• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motif Berprestasi Kewirausahaan

Tahap 7: Implementasi (Implementation). Mentransformasikan ide-ide ke dalam praktik bisnis (involves transforming the idea into a business

2.6 Motif Berprestasi Kewirausahaan

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna kepuasan secara pribadi (Gede Anggan Suhandana, 1980: 55). Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.

Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). la mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan itu bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan dan keamanan (security needs), kebutuhan social (social needs), kebutuhan harga diri (esneeds), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs).

Teori Maslow, kemudian oleh Dayton Alderfer dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yang dikenal dengan teori existence, relatedness,

and growth (ERG).

Pertama, kebutuhan akan eksistensi (existence) yaitu menyangkut keperluan material yang harus ada (termasuk physiological need and security need dari Maslow).

Kedua, ketergantungan (relatedness), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hubungan interpersonal (termasuk social and esteem need dari Maslow).

Ketiga, kebutuhan perkembangan (growth), yaitu kebutuhan intrinsik untuk perkembangan personal (termasuk self-actualization dan esteem need dari Maslow).

David C. McDelland (1971) mengelompokkan kebutuhan (needs), menjadi tiga, yakni:

(1) Need for achievement (n'Ach): The drive to excel, to achieve in relation to a set of standard, to strive to succeed.

(2) Need for power (n'Pow): The need to make other behave in a way that they would not have behaved otherwise.

(3) Need for affiliation (n'Aff): The desire for friendly and dose interpersonal relationships.

Kebutuhan berprestasi wirausaha (n'Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk n melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha ke yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.

(2) Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.

(3) Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi. (4) Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.

(5) Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.

Kebutuhan akan kekuasaan (n'Pow), yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih

berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi orang lain.

Kebutuhan untuk berafiliasi (Waff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerja sama dari pada persaingan, dan saling pengertian. Menurut Stephen P. Robbins (1993: 214), kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.

Ahli psikologi lain, Frederick Herzberg (1987) dalam teori motivation-hygiene mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya merupakan salah satu dasar yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan seseorang. Ada dua faktor dasar motivasi yang menentukan keberhasilan kerja, yaitu faktor yang membuat orang merasa puas (satisfaction) dan faktor yang membuat orang tidak merasa puas (dis-satisfaction). Faktor internal yang membuat orang memperoleh kepuasan kerja (job-satisfaction) meliputi prestasi (achievement), pengakuan ( recognition), pekerjaan (the work itself), tanggung jawab (responsibility), kemajuan (advancement), dan kemungkinan berkembang (possibility of growth). Sedangkan faktor yang menentukan ketidakpuasan (dissatisfaction) adalah upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis, mutu hubungan interpersonal (Gibson, 1990: 95).

Ahli lain yang membahas motivasi adalah Victor Vroom (1964) dalam teorinya yang disebut teori harapan (expectancy theory). Ia mengernukakan bahwa "The strength of a tendency to act in a certain way depend on the strength of an expectation that an act will be followed by a given outcome and other attractiveness of that outcome to the individual". Kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalam suatu arch tertentu tergantung pada kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakannya dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Menurut Victor Vroom, ada tiga variabel yang saling berhubungan, yaitu: (1) Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan, (2) Performance-reward linkage, yaitu hubungan antara imbalan yang diperoleh dan kinerja, dan (3) Effort performance linkage, yaitu hubungan antara usaha dan kinerja yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori harapan (expectancy theory), yaitu:

(1) Prestasi atau performance (P) adalah fungsi perkalian antara motivasi (M) dan ability (A).

(2) Motivasi merupakan fungsi perkalian dari valensi tingkat pertama (V1) dengan expectancy (E).

(3) Valensi tingkat pertama merupakan fungsi perkalian antara jumlah valensi yang melekat pada perolehan tingkat kedua dengan instrumental (I).

Menurut Nasution (1982: 26), Louis Allen (1986: 70), ada tiga fungsi motif, yaitu:

(1) Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang melepaskan energi.

(2) Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.

(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu.

Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan, mengapa orang berhasrat menjadi wirausaha? Menurut Dan Steinhoff & John F. Burgess (1993: 6) ada tujuh motif:

(1) The desire for higher income.

(2) The desire for a more satisfying career. (3) The desire to be self-directed.

(4) The desire for the prestige that comes to being a business owner. (5) The desire to run with a new idea or concept.

(6) The desire to build long-term wealth.

(7) The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause. Dalam "Entrepreneur's Handbook", yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yakni:

(1) Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan.

(2) Alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi/status, untuk dapat dikenal dan dihormati, untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan orang banyak.

(3) Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk menata masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat,

demi masa depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami/istri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.

(4) Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi atasan/mandiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.

Menurut Zimmerer (1996: 3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaan, yaitu:

(1) Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri.

(2) Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh. (3) Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.

(4) Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha seseorang.

RANGKUMAN

Kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang dijadikan dasar, kiat dalam usaha atau perbaikan hidup. Hakikat dasar dari kewirausahaan adalah kreativitas dan inovasi. Kreativitas, berat berpikir sesuatu yang baru (thinking new things) sedangkarrinovasi adalah berbuat sesuatu yang baru (doing new things). Kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri karena memiliki objek, konsep, teori, dan metode ilmiah.

Objek kewirausahaan meliputi kemampuan merumuskan tujuan dan memotivasi diri, berinisiatif, kemampuan membentuk modal dan mengatur waktu, mental yang kuat dan kemampuan untuk mengambil hikmah dari pengalaman.

Watak, sifat, jiwa, dan nilai kewirausahaan muncul dalam bentuk perilaku kewirausahaan dengan ciri-ciri: (1) Percaya diri, (2) Berorientasi pada tugas dan hasil, (3) Berani menghadapi risiko, (4) Berjiwa pemimpin, (5) Keorisinilan, dan (6) Berorientasi ke masa depan. Jiwa kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh pengusaha dan berlaku dalam bidang bisnis semata, tetapi juga dimiliki oleh setiap orang yang memiliki jiwa kreatif dan inovatif, seperti pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat lainnya baik secara individual maupun kelompok. Keberhasilan

berwirausaha sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu kemauan, kemampuan, peluang, dan kesempatan.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang berminat berwirausaha, yaitu alasan keuangan, alasan sosial, alasan pelayanan dan alasan pemenuhan diri. Beberapa peluang yang dapat diambil dari kewirausahaan meliputi:

(1) Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri. (2) Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki. (3) Peluang untuk memperoleh manfaat secara finansial.

(4) Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan untuk menghargai usahausaha seseorang.

BAB III

Dokumen terkait