TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama
Pendidikan Profesi Kedokteran
Oleh : Heri Martono
S540907007
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA MINAT UTAMA PENDIDIKAN PROFESI KESEHATAN
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii Disusun oleh :
Heri Martono S540907007
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal :
Pembmbing I Pembimbing II
Prof. Dr. dr. Ambar Mudigdo, SpPA(K) Dr. Sri Haryati, MPd
NIP. 130 543 977 NIP. 130 818 782
Mengetahui Ketua Minat Utama
iii OLEH : Heri Martono
S540907007
Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal :
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Prof. Dr. dr Didik Tamtomo, PAK, MM, MKK ... NIP. 130 543 994
Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M.Pd ... NIP. 131 918 507
Anggota Penguji 1. Prof. Dr. dr. Ambar Mudigdo, SpPA(K) ... NIP. 130 543 977
2. Dr. Sri Haryati, MPd ... NIP. 130 818 782
Surakarta, Mengetahui
Direktur Program Pasca Sarjana Ketua Prgram Studi MKK
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. dr. Didik Tamtomo, M.Kes, MM, PAK
iv Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama : Heri Martono
NIM : S540907007
menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI PEMBIMBING KLINIK TERHADAP KINERJA PEMBIMBING PRAKTEK KLINIK DI RSUD KABUPATEN SRAGEN adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Yang membuat pernyaataan
v
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Pengaruh Kompetensi dan Motivasi pembimbing klinik terhadap kinerja Pembimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen ”.
Dalam penyusunan tesis ini penulis memperoleh arahan, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. dr. HM. Syamsulhadi, Sp.KJ(K), selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr.dr. Didik Tamtomo, M.Kes, MM,PAK, selaku Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga beserta seluruh staff yang telah membantu selama masa perkuliahan dan menyusun tesis ini.
4. dr. Murdani K, MHPED, selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan besarta seluruh staff yang telah membantu selama masa perkuliahan dan menyusun tesis ini.
5. Prof. Dr. dr. Ambar Mudigdo,SpPA(K), pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan tesis ini.
6. Dr. Sri Haryati, MPd, pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan tesis ini.
vi menyusun tesis ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam bentuk apapun kepada penulis.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan mendapatkan balasan selayaknya dari Allah SWT serta selalu mendapatkan bimbingan, pertolongan – Nya dalam tugas sehari – hari.
vii
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PENGESAHAN ……….………. ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS……… iii
KATA PENGANTAR……….. iv
DAFTAR ISI……….… v
DAFTAR LAMPIRAN……… vii
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR GAMBAR……….. ix
ABSTRAK ………. x
ABSTRACT……… xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………. 1
B. Rumusan Masalah ……… 4
C. Tujuan Penelitian ………. 5
D. Manfaat Penelitian ………... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ……… 7
B. Penelitian Relevan………. 20
C. Kerangka Pikir………. 22
viii
B. Tempat dan Jadual Penelitian ……….. 26
C. Populasi ………….. ……… 27
D. Variabel Penelitian ……….. 27
E. Definisi Operasional ……… 28
F. Tehnik Pengumpulan Data ……….. 29
G. Instrumen Penelitian……….… 30
H. Tehnik Analisa Data ………... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data………. 37
B. Analisis Data……… 41
C. Pembahasan……….. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. B. Impilkasi………... C. Saran ……… 52 52 53 DAFTAR PUSTAKA ………. 54
ix Lampiran 1
Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
Kisi kisi instrument penelitian………. Instrumen penelitian………. Validitas dan reliabilitas instrument……… Data Penelitian……….
56 57 62 67 Lampiran 5 Hasil analisis deskriptif…… ………... 69 Lampiran 6 Hasil uji prasyarat dan uji Regresi... 73 Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian dari Direktur Pasca Sarjana.. 74 Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian dari Kesbanglinmas Kabupaten
Karanganyar………... 75 Lampiran 9
Lampiran 10
Surat keterangan uji coba instrument di RSUD Kabupaten Karanganyar ………... Surat keterangan telah melakukan penelitian di RSUD Kabupaten Sragen...
76
x
Tabel 1 Jadual Penelitian……… 26
Tabel 2 Hasil Uji reliabilitas instrument penelitian……… 33
Tabel 3 Klasifikasi kompetensi pembimbing klinik………... 38
Tabel 4 Klasifikasi motivasi pembimbing klinik………... 39
Tabel 5 Klasifikasi kinerja pembimbing klinik……….. 41
Tabel 6 Hasil Uji normalitas………... 42
Tabel 7 Hasil Uji Durbin Watson……….. 43
xi
Gambar 1 Pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap kinerja
pembimbing praktek klinik... 24
Gambar 2 Batas kritis uji Durbin Watson……….. 34
Gambar 3 Histogram kompetensi pembimbing klinik………. 39
Gambar 4 Histogram motivasi pembimbing klinik………. 40
Gambar 5 Histogram kinerja pembimbing klinik……….. 41
xii
KLINIK DI RSUD KABUPATEN SRAGEN. Tesis : Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kinerja pembimbing klinik yang optimal akan berkontribusi menghasilkan lulusan pendidikan keperawatan yang berkualitas. Namun saat ini masih dijumpai adanya lulusan pendidikan keperawatan yang belum dapat dipergunakan sebagai tenaga profesional. Hal ini dapat disebabkan kinerja pembimbing klinik yang belum optimal.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik (2) mengetahui pengaruh motivasi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik (3) mengetahui pengaruh kompetensi dan motivasi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik di RSUD kabupaten Sragen.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik non exsperimen dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini yaitu perawat pembimbing klinik RSUD kabupaten Sragen. Metode analisis data dengan analisis regresi.
Hasil penelitian menunjukkan (1) dijumpai pengaruh positif kompetensi, pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik dengan nilai koefisien regresi sebesar 1.164 dan nilai uji t–statistik sebesar 8,024, (2)dijumpai pengaruh positif motivasi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.266 dan nilai uji t–statistik sebesar 4.060 dan (3) dijumpai pengaruh positif kompetensi dan motivasi pembimbing klinik secara bersama sama terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen dengan nilai R2 = 0.818 dan nilai uji F statistik sebesar 105.276 lebih besar dari batas kritisnya (3,20).
xiii
MOTIVATION OF CLINICAL INSTRUCTORES TOWARD JOB EFFORT IN THE GUIDANCE OF CLINICAL PLACEMENT AT SRAGEN DISTRICT GENERAL HOSPITAL (RSUD KABUPATEN SRAGEN). Thesis: Post Graduate Program, Sebelas Maret University.
Optimally of job effort of clinical instructor will contribute to outcome the qualified of nursing graduates. However, now there are many numbers of nursing graduates who are not qualified as professional. This condition can be caused by the low of the clinical instructors’ job effort.
The purpose of this study is (1) to explore the effect of competency of clinical instructors toward job effort in the guidance of clinical placement (2) to explore the effect of motivation of clinical instructors toward job effort in the guidance of clinical placement (3) to explore the effect of competency and motivation of clinical instructors toward job effort in the guidance of clinical placement at Sragen District General Hospital (RSUD Kabupaten Sragen).
This study utilized the non experimental analyzed description with the cross sectional approach. The subject of this the study is nurses who became as clinical instructor at Sragen District General Hospital (RSUD Kabupaten Sragen). The analyzing of data in this study utilized the regression test.
The result of this study shows that there is (1) a positive effect of competency of clinical instructors toward job effort in the guidance of clinical placement with regression coefficient value of 1.164 and t-test value 8.024. Moreover there is (2) a positive effect of motivation of clinical instructors toward job effort in the guidance of clinical placement with regression coefficient value of 0.266 and t-test value 4.060. Futhermore, there is (3) a positive effect of competency and motivation of clinical instructors toward job effort in the guidance of clinical placement at Sragen District General Hospital (RSUD Kabupaten Sragen) with R2value = 0.818 and statistic F test = 105.275 > critically level (3.20).
1
A. Latar Belakang
Kinerja pembimbing praktek klinik yang optimal akan berkontribusi menghasil lulusan pendidikan keperawatan yang dapat dipergunakan menjadi tenaga profesional bidang keperawatan. Namun saat ini masih dijumpai adanya kendala mengenai lulusan pendidikan keperawatan. Dikemukakan Budiarja, 2004 “ Kualitas lulusan pendidikan keperawatan saat ini masih belum seperti yang diharapkan karena belum dapat dipergunakan secara langsung menjadi tenaga professional “
Menurut Simanjuntak (2004 : 6) “ perawat yang lulus dari program pendidikan keperawatan belum memiliki kompetensi yang sesuai standar bertaraf Internasional, sehingga perlu pembenahan di dalam institusi pendidikan keperawatan” .
Hal ini dapat disebabkan kinerja pembimbing praktek klinik dan dosen belum optimal, kurikulum dan pengelolaan pendidikan keperawatan yang belum seperti yang diharapkan, kegiatan pembelajaran praktek klinik belum efektif.
2
Dalam kegiatan praktek klinik terjadi proses interaksi antara mahasiswa, pasien dan pembimbing klinik. Mahasiswa belajar memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien dirumah sakit. Selama memberikan pelayanan kepada pasien, telah terjadi proses belajar yang sangat komplek. Mahasiswa belajar mengidentifikasi keluhan dan tanda penyimpangan kesehatan sebagai data pasien, menganalisa data, menentukan masalah, menetapkan rencana tindakan, melakukan tindakan dan menilai efektifitas tindakan yang telah dilakukan. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien diperlukan berbagai jenis ketrampilan keperawatan, sehingga kegiatan pembelajaran praktek klinik dapat menumbuh -kembangkan kemampuan melakukan berbagai jenis ketrampilan profesional.
Peran pembimbing praktek klinik dalam kegiatan pembelajaran praktek klinik sangat berarti sekali agar pelaksanaan pembelajaran menjadi efektif. “ Dikemukakan Ewan, R, (1994 :23) bahwa pembelajaran praktek klinik merupakan masa transisi dari situasi belajar dikelas ke situasi pelayanan yang sesungguhnya, yang memungkinkan mahasiswa mengalami kecemasan yang tinggi, keragu - raguan dan kebingungan “.
Untuk mengatasi permasalahan pada diri mahasiswa, maka diperlukan kinerja pembimbing praktek klinik yang baik.
3 lulusan pendidikan keperawatan.
Pembimbing praktek klinik mempunyai kontribusi meningkatkan kualitas pembelajaran praktek klinik, karena memiliki berbagai peran mulai dari merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran praktek klinik. Sehingga untuk meningkatkan mutu pembelajaran praktek klinik, dapat ditempuh dengan cara meningkatkan kinerja pembimbing praktek klinik.
Kinerja pembimbing praktek klinik dipengaruhi kompetensi profesional yang dimiliki, motivasi berprestasi yang dapat mendorong perilaku pembimbing praktek klinik dalam proses pembelajaran praktek.
Menurut Ewan, R (1994 :26) “ Pembimbing praktek klinik harus memiliki kompetensi memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, mulai dari mengkaji masalah masalah pasien sampai memberikan tindakan mengevaluasi efektifitas tindakan tersebut, sehingga dapat menjadi contoh bagi mahasiswa ditempat pelayanan tersebut ”.
Kompetensi ini dapat dipertahankan dengan cara pembimbing praktek klinik senantiasa secara rutin melakukan kegaiatan memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit bila mana tidak ada kegiatan mengajar di kelas.
4
keperawatan, sebagian besar (75 %) melaporkan bahwa frekwensi kehadiran pembimbing dari akademik sangat jarang, umumnya datang ketika hari pertama dan hari terakhir periode praktek klinik. Sedangkan pembimbing praktek klinik dari tempat praktek (ruangan praktek) banyak disibukkan dengan aktivitas pelayanan perawatan, bahkan sering kurang memperhatikan mahasiswa yang sedang menjalankan praktek. Hal ini dapat mengindikasikan kurangnya motivasi pembimbing praktek klinik untuk membimbing mahasiswa di rumah sakit.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti akan melakukan penelitian tentang Pengaruh kompetensi dan motivasi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan kondisi pada latar belakang diatas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu adakah pengaruh kompetensi dan motivasi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik?. Secara rinci masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh yang signifikan kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen ? 2. Adakah pengaruh yang signifikan motivasi pembimbing klinik terhadap
5 klinik di RSUD Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik RSUD Kabupaten Sragen.
2. Mengetahui pengaruh motivasi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen.
3. Mengetahui pengaruh kompetensi dan motivasi pembimbing klinik secara bersama-sama terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dari segi ilmiah diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan di bidang manajemen pendidikan, khususnya berkaitan dengan pengembangan sumberdaya pendidikan keperawatan: pembimbing praktek klinik.
Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Para pembimbing praktek klinik RSUD Kabupaten Sragen dalam rangka
6 klinik.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
Pembimbing klinik adalah seseorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh institusi pelayanan/ pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di Rumah Sakit (Pusdiknakes, 2004: 8). Menurut Baillie (1994: 1) pembimbing klinik (Clinical teacher) adalah pembimbing/guru perawat (Nurse teacher). Kegiatan pembelajaran klinik merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar dalam konteks pelayanan nyata. Maksudnya mahasiswa belajar memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan tersebut. Mahasiswa belajar bekerja sesuai dengan standar pelayanan profesi keperawatan. Selama proses pembelajaran klinik keperawatan terjadi proses interaksi antara pembimbing klinik – mahasiswa dan pasien. Ketiga komponen ini akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran praktek klinik keperawatan. Penelitian ini memfokuskan perhatian terhadap komponen pembimbing klinik yang meliputi kompetensi dan motivasi pembimbing klinik pengaruhnya terhadap kinerja pembimbing praktek klinik.
1. Kinerja Pembimbing Klinik
berkaitan, yakni ketrampilan, upaya dan sifat keadaan eksternal “. Tingkat ketrampilan merupakan bahan mentah yang dibawa oleh seorang karyawan ke tempat kerja seperti pengetahuan kemampuan, kecakapan – kecakapan teknis.
Menurut manajemen istilah performanceatau disebut juga kinerja. Kinerja dapat berupa proses dan hasil kerja secara individu maupun organisasi. Hal ini berguna bagi pengukuran keefektifan pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana. Longenecker & Pringle (dalam Bacal, 2001: 4) mengemukakan bahwa pengendalian kinerja berarti pemantauan organisasi terhadap penetapan pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana. Keefektifan penetapan tujuan dan pelaksanaan rencana ini relatif tergantung kepada sumberdaya manusia dalam organisasi. Dengan demikian kinerja berupa kemampuan individu dalam melaksanakan rencana menurut standart tertentu untuk mencapai tujuan.
Menurut Winardi (1989: 328) kinerja berhubungan dengan aspek tugas pokok yaitu perilaku, hasil dan keefektifan organisasi. Perilaku menunjukkan kegiatan dalam pencapaian tujuan. Sementara hasil menunjukkan keefektifan perilaku individu, yang bersifat obyektif maupun subyektif, sedangkan keefektifan organisasi merupakan langkah – langkah dalam pertimbangan hasil kerja organisasi, menekankan pada aspek proses.
upaya yang dimiliki dan (2) faktor luar diri invidu seperti keadaan ekonomi, kebijakan pemerintah, terlambatnya bahan mentah dan sebagainya.
a. Tugas Pembimbing Klinik
Pembimbing klinik adalah seseorang yang diberikan tugas untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di Rumah Sakit (Pusdiknakes, 2004: 8). Makna kata bimbingan dalam pembelajaran praktek klinik indentik dengan proses kegiatan belajar mengajar.
Pusdiknakes (2004 : 9) menetapkan tugas yang dapat dikerjakan pembimbing klinik dalam rangka kegiatan pembelajaran praktek klinik yaitu : (a) merumuskan tujuan pembelajaran praktek klinik, (b) menentukan indikator pencapaian target kompetensi praktek, (c) mengidentifikasi tempat praktek klinik, (d) mengidentifikasi dan menentukan peralatan/sumber yang diperlukan selama pembelajaran praktek klinik, (e) memfasilitasi mahasiswa memperoleh target kompetensi dan alat – alat yang digunakan (f) memecahkan masalah belajar praktek, (g) membangkitkan dan mendorong semangat mahasiswa selama mengikuti pembelajaran praktek klinik dan menghargai kerja mahasiswa, (h) memberikan contoh pelayananan keperawatan terhadap pasien secara nyata kepada mahasiswa, (i) melakukan penilaian kepada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktek klinik, (j) membuat laporan pembelajaran praktek klinik.
manajerial, konselor, evaluator, memberikan penilaian, observer dan memberikan umpan balik terhadap pencapaian tugas mahasiswa.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pembimbing klinik dalam kegiatan penyelenggaraan pembelajaran klinik adalah merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi pembelajaran praktek klinik.
b. Penilaian Kinerja Pembimbing Klinik
Penilaian kinerja dilakukan untuk memberi tahu karyawan apa yang diharapkan pemimpin untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama
lain. Penilai kinerja harus dapat mengenali prestasi karyawan dan dapat membuat rencana untuk meningkatkan kinerja karyawan. Penilaian kinerja harus memungkinkan pekerjaan dapat diorganisasikan dengan baik serta memberikan kepuasan, pencapaian dan pemerkayaan jabatan lebih besar. Penilaian kinerja harus mengkaji kinerja karyawan. Bila penilaian kinerja mengkaji kepribadian karyawan, maka penilaian tersebut tidak dapat mengukur tingkat produktifitas kerja karyawan atau besarnya kontribusi karyawan dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dengan menggunakan standart yang telah ditetapkan dapat mendorong karyawan berusaha melakukan tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Timpe, 1999:244).
spesifik serta mengarahkan kritik kepada kinerja, bukan kepada pribadi karyawan. Agar dapat bersikap terus terang dan bijaksana dalam membahas kekurangan – kekurangan karyawan, pemimpin harus merujuk faktor - faktor yang dapat diukur dalam mengevaluasi kinerja. Karyawan didorong untuk mengutarakan kegagalannya dalam bekerja, supaya pemimpin dapat memahami penyebab – penyebabnya, mereka dapat meningggalkan pertemuan tersebut berbekal langkah – langkah khusus untuk memperbaikinya dan pemimpin dapat mengikuti penilaian tersebut dengan tugas – tugas kerja yang didesain untuk memperbaiki kinerja.
Penilaian adalah waktu ideal untuk memusatkan perhatian kepada sasaran sasaran individu, bukan sasaran unit. Ini adalah peluang untuk menyentuh bagian dasar dan membandingkan hasil – hasil kerja dengan tolok ukur yang telah disepakati sebelumnya. Pemimpin memberikan pengharapan atas prestasi dan pekerjaan yang dilakukan dengan memuaskan. Karyawan diberi peluang untuk mengatakan kepada pengawas, alasan mereka tidak berprestasi seperti yang telah disepakati. Kemudian akan ada penelitian timbal balik mengapa sasaran dapat dipenuhi atau tidak dapat dipenuhi.
dilaksanakan. Karyawan berada pada posisi yang jauh lebih baik untuk menentukan kemajuan individu ke arah tingkat kinerja yang lebih tinggi bila dia terlibat dalam penulisan standar kinerja untuk kinerja kerja yang akan datang serta menggunakan ukuran–ukuran yang telah saling disepakati dengan pengawas.
Berkaitan dengan penilaian kinerja, Bacal (2001:116) membahas tiga metode penilaian kinerja, yaitu sistem penilaian, sistem perangkat dan berdasarkan tujuan. Sistem penilaian dideskripsikan sebagai “buku rapor tempat kerja hampir serupa yang digunakan guru–guru di sekolah terhadap murid– muridnya. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu suatu daftar karakteristik, bidang ataupun perilaku yang akan dinilai dan sebuah skala ataupun cara lain untuk menunjukkan tingkat kinerja dari tiap hal.
Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud kinerja pada penelitian ini adalah kinerja pembimbing klinik yaitu perilaku kerja pembimbing klinik dalam kegiatan pembelajaran praktek klinik. Indikator kinerja pembimbing klinik meliputi perilaku (a) merencanakan pembelajaran praktek, (b) melaksanakan (c) melakukan evaluasi pembelajaran praktek (d) membuat laporan pembelajaran praktek klinik yang merupakan tugas pembimbing klinik.
2. Kompetensi Pembimbing Klinik
Untuk dapat memenuhi peranan dan melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing klinik dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan membuat laporan pembelajaran praktek klinik diperlukan kemampuan atau kompetensi tertentu, sehingga akan menghasilkan pembelajaran praktek klinik yang efektif. Banyak yang mendefinisikan tentang kompetensi diantaranya yaitu:
a. Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan (Muhibbin Syah, 2004 : 229). Lebih lanjut Muhibbin Syah menyatakan kompetensi adalah keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. b. Menurut McAshan (dalam Mulyasa, 2004 : 38) kompetensi adalah
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dirinya, sehingga ia dapat melakukan tindakan dengan sebaik-baiknya.
d. Menurut National Training Board Australia(dalam Pusdiknakes, 2003 : 6), “ Kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam suatu pekerjaan atau perusahaan atau lintas industri, sesuai dengan standar kinerja yang disyaratkan”.
tugasnya, (3) sikap kerja yang dibutuhkan untuk dapat mengerjakan tugas dengan baik dan benar, dan (4) kekuatan fisik yang cukup.
Kompetensi sebagai pembimbing klinik diperoleh seseorang tidak secara kebetulan melainkan diperoleh melalui proses pendidikan yaitu pendidikan profesi keperawatan dan pendidikan profesi keguruan atau kependidikan. Pendidikan profesi keperawatan untuk mendapatkan kompetensi pembimbing klinik dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien dan merupakan materi yang akan diberikan dalam pembelajaran klinik. Pendidikan profesi keguruan/ kependidikan untuk mendapatkan kompetensi mengenai pembelajaran.
Berkaitan dengan kompetensi yang harus dimiliki pembimbing klinik, Pusdiknakes RI (2004: 8) menetapkan persyaratan - persyaratan menjadi pembimbing klinik yaitu:
a. Memiliki latar belakang pendidikan profesional yang sesuai.
b. Memiliki pengalaman bekerja memberikan pelayanan keperawatan di klinik selama tiga tahun. Menurut Alspach, Griff (1994 : 203) pengalaman bekerja sebagai perawat klinik selama 2-3 tahun memungkinkan individu tersebut menjadi kompeten dalam bidang pelayanan keperawatan.
c. Memiliki ijin praktek yang diterbitkan oleh organisasi profesi.
d. Memiliki latar belakang pendidikan kependidikan/keguruan (akta mengajar, perkerti).
Persyaratan tersebut bila dicermati kompetensi pembimbing klinik terdiri kompetensi sebagai seorang dosen/pengajar dan kompetensi sebagai seorang perawat. Kompetensi sebagai seorang dosen/pengajar meliputi kemampuan merencanakan pembelajaran praktek klinik, kemampuan melaksanakan pembelajaran praktek klinik, kemampuan menyusun alat evaluasi pembelajaran praktek klinik, kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran praktek klinik. Kompetensi sebagai perawat meliputi kemampuan melakukan pengkajian keperawatan (Nursing assessment), kemampuan menganalisis fakta atau data pasien dan menentukan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis), kemampuan menyusun perencanaan (Nursing plan), kemampuan melaksanakan tindakan keperawatan (Nursing implementation) dan kemampuan mengevaluasi keperawatan (Nursing evaluation).
3. Motivasi Pembimbing Klinik
Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan harus ada dalam setiap usaha untuk mewujudkan tujuan organisasi yang lebih efektif, efisien, produktif dan berkualitas. Hal ini karena motivasi merupakan proses psikis yang akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.
Menurut para pakar motivasi, para pejabat pada tingkat - tingkat jabatan tertentu umumnya manajer madya keatas memiliki motivasi diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan manajer dibawahnya. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin tinggi motivasi dirinya. Hal ini dikarenakan aktualisasi dirinya semakin berkembang dan semakin stabil. Sebaliknya semakin rendah jabatan seseorang akan semakin rendah pula motivasi dirinya, karena kebutuhan primernya masih dominan. Para ahli psikologi berbeda–beda dalam mendefinisikan tentang
motivasi, tetapi perbedaan–perbedaan tersebut justru saling melengkapi, berikut pendapat para ahli psikologi tentang motivasi.
Kreitner (2003 :248) menyatakan motivasi berasal dari bahasa latin yaitu
Moekijat (2001:10) mengemukakan bahwa motivasi merupakan proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak/berperilaku dengan cara tertentu. Proses motivasi mencakup tiga hal yaitu pengenalan dan penilaian kebutuhan yang belum terpuaskan, penetuan tujuan yang akan menentukan kepuasan dan penentuan tindakan yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan.
Menurut Buchari Zainun (1997:103) motivasi adalah suatu konsep yang diutarakan sebagai kebutuhan (needs) dan rangsangan (incentives) yang keduanya tidak ubahnya seperti kedua sisi mata uang logam. Selanjutnya Berelson dan Steiner (dalam Sinungan, M, 1997:104) mengatakan bahwa motivasi dapat ditimbulkan oleh kebutuhan, daya dorong, keinginan dan keamanan yang merupakan penyebab yang mendasari perilaku seseorang. Perilaku seseorang dalam proses motivasi di konsep manajemen didorong adanya kebutuhan. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan daya dorong dalam diri seseorang sehingga menimbulkan keinginan, harapan dan cita–cita. Perilaku seseorang selalu berorientasi kepada harapan atau tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan. Bilamana kebutuhan terpenuhi akan menimbulkan kepuasan.
McClelland(dalam Kreitner, Robert, 2003 : 255) mengemukakan tiga teori kebutuhan manuasia yaitu kebutuhan prestasi (need of achievment), kebutuhan afiliasi (needs of affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (needs of power). Teori tiga kebutuhan McClelland tersebut dikembangkan oleh tim AMT
(Achievment Motivation Trainning) yang menyatakan bahwa perilaku yang
Natoatmojo, Sukijo (2000: 75) menyatakan motif adalah suatu dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motif tidak dapat diamati, tetapi dapat ditanyakan alasan – alasan individu melakukan tindakan tersebut.
Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang dapat mendorong individu untuk melakukan suatu perbuatan atau perilaku tertentu untuk mencapai suatu tujuan pemenuhan kebutuhan. Motivasi tidak dapat diamati, tetapi dapat diketahui melalui alasan–alasan individu melakukan tindakan.
Motivasi sebagi proses batin/psikologi yang terjadi pada diri seseorang, sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Secara garis besar ada dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi individu yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi dapat ditimbulkan kondisi lingkungan seperti lingkungan tempat bekerja. Dalam hal ini meliputi kebijakan kebijakan, standart kerja, program kerja, sarana prasarana.
Faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap motivasi antara lain pembawaan, pendidikan, pengalaman masa lalu, keinginan, harapan masa depan. Faktor internal dapat menimbulkan berbagai karakteristik pada individu seperti kemampuan kerja, semangat kerja, rasa kebersamaan dalam kelompok, prestasi atau produktivitas kerja.
dengan motivasi pembimbing klinik adalah motivasi berprestasi pembimbing klinik yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di dalam proses pembelajaran praktek klinik meliputi kegiatan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran praktek klinik. Sebagai indikator motivasi berprestasi pembimbing klinik yaitu semangat kerja pembimbing klinik, melakukan pemeliharaan, berorientasi kualitas dan berorientasi prestasi
B. Penelitian Penelitian yang relevan
Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian mengenai pembimbing klinik sekarang ini, sesuai dengan hasil penelusuran penulis antara lain yang dilakukan oleh :
1. Widodo, 2002 dengan judul penelitian “ A survey of the roles of the clinical teachers in the clinical setting. Tempat penelitian ini di Politeknik Kesehatan Surakarta dan yang menjadi populasi penelitian atau responden penelitiannya yaitu dosen atau pembimbing yang memperoleh tugas membimbing Mahasiswa keperawatan yang sedang praktek klinik di Rmah Sakit. Hasil penelitian dilaporkan bahwa sebagian besar (75 %) pembimbing klinik mengatakan berperan menjadi manajerial, konselor, evaluator, memberikan penilaian, observer dan memberikan umpan balik terhadap pencapaian tugas Mahasiswa, dan sebagian kecil (10 %) yang berperan memberikan pelayanan kepada pasien secara penuh.
sebagian besar responden (Mahasiswa keperawatan yang sedang praktek) mengatakan praktek klinik yang efektif diperlukan pembimbing klinik yang cukup dan memiliki kompetensi untuk menjadi instruktur tindakan keperawatan, juga diperlukan jumlah kasus penyakit serta peralatan yang memadai. Sebagaian responden juga mengharapkan adanya dukungan dari rumah sakit untuk memfasilitasi kegiatan praktek klinik.
3. Harnanto, A.M, 2003 dengan judul “ The specific continuing Education Needs Perceived by Nurses at dr. Moewardi Hospital, Surakarta, Central Java, Indonesia. Hasil penelitian sebagian responden mengharapkan adanya kegiatan pelatihan tentang pembimbing klinik secara berkesinambungan, dan sebagian besar juga mengharapkan adanya program peningkatan strata pendidikan bagi para perawat yang menjadi pembimbing/instruktur agar kompetensinya mengikuti perkembangan dan dapat melaksanakan tugas sebagai pemberi pelayanan kepada pasien maupun membimbing mahasiswa yang sedang praktek.
C. Kerangka Pikir
1. Pengaruh kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerja pembimbing praktek klinik.
Kompetensi pembimbing klinik adalah kemampuan minimal pembimbing klinik yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran praktek klinik. Kompetensi pembimbing klinik meliputi kemampuan profesi keperawatan yang merupakan materi yang akan diberikan kepada peserta didik dalam kegiatan praktek klinik dan kemampuan keguruan /kependidikan yang merupakan kemampuan atau ketrampilan untuk memberikan materi atau ilmu keperawatan klinik kepada peserta praktek klinik. Terkait dengan konsep kinerja, yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja. Kinerja merupakan akumulasi tiga elemen yang saling berkaitan, yakni ketrampilan, upaya dan sifat keadaan eksternal. Kinerja pembimbing klinik merupakan sebagai perilaku kerja pembimbing klinik untuk
mencapai tujuan kegiatan praktek klinik. Hasil yang dicapai menunjukkan keefektifan perilaku kerja pembimbing klinik. Perilaku kerja pembimbing klinik dipengaruhi faktor dalam diri individu pembimbing klinik seperti ketrampilan atau komptensi keperawatan dan keguruan.
2. Pengaruh motivasi pembimbing klinik terhadap kinerja pembimbing praktek klinik.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan harus ada dalam setiap usaha untuk mewujudkan tujuan organisasi yang lebih efektif, efisien, produktif dan berkualitas. Motivasi merupakan proses psikis yang akan mendorong seseorang melakukan tindakan untuk mencapai tujuan. Para ahli berpendapat bahwa motivasi menjadi bentuk kekuatan yang dapat mendorong, mengarahkan tindakan atau perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan individu yang bersangkutan. Fungsi motivasi bagi pembimbing klinik adalah bahwa motivasi akan mendorong pembimbing klinik melakukan tindakan-tindakan tertentu dalam kegiatan praktek klinik. Tindakan pembimbing klinik dalam kegiatan praktek klinik disebut kinerja pembimbing klinik.
Uraian diatas mengindikasikan bahwa motivasi pembimbing klinik menjadi salah satu faktor yang ikut mempengaruhi kinerja pembimbing klinik. Patut diduga bahwa motivasi pembimbing klinik mempuyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pembimbing klinik artinya bila pembimbing klinik mempunyai motivasi yang tinggi, akan menjadi tinggi juga kinerja pembimbing klinik.
3. Pengaruh kompetensi dan motivasi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik.
Dalam usaha diperlukan adanya dorongan psikologis yang disebut dengan motivasi. Elemen kondisi eksternal yang ikut terlibat dalam kinerja pembimbing klinik adalah faktor kepemimpinan. Bilamana ketiga elemen tersebut dalam kondisi optimal akan menghasilkan kinerja pembimbing klinik yang optimal pula.
Uraian diatas mengambarkan bahwa vasriabel kompetensi, motivasi pembimbing klinik dan kepemimpinan tidaklah merupakan variabel yang berdiri sendiri-sendiri dalam mempengaruhui kinerja pembimbing praktek klinik. Patut diduga bahwa terdapat pengaruh positif secara bersama-sama dari kompetensi, motivasi pembimbing klinik dan kepemimpinan terhadap kinerja pembimbing praktek klinik. Artinya makin tinggi kompetensi, motivasi pembimbing klinik dan kepemimpinan yang berlangsung secara bersama-sama, maka makin tinggi pula kinerja pembimbing praktek klinik. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap kinerja pembimbing praktek klinik.
Kompetensi Pembimbing
Klinik
Motivasi Pembimbing
Klinik
Kinerja dalam membimbing praktek klinik X 1
X 2
Y
D. Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh positif dari kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerjanya dalam membimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen. 2. Terdapat pengaruh positif dari motivasi pembimbing klinik terhadap kinerjanya
dalam membimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik non exsperimen
karena tidak melakukan perlakuan subyek melainkan meneliti peristiwa yang telah
terjadi dan tidak melakukan kontrol terhadap variabel penelitian, melihat variabel
sebagaimana adanya. Pendekatan yang dipergunakan adalah cross sectional yaitu
variable bebas dan terikat diamati atau diukur dalam waktu bersamaan.
B. Tempat dan Jadual Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini di RSUD Kabupaten Sragen. Satuan pengamatan yang
akan diteliti adalah para pembimbing klinik RSUD Kabupaten Sragen.
2. Jadual Penelitian
Jadual penelitian merupakan rangkaian kegiatan penelitian meliputi tahap
persiapan, pelaksanaan dan pelaporan, seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Jadual Penelitian
No Tahap 2008 2009
Sept Okto Nop Des Jan
1 Persiapan
a. Penyusunan proposal ٧ ٧
b. Seminar proposal ٧
c. Uji coba Instrumen penelitian ٧
d. Perijinan penelitian ٧
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengambilan data peneltian ٧ ٧
b. Pengolahan data penelitian ٧
3 Pelaporan
a. Penyusunan laporan ٧ ٧
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pembimbing klinik keperawatan
RSUD Kabupaten Sragen. Besar populasi penelitian ini adalah 54 orang
pembimbing praktek klinik terdiri dari 22 orang jenis kelamin laki – laki, 32 orang
perempuan. Sampel yang dipergunakan total sampling yaitu seluruh pembimbing
klinik diambil menjadi responden penelitian dengan pertimbangan jumlah
populasi pembimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen berada dalam
satu lokasi, sehingga dapat terjangkau sebagai subyek pengamatan dan data yang
diperoleh menjadi ideal dan akan lebih akurat Dari 54 pembimbing klinik yang
dapat dijadikan responden penelitian ada 50 orang, sedangkan yang 4 orang tidak
dapat menjadi responden karena pada saat penelitian sedang cuti dan berada diluar
kota.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang menjadi titik perhatian pada penelitian ini terdiri
dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu kompetensi
pembimbing praktek klinik (X1) dan motivasi pembimbing praktek klinik (X2).
Sedangkan variabel terikat yaitu kinerja pembimbing klinik (Y).
Sumber data penelitian ini berasal dari jawaban responden (pembimbing
praktek klinik) dan dokumen kepegawaian & laporan kerja. Sumber data yang
berasal dari responden pembimbng praktek klinik meliputi kompetensi, motivasi
dan kinerja. Sedangkan data yang berasal dari dokumen kepegawaian dan laporan
kerja (bukti fisik) meliputi kompetensi dan kinerja yaitu pembimbing praktek
E. Definisi Operasional 1. Kinerja Pembimbing Klinik
a. Definisi Konseptual Kinerja Pembimbing Klinik
Kinerja Pembimbing Praktek Klinik adalah suatu perbuatan atau tindakan
yang dilakukan pembimbing praktek klinik dalam rangka melaksanakan
pembelajaran praktek klinik. Perilaku pembimbing praktek klinik berupa aktivitas
pembimbing praktek klinik sehubungan dengan hal – hal yang dikerjakan.
b. Definisi Operasional Kinerja Pembimbing Klinik
Indikator kinerja pembimbing praktek klinik meliputi empat dimensi yaitu
(1) merencanakan pembelajaran praktek klinik (2) melaksanakan pembelajaran
praktek klinik, (3) mengevaluasi pembelajaran praktek klinik, (4) menyusun
laporan pembelajaran praktek klinik.
2. Kompetensi Pembimbing Klinik
a. Definisi Konseptual Kompetensi Pembimbing Klinik
Kompetensi Pembimbing Praktek klinik adalah kemampuan pembimbing
praktek klinik yang digunakan untuk melakukan pekerjaan dalam kegiatan proses
pembelajaran praktek klinik di rumah sakit.
b. Definisi Operasional Kompetensi Pembimbing Klinik
Sebagai indikator kompetensi pembimbing klinik dalam penelitian ini
adalah (1) kemampuan profesi keperawatan dan (2) kemampuan kependidikan
3. Motivasi Pembimbing Klinik
a. Definisi Konseptual Motivasi Pembimbing Klinik
Motivasi adalah suatu keinginan internal yang mendorong seseorang
melakukan tindakan. Motivasi berprestasi pembimbing klinik adalah kekuatan
yang mendorong pembimbing praktek klinik berusaha mencapai hasil tertinggi
dalam pembelajaran praktek klinik tanpa mengharapkan imbalan atau
penghargaan.
b. Definisi Operasional Motivasi Pembimbing Klinik
Sebagai indikator motivasi berprestasi pembimbing praktek klinik adalah
(1) semangat kerja tinggi dalam melakukan pembelajaran praktek klinik (2)
melakukan pemeliharaan dalam proses pembelajaran praktek klinik (3) orientasi
kualitas pembelajaran praktek klinik (4) orientasi prestasi pembelajaran praktek
klinik.
F. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
metode angket dan dokumentasi.
1. Angket
Metode angket digunakan untuk mengungkapkan data tentang kompetensi
pembimbing klinik, motivasi pembimbing klinik, dan kinerja pembimbing praktek
klinik berdasarkan keterangan/jawaban responden.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi untuk mengungkap data pendukung variabel
(bukti fisik). Kompetensi pembimbing praktek klinik meliputi (a) dokumen strata
pendidikan profesi keperawatan/kesehatan, (b) sertifikat pelatihan pengembangan
profesi keperawatan, (c) sertifikat/ surat ijin praktek perawat, (d) akta mengajar,
(e) sertifikat pelatihan kependidikan (f) sertifikat pelatihan pembimbing klinik.
Kinerja Pembimbing klinik meliputi: (a) dokumen perencanaan
pembelajaran praktek klinik, (b) dokumen pelaksaaan pembelajaran praktek
klinik, (c) dokumen evaluasi pembelajarn klinik, (d) dokumen laporan
pembelajaran klinik.
G. Instrumen Penelitian 1. Bentuk
Bentuk intrumen penelitian ini adalah kuesioner dan ceklist. Kuesioner
digunakan untuk metode angket. Jenis kuesioner pada penelitian ini adalah
kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden hanya
memilih jawaban dengan bentuk pilihan ganda. Adapun cheklist digunakan untuk
untuk mendapatkan data pendukung dengan metode dokumentasi.
Mengenai kisinya sebagai dasar menyusun kuisioner dan instrument
penelitian disajikan pada lampiran 1 dan 2.
2. Norma Penilaian
Semua item pertanyaan (instrumen) dalam penelitian in dikembangkan
melalui skala sikap Likert dengan empat gradasi pilihan jawaban, dengan
ketentuan skoring sebagai berikut : Pilihan jawaban A skore :3, jawaban B skore :
pertanyaan negative ketentuan skoring yaitu pilihan jawaban A skore : 0, jawaban
B skore : 1, jawaban C skore : 2, jawaban D skore : 3 (Azwar, 2007 : 99)
3. Uji Coba Instrumen
Instrumen penelitian ini diujicobakan kepada 30 orang pembimbing klinik
RSUD Kabupaten Karanganyar, dengan pertimbangan karakteristik pembimbing
pratek kliniknya mendekati karakteristik populasi pembimbing praktek klinik di
RSUD Kabupaten Sragen. Setiap respoden diberikan kuisioner yang terdiri dari
kuisioner kompetensi pembimbing klinik, kuisioner motivasi pembimbing klinik,
dan kuisioner kinerja pembimbing praktek klinik.
a. Uji Validitas Instrumen
Setelah instrumen penelitian diuji cobakan kemudian dilakukan analisis
untuk mengetahui validitas item – item angket. Rumus yang digunakan adalah
rumus Korelasi Product Moment dari Pearson yaitu :
Ketentuan : Jika r x y > r tabel pada taraf signifikansi 5 % berarti item
kuisioner valid, dan jika r x y< r tabel pada taraf signifikansi 5 % item kuisioner
tersebut tidak valid.
1) Kompetensi
Hasil dari r tabel dengan N = 30 dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh batas
penolakan sebesar 0,361. Dari analisis semua item variable kompetensi pada
lampiran 3, diperoleh r hitung > r tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa item
instrumen untuk mengukur kompetensi pembimbing klinik semua valid.
2) Motivasi
Hasil dari r tabel dengan N = 30 dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh
penolakan sebesar 0,361. Dari analisis item variabel motivasi pada lampiran 3,
diperoleh r hitung > r tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 19 item
instrumen untuk mengukur motivasi semua valid.
3) Kinerja
Hasil dari r tabel dengan N = 30 dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh
penolakan sebesar 0,361. Dari analisis semua item varibel kinerja pada lampiran
3, diperoleh r hitung > r tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa item instrumen
untuk mengukur kinerja pembimbing klinik semua valid. Selengkapnya seluruh
perhitungan uji validitas lihat lampiran 3.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji Reliabilitas kuisioner digunakan tehnik Alfa Cronbah. Setiaji,B( 2004:
R I =
Rumus varian total dan varian item :
St2=
Jks = Jumlah kuadrat subyek
Setelah harga r 1 diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan indeks
korelasi : 0,800 < r 11 1,00 berarti sangat tinggi; 0,600 < r 11 0,800 berarti
tinggi ; 0,400 < r 11 0,600 berarti cukup ; 0,200 < r 11 0,400 berarti rendah ;
0,00 < r 110,200 berarti sangat rendah. Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian
tersaji dalam tabel 2 dibawah ini. Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.
Tabel 2. Hasil uji reliabilitas instrument penelitian
No. Variabel Cronbach Alpha Keterangan
1 Kompetensi (X1) 0,8367 Reliabel
2 Motivasi (X2) 0,9055 Reliabel
Dari tabel diatas menunjukkan perhitungan nilai Cronbach Alpha dari item
pertanyaan variabel kompentensi pembimbing klinik (X1), motivasi pembimbing
klinik (X2) dan kinerja pembimbing praktek mendekati angka 1.
H. Teknik Analisa Data 1. Uji Persyaratan analisis
a. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas data dengan
tujuan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak
(Setiaji, 2004: 7). Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan
Kolmogorov Smirnov dengan Lilliefors Significance Correction yang dihitung
dengan program SPSS 11. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas
yaitu jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika probabilitas
< 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.
b. Uji Autokorelasi
Tujuan uji otokorelasi untuk mengetahui autokorelasi positif maupun
autokorelasi negatif pada data. Otokorelasi merupakan masalah serius dalam
analisa, yaitu berkorelasi dengan dirinya sendiri. Pengujian otokorelasi salah
satunya dengan Durbin Watson.
Batas kritis uji Durbin–Watson dapat dilihat dalam tabel gambar berikut :
Otokorelasi + Ragu tidak ada Ragu Otokokorelasi
Ragu otokorelasi ragu
dL dU 4-dU 4-dL 1.48 1.69 2.41 2.62
Kriteria hasil uji Durbin–Watson tidak ada masalah otokorelasi jika
nilainya berada antara 1.5 sampai 2.5.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh kompetensi (X1), motivasi pembimbing
praktek(X2) terhadap kinerja pembimbing praktek klinik(Y) digunakan analisis
regresi ganda dengan dua predictor (Setiaji, B, 2004 : 72).
Model persamaan rumus regresi adalah sebagai berikut:
Kin
= a + b
1Komp + b
2Motiv. + e
Keterangan :
Kin = Kinerja Pembimbing Klinik
Kompet =Kompetensi Pembimbing klinik
Motiv = Motivasi Pembimbing Klinik
e = Error Term (kesalahan penaksiran)
a = konstanta (intersep)
b
1, b
2,= koefisien
Secara teknis untuk mempermudah dan mengurangi human error dalam
perhitungan statistik digunakan bantuan program SPSS 11.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh semua variabel
dari perbandigan F hitung dan F tabel. Adapun tingkat signifikansi yang digunakan
dalam penelitian ini sebesar 5 %
c. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial, yakni dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel (Setiaji, B, 2004 : 13). Uji signifikansi
dalam penelitian ini adalah sebesar 5 %, dengan ketentuan jika t hitung > t tabel,
berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Jika t hitung < t tabel, berarti Ho diterima Ha
ditolak.
d. Koefisien Diterminasi (R2)
Koefisien ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kekuatan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Setiaji, B, 2004: 19).
Rumus sebagai berikut:
Y= Y estimasi
Y= Y rata-rata
Nilai R2 berkisar 0 sampai 1, jika nilai koefisien R2 hitung semakin
mendekati angka 1 maka variabel independennya semakin kuat kontribusinya
terhadap variabel denpenden.
e. Menentukan Sumbangan Efektif (SE)
Rumus Sumbangan Efektif (SE) yaitu:
SE% x = SR % R2
(Y – Y) 2 R2=
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari 50 responden dengan
menggunakan kuisioner kompetensi pembimbing klinik, motivasi pembimbing
klinik dan kinerja pembimbing klinik. Deskripsi data yang disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekwensi dan grafik histogram distribusi frekwensi
masing – masing variabel. Pengelompokan gejala yang diamati dari keempat
variabel tersebut dibedakan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan
rendah. Pengelompokan didasarkan pada mean (rerata) ideal dan standar
deviasi ideal yang diperoleh. Dalam penelitian ini digunakan pendapat Sutrisno
Hadi (2001 : 26) sebagai berikut:
Tinggi : > Mi + 0,5 SDi
Sedang : Mi – 0,5 SDi hingga Mi + 0,5 SDi
Rendah : < Mi – 0,5 SDi
Keterangan:
Mi = (Nt + Nr)/2
SDi = (Nt – Nr)/6
Mi = Rerata Ideal
SDi = Simpangan baku ideal
Nt = Nilai tertinggi
Data hasil penelitian ini secara lengkap disajikan pada lampiran 4.
Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka klasifikasi penggolongan dari ke 3
(tiga) variabel penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut :
1. Kompetensi Pembimbing Klinik
Data skor kompetensi pembimbing klinik diperoleh menggunakan
kuisioner dengan jumlah 8 butir item pertanyaan dengan skor yang digunakan
adalah 0- 3, berdasarkan ketentuan tersebut, maka skor tertinggi yang mungkin
dicapai (ideal) adalah 24, dan skor terendah yang mungkin diperoleh adalah 0.
Maka Mean ideal (Mi) yang diperoleh adalah (24 +0) / 2 = 12. Standar deviasi
ideal adalah (24 – 0) / 6 = 4.
Hasil analisis deskriptif variabel kompetensi diperoleh skor tertinggi =
20, skor terendah = 8, rerata = 14,08, standar deviasi 3,17. Data tersebut
diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi.
Atas dasar rumus diatas hasil selengkapnya seperti terlihat pada tabel 3 dan
gambar 3 dibawah ini.
Tabel 3. Klasifikasi Kompetensi Pembimbing Klinik
Interval Frekuensi Persentase Kategori
> 14 20 40,00 Tinggi
10 - 14 24 48,00 Sedang
< 10 6 12,00 Rendah
∑ 50 100
Berdasarkan tabel 3, sebagian besar atau 48 % ( 24 orang) pembimbing
klinik memiliki kompetensi kategori sedang, dan sebagian kecil atau 12 % ( 6
kompetensi kategori tinggi. Bila digambarkan dalam bentuk histogram pada
gambar 3.
0 5 10 15 20 25
Rendah Sedang Tinggi
Gambar 3. Histogram Kompetensi Pembimbing Klinik
2. Motivasi Pembimbing Klinik
Data skor motivasi pembimbing klinik diperoleh menggunakan
kuisioner dengan jumlah 19 butir item pertanyaan dengan skor yang digunakan
adalah 0- 3, berdasarkan ketentuan tersebut, maka skor tertinggi yang mungkin
dicapai (ideal) adalah 57, dan skor terendah yang mungkin diperoleh adalah 0.
Maka Mean ideal (Mi) yang diperoleh (57 + 0)/2 = 28,5. Standar deviasi ideal
(57 – 0)/ 6 = 9.
Hasil analisis deskriptif variabel mootivasi diperoleh skor tertinggi =
48, skor terendah = 21, rerata= 34,28 standar deviasi = 7.02. Data
diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi.
Atas dasar rumus diatas hasil selengkapnya seperti terlihat pada tabel 4 dan
gambar 4.
Tabel. 4. Klasifikasi Motivasi Pembimbing Klinik
Interval Frekuensi Persentase Kategori
> 33 27 54,00 Tinggi
24 – 33 19 38,00 Sedang
< 24 4 8,00 Rendah
Berdasarkan tabel 4, sebagian besar atau 54 % (27 orang) pembimbing
klinik memiliki motivasi kategori tinggi, dan sebagian kecil atau 8,00 % ( 4
orang) yang memiliki motivasi kategori rendah. Dan sisanya 38 % atau 19
orang memiliki motivasi kategori sedang. Bila digambarkan dalam bentuk
histogram seperti pada gambar 4.
0 5 10 15 20 25 30
Rendah Sedang Tinggi
Gambar 4. Histogram Motivasi Pembimbing Klinik
3. Kinerja Pembimbing Praktek Klinik
Data skor kinerja pembimbing klinik diperoleh menggunakan kuisioner
dengan jumlah 13 butir item pertanyaan dengan skor yang digunakan adalah
0-3, berdasarkan ketentuan tersebut, maka skor tertinggi yang mungkin dicapai
(ideal) adalah 39, dan skor terendah yang mungkin diperoleh adalah 0. Maka
Mean ideal (Mi) yang diperoleh (39 + 0) / 2 = 19,5. Standar deviasi ideal (39 –
0) / 6 = 6,5.
Hasil analisis deskriptif variabel kinerja diperoleh skor tertinggi = 36,
skor terendah = 12, rerata = 23,24, standar deviasi = 5.63. Data tersebut
diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi.
Tabel 5. Klasifikasi Kinerja Pembimbing Klinik
Interval Frekuensi Persentase Kategori
> 22 28 56,00 Tinggi
15 - 22 18 36,00 Sedang
< 15 4 8,00 Rendah
∑ 34 100
Berdasarkan tabel 5, sebagian besar atau 56 % (28 orang) pembimbing
klinik memiliki kinerja kategori tinggi, dan sebagian kecil atau 8,00 % ( 4
orang) yang memiliki kinerja kategori rendah. Dan sisanya 36 % atau 18 orang
memiliki kinerja kategori sedang. Bila digambarkan dalam bentuk histogram
seperti pada gambar 5. Hasil analisa deskriptif variable kompetensi, motivasi
dan kinerja pembimbing klinik lihat lampiran 5.
0 5 10 15 20 25 30
Rendah Sedang Tinggi
Gambar 5. Histogram Kinerja Pembimbing Klinik
B. Analisis Data 1. Uji Prasyarat
Sebelum melakukan uji statistik terhadap variabel penelitian, terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat untuk mengetahui ketepatan model yang
ditetapkan. Uji prasyarat dalam penelitian ini meliputi : uji normalitas
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov yang dihitung dengan program SPSS 11. Pengambilan keputusan
berdasarkan nilai probabilitas yaitu jika probabilitas > 0,05 maka data
berdistribusi normal dan jika probabilitas < 0,05 maka data berdistribusi tidak
normal. Hasil perhitungan uji statistik normalitas Kolmogorov - Smirnovdata
variabel dependen penelitian (kinerja pembimbing klinik) ada pada lampiran 6,
diperoleh harga koefisien probabilitas (Sig) = 0,953 atau p > 0,05, maka data
variabel dependen (kinerja pembimbing klinik) berdistribusi normal dan
memenuhi syarat pemakaian uji statistik parametrik. Uji normalitas data
Kolmogorov - Smirnovdisajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas
Tujuan uji otokorelasi untuk mengetahui autokorelasi positif maupun
analisa, yaitu e (residual) berkorelasi dengan dirinya sendiri. Pengujian
otokorelasi dalam penelitian ini dengan Durbin Watson.
Batas kritis uji Durbin–Watson dapat dilihat dalam tabel gambar
berikut :
Otokorelasi + Ragu tidak ada Ragu Otokokorelasi
-Ragu otokorelasi -Ragu
dL dU 4-dU 4-dL 1.48 1.69 2.41 2.62
Gambar 7. Batas Kritis Uji Durbin - Watson
Tidak adanya masalah otokorelasi jika nilai Durbin-Watson berada
antara 1.5 sampai 2.5. Hasil uji otokorelasi (Durbin Watson) penelitian ini pada
lampiran 6, dan menunjukkan nilai D-W 1.663 yang artinya bahwa model yang
digunakan tidak mengalami masalah otokorelasi (positif maupun negatif).
Hasil uji otokorelasi penelitian (Durbin Watson)ini disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Durbin - Watson
Model Summaryb
.904a .818 .810 2.46 1.663
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-W atson
Predictors: (Constant), MOTIV, KOMPT a.
2. Uji Hipotesis a. Analisis Regresi
Penelitian ini mengukur pengaruh kedua variabel bebas (independen)
kompetensi (X1), motivasi pembimbing klinik (X2) terhadap kinerja
pembimbing praktek klinik keperawatan (Y). Untuk mempermudah penelitian,
varibel penelitian diubah dengan menggunakan notasi matematika seperti
dibawah ini.
Kin = a + b1Komp + b2Motiv. + e
Keterangan :
Kin = Kinerja Pembimbing Praktek Klinik
Kompet =Kompetensi Pembimbing Praktek Klinik
Motiv = Motivasi Pembimbing Praktek Klinik
e = Error term (kesalahan penaksiran)
a = konstanta (intersep)
b1, b2 = koefisien
Pengolahan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan komputer
program SPSS11. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kesalahan perhitungan
(Human Error). Hasil analisis regresi pada lampiran 6, disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisa Regresi
Prediktor Koefisien Uji t-Statistik Signifikansi
Konstanta -2.258 (-1.222) .228
Kompetensi 1.164 (8,024) .000
Motivasi 0.266 (4.060) .000
R2 = 0.818
F-Statistik = 105.276
Durbin Watson Test = 1.663
Hasil perhitungan regresi pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa ada
pengaruh dari variabel kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerja
pembimbing praktek klinik yaitu sebesar 1,164. Tanda parameter positif pada
angka 1,164 dapat dimaknakan bahwa ada pengaruh positif variabel
kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerja pembimbing praktek klinik.
Variabel motivasi pembimbing klinik memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja pembimbing klinik sebesar 0,266.
b. Uji t –Statistik
Tujuan pengujian ini untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel
bebas (kompetensi dan motivasi pembimbing klinik) terhadap variabel terikat
(kinerja pembimbing praktek klinik) secara individual atau sendiri - sendiri.
Hasil t-hitung variabel kompetensi pembimbing klinik sebesar 8,024. Nilai t– tabel dengan derajat kepercayaan 95 % = 1,684 dan dengan kepercayaan 99 %
= 2,423. Maka t-hitung 8,024 > 2,423 sehingga dapat diartikan bahwa ada
pengaruh positif dan signifikan kompetensi pembimbing klinik terhadap
kinerja pembimbing praktek klinik.
Nilai t - hitung variabel motivasi pembimbing klinik sebesar 4,060 > 2,423 (t-tabel dengan derajat kepercayaan 99 %), sehingga dapat dimaknakan bahwa ada pengaruh positif variabel motivasi pembimbing praktek klinik
c. Uji R2(Koefisien Determinasi)
Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa
besar variasi dari variabel bebas (independen) dapat menjelaskan variabel
terikat (dependen). Nilai koefisien determinasi ini, berkisar anatar 0 sampai 1,
semakin mendekati angka satu dapat dikatakan bahwa model yang digunakan
semakin baik.
Hasil regresi total (variabel kompetensi dan motivasi) menunjukkan
nilai R2 sebesar 0.818 artinya sebesar 81,8 % variabel kompetensi, motivasi
pembimbing praktek klinik menerangkan kinerja pembimbing praktek klinik.
Sisanya sebesar 18,2 % diterangkan oleh variabel lain di luar model yang
digunakan.
Untuk mengetahui seberapa besar variasi tiap - tiap variabel independen
dalam menerangkan kinerja pembimbing praktek klinik, perlu dilakukan
penghitungan R2 masing–masing variabel independen (kompetensi dan
motivasi,) terhadap kinerja pembimbing klinik (Pramesti, G, 2002).
Dari perhitungan statistik diperoleh R2 total dari prediktor
kompetensi(X1), motivasi (X2) = 81,8 %. R2dari prediktor variabel kompetensi
(X1) = 75,3 % dan R2dari prediktor variabel motivasi ( X2) = 81,8 % - 75,3 %
= 6,50 %.
d. Uji F-Statistik
Tujuan pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel kompetensi,
dan motivasi pembimbing klinik (independen) secara bersama – sama mampu
Apabila F-hitung > F-tabel berarti secara bersama – sama variabel kompetensi
dan motivasi pembimbing praktek klinik (independen) mampu berpengaruh
terhadap kinerja pembimbing praktek klinik (dependen).
Perhitungan F-tabel yaitu membandingkan nilai numerator dengan
denumerator. Nilai numerator yaitu k - 1 (parameter dikurangi 1 = 2),
sedangkan nilai denumerator adalah n – k(sample dikurangi parameter = 50 –
3 = 47). Dapat disimpulkan nilai F- tabel adalah numerator = 2 dan
denumerator 47, dengan derajat keyakinan 5 % maka nilai F - tabel adalah
3,20.
Pengujian secara simultan dilakukan dengan uji F-statistik. Pengujian
ini menunjukkan angka sebesar 105.276 lebih besar dari batas kritis (F tabel)
yang mensyaratkan batas kritis F-tabel sebesar 3,20. Jika dibandingkan maka
Fhitung > Ftabel (105.276 > 3,20). Dengan demikian secara simultan variabel
kompetensi dan motivasi pembimbing praktek klinik (independen) dapat
menerangkan kinerja pembimbing praktek klinik (variabel dependen) di RSUD
Kabupaten Sragen.
D. Pembahasan
1. Pengaruh kompetensi terhadap kinerja pembimbing klinik.
Kompetensi pembimbing klinik adalah persyaratan kemampuan
minimal dan kewenangan yang harus dimiliki pembimbing klinik untuk dapat
melaksanakan tugas / pekerjaan sesuai standar pembelajaran praktek klinik.
kontribusi terhadap kinerja seorang pembimbing klinik dalam kegiatan
pembelajaran praktek klinik.
Berdasarkan hasil uji statistik variabel kompetensi pembimbing klinik
terhadap kinerja pembimbing praktek klinik diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 1,164, artinya setiap kenaikan 1 % kompetensi pembimbing klinik akan
diikuti dengan kenaikan kinerja pembimbing praktek klinik sebesar 1,164 %
karena parameter pada nilai koefisien tersebut positif. Pada uji t diperoleh nilai
thitung 8,024 > 2,423 ttabel dengan tingkat kepercayaan 99% atau α = 1 %. Sehingga dapat menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan
kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerja pembimbing praktek klinik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan McAshan (dalam Mulyasa 2004:38)
yang menyatakan bahwa kompetensi yang berupa pengetahuan, ketrampilan
dan kemampuan tertentu yang dikuasai oleh seseorang akan menyebabkan
orang tersebut dapat melakukan tindakan dengan sebaik-baiknya. Sesuai pula
dengan Mustakim (dalam Pusdiknakes, 2004) yang menyatakan kompetensi
merupakan persyaratan minimal untuk dapat bekerja pada profesi tertentu
dengan hasil kerja standart. Kinerja pembimbing klinik akan meningkat
bilamana kompetensi pembimbing klinik meningkat, hal ini membuktikan
bahwa adanya hubungan yang linier antara kompetensi dengan kinerja.
Hasil penelitian ini juga ada relevansinya dengan standart kompetensi
pembimbing klinik yang ditetapkan oleh Pusdinakes RI , bahwa agar proses
pembelajaran praktek berkualitas ditetapkan persyaratan menjadi pembimbing