• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Manullang (1982 dalam Dahlia, 2010) motivasi adalah pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan. Motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak, dimana setiap perasaan atau keinginan yang sangat mempengaruhi orang, sehingga individu

didorong untuk bertindak. Motivasi adalah pengaruh, kekuatan yang menimbulkan kelakuan.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis dan merupakan suatu proses yang dapat menimbulkan prilaku dalam bentuk kesiapan untuk mencapai tujuan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.

4.2 Teori Motivasi

Beberapa teori tentang motivasi yaitu:

4.2.1 Teori Kebutuhan

Teori kebutuhan Maslow menurut Swansburg (2001 dalam Dahlia, 2010) terdiri dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri. Teori ini didasari oleh asumsi bahwa manusia tidak pernah puas, artinya jika kebutuhan fisiologis terpenuhi maka individu termotivasi untuk memenuhi kebutuhan berikutnya.

Begitu pula dengan kebutuhan dosen akan meningkatkan motivasinya dalam bekerja. Sehingga motivasi harus terus menerus digerakkan secara bebas, melalui rangsangan dan respon yang tidak berhenti pada satu titik pencapaian. Melalui IPE diharapkan dapat meningkatkan motivasi dosen yang lebih dinamis dan berkelanjutan.

4.2.2 Teori Harapan

Teori harapan (ekspektasi) yang dikembangkan oleh Vroom (1964 dalam Erwina, 2007) menyatakan bahwa kuatnya kecendrungan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu. Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan dapat

memotivasi seseorang untuk menjalankan tingkat upaya yang lebih tinggi bila ia mayakini upaya untuk kinerja yang lebih baik seperti kenaikan gaji, promosi jenjang kerja, dan lain-lain.

4.2.3 Teori Keadilan

Teori keadilan yang dikembangkan oleh Adam (1965 dalam Erwina, 2007) menyatakan bahwa yang menentukan kinerja seoran pegawai adalah rasa adil atau tidaknya keadaan di lingkungan kerjanya. Tingkat keadilan itu dapat diukur dengan rasio antara kerja dan upah yang diterima seorang pegawai lain dalam satu lingkungan kerja yang sama.

Komponen utama teori ini terdiri dari: 1) masukan (input) yaitu sesuatu yang

bernilai bagi seseorang yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah kerja, dan peralatan pribadi yang

digunakan untuk pekerjaannya. 2) hasil (outcome), sesuatu yang dianggap

bernilaioleh pegawai yang diperoleh dari pekerjaannya, seperti gaji, keuntungan sampingan, simbol status, fasilitas, penghargaan, serta kemampuan untuk berhasil. 3) perbandingan antara masukan dan hasil, seseorang akan membandingkan masukan dan hasilnya dengan orang lain (Erwina, 2007).

4.3 Motivasi pada IPE

Menurut Manulang (1982 dalam Dahlia, 2010), teori motivasi dibagi atas 3 bagian; teori kebutuhan, teori keadilan, dan teori harapan (ekspektasi). Berdasarkan penjelasan mengenai teori motivasi di atas, maka teori harapan (ekspektasi) baik digunakan untuk mengukur motivasi pada IPE.

Pada dasarnya teori harapan (ekspektasi) menyatakan bahwa kekuatan dan kecendrungan untuk bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu serta pada daya tarik hasil tersebut bagi individu. Oleh karena itu, teori ini mengemukakan tiga variabel berikut ini:

1. Daya tarik: Pentingnya individu mengharapkan outcome dan penghargaan

yang mungkin dapat dicapai dalam bekerja. Variabel ini

mempertimbangkan kebutuhan individu yang tidak terpuaskan.

2. Harapan: Keyakinan individu bahwa dengan menunjukkan kinerja pada

tingkat tertentu aka mencapai outcome yang diinginkan.

3. Kemauan: Dorongan dari dalam diri individu untuk menggunakan

sejumlah upaya tertentu akan menghasilkan kinerja (Erwina, 2007).

Motivasi dosen berdasarkan teori harapan (ekpektasi) sangat diperlukan untuk kesiapan pencapaian kompetensi IPE.

5. Kesiapan

5.1 Definisi Kesiapan

Kesiapan (readiness) merupakan keseluruhan sifat atau kemauan yang

membuat seseorang beraksi dengan cara tertentu. Kesiapan juga diartikan sebagai keseluruhan kondisi seseorang atau individu untuk menanggapi atau mempraktekkan suatu kegiatan yang mana sikap tersebut membuat mental, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki dan dipersiapkan selama melakukan kegiatan tertentu (Yuniawan, 2013).

5.2 Kesiapan pada IPE

Menurut Parsell dan Bligh (2009 dalam Yuniawan, 2013), kesiapan dapat dilihat dari antusiasme dosen dan keinginan dosen terhadap penerimaan sesuatu yang baru. Kesiapan dosen sangat mempengaruhi pelaksanaan IPE. Dosen yang siap dan mampu untuk menerapkan IPE adalah syarat mutlak dari penerapan IPE. Kesiapan IPE dapat dilihat dengan dua domain umum yaitu: 1) Kolaborasi, 2) peran dan tanggung jawab. Kedua domain ini saling berhubungan dalam membangun kesiapan untuk penerapan IPE.

Peran dan tanggung jawab merupakan suatu hal yang penting karena hal ini menjadi ciri khas profesi yang akan membedakan dengan profesi lain. Pullon (2008 dalam Fauziah, 2010) menjelaskan peran dan tanggung jawab adalah komponen kunci dari sebuah profesionalisme yang merupakan bagian integral dari filosofi pelayanan kesehatan. Peran dan tanggung jawab harus dikembangkan seiring perkembangan zaman. Ini dapat dilakukan melalui interaksi dengan profesi lain untuk membentuk dasar pemahaman mengenai interprofesional antar tenaga kesehatan.

Kerja sama dalam kolaborasi merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa dalam IPE. Kompetensi kolaborasi meliputi: 1) kekompakan tim, yaitu kekuatan tim yang membuat anggotanya untuk tetap setia menjadi bagian sebuah tim yang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi sebuah tim, 2) saling percaya, yaitu sebuah sikap positif dari anggota tim terhadap anggota yang lainnya, meliputi perasaan, mood dan lingkungan internal kelompok, 3) berorientasi kolektif, maksudnya sebuah keyakinan bahwa pendekatan secara tim merupakan cara yang lebih kondusif dari pendekatan secara

personal dalam menyelesaikan persoalan, 4) mementingkan kerja sama, yaitu sikap positif yang ditunjukkan anggota tim dengan mengacu pada bekerja sebagai tim (ACCP, 2009).

Peran dosen dalam IPE diharapkan mampu membentuk peserta didik yang dapat memahami tugas dan kewenangan masing-masing profesi sehingga akan muncul tanggung jawab yang sesuai dalam penyelesaian suatu masalah. Peran dan tanggung jawab sebagai tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk kesiapan dan pencapaian kompetensi IPE.

Dokumen terkait