• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

3. Motivasi Pembimbing Klinik

Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan harus ada dalam setiap usaha untuk mewujudkan tujuan organisasi yang lebih efektif, efisien, produktif dan berkualitas. Hal ini karena motivasi merupakan proses psikis yang akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.

Menurut para pakar motivasi, para pejabat pada tingkat - tingkat jabatan tertentu umumnya manajer madya keatas memiliki motivasi diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan manajer dibawahnya. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin tinggi motivasi dirinya. Hal ini dikarenakan aktualisasi dirinya semakin berkembang dan semakin stabil. Sebaliknya semakin rendah jabatan seseorang akan semakin rendah pula motivasi dirinya, karena kebutuhan primernya masih dominan. Para ahli psikologi berbeda–beda dalam mendefinisikan tentang motivasi, tetapi perbedaan–perbedaan tersebut justru saling melengkapi, berikut pendapat para ahli psikologi tentang motivasi.

Kreitner (2003 :248) menyatakan motivasi berasal dari bahasa latin yaitu

Movereyang artinya “ pindah”. Motivationberarti menggerakkan. Motivasi dapat juga diartikan tujuan, keinginan, hasil kerja, dorongan, gejala, obyektif dan maksud. Motivasi adalah kondisi internal yang spesifik dan mengarahkan perilaku seseorang ke suatu tujuan. Achievement atau prestasi diartikan sebagai kesuksesan setelah didahului oleh suatu usaha. Prestasi merupakan dorongan untuk mengatasi kendala, melaksanakan kekuasaan, berjuang untuk melakukan sesuatu yang sulit sebaik dan secepat mungkin. (Lefton, 1982: 156).

Moekijat (2001:10) mengemukakan bahwa motivasi merupakan proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak/berperilaku dengan cara tertentu. Proses motivasi mencakup tiga hal yaitu pengenalan dan penilaian kebutuhan yang belum terpuaskan, penetuan tujuan yang akan menentukan kepuasan dan penentuan tindakan yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan.

Menurut Buchari Zainun (1997:103) motivasi adalah suatu konsep yang diutarakan sebagai kebutuhan (needs) dan rangsangan (incentives) yang keduanya tidak ubahnya seperti kedua sisi mata uang logam. Selanjutnya Berelson dan Steiner (dalam Sinungan, M, 1997:104) mengatakan bahwa motivasi dapat ditimbulkan oleh kebutuhan, daya dorong, keinginan dan keamanan yang merupakan penyebab yang mendasari perilaku seseorang. Perilaku seseorang dalam proses motivasi di konsep manajemen didorong adanya kebutuhan. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan daya dorong dalam diri seseorang sehingga menimbulkan keinginan, harapan dan cita–cita. Perilaku seseorang selalu berorientasi kepada harapan atau tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan. Bilamana kebutuhan terpenuhi akan menimbulkan kepuasan.

McClelland(dalam Kreitner, Robert, 2003 : 255) mengemukakan tiga teori kebutuhan manuasia yaitu kebutuhan prestasi (need of achievment), kebutuhan afiliasi (needs of affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (needs of power). Teori tiga kebutuhan McClelland tersebut dikembangkan oleh tim AMT

(Achievment Motivation Trainning) yang menyatakan bahwa perilaku yang

berhubungan dengan ketiga motivasi kebutuhan tersebut memiliki tiga dimensi yaitu motif berprestasi, motif bersahabat, motif berkuasa.

Natoatmojo, Sukijo (2000: 75) menyatakan motif adalah suatu dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motif tidak dapat diamati, tetapi dapat ditanyakan alasan – alasan individu melakukan tindakan tersebut.

Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang dapat mendorong individu untuk melakukan suatu perbuatan atau perilaku tertentu untuk mencapai suatu tujuan pemenuhan kebutuhan. Motivasi tidak dapat diamati, tetapi dapat diketahui melalui alasan–alasan individu melakukan tindakan.

Motivasi sebagi proses batin/psikologi yang terjadi pada diri seseorang, sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Secara garis besar ada dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi individu yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi dapat ditimbulkan kondisi lingkungan seperti lingkungan tempat bekerja. Dalam hal ini meliputi kebijakan kebijakan, standart kerja, program kerja, sarana prasarana.

Faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap motivasi antara lain pembawaan, pendidikan, pengalaman masa lalu, keinginan, harapan masa depan. Faktor internal dapat menimbulkan berbagai karakteristik pada individu seperti kemampuan kerja, semangat kerja, rasa kebersamaan dalam kelompok, prestasi atau produktivitas kerja.

Dengan demikian relevansinya dengan motivasi pembimbing klinik adalah kekuatan yang mendorong pembimbing klinik melakukan kegiatan pembelajaran praktek klinik bagi mahasiswa di rumah sakit. Dalam konteks ini yang dimaksud

dengan motivasi pembimbing klinik adalah motivasi berprestasi pembimbing klinik yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di dalam proses pembelajaran praktek klinik meliputi kegiatan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran praktek klinik. Sebagai indikator motivasi berprestasi pembimbing klinik yaitu semangat kerja pembimbing klinik, melakukan pemeliharaan, berorientasi kualitas dan berorientasi prestasi

B. Penelitian Penelitian yang relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian mengenai pembimbing klinik sekarang ini, sesuai dengan hasil penelusuran penulis antara lain yang dilakukan oleh :

1. Widodo, 2002 dengan judul penelitian “ A survey of the roles of the clinical teachers in the clinical setting. Tempat penelitian ini di Politeknik Kesehatan Surakarta dan yang menjadi populasi penelitian atau responden penelitiannya yaitu dosen atau pembimbing yang memperoleh tugas membimbing Mahasiswa keperawatan yang sedang praktek klinik di Rmah Sakit. Hasil penelitian dilaporkan bahwa sebagian besar (75 %) pembimbing klinik mengatakan berperan menjadi manajerial, konselor, evaluator, memberikan penilaian, observer dan memberikan umpan balik terhadap pencapaian tugas Mahasiswa, dan sebagian kecil (10 %) yang berperan memberikan pelayanan kepada pasien secara penuh.

2. Siti Lestari, 2002 dengan judul penelitian “ Nursing student’s perception of the characteristics of effective clinical. Hasil penelitian ini dilaporkan bahwa

sebagian besar responden (Mahasiswa keperawatan yang sedang praktek) mengatakan praktek klinik yang efektif diperlukan pembimbing klinik yang cukup dan memiliki kompetensi untuk menjadi instruktur tindakan keperawatan, juga diperlukan jumlah kasus penyakit serta peralatan yang memadai. Sebagaian responden juga mengharapkan adanya dukungan dari rumah sakit untuk memfasilitasi kegiatan praktek klinik.

3. Harnanto, A.M, 2003 dengan judul “ The specific continuing Education Needs Perceived by Nurses at dr. Moewardi Hospital, Surakarta, Central Java, Indonesia. Hasil penelitian sebagian responden mengharapkan adanya kegiatan pelatihan tentang pembimbing klinik secara berkesinambungan, dan sebagian besar juga mengharapkan adanya program peningkatan strata pendidikan bagi para perawat yang menjadi pembimbing/instruktur agar kompetensinya mengikuti perkembangan dan dapat melaksanakan tugas sebagai pemberi pelayanan kepada pasien maupun membimbing mahasiswa yang sedang praktek.

4. Sudiro, 2004, Kompetensi, Motivasi dan Kepemimpinan kontribusinya terhadap kinerja pembimbing klinik. Hasil penelitian dilaporkan bahwa kompetensi, motivasi dan kemimpinan memiliki kontribusi secara positif dan signifikan terhadap kinerja pembimbing klinik Poltekkes Surakarta. Kemudian direkomendasikan untuk meningkatkan kinerja pembimbing klinik diperlukan peningkatan kompetensi dosen pembimbing, peningkatan motivasi dan meningkatkan kualitas kepemimpinan dalam penyelenggaraan praktek klinik.

C. Kerangka Pikir

1. Pengaruh kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerja pembimbing praktek klinik.

Kompetensi pembimbing klinik adalah kemampuan minimal pembimbing klinik yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran praktek klinik. Kompetensi pembimbing klinik meliputi kemampuan profesi keperawatan yang merupakan materi yang akan diberikan kepada peserta didik dalam kegiatan praktek klinik dan kemampuan keguruan /kependidikan yang merupakan kemampuan atau ketrampilan untuk memberikan materi atau ilmu keperawatan klinik kepada peserta praktek klinik. Terkait dengan konsep kinerja, yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja. Kinerja merupakan akumulasi tiga elemen yang saling berkaitan, yakni ketrampilan, upaya dan sifat keadaan eksternal. Kinerja pembimbing klinik merupakan sebagai perilaku kerja pembimbing klinik untuk mencapai tujuan kegiatan praktek klinik. Hasil yang dicapai menunjukkan keefektifan perilaku kerja pembimbing klinik. Perilaku kerja pembimbing klinik dipengaruhi faktor dalam diri individu pembimbing klinik seperti ketrampilan atau komptensi keperawatan dan keguruan.

Uraian diatas mengindikasikan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pembimbing klinik adalah kompetensi pembimbing klinik. Sehingga patut diduga kompetensi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pembimbing praktek klinik. Dengan perkataan lain, makin tinggi kompetensi pembimbing klinik, maka makin tinggi kinerja pembimbing klinik.

2. Pengaruh motivasi pembimbing klinik terhadap kinerja pembimbing praktek klinik.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan harus ada dalam setiap usaha untuk mewujudkan tujuan organisasi yang lebih efektif, efisien, produktif dan berkualitas. Motivasi merupakan proses psikis yang akan mendorong seseorang melakukan tindakan untuk mencapai tujuan. Para ahli berpendapat bahwa motivasi menjadi bentuk kekuatan yang dapat mendorong, mengarahkan tindakan atau perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan individu yang bersangkutan. Fungsi motivasi bagi pembimbing klinik adalah bahwa motivasi akan mendorong pembimbing klinik melakukan tindakan- tindakan tertentu dalam kegiatan praktek klinik. Tindakan pembimbing klinik dalam kegiatan praktek klinik disebut kinerja pembimbing klinik.

Uraian diatas mengindikasikan bahwa motivasi pembimbing klinik menjadi salah satu faktor yang ikut mempengaruhi kinerja pembimbing klinik. Patut diduga bahwa motivasi pembimbing klinik mempuyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pembimbing klinik artinya bila pembimbing klinik mempunyai motivasi yang tinggi, akan menjadi tinggi juga kinerja pembimbing klinik.

3. Pengaruh kompetensi dan motivasi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik.

Kinerja merupakan akumulasi tiga elemen yang saling berkaitan, yakni ketrampilan, upaya dan keadaan eksternal. Ketrampilan dapat berupa kompetensi kompetensi tertentu yang diperlukan melakukan pekerjaan atau tugas pokok ditempat kerja. Upaya merupakan usaha atau kegiatan untuk mencapai tujuan.

Dalam usaha diperlukan adanya dorongan psikologis yang disebut dengan motivasi. Elemen kondisi eksternal yang ikut terlibat dalam kinerja pembimbing klinik adalah faktor kepemimpinan. Bilamana ketiga elemen tersebut dalam kondisi optimal akan menghasilkan kinerja pembimbing klinik yang optimal pula.

Uraian diatas mengambarkan bahwa vasriabel kompetensi, motivasi pembimbing klinik dan kepemimpinan tidaklah merupakan variabel yang berdiri sendiri-sendiri dalam mempengaruhui kinerja pembimbing praktek klinik. Patut diduga bahwa terdapat pengaruh positif secara bersama-sama dari kompetensi, motivasi pembimbing klinik dan kepemimpinan terhadap kinerja pembimbing praktek klinik. Artinya makin tinggi kompetensi, motivasi pembimbing klinik dan kepemimpinan yang berlangsung secara bersama-sama, maka makin tinggi pula kinerja pembimbing praktek klinik. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap kinerja pembimbing praktek klinik.

Kompetensi Pembimbing Klinik Motivasi Pembimbing Klinik Kinerja dalam membimbing praktek klinik X 1 X 2 Y Kepemimpinan Insentif Penghargaan

D. Hipotesis Hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh positif dari kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen. 2. Terdapat pengaruh positif dari motivasi pembimbing klinik terhadap kinerjanya

dalam membimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen.

3. Terdapat pengaruh positif dari kompetensi dan motivasi pembimbing klinik secara bersama–sama terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik non exsperimen karena tidak melakukan perlakuan subyek melainkan meneliti peristiwa yang telah terjadi dan tidak melakukan kontrol terhadap variabel penelitian, melihat variabel sebagaimana adanya. Pendekatan yang dipergunakan adalah cross sectional yaitu variable bebas dan terikat diamati atau diukur dalam waktu bersamaan.

B. Tempat dan Jadual Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini di RSUD Kabupaten Sragen. Satuan pengamatan yang akan diteliti adalah para pembimbing klinik RSUD Kabupaten Sragen.

2. Jadual Penelitian

Jadual penelitian merupakan rangkaian kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan, seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Jadual Penelitian

No Tahap 2008 2009

Sept Okto Nop Des Jan

1 Persiapan

a. Penyusunan proposal ٧ ٧

b. Seminar proposal ٧

c. Uji coba Instrumen penelitian ٧

d. Perijinan penelitian ٧

2 Tahap Pelaksanaan

a. Pengambilan data peneltian ٧ ٧

b. Pengolahan data penelitian ٧

3 Pelaporan

a. Penyusunan laporan ٧ ٧

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pembimbing klinik keperawatan RSUD Kabupaten Sragen. Besar populasi penelitian ini adalah 54 orang pembimbing praktek klinik terdiri dari 22 orang jenis kelamin laki – laki, 32 orang perempuan. Sampel yang dipergunakan total sampling yaitu seluruh pembimbing klinik diambil menjadi responden penelitian dengan pertimbangan jumlah populasi pembimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen berada dalam satu lokasi, sehingga dapat terjangkau sebagai subyek pengamatan dan data yang diperoleh menjadi ideal dan akan lebih akurat Dari 54 pembimbing klinik yang dapat dijadikan responden penelitian ada 50 orang, sedangkan yang 4 orang tidak dapat menjadi responden karena pada saat penelitian sedang cuti dan berada diluar kota.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang menjadi titik perhatian pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu kompetensi pembimbing praktek klinik (X1) dan motivasi pembimbing praktek klinik (X2).

Sedangkan variabel terikat yaitu kinerja pembimbing klinik (Y).

Sumber data penelitian ini berasal dari jawaban responden (pembimbing praktek klinik) dan dokumen kepegawaian & laporan kerja. Sumber data yang berasal dari responden pembimbng praktek klinik meliputi kompetensi, motivasi dan kinerja. Sedangkan data yang berasal dari dokumen kepegawaian dan laporan kerja (bukti fisik) meliputi kompetensi dan kinerja yaitu pembimbing praktek klinik.

E. Definisi Operasional 1. Kinerja Pembimbing Klinik

a. Definisi Konseptual Kinerja Pembimbing Klinik

Kinerja Pembimbing Praktek Klinik adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan pembimbing praktek klinik dalam rangka melaksanakan pembelajaran praktek klinik. Perilaku pembimbing praktek klinik berupa aktivitas pembimbing praktek klinik sehubungan dengan hal – hal yang dikerjakan.

b. Definisi Operasional Kinerja Pembimbing Klinik

Indikator kinerja pembimbing praktek klinik meliputi empat dimensi yaitu (1) merencanakan pembelajaran praktek klinik (2) melaksanakan pembelajaran praktek klinik, (3) mengevaluasi pembelajaran praktek klinik, (4) menyusun laporan pembelajaran praktek klinik.

2. Kompetensi Pembimbing Klinik

a. Definisi Konseptual Kompetensi Pembimbing Klinik

Kompetensi Pembimbing Praktek klinik adalah kemampuan pembimbing praktek klinik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan dalam kegiatan proses pembelajaran praktek klinik di rumah sakit.

b. Definisi Operasional Kompetensi Pembimbing Klinik

Sebagai indikator kompetensi pembimbing klinik dalam penelitian ini adalah (1) kemampuan profesi keperawatan dan (2) kemampuan kependidikan atau keguruan.

3. Motivasi Pembimbing Klinik

a. Definisi Konseptual Motivasi Pembimbing Klinik

Motivasi adalah suatu keinginan internal yang mendorong seseorang melakukan tindakan. Motivasi berprestasi pembimbing klinik adalah kekuatan yang mendorong pembimbing praktek klinik berusaha mencapai hasil tertinggi dalam pembelajaran praktek klinik tanpa mengharapkan imbalan atau penghargaan.

b. Definisi Operasional Motivasi Pembimbing Klinik

Sebagai indikator motivasi berprestasi pembimbing praktek klinik adalah (1) semangat kerja tinggi dalam melakukan pembelajaran praktek klinik (2) melakukan pemeliharaan dalam proses pembelajaran praktek klinik (3) orientasi kualitas pembelajaran praktek klinik (4) orientasi prestasi pembelajaran praktek klinik.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode angket dan dokumentasi.

1. Angket

Metode angket digunakan untuk mengungkapkan data tentang kompetensi pembimbing klinik, motivasi pembimbing klinik, dan kinerja pembimbing praktek klinik berdasarkan keterangan/jawaban responden.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi untuk mengungkap data pendukung variabel kompetensi pembimbing klinik dan kinerja pembimbing klinik secara administrasi

(bukti fisik). Kompetensi pembimbing praktek klinik meliputi (a) dokumen strata pendidikan profesi keperawatan/kesehatan, (b) sertifikat pelatihan pengembangan profesi keperawatan, (c) sertifikat/ surat ijin praktek perawat, (d) akta mengajar, (e) sertifikat pelatihan kependidikan (f) sertifikat pelatihan pembimbing klinik.

Kinerja Pembimbing klinik meliputi: (a) dokumen perencanaan pembelajaran praktek klinik, (b) dokumen pelaksaaan pembelajaran praktek klinik, (c) dokumen evaluasi pembelajarn klinik, (d) dokumen laporan pembelajaran klinik.

G. Instrumen Penelitian 1. Bentuk

Bentuk intrumen penelitian ini adalah kuesioner dan ceklist. Kuesioner digunakan untuk metode angket. Jenis kuesioner pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden hanya memilih jawaban dengan bentuk pilihan ganda. Adapun cheklist digunakan untuk untuk mendapatkan data pendukung dengan metode dokumentasi.

Mengenai kisinya sebagai dasar menyusun kuisioner dan instrument penelitian disajikan pada lampiran 1 dan 2.

2. Norma Penilaian

Semua item pertanyaan (instrumen) dalam penelitian in dikembangkan melalui skala sikap Likert dengan empat gradasi pilihan jawaban, dengan ketentuan skoring sebagai berikut : Pilihan jawaban A skore :3, jawaban B skore : 2, jawaban C skore : 1, jawaban D skore : 0, untuk pertanyaan positif. Sedangkan

pertanyaan negative ketentuan skoring yaitu pilihan jawaban A skore : 0, jawaban B skore : 1, jawaban C skore : 2, jawaban D skore : 3 (Azwar, 2007 : 99)

3. Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian ini diujicobakan kepada 30 orang pembimbing klinik RSUD Kabupaten Karanganyar, dengan pertimbangan karakteristik pembimbing pratek kliniknya mendekati karakteristik populasi pembimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen. Setiap respoden diberikan kuisioner yang terdiri dari kuisioner kompetensi pembimbing klinik, kuisioner motivasi pembimbing klinik, dan kuisioner kinerja pembimbing praktek klinik.

a. Uji Validitas Instrumen

Setelah instrumen penelitian diuji cobakan kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui validitas item – item angket. Rumus yang digunakan adalah rumus Korelasi Product Moment dari Pearson yaitu :

r x yi=

 

  2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan : r = Koefisien N= Jumlah sampel

X= Skore setiap pertanyaan Y=Skore total pertanyaan.

Ketentuan : Jika r x y > r tabel pada taraf signifikansi 5 % berarti item

kuisioner valid, dan jika r x y< r tabel pada taraf signifikansi 5 % item kuisioner

tersebut tidak valid. 1) Kompetensi

Hasil dari r tabel dengan N = 30 dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh batas penolakan sebesar 0,361. Dari analisis semua item variable kompetensi pada lampiran 3, diperoleh r hitung > r tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa item instrumen untuk mengukur kompetensi pembimbing klinik semua valid.

2) Motivasi

Hasil dari r tabel dengan N = 30 dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh penolakan sebesar 0,361. Dari analisis item variabel motivasi pada lampiran 3, diperoleh r hitung > r tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 19 item instrumen untuk mengukur motivasi semua valid.

3) Kinerja

Hasil dari r tabel dengan N = 30 dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh penolakan sebesar 0,361. Dari analisis semua item varibel kinerja pada lampiran 3, diperoleh r hitung > r tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa item instrumen untuk mengukur kinerja pembimbing klinik semua valid. Selengkapnya seluruh perhitungan uji validitas lihat lampiran 3.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji Reliabilitas kuisioner digunakan tehnik Alfa Cronbah. Setiaji,B( 2004: 60) rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach adalah:

R I =                

2 2 1 1 St Si k k Keterangan: K = banyaknya item Si2 = Jumlah varian item

St2 = Varian total

Rumus varian total dan varian item : St2=

2 2 2 n xt n xt

Si2= 2 n JKs n JKi Keterangan :

Jki = Jumlah seluruh skore Jks = Jumlah kuadrat subyek

Setelah harga r 1 diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan indeks

korelasi : 0,800 < r 11  1,00 berarti sangat tinggi; 0,600 < r 11  0,800 berarti

tinggi ; 0,400 < r 11  0,600 berarti cukup ; 0,200 < r 11 0,400 berarti rendah ;

0,00 < r 110,200 berarti sangat rendah. Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian

tersaji dalam tabel 2 dibawah ini. Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.

Tabel 2. Hasil uji reliabilitas instrument penelitian

No. Variabel Cronbach Alpha Keterangan

1 Kompetensi (X1) 0,8367 Reliabel

2 Motivasi (X2) 0,9055 Reliabel

Dari tabel diatas menunjukkan perhitungan nilai Cronbach Alpha dari item pertanyaan variabel kompentensi pembimbing klinik (X1), motivasi pembimbing

klinik (X2) dan kinerja pembimbing praktek mendekati angka 1.

H. Teknik Analisa Data 1. Uji Persyaratan analisis

a. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak (Setiaji, 2004: 7). Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan Lilliefors Significance Correction yang dihitung dengan program SPSS 11. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas yaitu jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika probabilitas < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.

b. Uji Autokorelasi

Tujuan uji otokorelasi untuk mengetahui autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif pada data. Otokorelasi merupakan masalah serius dalam analisa, yaitu berkorelasi dengan dirinya sendiri. Pengujian otokorelasi salah satunya dengan Durbin Watson.

Batas kritis uji Durbin–Watson dapat dilihat dalam tabel gambar berikut : Otokorelasi + Ragu tidak ada Ragu Otokokorelasi -

Ragu otokorelasi ragu

dL dU 4-dU 4-dL 1.48 1.69 2.41 2.62

Kriteria hasil uji Durbin–Watson tidak ada masalah otokorelasi jika nilainya berada antara 1.5 sampai 2.5.

2. Uji Hipotesis

a. Uji Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui pengaruh kompetensi (X1), motivasi pembimbing

praktek(X2) terhadap kinerja pembimbing praktek klinik(Y) digunakan analisis

regresi ganda dengan dua predictor (Setiaji, B, 2004 : 72). Model persamaan rumus regresi adalah sebagai berikut:

Kin

= a + b

1

Komp + b

2

Motiv. + e

Keterangan :

Kin = Kinerja Pembimbing Klinik Kompet =Kompetensi Pembimbing klinik Motiv = Motivasi Pembimbing Klinik e = Error Term (kesalahan penaksiran) a = konstanta (intersep)

b

1

, b

2,

= koefisien

Secara teknis untuk mempermudah dan mengurangi human error dalam perhitungan statistik digunakan bantuan program SPSS 11.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh semua variabel bebas secara bersama sama terhadap variabel terikat (Setiaji, B, 2004 : 21). Dilihat

dari perbandigan F hitung dan F tabel. Adapun tingkat signifikansi yang digunakan

dalam penelitian ini sebesar 5 %

c. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial, yakni dengan membandingkan t hitung dengan t tabel (Setiaji, B, 2004 : 13). Uji signifikansi dalam penelitian ini adalah sebesar 5 %, dengan ketentuan jika t hitung > t tabel, berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Jika t hitung < t tabel, berarti Ho diterima Ha ditolak.

d. Koefisien Diterminasi (R2)

Koefisien ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Setiaji, B, 2004: 19). Rumus sebagai berikut:

Y= Y estimasi Y= Y rata-rata

Nilai R2 berkisar 0 sampai 1, jika nilai koefisien R2 hitung semakin

mendekati angka 1 maka variabel independennya semakin kuat kontribusinya terhadap variabel denpenden.

e. Menentukan Sumbangan Efektif (SE)

Rumus Sumbangan Efektif (SE) yaitu: SE% x = SR % R2

(Y – Y) 2 R2= ---

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari 50 responden dengan menggunakan kuisioner kompetensi pembimbing klinik, motivasi pembimbing klinik dan kinerja pembimbing klinik. Deskripsi data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan grafik histogram distribusi frekwensi masing – masing variabel. Pengelompokan gejala yang diamati dari keempat variabel tersebut dibedakan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan didasarkan pada mean (rerata) ideal dan standar deviasi ideal yang diperoleh. Dalam penelitian ini digunakan pendapat Sutrisno Hadi (2001 : 26) sebagai berikut:

Tinggi : > Mi + 0,5 SDi

Sedang : Mi – 0,5 SDi hingga Mi + 0,5 SDi Rendah : < Mi – 0,5 SDi

Keterangan:

Mi = (Nt + Nr)/2 SDi = (Nt – Nr)/6 Mi = Rerata Ideal

SDi = Simpangan baku ideal Nt = Nilai tertinggi

Data hasil penelitian ini secara lengkap disajikan pada lampiran 4. Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka klasifikasi penggolongan dari ke 3 (tiga) variabel penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut :

Dokumen terkait