• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Kerangka Konseptual

2.2.3. Motivasi Penggunaan Media

bertemu atau bertatap muka. Saat ini, banyak orang menggunakan HP untuk kebutuhan berkomunikasi. Tidak hanya HP, penyebaran surat dan penggunaan pengeras suara untuk menyampaikan informasi dapat dikategorikan sebagai ancaman terhadap kulkul. Benda-benda tersebut bersifat langsung dalam memberikan suatu informasi kepada khalayak.

2.2.3. Motivasi Penggunaan Media

Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan di banjar adat, pengurus banjar memerlukan media penyebaran informasi yang menjangkau seluruh warga banjarnya. Selain menggunakan kulkul, kehadiran handphone menjadi sebuah sarana akses informasi dan komunikasi serta menjadi pilihan media untuk berkomunikasi. Pilihan menggunakan handphone memiliki tujuan agar dapat mengurangi tidak sampainya suatu informasi dari suara kulkul, khususnya warga banjar tinggal jauh dari pemukiman banjar adat. I Wayan Swarsa (43 tahun) selaku Bendesa Adat Kuta (wawancara, Kuta, 12 Februari 2015) mengatakan, banyak warga banjar adat di Kuta yang tidak tinggal di pemukiman banjar adatnya, ada yang tinggal di kawasan pemukiman banjar adat lain dan ada juga yang tinggal di Denpasar. Berdasarkan hal tersebut, solusi agar seluruh warga di masing-masing banjar adat mendapatkan suatu informasi yaitu memberitahukan informasi melalui handphone. Sama halnya dengan Swarsa, Yasa Putra selaku ketua pemuda di Banjar Wangsian Desa Pakraman Sukahet (wawancara, Sukahet, 26 Maret 2015) memilih menggunakan handphone untuk memberitahukan informasi akan diadakan rapat, ada warga yang meninggal,

22

menikah, dan lain-lain kepada anggota sekaa teruna-teruninya (organisasi pemuda dan pemudi) yang merantau dan tinggal di Denpasar.

Melihat fenomena di atas, teori Uses and Gratification dapat dijadikan sebagai landasan dalam kaitannya dengan fenomena tersebut. Dalam model teori ini, khalayak dianggap secara aktif menggunaakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Pendekatan Uses and Gratification berfokus pada penggunaan Khalayak dipandang aktif dan berorientasi pada tujuan penggunaan. Khalayak memiliki tanggung jawab penuh akan pilihan media yang memenuhi kebutuhannya dan mengetahui dengan baik apa yang dibutuhkan serta bagaimana mendapatkannya. Dengan kata lain, terlepas dari pilihan yang disediakan oleh media, individu memilih sendiri caranya untuk memuaskan kebutuhannya (Littlejohn, 2012:323). Pendekatan ini juga diterapkan untuk mempelajari daya tarik media elektronik yang baru dan bahkan untuk penggunaan telepon (McQuail,terj.,iva izzati, 2011:174). Kedekatan relatif dengan media yang berbeda dihubungkan dengan pengharapan yang berbeda pula dan juga kepuasan yang dicari. Pendekatan Uses and Gratification tersebut asal mulanya berawal dari pencarian tentang penjelasan mengenai daya tarik yang besar dari konten media pokok tertentu. Pertanyaan inti yang diajukan adalah mengapa orang-orang menggunakan media, dan untuk apa mereka menggunakan media?

Menurut Wright (dalam McQuail, terj.,iva izzati, 2011:174), sosiologi fungsionalis memandang media sebagai pelayan atas kebutuhan masyarakat yang beragam, misalnya untuk kohesi, keberlangsungan budaya, kontrol sosial, dan peredaran yang luas dari segala jenis informasi publik. Hal tersebut berkaitan

23

dengan penggunaan handphone dalam penyebaran informasi tambahan di Banjar Adat Pande Mas, disamping penyebaran informasi dengan menggunakan kulkul. Semakin padatnya kawasan desa adat Kuta dengan bangunan-bangunan besar dan tinggi, menyebabkan jangkauan dari suara kulkul kadang tidak terdengar jelas oleh beberapa masyarakat. Penyebaran informasi melalui short message service (SMS) menjadi solusi disamping menggunakan kulkul, guna memberitahukan masyarakat untuk berkumpul di banjar berkenaan dengan kegiatan banjar yang akan dilaksanakan. Hal tersebut dilakukan sebelum kulkul dibunyikan, khususnya kepada warga banjar yang bertempat tinggal jauh dari banjar aslinya (Swarsa, wawancara, Kuta, 12 Februari 2015)

Sama halnya dengan yang dilakukan oleh kelompok pemuda Banjar Wangsian Desa Pakraman Sukahet, mereka kerap kali menginformasikan tentang kegiatan rapat di banjar, informasi ada warga yang menikah ataupun meninggal melalui group chatting yang ada di Blackberry messanger (BBM). Biasanya mereka saling bertukar informasi dan berdiskusi di BBM tiga hari atau seminggu sebelum rapat berlangsung di banjar. Kegiatan tersebut dilakukan untuk saling mengingatkan dan memberitahu jika salah satu di antara mereka berhalangan untuk hadir. Pada saat hari berlangsungnya rapat atau kegiatan lain, kulkul akan dibunyikan dan merupakan suatu penanda yang bersifat resmidan mengingatkan bahwa adanya suatu kegiatan.

Philip Palmgreen dari Kentucky University menggunakan dasar bahwa orang menggunakan media didorong oleh motif-motif tertentu, tetapi konsep yang diteliti oleh model Palmgreen tersebut tidak berhenti di situ. Konsep tersebut

24

berlanjut dengan menanyakan apakah motif-motif khalayak itu sudah dapat dipenuhi oleh media. Dengan kata lain, apakah khalayak puas setelah menggunakan media (Kriyantono, 2006:210). Pemilihan handphone sebagai media tambahan penyebaran informasi disamping menggunakan kulkul, merupakan bentuk kebutuhan, kepuasan, dan pengharapan agar pesan benar-benar sampai kepada yang dituju. Pilihan media tersebut juga merupakan langkah peredaran yang luas dari segala jenis informasi publik. Walaupun saat ini penyebaran informasi dalam kegiatan sosial banyak menggunakan SMS, kulkul akan selalu tetap dibunyikan sebagai bentuk dari keberlangsungan budaya dan kontrol sosial dalam masyarakat, serta disanalah masyarakat merasa puas bahwa mereka sudah melakukan pelestarian budaya. Mereka puas saat melakukan kewajiban menggunakan kulkul dalam proses pemberitahuan informasi terjadinya suatu kegiatan sosial dan kemanusiaan, serta kulkul menjadi pilihan media pemberitahuaan saat musibah (kebakaran, bencana alam) tiba-tiba terjadi.

25

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Desa pakraman di Bali memiliki otoritas

dan legitimasi yang kuat dalam masyarakat.

Keberadaan kulkul dalam desa pakraman menjadikan kulkul juga memiliki legitimasi dan dipatuhi oleh warganya.

Kulkul mendapatkan terpaan globalisasi

Globalisasi : Perkembangan teknologi komunikasi

dan informasi

Globalisasi : Perkembangan wilayah sebagai kota wisata, dominasi ruang komersial yang

semakin berkembang, perkembangan arus modal dan

investasi yang sangat kuat.

Desa Pakraman Sukahet

Desa Adat Kuta

Keberadaan kulkul dalam desa Pakraman yang memiliki legitimasi menyebabkan kulkul tetap eksis dipergunakan, meskipun

teknologi informasi dan komunikasi menggeser penggunaan kulkul. Kulkul sebagai media komunikasi tradisional dalam desa pakraman di Bali.

Dokumen terkait