• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.3. Motivasi

2.2.3.1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi diambil dari istilah latin movere, berarti “pindah“. Dalam konteks sekarang, motivasi adalah proses-proses yang meminta pengarahan, arahan dan menetapkan tindakan sukarela yang mengarah pada tujuan.

Menurut Supriyono (2000 : 265), motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu. Motivasi seseorang dipengaruhi oleh dorongan intrinsik individu yang bersangkutan dan juga oleh kekuatan eksternal.

Sedangkan menurut Handoko (2001 : 251), motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subyek yang penting bagi manajer, karena menurut definisi pemilik harus bekerja dengan dan melalui orang lain.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat diartikan bahwa motivasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang memberikan dorongan dari dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan agar dapat tercapai tujuan.

Dengan memaksimisasi motivasi personel berarti membangkitkan dorongan dalam diri setiap personel untuk mengerahkan usahanya dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi. Jika setiap personel memahami sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan setiap personel melaksanakan internalisasi sasaran perusahaan sebagai sasaran pribadi mereka, maka kesesuaian sasaran individu personel

dengan sasaran perusahaan secara keseluruhan akan terjadi. Kesesuaian antara sasaran individu dengan sasaran perusahaan secara keseluruhan inilah yang akan memotivasi personel untuk mencapai sasaran organisasi, Begitu pula, organisasi perlu membangun personel yang produktif dan berkomitmen untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidup dan bertumbuh, suatu organisasi perlu memotivasi personelnya untuk meningkatkan produktivitas dan komitmen mereka (Mulyadi dan Setyawan, 2001 : 358).

2.2.3.2. Ciri - Ciri Orang Yang Memiliki Motivasi

Menurut S.C Munandar, 1999 (dalam Iyana; 2007) orang yang memiliki motivasi dapat dijabarkan melalui ciri-ciri perilaku yang dapat diamati sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak berhenti sebelum selesai)

2. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa) 3. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi 4. Ingin mendalami bidang pengetahuan yang diberikan 5. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin

6. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 7. Senang dan rajin, penuh semangat

8. Dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya

9. Mengejar tujuan jangka panjang (dapat menunda kepuasan kebutuhan sesuai yang ingin dicapai).

2.2.3.3. Teori Yang Berkaitan Dengan Motivasi

Ada banyak teori motivasi yang berusaha memberikan penjelasan tentang hubungan antara perilaku dan hasilnya, yaitu antara lain :

1. Teori Kebutuhan

Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. (Mangkunegara, 2005 : 94)

Abraham Maslow mengembangkan teori umum tentang motivasi manusia. Menurut dia manusia memiliki lima kelompok kebutuhan yang tersusun dalam suatu hirarkhi, dan berawal dari yang paling dasar , yaitu antara lain :

a. Kebutuhan fisiologis (sandang, pangan, papan, kesehatan) b. Kebutuhan rasa aman (keamanan, kemerdekaan, perlindungan) c. Kebutuhan social (cinta, berkumpul, berkawan)

d. Kebutuhan harga diri (penghargaan, pengakuan, kepercayaan) e. Kebutuhan aktualisasi diri

2. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari Alderfer

Teori ERG merupakan refleksi dari nama tiga dasar kebutuhan, yaitu (Mangkunegara, 2005 : 98) :

a. Existence needs.

Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai, seperti makan, minum, pakaian, bernapas, gaji, keamaman kondisi kerja, fringe benefits.

b. Related needs

Kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam berinteraksi dalam lingkungan kerja.

c. Growth needs.

Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai.

3. Teori Insting

Teori motivasi Insting timbulnya berdasarkan teori evaluasi Charles Darwin. Darwin berpendapat bahwa tindakan yang intelligent merupakan refleks dan instingtif yang diwariskan. Oleh karena itu, tidak semua tingkah laku dapat direncanakan sebelumnya dan dikontrol oleh pikiran.

Berdasarkan teori Darwin, selanjutnya William James, Sigmund Freud, dan McDougall mengembangkan teori Insting dan menjadikan insting sebagai konsep yang penting dalam psikologi. Teori Freud menempatkan motivasi pada insting agresif dan seksual . McDougall menyusun daftar insting yang berhubungan dengan semua tingkah laku: terbang, rasa jijik, rasa ingin tahu, kesukaan berkelahi, rasa rendah diri, menyatakan diri, kelahiran, reproduksi, lapar, berkelompok, ketamakan, dan membangun. (Mangkunegara, 2005 : 99)

4. Teori Drive

Konsep Drive menjadi konsep yang tersohor dalam bidang motivasi sampai tahun 1918. Woodworth menggunakan konsep tersebut sebagai energi yang mendorong organisasi untuk melakukan suatu tindakan. Kata Drive dijelaskan sebagai suatu aspek motivasi

dari tubuh yang tidak seimbang. Motivasi didefinisikan sebagai suatu dorongan yang membangkitkan untuk keluar dari tekanan.(Mangkunegara, 2005 : 99)

5. Teori Lapangan

Teori Lapangan merupakan konsep dari Kurt Lewis. Teori ini merupakan pendekatan kognitif untuk memepelajari perilaku dan motivasi. Teori ini lebih memfokuskan pada pikiran nyata seorang pegawai ketimbang pada insting. Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari lapangan pada momen waktu. Kurt Lewin juga percaya pada pendapat para ahli psikologi Gestalt yang menyatakan bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari seorang pegawai dengan lingkungannya. (Mangkunegara, 2005 : 99-100) 6. Teori Dua Faktor-Herzberg

Teori ini disebut juga sebagai Teori Motivasi-Higine yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg. Ia menggunakan teori Abraham Maslow sebagai titik acuannya (Mangkunegara, 2005; 121). Hubungan seseorang dengan pekerjaannya merupakan suatu dasar dan sikap terhadap pekerjaan dapat menentukan sukses atau tidaknya individu itu (Robbins, 2001 ; 169).

Penelitian Herzberg melakukan wawancara terhadap subyek insinyur dan akuntan. Masing-masing subyek diminta menceritakan kejadian yang dialam oleh mereka baik yang menyenangkan atau tidak. Kemudian dianalisis dengan analisis isi untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan atau ketidakpuasan.

Dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut Herzberg, yaitu faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor pemotivasian (motivational factors). Faktor pemeliharaan disebut pula dissatisfiers, hygiene factors, job context, extrinsic factors yang meliputi administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawas, hubungan dengan subordinate, upah, keamanan kerja, kondisi kerja, dan status. Sedangkan faktor pemotivasian disebut pula satisfier, motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan (advancement), work it self, kesempatan berkembang, dan tanggung jawab. (Mangkunegara, 2005 : 121-122)

Dokumen terkait