• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3. Motivasi Kerja

a. Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi sangat lah berguna sekali untuk diketahui, tidak hanya

akan memeberikan kontribusi yang cukup berarti dalam meraih

keberhasilan tujuan jangka pendek, akan tetapi juga sekaligus akan

memeberikan sumbangan yang cukup penting dalam meraih tujuan

organisasi atau pemerintahan jangka panjang.

Motivasi dapat di jelaskan sebagai suatu pembentukan perilaku

yang ditandai oleh bentuk–bentuk aktivitas atau kegiatan melalui proses psikologis, baik yang dipengruhi oleh faktor intrinsic maupun extrinsic,

yang dapat mengarahkan dalam mencapai apa yang diinginkannya

Robbins, motivasi adalah proses yang memperhatikan intensity

(intensitas), direction (arahan), dan persistence (kegigihan) dalam upaya

meraih tujuan. Dian Wijayanto (2012:147)

b. Sumber Motivasi

Teori motivasi yang sudah lazim dipakai untuk menjelaskan

sumber motivasi sedikitnnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu sumber

motivasi dari dalam diri (intrinsik) dan sumber motivasi dari luar

(ekstrinsik). (Suwatno dan Donni Juni Priansa, 2011:175-176)

1) Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif–motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Intrinsik motivations are inherent in the learning

situation and meet pupil-needs and purposes. Itulah sebabnya

motivasi yang didalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan

berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajarnya. Faktor individual yang biasanya

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah : (a) Minat,

sesorang akan merasakan terdorong untuk melakuakan suatu kegiatan

kalau kegitan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai dengan

minatnya; (b) Sikap positif, seseorang yang mempunyai sifat positif

terhadap suatu kegiatan dengan rela ikut dalam kegiatan tersebut, dan

bersangkutan dengan sebaik–baiknya; dan (c) Kebutuhan, setiap orang mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha melakukan

kegiatan apapun asal kegiatan tersebut bisa memenuhi kebutuhan nya

menurut Simon Devung.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif–motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik

dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya

aktivitas dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang

tidak berkaitan dengan dirinya. Menurut F.Herberg, ada dua faktor

utama di dalam organisasi atau pemerintahan (faktor eksternal) yang

membuat karyawan atau pegawai merasa puas terhadap pekerjaan yang

dilakukan dan kepuasan tersebut akan mendorong untuk bekerja lebih

baik, kedua faktor tersebut antara lain : (a) Motivator, yaitu prestasi

kerja, penghargaan, tanggung jawab yang diberikan, kesempatan untuk

mengembangkan diri dan pekerjaannyaitu sendiri; dan (b) Faktor

kesehatan kerja, merupakan kebijakan dan administrasi perusahaan

yang baik, supervisi teknisi yang memadai, gaji yang memuaskan

kondisi kerja yang baik dan keselamatan kerja.

c. Teori Motivasi

1) Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Dian Wijayanto (2012:148-150), menurut Maslow terdapat

a) Physiological (kebutuhan fisiologi)

Physiological needs (kebutuhan fisiologi) sering kali

disebut sebagai basic needs atau kebutuhan dasar. Hal ini

dikarenakan kebutuhan fisiologi berada pada tataran paling rendah

dalam teori hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologi antara

lain meliputi sandang, pangan, papan, dan kebutuahan biologis.

b) Safety (kebutuhan rasa aman)

Yang dimaksud dengan kebutuhan rasa aman antara lain

meliputi keamanan (security) dan proteksi (perlindungan) dari

gangguan, baik gangguan yang bersifat fisik maupun emosional.

c) Social (kebutuhan sosial)

Kebutuhan sosial antara lain meliputi cinta kasih (affection),

rasa memiliki, penerimaan sosial (acceptance) dan perkawanan

(friendship).

d) Esteem (kebutuhan penghargaan)

Kebutuhan akan penghargaan terdiri atas dua jenis, yaitu

internal esteem (penghargaan internal) dan external esteem

(penghargaan eksternal). Faktor penghargaan internal antara lain

adalah self-respect (menghargai diri sendiri), autonomy (otonomi,

yaitu kewenangan mengatur diri sendiri), dan prestasi

(achievement). Sedangkan penghargaan eksternal merupakan

kebutuhan penghargaan yang diberikan pihak eksternal pada

e) Self-actualization (aktualisasi diri)

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan dorongan pada diri

seseorang untuk menjadi orang yang capable (memiliki

kemampuan andal), yaitu antara lain terkait dengan kebutuhan

untuk berkembang (growt), pencapaian potensi diri maupun

self-fulfillment (pemenuhan keinginan diri sendiri). Kebutuhan

aktualisasi diri pada teori kebutuhan Maslow ditempatkan pada

strata tertinggi.

Menurut Maslow, kebutuhan manusia memiliki hirarki atau

tingkatan. Berdasarkan teori Maslow, manusia pada awalnya akan

berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisiologi yang merupakan

kebutuhan dasar (basic needs). Selama kebutuhan fisiologi belum

terpenuhi, manusia akan kurang memperhatikan jenis kebutuhan

lain yang stratanya lebih tinggi. Kalau seseorang sudah terpenuhi

kebutuhan fisiologinya, maka orang tersebut baru memikirkan

Gambar II.1 Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Selanjutnya Maslow juga membagi lima kebutuhan tersebut

ke dalam dua kelompok yaitu :

(1)Lower-order needs ( kebutuhan tingkatan rendah ), antara lain

kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman.

(2)Higher-order needs ( kebutuhan tingkatan tinggi ), antara lain

kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.

Menuru Maslow, lower order needs dipuaskan oleh pihak

eksternal seperti gaji, kontrak pekerjaan, dan jabatan. Sedangkan

higher-order needs dipuaskan secara internal yaitu dari dalam diri

seseorang itu sendiri ( withinthe person ).

Kebutuhan Fisiologi Kebutuhan Keamanan Kebutuhan Sosial Kebutuhan Penghargaan Kebutuhan Aktualisasi Diri

2) Teori Kebutuhan McClelland

David McClelland juga mengembangkan teori kebutuhan

terdapaat 3 (tiga) jenis kebutuhan yaitu (Dian Wijayanto, 2012:153):

a) Need for achievement atau nAch (kebutuhan berprestasi), yaitu

kebutuhan untuk meraih kesuksesan.

b) Need for power atau nPow (kebutuhan memiliki kekuasaan), yaitu

kebutuahan untuk memiliki dampak, memiliki pengaruh, dan

mengontrol orang lain.

c) Need for affiliation atau nAff (kebutuhan berafiliasi), yaitu

kebutuhan untuk disukai dan diterima oleh orang lain.

3) Teori Herzbeg (Teori Dua Faktor)

Teori Herzbeg diketahui sebagai teori dua faktor atau teori

motivasi kesehatan. Motivasi merupakan faktor intrinsik, yang lebih

banyak dilakukan oleh karyawan. Sedangkan faktor kesehatan

meruapakan faktor ekstrinsik, di bawah pengawasan supervisor atau

orang lain dibandingkan karyawan atau pegawai. (Usmara,

2006:35-36)

a) Faktor–faktor pertumbuhan atau motivator yang intrinsik terhadap pekerjaan adalah :

(1) Prestasi

(2) Pengakuan atas prestasi

(3) Kerja itu sendiri

b) Faktor–faktor usaha menghindari ketidakpuasan atau hygiene yang ekstrinsik terhadap pekerjaan meliputi :

(1) Kebijakan (2) Administrasi perusahaan (3) Pengawasan (4) Hubungan interpersonal (5) Kondisi kerja (6) Gaji (7) Status (8) Rasa aman 4) Teori Equity

Dalam teori keadilan (equity), individu akan membandingkan

antara upaya yang dikerjakan (job inputs) dengan hasil yang diterima

(outcame), selanjutnya individu akan melakukan respon. Terdapat

beberapa upaya perbandingan yang dapat dilakukan karyawan atau

pegawai yaitu :

a) Self-inside-Karyawan atau pegawai akan membandingkan dengan

posisi sama dalam internal organisasi.

b) Self-outside-Karyawan atau pegawai akan mencoba

membandingkan antara internal organisasi dengan eksternal

c) Other-inside-Karyawan atau pegawai akan membandingkan

dengan karyawan atau pegawai lain maupun kelompok lain dalam

organisasi atau pemerintahan.

d) Other-outside-Karyawan atau pegawai akan membandingkan

dengan karyawan atau pegawai lain maupun kelompok lain di luar

organisasi atu pemerintahan. (Dian Wijayanto, 2012:156)

5) Teori Ekspektasi

Teori Harapan (expectancy) dikembangkan oleh VictorVroom.

Menurut Voom, kecendrungan tindakan dipengaruhi oleh

kecendrungan kuat lemahnya harapan. Selanjutnya tindakan akan

diikuti oleh pencapaian hasil. Karyawan atau pegawai akan

termotivasi kalau mereka percaya bahwa upaya yang mereka lakukan

akan menghasilkan penilaian kinerja. Selanjutnya, penilaian kinerja

yang baik akan mendapatkan penghargaan seperti bonus, peningkatan

gaji, dan promosi sesuai harapan karyawan atau pegawai. Dalam teori

harapan terdapat 3 hubungan. (Dian Wijayanto, 2012:157)

a. Hubungan upaya-kinerja

b. Hubungan kinerja-penghargaan

c. Hubungan penghargaan-tujuan personal

Gambar II.2 Teori Ekspektasi

Upaya Individu Penghargaan Organisasi Kinerja Karyawan Tujuan Personal a b c

6) Teori Gol Setting

Teori penetapan tujuan (goal setting theory) merupakan teori

motivasi yang berpandangan bahwa apabila sesoarang diberikan

tantangan atau target yang spesifik, menantang, dan diberi imbalan

jasa yang sesuai dengan harapan, makna orang tersebut akan berusaha

menunjukan kinerja yang tinggi. Tujuan yang spesifik dinilai

mendorong pencapaian level output yang lebih tinggi dibandingkan

tujuan yang terlalu umum (general). Karyawan atau pegawai juga

akan menunjukan kinerja yang lebih baik apabila mendapatkan umpan

balik (feedback), yaitu dapat berupa kritikan maupun saran. (Dian

Wijayanto, 2012:154-155)

7) Teori Reinforcement

Teori reinforcement (penegakan dan pemaksaan) memandang

bahwa tingkah laku merupakan suatu konsekuensi dari lingkungan.

Proses reinforment dapat dilakukan di antaranya melalui pengondisian

lingkungan sehingga mendorong pembentukan perilaku. (Dian

Wijyanto, 2012:156)

d. Prinsip – Prinsip dalam Motivasi Kerja Karyawan

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001:100), terdapat

1) Prinsip Partisipasi

Dalam upaya memotivasi kerja, karyawan perlu diberikan

kesempatan ikut berpatisipasi dalam menentukan tujuan yang akan

dicapai oleh pemimpin.

2) Prinsip Komunikasi

Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang

berhubungan dengan usaha pencapaian tugas dengan informasi yang

jelas, karyawan akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

3) Prinsip mengakui adil bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan (karyawan) mempunyai

adil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut

karyawan akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

4) Prinsip pendelegasian wewenang

Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada

karyawan untuk sewaktu–waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukan, akan membuat karyawan yang

bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang

diharapkan oleh pemimpin.

5) Prinsip memberi perhatian

Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang

diinginkan karyawan, akan memotivasi karyawan bekerja apa yang

Dokumen terkait