut mencabang besar. Selanjutnya, ada daun melengkung, di mana
37 tulang tersebut memanjang dan melengkung ke ujung daun. Keempat, ada daun sejajar, di mana tulang daun tersebut sejajar semuanya. Terakhir, ada daun dikotom, di mana tulang bercabang menjadi dua dan bercabang lagi menjadi dua lagi, dan seterusnya. Berikut adalah contoh bentuk pertulangan daun yang ditemukan oleh Foster dan Gifford (1974) (seperti dikutip dalam Hadisunarso, 2017, hlm. 29).
Gambar 2.12. Bentuk Pertulangan Daun (Hadisunarso, 2017, hlm. 29)
2.10. Fauna
Dalam pulau Kalimantan, terdapat beberapa jenis primata yang terancam punah dan akan dibahas dalam sub bab berikut.
2.10.1 Orang utan
Orang utan dapat ditemukan pada pulau Borneo dan Sumatera, dan tiap pulau memiliki jenis spesies yang berbeda (Loken, Spehar, & Rayadin, 2013, hlm. 1129).
Groves menemukan (seperti dikutip dalam Loken, Spehar, & Rayadin, 2013, hlm.
129) dua jenis orang utan di Indonesia, yakni orang utan Borneo (Pongo pygmaeus) dan orang utan Sumatera (Pongo abelli). Kedua spesies ini tinggal di pepohonan, namun memiliki perbedaan dalam kemampuan adaptasi dalam tinggal di tempat lain. Kemampuan adaptasi kedua spesies ini dipengaruhi dengan pendapatan sumber makanan, seperti buah yang terjatuh, tunas, dan kotoran, dan juga aksi
38 berkeliling (traveling). Namun, hanya orang utan jantan yang sering berpindah-pindah dari pepohonan ke dataran rendah, karena seringkali orang utan betina lebih fokus terhadap mengasuh anaknya.
Orang utan memiliki tubuh kecil dengan rambut pendek berwarna coklat kemerah-merahan yang gelap (Kuswanda, 2014, hlm. 29). Pada orang utan Borneo jantan, ia memiliki keunikan pada fitur wajahnya. Ia memiliki cheek pad yang pada sisi samping mukanya, membuat wajahnya berbentuk segi empat. Bentuk rata-rata orang utan Kalimantan jantan dewasa mencapai 50 – 90 kg, sedangkan untuk yang betina dewasa mencapai berat 30-50 kg. Tinggi orang utan juga tidak terlalu tinggi dan hanya mencapai 1-1,5 m.
2.10.2 Bekantan
Selain orang utan, bekantan (Proboscis monkey) juga merupakan hewan primata yang terancam punah. Bekantan jantan dewasa memiliki ciri khas hidung yang besar berwarna krem, dengan berat mencapai 20-22 kg, dan terdapat motif segitiga berwarna putih pada bagian pinggulnya. Sedangkan pada betina dewasa, memiliki hidung yang runcing dan lebih kecil daripada yang jantan dan memiliki berat 10-12 kg. Bekantan dapat sering ditemukan pada hutan mangrove, rawa gambut, hutan tepi sungai, hutan Dipterocarpaceae, dan hutan karet (Rabiati, Kartono, Masyud, 2016, hlm. 242). Populasi bekantan ini berkurang dikarenakan adanya gangguan habitat dengan aksi penebangan hutan, kebakaran hutan, dan mereka yang diburu.
2.10.3 Tarsius Bancanus
Tarsius bancanus, atau dapat disebut juga dengan Western Tarsier, merupakan hewan primata yang memiliki badan kecil, dengan panjang kepala dan tubuh hanya
39 mencapai 128 mm. Niemitz (1979) menemukan bahwa Hewan ini merupakan hewan karnivora yang suka memakan burung, kelelawar, dan ular (seperti dikutip dalam Blackham, 2005, hlm. 6). Tarsius ini hanya dapat ditemukan pada pulau Borneo dan Sumatera. Groves (1998) mengemukakan bahwa sub spesies Tarsius bancanus borneanus hanya dapat ditemukan di pulau Borneo, khususnya di hutan rawa gambut (seperti dikutip dalam Blackham, 2005, hlm. 6).
2.10.4 Kucing Merah
Kucing merah atau dapat disebut juga dengan bay cat dalam bahasa Inggrisnya (Catopuma badia) merupakan salah jenis kucing terlangka di dunia dan terancam punah (Azlan & Sanderson, 2007, hlm. 394). Karena kucing merah sangat sulit untuk ditemukan, Sunquist dan Sunquist (2002) mengatakan bahwa (seperti dikutip dalam Cheyne, Loken, Macdonald, & Sastramidjaja, 2015, hlm. 10) penelitian yang didapatkan juga sangat minim. Belum pula ditemukan habitat dan aktivitas keseharian kucing merah. Namun, Azlan dan Sanderson (2007) sering menemukan kucing merah ini dekat dengan perairan, seperti sungai dan tanaman bakau (seperti dikutip dalam Cheyne et al., 2015, hlm. 10). IUCN (2006) telah mengategorisasikan kucing merah ini sebagai hewan yang terancam punah (seperti dikutip dalam Azlan
& Sanderson, 2007, hlm. 394).