• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka Model Penilaian Peer Assessment

3. Motivasi Diri a. Pengertian Motivasi

Manusia adalah makhluk yang aktif, yang snantiasa berusaha untuk mencapai tujuannya. Didalam usaha tersebut manusia di dorong oleh daya penggerak yang disebut dengan motif. Sehingga dapat dikatakan bahwa motif adalah daya penggerak dari dalam diri dan dari dalam subyek untuk melakukan aktifitas ± aktifitas tertentu demi mencapai tujuan ( Sardiman, 2001 : 71 ). Berawal dari kata motif, maka kata motivasi dapat diartikan sebagai daya yang telah aktif.

0HQXUXW,/3DVDULEXGDQ%6LPDQMXQWDN³0RWLYDVLDGDODK tenaga dari dalam diri manusia yang mendorong bertindak, suatu proses yang EHUODQJVXQJGDODPGLULVHVHRUDQJ´/HELKODQMXW,/3DVDULEXGDQ%6LPDQMXQWDN PHQJHPXNDNDQ ³0RWLYDVL LWX PHUXSDNDQ VXDWX WHQDJD GRURQJDQ alasan kemauan) dari dalam yang menyebabkan kita berbuat/bertindak yang mana WLQGDNDQLWXGLDUDKNDQNHSDGDWXMXDQWHUWHQWX \DQJKHQGDNGLFDSDL´6HGDQJNDQ PHQXUXW0F'RQDOG \DQJGLNXWLS6DUGLPDQ$0 ³0RWLYDVLDGDODK

commit to user

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya µIHHOLQJ¶ GDQGLGDKXOXLGHQJDQWDQJJDSDQWHUKDGDSDGDQ\DWXMXDQ´

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah di sebutkan diatas, dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu guna mencapai suatu tujuan dengan didorong oleh suatu kekuatan yang disebut motif.

b. Macam-macam Motivasi

Ditinjau dari alasan timbulnya motivasi yang ada pada siswa dalam proses belajar mengajar, motivasi dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu: 1) Motivasi Intrinsik

Yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Atau dapat dikatakan sebagai motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa yang belajar karena ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, bukan karena tujuan lainnya. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan dan ahli dalam bidang studi tertentu. 2) Motivasi Ekstrinsik

Yaitu motif-motif yang aktif dan timbul karena adanya dorongan dari luar. Merupakan motivasi yang berasal dari lingkungan. Misalnya, seorang siswa yang belajar karena tahu besok akan ada ulangan dengan harapan mendapatkan nilai baik.

Motivasi intrinsik pada umumnya muncul dari kesadaran sendiri dengan tujuan esensial, bukan sekedar symbol dan pengaruh motivasi ini lebih kuat dalam mendorong seseorang untuk belajar daripada motivasi ekstrinsik (yang berasal dari luar). Namun demikian, karena berasal dari luar individu bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak penting. Motivasi ekstrinsik tetap penting dan juga harus ditumbuhkan karena tidak semua siswa memilliki kesadaran sendiri untuk belajar.

commit to user

Arden N. Frandsen dalam Sardiman A.M. (2001: 44) menyatakan ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar, yakni:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. 2) Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan

untuk selalu maju.

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-temannya.Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi.

4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran

5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

c. Karakteristik Motivasi

Tinggi rendahnya motivasi yang ada pada diri seseorang dapat diketahui dari perilakunya. Menurut sardiman AM. (2001: 81) seseorang dikatakan memiliki motivasi apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-PDFDP PDVDODK³XQWXNRUDQJ GHZDVD´ (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak criminal, amoral, dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, maka dapat dikatakan seseorang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Oleh karena itu, guru harus berupaya memupuk motivasi belajar siswa, salah satunya dengan menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Diantaranya dapat diciptakan

commit to user

melalui penerapan metode pembelajaran yang inovatif, penilaian yang efektif, dan sebagainya.

d. Hubungan Motivasi Diri dengan Peer Assessment

Disadari atau tidak setiap kegiatan manusia pasti didasari adanya motivasi, terutama dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memberikan suatu saran atau tindakan yang membangkitkan motivasi belajar siswa. Motivasi dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara.

Siswa akan dapat menerima pelajaran dengan mudah apabila siswa senang dan tertarik dengan mata pelajaran yang diajarkan. Namun, jika suasana pembelajaran yang ada berlangsung monoton dan tidak kondusif akan sangat mempengaruhi dorongan siswa mengikuti pembelajaran. Motivasi merupakan faktor intrinsik diri penting yang turut menentukan keberhasilan pencapaian prestasi belajar yang optimal. Selama ini faktor tersebut sering diabaikan oleh guru. Melalui penerapan Peer Assessment dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Penilaian Teman mengajak siswa turut terlibat dalam merancang kriteria penilaian, menerapkan kriteria tersebut, kemudian penilaian teman dilakukan oleh siswa terhadap teman belajarnya. Siswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan teman belajarnya pada pokok bahasan yang dipelajarinya, sehingga timbul dorongan untuk memperbaiki kekurangan dirinya dan meningkatkan kemampuannya. Hal ini diperkuat dengan pendapat para ahli, Brown, Zariski (1996), Race (1998), karat dan Gibbs (1994) yang mengatakan bahwa salah satu keuntungan dari penilaian teman adalah memberikan rasa kepemilikan siswa terhadap proses belajar sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak sebenarnya dilatarbelakangi oleh sesuatu yang dinamakan motivasi. Begitu pula kegiatan belajar dan usaha mencapai tujuan pembelajaran sangat diperlukan adanya motivasi diri peserta

commit to user

didik. Capain tujuan belajar akan optimal jika terdapat motivasi belajar pada diri siswa. Dengan usaha yang tekun dan motivasi belajar yang kuat, maka siswa tersebut akan mencapai prestasi belajar yang baik. Melalui penerapan Peer

Assessment diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

4. Kemandirian Belajar e. Pengertian Kemandirian

Terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh para ahli untuk mendefinisikan kemandirian, sepeUWL ´DXWRQRP\ LQGHQSHQGHQF\ VHOI UHOLDQFH´ yaitu mengatasi sesuatu, bertidak secara aktif terhadap lingkungan dan merencanakan serta mewujudkan harapan-KDUDSDQQ\D´ /LQG]H\ *DUGQHU GDQ Hall Calvin, Theories Of Personality).

Menurut Herman Holstein, kemandirian merupakan suatu keadaan yang menandakan suatu kebebasan dari ketergantungan bagi keputusan, penilaian, pendapat dan pertanggung-jawaban. Kemandirian menunjukkan dirinya dalam cara pengambilan sikap dan bukan abstraksi. Menurut Mungin Eddy Wibowo ( ³.HPDQGLULDQ GLDUWLNDQ VHEDJDL WLQJNDW SHUNHPEDQJDQ VHVHRUDQJ dimana ia mampu berdiri sendiri dan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri dalam melakukan berbagai kegiatan dan menyelesaikan berbagai masalah yang GLKDGDSL´

Menurut Smart M.S dan SmDUW5&³,QGHSHQGHQF\LVPDUNHGZLWKVHOI confidence, have own goal and self control, explorative, being able and statisty of KLVMRE´DUWLQ\DNHPDQGLULDQGLWDQGDLROHKDGDQ\DNHSHUFD\DDQGLULPHPSXQ\DL tujuan, dan kontrol diri, ekploratif, mampu dan puas atas pekerjaannya).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah sikap tanggung jawab seseorang terhadap dirinya untuk mengorganisir dirinya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Seseorang yang memiliki kemandirian tahu bagaimana harus bersikap dalam menyelesaikan permasalahannya tanpa tergantung pada orang lain, dia mampu

commit to user

mengorganisir dirinya dalam bersikap. Akan tetapi, bukan berarti orang yang mandiri itu tidak membutuhkan bantuan orang lain, mengingat manusia adalah makhluk sosial.

Kemandirian identik dengan belajar mandiri, belajar mandiri adalah cara yang sebagian strategi belajarnya dilakukan oleh siswa sendiri, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Jika dihubungkan dengan belajar, kemandirian merupakan salah satu faktor internal yang memberikan kontribusi dalam pencapaian prestasi. Pendapat ini diperkuat oleh The Liang Gie bahwa ³.HPDQGLULDQVLVZDGDODPEHODMDUDGDODKVLWXDVL\DQJPHPXQJNLQNDQVHVHRUDQJ siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman serta keterampilan atas prakarsa atau inisiatif dan kemampuan sendiri" (The Liang Gie, Kemajuan Studi).

+DULV 0XGMLPDQ PHQ\DWDNDQ EDKZD ³%HODMDU PDQGLUL DGDODK kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal SHQJHWDKXDQ GDQ NRPSHWHQVL \DQJ WHODK GLPLOLNL´ 6HGDQJNDQ PHQXUXW 7LUWDUDKDUMD /D 6XOR EDKZD ³.HPDQGLULDQ GDODP EHODMDU GLDUWLNDQ sebagai aktivitas belajar yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, SLOLKDQ VHQGLUL GDQ WDQJJXQJ MDZDE VHQGLUL GDDUL SHODMDU´ 'DUL EHEHUDSD pengertian kemandirian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kegiatan belajar aktif yang berlangsungnya lebih karena dorongan internal dan tanggung jawab sendiri dari pelajar untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah.

Pembelajar mandiri bukanlah berarti anak hanya belajar sendiri tanpa membutuhkan guru atau orang lain. Tetapi, pembelajar mandiri selalu memiliki dorongan internal untuk belajar dan bertanggung jawab atas proses belajar yang dijalaninya. Kemandirian belajar adalah termasuk bentuk kreativitas yang dimiliki seseorang bersifat individualistis atau dengan kata lain orang-orang kreatif cenderung memiliki rasa individualistis yang kuat. Mereka memiliki kemampuan membuat keputusan sendiri. Percaya pada daya pikir sendiri dan mempunyai

commit to user

pendapat sendiri (independent judgement). Oleh karena itu, pada umumnya orang-orang yang memiliki kemandirian yang kuat, mampu berdiri tenang di tengah kekacauan pendapat, tidak mudah terpengaruh isu dan berita yang belum jelas.

f. Ciri-ciri Kemandirian

Sifat kemandirian memiliki ciri-ciri yang nampak pada diri setiap individu yang mempunyai sikap kemandirian. Menurut Sumini dalam Tokol Sumadijono (2003:49), perilaku mandiri memiliki beberapa ciri tertentu diantaranya:

1) Menyadari bahwa dirinya adalah individu yang unik yang berbeda dari yang lain.

2) Pengorbanan tujuan-tujuan material dan sifat kepribadian akan mendorong seseorang mencapai tujuan.

3) Intergrasi diri.

4) Ungkapan yang merupakan ungkapan dari individu.

Belajar mandiri adalah khas belajarnya orang dewasa, meskipun hasil yang optimal akan tercapai kalau sikap belajarnya meniru sikap belajar yang dilakukan dengan suasana gembira dan santai. Laird dalam Haris Mudjiman (2006:14) mengemukakan ciri-ciri belajarnya orang dewasa sebagai berikut:

1) Kegiatan belajar bersifat self directing± mengarahkan diri sendiri, tidak independen.

2) Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran dijawab sendiri atas dasar pengalaman, bukan mengharapkan jawaban dari guru atau orang lain.

3) Tidak mau didekte guru, karena mereka tidak mengharapkan secara terus menerus diberitahu what to do

4) Orang dewasa mengharapkan immediate application dari apa yang dipelajari dan tidak dapat menerima delayed application.

5) Lebih senang problem-centered learning dari pada content-centered learning.

6) Lebih senang dengan partisipasi aktif daripada pasif mendengarkan ceramah guru.

7) Selalu memanfaatkan pengalaman yang dimiliki (konstruktivistik), NDUHQD VHEDJDL RUDQJ GHZDVD PHUHND WLGDN GDWDQJ GHQJDQ µNHSDOD NRVRQJ¶

commit to user

8) Lebih menyukai collaborative learning, karena belajar dan tukar pengalaman dengan sama-sama orang dewasa menyenangkan dan bisa

sharing responsibility.

9) Perencanaan dan evaluasi belajar lebih baik dilakukan dalam batas tertentu bersama antara siswa dan gurunya.

10)Activities are experiential, not transmitted and absorbed ± belajar harus

dengan berbuat, tidak cukup hanya mendengarkan da menyerap.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku mandiri memiliki ciri adanya tanggung jawab, keputusan yang diambil atas dorongan sendiri (inisiatif), kebebasan kreativitas, self management, integritas dan identitas yang jelas yang semuanya akan menghasilkan ide-ide baru, sehingga bermanfaat bagi diri sendiri, maupun orang lain. Belajar bukanlah kewajiban, tetapi bagi pembelajar mandiri adalah sebuah kebutuhan dan hal yang menyenangkan sekaligus menantang.

g. Hubungan Kemandirian dengan Peer Assessment

Metode Penilaian Teman memainkan peran penting dalam pembelajaran mandiri. Konsep pembelajaran mandiri adalah pusat dari cara siswa menjadi pelajar independen (wenden, 2001). Pembelajar mandiri "memantau kinerja mereka sendiri dan mengevaluasi kemajuan dan prestasi 20DOOH\ 9DOGH] .HWLND VLVZD PHQJDWXU GLUL VHQGLUL ³6LVZD memiliki kendali atas pembelajaran mereka, mereka dapat memutuskan bagaimana menggunakan sumber daya yang tersedia bagi mereka di dalam atau di luar kelas " (O'Malley & Valdez, 1996). Pengaruh Penialaian Teman dengan kemandirian diataranya ditunjukkan pada adanya aktivitas siswa menilai pekerjaan temannya berkaitan dengan status, proses dan pencapaian kompetensi yang dipelajari dengan menggunakan kumpulan catatan hasil belajar siswa belajar melalui pengalaman. Jika hal ini dibiasakan pada pembelajaran, maka siswa akan terlatih bersikap mandiri dalam setiap aktivitas yang mendukung proses belajarnya. Dengan penerapan Peer Assessment dan berbekal motivasi yang tinggi, maka siswa akan terdorong untuk lebih mandiri dalam belajar.

commit to user

Seorang pembelajar mandiri mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya, serta merasa bertanggungjawab terhadap pendidikanya dan kebutuhan untuk belajar. Dia tahu, dengan metode atau strategi belajar seperti apa yang paling efektif untuk dirinya. Dia pun bisa mengatur jadwal yang paling sesuai untuk dirinya. Termasuk di dalam pengelolaan diri adalah kemampuan melakukan evaluasi atas proses yang dilakukannya dan menyelesaikan proses belajar yang dijalaninya hingga tuntas.

Melalui Peer Assessment dan didukung dengan motivasi belajar yang cukup kuat dan kemandirian belajar siswa dapat meningkatkan kualitas kinerja siswa, sehingga mendorong peningkatan prestasi belajar yang optimal.

Dokumen terkait