• Tidak ada hasil yang ditemukan

INOVASI BENIH JAGUNG HIBRIDA

Motivasi merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam diri seseorang maupun lingkungan sekitarnya yang dapat menggerakkan individu tersebut mencapai tujuannya. Motivasi petani dalam menerapkan inovasi benih jagung hibrida merupakan dorongan yang dapat menggerakkan petani untuk mau menerapkan sebuah inovasi baru bagi masyarakat setempat, yakni inovasi benih jagung hibrida dalam upaya peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Dorongan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk kondisi budaya tempat tinggalnya. Rata-rata pada kedua kategori petani memiliki tingkat motivasi yang tinggi, masing-masing bernilai 62.76 persen (early majority) dan 66.03 (late majority) . Secara rinci disajikan pada Tabel 22. Sumber dorongan terbesar petani untuk menerapkan benih jagung hibrida berasal dari dirinya sendiri, baik bagi katagori early majority dan late majority.

Tabel 22 Sebaran responden petani jagung hibrida berdasarkan tingkat motivasi dalam menerapkan inovasi benih hibrida

Motivasi Rata-rata (%)

Early majority Late majority

Tingkat motivasi petani 62.76 66.03

Sumber motivasi Internal 100.00 100.00 Eksternal 34.48 53.84 Motivasi berinovasi Motif 72.41 84.61 Harapan 34.48 46.15 Insentif 100.00 100.00

Sumber dorongan tertinggi petani ada pada dirinya sendiri. Petani cenderung ingin mencoba benih baru yang dianggap akan memberikan hasil yang melimpah sesuai dengan keinginannya sendiri. Petani telah memahami bahwa pentingnya menerapkan inovasi benih jagung hibrida untuk meningkatkan produksinya, serta memperbaiki usahataninya. Selain berasal dari dirinya sendiri, sumber dorongan juga berasal dari tetangga, teman, keluarga, dan pihak penyuluh

49 walaupun persentasenya masih tergolong rendah (early majority) dan sedang (late majority).

Kekuatan motivasi dapat digambarkan dari fungsi motif, harapan, dan insentif (Atkinson 1964). Motif merupakan kekuatan yang dapat menggerakkan seseorang untuk bertindak. Kekuatan tersebut dapat berupa pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para petani. Adanya pengetahuan dan keterampilan petani mengenai inovasi benih jagung hibrida dapat mendorong mereka untuk menerapkan inovasi tersebut. Sebanyak 72.41 persen petani early majority dan 84.61 persen petani late majority termotivasi untuk berinovasi karena motif tersebut. Sedangkan sisa petani lainnya menerapkan tanpa pengetahuan yang memadai mengenai benih hibrida, mereka hanya mencoba dengan membeli langsung ke toko pertanian dan memilih berdasarkan gambar yang menurut petani menarik.

Harapan merupakan keyakinan perbuatan seseorang akan mencapai tujuannya. Petani meyakini bahwa dengan menerapkan inovasi benih jagung hibrida akan menghasilkan kuantitas dan kualitas jagung yang baik, sehingga petani termotivasi untuk menerapkan inovasi tersebut. Sebanyak 34.48 persen petani early majority dan 46.15 persen petani late majority termotivasi karena adanya harapan tersebut. Sedangkan sisanya menganggap hal tersebut tidaklah berpengaruh bagi petani karena harga antara jagung hibrida dan non-hibrida tidak mengalami perbedaan.

Insentif merupakan nilai imbalan yang diharapkan demi tercapainya tujuan. Insentif ini berupa pendapatan yang diperoleh dari menerapkan inovasi. Petani termotivasi untuk menerapkan inovasi benih jagung hibrida karena ingin memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jagung non- hibrida. Sebanyak 100 persen petani early majority dan late majority termotivasi berinovasi karena adanya insentif.

Penerapan inovasi benih hibrida diharapkan akan meningkatkan prestasi petani. Prestasi yang dimaksudkan adalah menghasilkan jagung yang melimpah dengan kualitas yang baik sehingga menciptakan harga yang sesuai dengan kualitas jagung yang dihasilkan. Melalui hal tersebut petani dapat meningkatkan pendapatannya. Kondisi ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Suswanto (2011) mengenai teori kaitan antara prestasi dan imbalan. Imbalan merupakan hasil yang diperoleh dari prestasi yang dicapai.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan chi-square terdapat perbedaan antara tingkat motivasi petani early majority dan late majority pada taraf nyata 5 persen. Nilai x2 hitung diperoleh sebesar 10.735 dan x2 tabel sebesar 5.991. Hasil ini menunjukkan bahwa x2 hitung (10.735)>x2 tabel (5.991) yang berarti terdapat perbedaan tingkat motivasi. Tingkat motivasi late majority lebih tinggi dibandingkan dengan early majority. Jika dilihat dari pengalaman berusahatani pada masing-masing kategori petani, pengalaman berusahatani petani early majority lebih lama dibandingkan dengan late majority. Namun pada hasil uji pada Tabel 22 menunjukkan korelasi pengalaman berusahatani terhadap motivasi memiliki koefisien negatif, yang artinya semakin lama pengalaman berusahatani maka dapat menurunkan motivasi petani untuk menerapkan inovasi. Hal ini disebabkan karena kelemahan benih jagung hibrida yang membutuhkan banyak air, sedangkan kondisi petani pada lahan kering memiliki keterbatasan air. Jika terjadi kondisi cuaca yang ekstrim maka resiko kegagalan panen akan tinggi.

50

Sehingga kondisi ini dapat menurunkan tingkat motivasi petani untuk menerapkan inovasi.

Petani early majority memiliki ciri-ciri penuh pertimbangan, hati-hati dalam bertindak dan merupakan panutan dalam suatu sistem atau kelompoknya. Sedangkan late majority memiliki ciri-ciri terlalu berhati-hati, tekanan yang berasal dari lingkungan internal maupun eksternal dapat memotivasi mereka untuk menerapkan inovasi (Rogers 1983). Motivasi diukur melalui dua indikator, yaitu: sumber dorongan dan alasan dalam melalukan tindakan (Scott 1971, Susyanto 2001). Sumber motivasi lingkungan eksternal dapat berasal dari keluarga, teman, penyuluhan dan pemerintah. Dukungan yang berasal dari lingkungan eksternal dapat memberikan semangat sehingga petani lebih termotivasi untuk menerapkan inovasi (Saleh 2010). Lingkungan eksternal lebih banyak memotivasi petani late majority dibandingkan early majority. Begitu pula dengan motivasi berinovasi petani (motif, harapan, insentif) lebih banyak memotivasi petani late majority dibandingkan dengan early majority. Tingkat motivasi pada seseorang bergantung pada kekuatan motivasi itu sendiri (Atkinson 1964). Kekuatan motivasi tersebut berupa motif, harapan dan insentif. Kekuatan motivasi yang semakin kuat maka akan membuat seseorang lebih termotivasi untuk melakukan tindakan. Namun motivasi petani late majority yang lebih tinggi tidak membuat mereka untuk langsung menerapkan inovasi benih jagung hibrida. Pengambilan keputusan dalam penerapan inovasi petani late majority lebih berhati-hati dibandingkan dengan early majority. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan keberanian dalam mengambil suatu resiko.

Dokumen terkait