• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Usahatani Dan Motivasi Petani Dalam Penerapan Inovasi Benih Jagung Hibrida Pada Lahan Kering Di Kabupaten Lombok Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Usahatani Dan Motivasi Petani Dalam Penerapan Inovasi Benih Jagung Hibrida Pada Lahan Kering Di Kabupaten Lombok Timur."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA USAHATANI DAN MOTIVASI PETANI DALAM

PENERAPAN INOVASI BENIH JAGUNG HIBRIDA PADA

LAHAN KERING DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

NI MADE NIKE ZEAMITA WIDIYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kinerja Usahatani dan Motivasi Petani dalam Penerapan Inovasi Benih Jagung Hibrida pada Lahan Kering di Kabupaten Lombok Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

(4)

RINGKASAN

NI MADE NIKE ZEAMITA WIDIYANTI. Kinerja Usahatani dan Motivasi Petani dalam Penerapan Inovasi Benih Jagung Hibrida pada Lahan Kering di Kabupaten Lombok Timur. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA dan HENY KUSWANTI SUWARSINAH.

Indonesia mengalami peningkatan impor jagung pada tahun 2014 dari 3.255 menjadi 4 juta ton. Upaya meningkatkan produksi jagung untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional dilakukan dengan cara pengembangan jagung dengan memanfaatkan lahan pertanian yang berpotensi, seperti lahan kering. Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB merupakan sentra tanaman jagung dan 71.73 persen lahannya merupakan lahan kering. Salah satu keterbatasan petani pada lahan kering adalah ketersediaan air, pendidikan dan pendapatan yang rendah. Namun, keterbatasan tersebut tidak menghilangkan keinginan petani untuk mengadopsi inovasi benih jagung hibrida. Salah satu aspek yang ikut menentukan keberhasilan dalam menerapkan sebuah inovasi adalah motivasi. Motivasi petani merupakan salah satu aspek penting untuk dikaji, karena motivasi terkait pada tindakan yang dapat menentukan prestasi kerja petani dalam berusahatani.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis kinerja usahatani jagung dalam penerapan inovasi benih hibrida pada lahan kering di Kabupaten Lombok Timur, (2) menganalisis tingkat motivasi petani dalam penerapan inovasi benih hibrida pada lahan kering di Kabupaten Lombok Timur, dan (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani dalam penerapan inovasi benih hibrida pada lahan kering di Kabupaten Lombok Timur.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015 di Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur. Jumlah petani hibrida 80 responden dan petani non-hibrida 20 responden. Analisis data menggunakan metode analisis usahatani, skala likert, uji beda (t-test dan chi-square), dan uji korelasi rank spearman.

(5)

SUMMARY

NI MADE NIKE ZEAMITA WIDIYANTI. Farming Performance and Farmer’s Motivation in The Application of Hybrid Corn Seed Innovation on Dryland in Eastern Lombok District. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA and HENY KUSWANTI SUWARSINAH.

Indonesia’s corn import increasing from 3.255 milion to 4 milion tons in 2014. Dry land could be utilize in order to increase the corn production which later would contribute to national market. East Lombok which is located in NTB province is a central of corn and 71.73 persen are dry land. The limitations of farmers in dry land are water availability, education and low level of income. However, those limitations do not dismiss the disire of farmers to adopt the hybrid corn seed innovation. Motivation is a driven factor which influence the adoption of innovation. Farmer’s motivation is necessary to be discused since motivation is acociated on the action which finally affect the working achievement.

This research attempt (1) to analyze the differences between the performance of hybrid and non-hybrid farmers, (2) to analyze the level of motivation in implementing the innovation of hybrid corn seed, and (3) to analyze the factors that influence the motivation of farmers in the application of hybrid corn seed innovation.

This study was conducted in May-June 2015 in the District Pringgabaya, East Lombok. The sample are 80 respondents of hybrid farmers and 20 respondent of non-hybrid farmers. Analysis methods which used were farm analysis, likert scale, different test (t-test and chi-square), and rank spearman correlation test.

The findings of the study are (1) there is a significant difference between the performance of hybrid and non-hybrid farmers. In which the income and the production of the hybrid farmers are higher than non-hybrid farmers. However, there is no significant different of the price between hybrid farmers and non-hybrid farmers. (2) There is a significant difference between the level of motivation of early majority and late majority farmers. In which the level of motivation of early majority farmers are higher than late majority farmers. (3) The

factors that influence the farmer’s motivation in the application of hybrid corn

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

KINERJA USAHATANI DAN MOTIVASI PETANI DALAM

PENERAPAN INOVASI BENIH JAGUNG HIBRIDA PADA

LAHAN KERING DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)

>*>5B,;1;B B 17,:3"B ;%"=71B *"7B 8<1?";1B ,<$71B *"5"6B ,7,:"9'B 78?";1B ,710B ".>7.B 2(:1*"B 9"+"B "0"7B ,:17.B *1B "(>9"<,7B 86(84B 16>:B

"6"B B

B 1B"*,B14,B !,"61<"B 1*1@"7<1B B B

1;,<>3>1B 85,0B

A861;1B,6(16(17.B

:B:B>46"7BB )B

,<>"B

,<>"B:8.:&B<>*1B .:1(1;71;B

:8-B:B:B1<"B>:6"517"BB

"7.."5B31#7BB"7>$:1B B

14,<"0>1B85,0B

:B:B"0:>5B@"0B).:B

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei sampai Juni 2015 ini ialah kewirausahaan, dengan judul Kinerja Usahatani dan Motivasi Petani dalam Penerapan Inovasi Benih Jagung Hibrida pada Lahan Kering di Kabupaten Lombok Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman Mohammad Baga dan Ibu Dr Ir Heny Kuswanti Suwarsinah selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen evaluator dan penguji luar komisi serta Bapak Dr Ir Suharno, MAdev selaku dosen penguji perwakilan program studi yang telah memberikan banyak saran dalam menyempurnakan karya ilmiah ini. Di samping itu penulis juga berterima kasih kepada kepada Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Bagian Sekretariat Program Studi Agribisnis, serta Bagian Akademik yang telah membimbing dan membantu selama dalam proses akademik. Ungkapan terima kasih penulis berikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan bantuan dana pendidikan pada Program Beasiswa Fresh Graduate sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menghasilkan karya ilmiah ini. Kepada Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur, Penyuluh Kecamatan Pringgabaya, bapak dan ibu petani jagung Kecamatan Pringgabaya yang telah membantu selama pengumpulan data, penulis ucapkan terima kasih Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda I Wayan Sudika, Ibunda Ni Luh Suweni Bagiada, saudara-saudara penulis yaitu I Gde Nike Widyananta dan I Nyoman Nike Maha Deri Widyananda serta seluruh keluarga dan teman-teman atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Kinerja Usahatani 5

Inovasi 6

Adopsi Inovasi 7

Motivasi 8

3 KERANGKA PEMIKIRAN TEORI 10

Kerangka Konseptual 10

Kerangka Penelitian 20

Hipotesis Penelitian 22

4 METODE PENELITIAN 22 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian 22 Metode Penentuan Responden 23 Jenis dan Sumber Data 24 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 25

Uji Validitas dan Reabilitas 27

Analisis Data 28

5 KONDISI UMUM USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN PRINGGABAYA 32 Karakteristik Responden 33 6 KINERJA USAHATANI JAGUNG 42

Pendapatan 42

Produktivitas 46

Harga 47

7 MOTIVASI PETANI DALAM PENERAPAN INOVASI BENIH JAGUNG HIBRIDA 48

8 FAKTOR-FAKTOR YANG BERKORELASI DENGAN MOTIVASI PETANI 50

9 SIMPULAN DAN SARAN 57

(13)

Saran 58

DAFTAR PUSTAKA 59

LAMPIRAN 64

RIWAYAT HIDUP 68

DAFTAR TABEL

1 Luas panen dan produksi jagung per Kecamatan Lombok Timur tahun

2011-2013 23

2 Alat analisis, jenis, dan sumber data yang digunakan berdasarkan tujuan

penelitian 25

3 Definisi operasional dan indikator pengukuran kinerja usahatani dalam

menerapkan inovasi benih jagung hibrida 25

4 Definisi operasional dan indikator pengukuran motivasi petani dalam

penerapan inovasi benih jagung hibrida 26

5 Definisi operasional dan indikator pengukuran faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi petani 27

6 Sebaran responden petani jagung non-hibrida dan hibrida berdasarkan

umur di Kecamatan Pringgabaya 34

7 Sebaran responden petani jagung non-hibrida dan hibrida berdasarkan

pendidikan di Kecamatan Pringgabaya 35

8 Sebaran responden petani jagung non-hibrida dan hibrida berdasarkan

pengalaman berusahatani jagung di Kecamatan Pringgabaya 35 9 Sebaran responden petani jagung non-hibrida dan hibrida berdasarkan

jumlah tanggungan keluarga di Kecamatan Pringgabaya 36 10 Sebaran responden petani jagung non-hibrida dan hibrida berdasarkan

luas lahan garapan dan status kepemilikan lahan di Kecamatan

Pringgabaya 37

11 Sebaran responden petani jagung hibrida berdasarkan kekosmopolitan

di Kecamatan Pringgabaya 38

12 Sebaran responden petani jagung hibrida berdasarkan ketersediaan

sarana dan prasarana di Kecamatan Pringgabaya 40

13 Sebaran responden petani hibrida berdasarkan intensitas penyuluhan di

Kecamatan Pringgabaya 42

14 Hasil uji beda (Uji-T) pada variabel kinerja usahatani 42 15 Perbandingan biaya usahatani yang dikeluarkan petani jagung

non-hibrida dan non-hibrida di Kecamatan Pringgabaya 43

16 Sebaran jumlah penggunaan dan harga pupuk responden petani jagung

non-hibrida dan hibrida di Kecamatan Pringgabaya 43 17 Sebaran jumlah penggunaan dan harga obat-obatan responden petani

jagung non-hibrida dan hibrida di Kecamatan Pringgabaya 44 18 Rata-rata penggunaan dan harga benih pada masing-masing kategori

petani di Kecamatan Pringgabaya 44

19 Pendapatan usahatani jagung non-hibrida dan hibrida di Kecamatan

(14)

20 Produktivitas usahatani jagung non-hibrida dan hibrida di Kecamatan

Pringgabaya 46

21 Sebaran harga jagung non-hibrida dan hibrida berdasarkan bentuk

jagung di Kecamatan Pringgabaya 47

22 Sebaran responden petani jagung hibrida berdasarkan tingkat motivasi

dalam menerapkan inovasi benih jagung hibrida 48

23 Hasil analisis rank spearman faktor-faktor yang berkorelasi dengan

motivasi petani dalam menerapkan inovasi benih jagung hibrida 51

DAFTAR GAMBAR

1 Kelompok adopter inovasi dalam sistem sosial 16

2 Kerangka konseptual faktor-Faktor yang mempengaruhi motivasi 17

3 Kerangka penelitian 21

4 Kerangka sampel penelitian 24

5 Kepemilikan modal petani responden 41

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta wilayah Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur 65

2 Uji validitas dan reliabilitas kuisioner 65

3 Uji beda (Uji-T) pada variabel motivasi, produktivitas, dan pendapatan 66 4 Hasil analisis chi-square pada variabel tingkat motivasi petani hibrida

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman pangan merupakan komoditas yang sangat penting dan strategis dalam upaya pembangunan pertanian di Indonesia karena tanaman pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Jagung tidak hanya bermanfaat bagi ketahanan pangan di Indonesia, namun juga dalam menggerakkan perekonomian negara. Jagung di Indonesia digunakan sebagai bahan pangan dan bahan pakan ternak. Hampir 50 persen kebutuhan jagung nasional digunakan untuk industri ternak.

Permintaan jagung dari tahun ke tahun semakin meningkat, namun produksi jagung nasional belum dapat memenuhi permintaan pasar. Berdasarkan data BPS pada tahun 2015 Indonesia memproduksi jagung sebanyak 19.03 juta ton dalam bentuk pipilan kering pada tahun 2014. Jumlah produksi ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 0.52 juta ton. Sumbangan peningkatan produksi tersebut diperoleh dari pula Jawa sebanyak 0.66 juta ton, sedangkan sisanya 0.46 juta ton dari luar pulau Jawa. Peningkatan jumlah produksi lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan permintaan jagung. Hal ini terlihat pada tahun 2013 Indonesia mengimpor jagung sebanyak 3.255 juta ton dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2014 hingga 4 juta ton. Oleh karena itu, jagung dianggap salah satu tanaman pangan yang penting bagi Indonesia. Daerah sentra produksi jagung di Indonesia, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Nusa Tenggara Timur. Namun daerah-daerah tersebut belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan jagung nasional. Laju peningkatan permintaan jagung lebih tinggi dibandingkan dengan laju produksi jagung, sehingga Indonesia masih mengimpor jagung.

Upaya dalam meningkatkan produksi dan menekan impor jagung pemerintah perlu memanfaatkan lahan-lahan pertanian yang berpotensi untuk pengembangan di Indonesia. Salah satu lahan pertanian yang berpotensi dan masih belum banyak dimanfaatkan adalah lahan kering. Lahan kering merupakan lahan yang sumber airnya bergantung pada curah hujan. Lahan kering pertanian di Indonesia mencapai 86.24 persen dari total luas lahan pertanian di Indonesia1. Persentase luas lahan kering pertanian yang tinggi merupakan peluang bagi daerah-daerah potensial lahan kering lainnya di luar sentra produksi untuk mengembangkan komoditas jagung, sehingga dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan pasar. Salah satu daerah yang berpotensi dalam mengembangkan jagung pada lahan kering adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Daerah ini sangat cocok untuk pengembangan jagung ditinjau dari agroklimat, yaitu iklim tropis, tanah gromosol, serta memiliki topografi landai hingga gelombang dan hal ini sangat mendukung untuk pengembangan jagung (Tajidan 2013).

Provinsi NTB merupakan daerah yang sangat berpotensi bagi pengembangan jagung pada lahan kering karena 1.8 juta hektar atau 84 persen

1

(16)

2

lahannya merupakan lahan kering2. Program pengembangan jagung pada lahan kering merupakan program yang dibuat oleh pemerintah NTB dalam upaya pelaksaan program PIJAR (sapi, jagung, dan rumput laut) sebagai komoditas unggulan NTB. Salah satu daerah NTB yang memiliki lahan kering dan sebagai sentra tanaman jagung adalah Kabupaten Lombok Timur. Luas lahan kering di Lombok Timur mencapai 115 161 hektar atau sekitar 71.73 persen dari luas lahan yang ada. Sebanyak 49.50 persen penduduknya bekerja sebagai petani (BPS Lombok Timur 2011). Petani jagung pada lahan kering di Kabupaten Lombok Timur umumnya menanam jagung pada musim hujan.

Perlunya pemanfaatan lahan kering untuk kegiatan pertanian karena potensi pengembangan pertanian pada lahan kering lebih besar dari pada lahan sawah. Hal itu disebabkan karena: (1) sangat dimungkinkan untuk pengembangan berbagai macam komoditas pertanian, (2) dimungkinkan pengembangan pertanian terpadu antar ternak dan tanaman perkebunan/kehutanan serta tanaman pangan, (3) membuka peluang kerja yang lebih besar dengan investasi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan membangun fasilitas irigasi untuk lahan sawah, dan (4) mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan sebagian besar penduduk yang saat ini tinggal di lahan kering3. Oleh karenanya diperlukan peningkatan pemanfaatan lahan kering pada daerah Kabupaten Lombok Timur.

Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang dapat mencerminkan interaksi antara sikap , kebutuhan, persepsi, dan keptusan yang terjadi pada diri seseorang (Wahjosumidjo 1984). Kekuatan motivasi dapat digambarkan melalui motif, harapan, dan insentif (Atkinson 1964). Motif merupakan faktor pendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Menurut Gerungan (2004) motif merupakan seluruh penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang dapat menyebabkan melakukan suatu tindakan.

Usahatani jagung hibrida yang dilakukan petani bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Adanya tujuan ini petani dapat terdorong untuk melakukan suatu tindakan. Munculnya dorongan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam maupun luar diri petani (Wahjo 1984, Handoko 1992, Winardi 2002). Faktor-faktor yang berasal dari diri petani dapat berupa umur, pendidikan, luas lahan garapan, jumlah tanggungan keluarga, sifat kosmopolit petani dan pengalam berusahatani. Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar diri petani dapat berupa ketersediaan modal, sarana dan prasarana, serta penyuluhan.

2

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2012. Lahan Kering NTB Potensial untuk Produksi Benih Kedelai. [internet]. [diakses pada 28 februari 2015]. Tersedia pada: http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/kilas-litbang/1007-lahan-kering-ntb-potensial-untuk-produksi-benih-kedelai.html

3

(17)

3

Rumusan Masalah Penelitian

Masalah utama petani pada lahan kering adalah keterbatasan dalam penyediaan air sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan pertanian. Kondisi tanah pada lahan kering sangat peka terhadap erosi pada musim hujan, meskipun intensitas hujannya tidak berlangsung lama (Suriadi 2012). Umunya petani pada lahan kering di Kabupaten Lombok Timur tergolong miskin dan memiliki pendidikan yang rendah karena pendapatan petani yang dimiliki masih rendah sehingga akses untuk mendapatkan pendidikan masih sulit (BPS 2013). Karakteristik petani pada lahan kering diduga dapat mempengaruhi perilaku dalam pelaksanaan proses produksi pada usahataninya.

Rendahnya pendapatan petani jagung umumnya disebabkan karena produktivitas usahatani yang belum maksimal. Produktivitas jagung di Kabupaten Lombok Timur mencapai 5.94 ton per hektar (BPS 2014). Produktivitas ini dapat di tingkatkan lagi dengan memanfaatkan inovasi-inovasi yang telah dibuat oleh pemerintah, salah satunya dengan penggunaan benih jagung hibrida. Varietas jagung hibrida telah banyak dikembangkan dari tahun ke tahun dan memiliki berbagai macam jenis jagung hibrida. Rata-rata produktivitas jagung hibrida mencapai 9.0-13.0 ton per hektar pipilan kering (Santoso et al. 2006).

Salah satu kendala dalam upaya untuk meningkatkan kinerja jagung adalah tingkat adopsi petani yang rendah dalam penggunaan varietas unggul. Hal serupa juga dikatakan oleh Suriadi (2012), bahwa kendala dalam peningkatan produktivitas salah satunya rendahnya adopsi petani terhadap inovasi. Pada umumnya petani di Kabupaten Lombok Timur yang telah menerapkan inovasi benih jagung hibrida. Kegiatan usahatani dengan inovasi benih hibrida masih banyak digunakan oleh petani hingga saat ini, walaupun kendala masih banyak ditemui, terutama pada penyediaan pupuk organik yang membantu pada pengikatan air di dalam tanah. Selain itu, harga benih hibrida juga cukup mahal bagi petani miskin. Harga benih hibrida di tingkat petani berkisar antara Rp50 000-Rp70 000 per kilogram (Suriadi 2012).

Berdasarkan survei awal penelitian, petani jagung di Kabupaten Lombok Timur telah menerapkan inovasi benih jagung hibrida, namun masih terdapat pula petani yang belum menerapkan inovasi tersebut. Kondisi ini diduga karena motivasi petani yang masih rendah untuk mau menerapkan inovasi benih jagung hibrida. Munculnya motivasi atau dorongan petani untuk mau menerapkan inovasi dapat berasal dari lingkunga internal maupun eksternal (Rukka 2003). Lingkungan internal merupakan motivasi yang berasal dari diri petani, sedangkan lingkungan eksternal berasal dari keluarga, teman, penyuluh, serta pemerintah terkait. Menerapkan atau tidaknya inovasi diduga berhubugan dengan faktor internal maupun eksternal petani. Petani jagung dalam menerapkan inovasi benih jagung hibrida dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya motivasi (Saleh 2010). Sehubungan dengan uraian di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kinerja usahatani jagung dalam penerapan inovasi benih hibrida di

Kabupaten Lombok Timur?

2. Sejauh mana motivasi petani jagung dalam menerapkan inovasi benih hibrida pada lahan kering di Kabupaten Lombok Timur?

(18)

4

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk :

1. Mengganalisis kinerja usahatani jagung pada penerapan inovasi benih hibrida pada lahan kering di Kabupaten Lombok Timur.

2. Menganalisis tingkat motivasi petani jagung dalam penerapan inovasi benih hibrida pada lahan kering di Kabupaten Lombok Timur; dan

3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam menerapkan inovasi benih hibrida pada lahan kering di Kabupaten Lombok Timur.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Manfaat Praktis

a. Sebagai evaluasi mengenai motivasi petani dan kinerja usahatani jagung dalam penerapan inovasi hibrida yang ada selama ini di Kabupaten Lombok Timur;

b. Menyajikan gambaran mengenai perilaku kewirausahaan dalam kaitannya dengan motivasi petani dalam pada penerapan inovasi benih hibrida, yang digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak yang terkait dalam usaha meningkatkan penerapan inovasi benih unggul hibrida pada petani; c. Sebagai bahan acuan bagi pemerintah daerah dan petani dalam membuat

kebijakan dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani jagung di Kabupaten Lombok Timur.

2. Manfaat Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

a. Memperkaya model teoritis mengenai motivasi petani dalam menerapkan suatu inovasi;

b. Menjadi referensi ilmiah mengenai karakteristik petani secara internal maupun eksternal yang berhungan dengan motivasi petani dalam penerapan inovasi.

Ruang Lingkup Penelitian

Pada penulisan penelitian ini terdapat keterbatasan waktu, tenaga, pengalaman, dan pengetahuan, maka penulis membuat batasan ruang lingkup penelitian, sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Lombok Timur sebagai salah satu daerah lahan kering dan sentra produksi tanaman jagung di NTB.

2. Responden yang dipilih adalah petani jagung yang menerapkan inovasi benih jagung hibrida dan non-hibrida di Kabupaten Lombok Timur. Pemilihannya didasari bahwa para petani jagung sebagai pemilik usahatani jagung dan pengambil kepusan utama dalam usahatani jagung.

(19)

5 oleh lokasi, responden, dan kajian, sehingga tidak dapat menyimpulkan kondisi di wilayah lain.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Usahatani

Pada sektor pertanian terdapat tiga jenis kinerja, yaitu : kinerja sumber daya manusia, kinerja usahatani, dan kinerja lembaga pertanian. Kinerja sumber daya manusia dapat dikembangkan melalui motivasi (Hartati et al. 2007). Peningkatan kinerja petani karena motivasi yang tinggi tentu saja akan meningkatkan kinerja usahatani itu sendiri. Salah satu alat motivasi terkuat bagi seorang pekerja adalah uang atau pendapatan. Motivasi keberhasilan petani mempunyai hubungan positif dengan produktivitas petani (Iskandar 2002). Semakin kuat motivasi keberhasilan petani maka semakin tinggi pula produktivitas petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Selain motivasi, hal yang sapat menentukan kinerja usahatani adalah penerapan inovasi. Hal ini juga dikemukakan oleh Falo et al. (2011), bahwa penerapan inovasi berhubungan nyata dengan kinerja usahatani.

Penerapan inovasi benih jagung hibrida tentunya dilakukan salah satunya dalam upaya peningkatan pendapatan petani. Pada penelitian yang dilakukan Antara (2010) menemukan bahwa benih jagung hibrida memberikan pengaruh terhadap produksi jagung. Pendapatan usahatani jagung hibrida (Rp4 882 225.75 per hektar) lebih tinggi dibandingkan dengan jagung non-hibrida (Rp2 691 452.10). Sehingga dengan adanya penggunaan benih hibrida dapat meningkatkan produksi jagung. Hal serupa juga ditemukan oleh Musseng (2003) bahwa menggunakan benih jagung hibrida dapat memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan dengan non-hibrida. Jika ditinjau dari produktivitas dan harganya, jagung hibrida mempunyai daya saing terhadap jagung non-hirida (komposit) Hendrawanto et al. (2012).

(20)

6

Inovasi

Ketika seorang wirausaha menjalankan sebuah usahanya, salah satu yang perlu diperhatikan dalam menjaga keberlanjutan usahanya adalah inovasi-inovasi yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Inovasi dipandang sebagai sebuah ide, prektek atau objek yang dianggap baru oleh seorang inidividu atau unit pengguna lainnya (Hills 2008). Kemampuan berinovasi merupakan salah satu karakter yang dimiliki seorang wirausaha. Inovasi merupakan sebagai karakter kunci yang dapat mempengaruhi kinerja dari suatu bisnis. Alasan pentingnya suatu inovasi diungkapkan oleh Keeh et al. (2007) sebagai berikut: 1. Perubahan teknologi yang sangat cepat seiring dengan adanya produk baru,

proses dan layanan baru dari para pesaing, mendorong usaha entrepreneurial untuk bersaing dan mencapai kesuksesan. Sehingga yang harusnya dilakukan adalah menyesuaikan diri terhadap perubahan inovasi teknologi baru.

2. Adanya efek perubahan lingkungan terhadap siklus hidup produk semakin pendek, yang bererti bahwa layanan atau produk yang sudah lama harus digantikan dengan yang baru dalam waktu cepat, dan ini dapat terjadi karena adanya pemikiran kreatif yang menimbulkan inovasi.

3. Saat ini konsumen lebih pintar dan menuntut lebih dalam kualitas, pembaruan, dan harga pada produk atau layanan yang ditawarkan. Sehingga sikap inovatif sangat dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan konsumen sekaligus mempertahankan mereka.

4. Keadaan pasar dan teknologi yang berubah sangat cepat, ide yang bagus semakin mudah untuk ditiru, hal ini membutuhkan metode penggunaan produk, proses yang baru dan lebih baik, serta layanan yang lebih cepat secara berkelanjutan.

5. Inovasi dapat menghasilkan pertumbuhan lebih cepat, meningkatkan segmen pasar, dan menciptakan posisi korporat yang lebih baik.

Dalam era globalisasi saat ini, kemajuan dalam pembangunan ekonomi sangat pesat. Berbagai peluang yang ada secepat mungkin dimanfaatkan oleh para wirausahawan untuk memperoleh keuntungan. Kebutuhan konsumen akan suatu produk atau jasa dari waktu ke waktu tentunya mengalami perubahan. Daya saing yang semakin tinggi juga mengharuskan para petani jagung sebagai wirausaha untuk dapat menerapkan inovasi-inovasi baru pada kegiatan usahtaninya. Menurut Iskandar (2002) sikap inovatif petani mempengaruhi produktivitas petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Hubungan inovasi dan kinerja suatu usaha dijelaskan oleh Tidd dan Bessant (2009), bahwa tujuan dari adanya penerapan inovasi adalah untuk memanfaatkan peluang yang ada dan mengambil keuntungan melalui peningkatan kinerja usaha sehingga usaha dapat terus berjalan.

(21)

7 benih jagung hibrida dalam upaya peningkatan pendapatan dan produktivitas usahatani.

Adopsi Inovasi

Perbaikan kualitas hidup yang terdiri dari berbagai macam aspek dapat terwujud apabila petani sebagai masyarakat mau untuk melakukan perubahan perilaku dalam upaya pembangunan pertanian. Penyuluh sebagai mediator antara inovasi dengan petani diharapkan mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang memiliki sifat pembaharuan (Mardikanto 2002). Salah satu bentuk pembaharuan tersebut adalah inovasi teknologi dalam bidang pertanian yang dapat dimanfaatkan oleh petani dalam upaya peningkatan kinerja usahataninya.

Inovasi tidak sekedar sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu (Mardikanto 1996). Munculnya inovasi tidak selalu diterapkan secara langsung oleh masyarakat. Inovasi yang telah diketahui oleh masyarakat beberapa waktu yang lalu memungkinkan ada masyarakaat yang belum mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut, apakah inovasi diterima atau ditolak (Rogers dan Shoemaker 1987). Beberapa hal yang memungkinkan petani memilih suatu inovasi (Musyafak dan Tatang 2005), yaitu:

1. Inovasi dirasakan sebagai kebutuhan oleh kebanyakan petani

Kebanyakan inovasi-inovasi yang diciptakan lebih banyak bersifat daftar keinginan dari pihak luar, bukan sesuai dengan kebutuhan petani itu sendiri. Kondisi ini menyebabkan tidak diadopsinya inovasi oleh petani. Jika suatu inovasi diharapkan diterapkan oleh para petani, maka harus dapat meyakinkan petani bahwa inovasi tersebut memenuhi suatu kebutuhan yang benar-benar dirasakan (Bunch 2001).

2. Inovasi harus memberikan keuntungan secara konkrit bagi petani

Peningkatan pendapatan merupakan faktor tunggal yang dapat menimbulkan semangat petani akan suatu inovasi (Bunch 2001). Suatu inovasi akan diterapkan apabila dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi lainnya yang sudah ada.

3. Inovasi harus mempunyai kompabilitas/keselarasan

Kompabilitas/keselarasan inovasi merupakan kesesuaian/keselarasan anatara inovasi dengan (a) teknologi yang telah ada sebelumnya, (b) pola pertanian yang berlaku, (c) nilai sosial, budaya, kepercayaan petani, (d) gagasan yang dikenalkan sebelumnya, dan (e) keperluan yang dirasakan oleh petani. inovasi yang memiliki kompabiltas yang tinggi akan lebih cepat untuk diadopsi oleh petani.

4. Inovasi harus dapat mengatasi faktor-faktor pembatas

(22)

8

5. Inovasi harus mendayagunakan yang sudah ada

Teknologi untuk para petani harus menggunakan sumberdaya yang sudah mereka miliki. Jika sumberdaya dari luar mutlak diperlukan, kita harus memastikan bahwa sumberdaya itu murah, dapat diperoleh secara teratur dengan mudah dari suatu sumber tetap yang dapat diandalkan (Bunch 2001). 6. Inovasi harus terjangkau oleh kemampuan finansial petani

Salah satu kendala adopsi inovasi adalah inovasi/teknologi yang dirasa mahal sehingga tidak terjangkau secara finansial oleh para petani (Musyafik et al. 2002). Sebaik apapun teknologi, jika tidak terjangkau oleh petani sebagai pengguna, maka akan susah diadopsi.

7. Inovasi harus sederhana, tidak rumit, dan mudah dicoba

Semakin mudah inovasi dapat dipraktekkan, maka semakin cepat pula proses adopsi inovasi petani. oleh sebab itu, penyajian inovasi harus lebih sederhana (Soekartawi 1988).

8. Inovasi harus mudah untuk diamati

Inovasi yang mudah untuk diamati akan memudahkan petani untuk meniru tanpa harus bertanya kepada pihak terkait. Agar inovasi mudah diamati, maka pada tahap awal dilakukan percontohan atau demonstrasi teknologi yang dilakukan di tempat yang mudah diamati, melakukan kunjungan lapang, didiskusikan inovasi yang ada di lapangan secara langsung.

Penerapan inovasi tidak hanya didorong dari keinginan petani itu sendiri, tetapi dapat pula melalui peran kelompok tani. Menurut Nuryanti dan Nuryanti dan Dewa (2011) mengatakan bahwa kelompok tani tidak hanya sebagai media untuk menyalurkan bantuan-bantuan pemerintah, tetapi juga sebagai agen penerapan inovasi. Pada umumnya program-program bantuan pemerintah disalurkan melalui kelompok tani atau gabungan kelompok tani (Gapoktan). Petani yang ingin mendapatkan inovasi dan berbagai program yang diberikan pemerintah harus termasuk dalam salah satu kelompok tani yang berada pada wilayahnya.

Motivasi

Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang timbul akibat adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar seorang individu (Ngadimin 1998). Motivasi tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri seseorang tersebut. Faktor tersebut dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, harapan, dan cita-cita. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang timbul dari luar, seperti pengaruh dari pemimpin atau tokoh masyarakat. Para tokoh masyarakat, yang terutama terdapat di desa-desa pengaruhnya sangat besar bagi masyarakatnya. Dalam melakukan sesuatu, pendapat yang disarankan oleh tokoh masyarakat sangat mempengaruhi pengambilan keputusan petani (Wahjo 1984). Hal serupa juga dijelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan motivasi pada setiap individu oleh Winardi (2002), yaitu: umur, pendidikan, dan latar belakang keluarga.

(23)

9 kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi adalah kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dipenuhi apabila seseorang telah memiliki pendapatan. Pendapatan yang rendah akan dapat menimbulkan ketidakpuasaan pada diri seseorang. Adanya ketidakpuasan dalam pendapatan atau posisi yang diperoleh mendorong seseorang untuk menciptakan usaha (Amit dan Muller 1994). Selain tuntutan kebutuhan, yang menjadi pendorong seseorang untuk berwirausaha adalah kesulitan dalam memperoleh pekerjaan. Handayaningrat (1989) mengatakan bahwa motivasi menyangkut reaksi yang berantai. Hal tersebut dimulai dari kebutuhan yang dirasakan, kemudian timbul keinginan untuk mencapai tujuannya, lalu akan memicu dilakukannya usaha-usaha dalam mencapai sasarannya, yang pada akhirnya memberikan kepuasan.

Motivasi merupakan salah satu faktor internal yang menentukan keberhasilan sebuah usaha (Clelland 1995). Motivasi akan mempengaruhi perilaku-perilaku seseorang yang ditandai melalui aktivitas yang dilakukan. Rukka (2003) menemukan adanya pengaruh faktor internal terhadap motivasi petani, faktor tersebut yaitu: pendidikan, pengalaman berusahatani, dan sifat kosmopolit. Keberhasilan kerja membutuhkan motif-motif untuk mendorong atau memberi semangat dalam berwirausaha. Motif itu meliputi motif kreatif dan motif inovatif yang dapat mendorong seseorang untuk mengeluarkan pemikiran-pemikiran dalam menghadapi perubahan dengan memberikan alternatif-alternatif berbeda dengan yang lain. Selain itu terdapat pula motif untuk bekerja yang ada pada diri seseorang untuk memiliki semangat atau minat dalam memenuhi kebutuhan serta menjalankan tugas dalam usahanya. Pemenuhan kebutuhan keluarga semakin hari semakin meningkat seiring dengan berkembangnya keadaan ekonomi disertai dengan peningkatan jumlah anggota keluarga. Upaya petani untuk memenuhinya melaui peningkatan pendapatannya. Keinginan untuk meningkatkan pendapatan petani akan medorong petani untuk memanfaatkan lahannya dalam berusahatani dengan baik.

Faktor internal tidak sepenuhnya mempengaruhi motivasi dalam berusahatani. Namun juga faktor eksternal juga sangat berpengaruh dalam upaya mendorong petani untuk menerapkan inovasi. Rukka (2003) menemukan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi petani dalam penerapan inovasi, yaitu: ketersediaan sarana dan prasaran, ketersediaan modal, peluang pasar, dan sifat inovasi. Sedangkan untuk intensitas penyuluhan tidak ditemukan hubungan yang nyata dengan motivasi petani. Hal tersebut disebabkan oleh ketidaksesuaian materi yang diperlukan oleh petani dan tidak adanya media atau alat peraga dalam kegiatan penyuluhan. Metode penyuluhan dengan cara ceramah atau memberikan informasi saja tanpa mempraktekan langsung membuat petani sehingga adanya penyuluhan yang dilakukan tidak mempengaruhi motivasi petani untuk berusahatani.

(24)

10

timbul dorongan-dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Motivasi petani dalam penerapan inovasi tidak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan ekonomi atau keuangannya saja. Namun, faktor-faktor yang lebih luas seperti ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi dan psikologi sosial petani itu sendiri untuk menjelaskan dorongan petani dalam pengambilan keputusan (Garforth 2010). Hal tersebut didukung oleh Maslow (1994) yang mengungkapkan bahwa motivasi seseorang tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya.

Faktor sosial tersebut merupakan pengaruh dari lingkungan sekitar petani baik berupa situasi maupun keberadaan orang lain. Kondisi sosial ekonomi seperti kesejateraan, teknologi dan harga produk di pasaran juga akan mempengaruhi kegiatan usahatani petani yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatannya (Reidsma 2007). Sedangkan Obaniyi et al. (2014) melihat faktor-faktor sosial dapat mempengaruhi tingkat motivasi petani. Faktor-faktor tersebut yaitu : luas lahan, status kepemilikan, tingkat kesadaran petani, kontak dengan penyuluh, dan sumber-sumber informasi. Mengukur motivasi pada umumnya melalui dua cara, yaitu: (1) mengukur faktor-faktor luar tertentu, yang diduga menimbulkan dorongan dalam diri seseorang, dan (2) mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan dan motif tertentu (Scott 1971).

3

KERANGKA PEMIKIRAN TEORI

Kerangka Konseptual Inovasi Benih Jagung Hibrida

Jagung yang memiliki nama ilmiah zea mays merupakan tanaman yang berasal dari keluarga (family) rumput-rumputan (Graminaeae). Sistem perakaran jagung terdiri dari akar primer, akar lateral, akar horizontal, dan akar udara. Batang jagung padat tidak berlubang dan batangnya berisi berkas-berkas pembuluh sehingga tanaman dapat tumbuh tegak. Selain itu, jagung memiliki jaringan kulit yang keras dan tipis. Dalam sistermatika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana 1997). Kingdom = Plantae

Divisio = Spermatophyta Subdivisio = Angiospermae Kelas = Monocotyledoneae Ordo = Poales

Family = Poaceae (Graminae) Genus = Zea

Spesies = Zea mays L.

(25)

11 rendah hingga tinggi yang memiliki ketinggian antara 1000-1500 meter di atas permukaan laut.

Varietas jagung hibrida merupakan varietas generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida dapat dibentuk pada tanaman yang menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang (Takdir et al. 2007). Jagung merupakan tanaman pertama yang dibentuk dalam menghasilkan varietas hibrida secara komersil, dan berkembang di Amerika sejak tahun 1930an (Hallauer and Miranda 1987). Saat ini benih jagung hibrida telah banyak ditanam di beberapa negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia.

Jagung hibrida di Indonesia mulai di teliti pada sekitar tahun 1913, dan kemudian dilanjutkan pada tahun 1950an. Varietas jagung Hibrida yang pertama kali dilepas di Indonesia pada tahun 1983 yang dihasilkan oleh PT BISI, yaitu varietas C-1 yang merupakan hibrida silang puncak (topcross hybrid), yaitu persilangan antara populasi bersari bebas dengan silang tunggal dari Cargil. Hingga tahun 1980an telah diciptakan beberapa benih hibrida oleh PT BSI dan IPB, seperti: hibrida P-1, P-2, dan IPB-4. Beberapa jagung hibrida yang telah dikembangkan dapat menghasilkan 6-7 ton per hektar pipilan kering. Hal ini berarti peningkatan produksi jagung di Indonesia lebih banyak ditentukan oleh produktivitas dari pada perluasan areal tanam jagung (Takdir et al. 2007).

Seiring berjalannya waktu, perkembangan varietas jagung hibrida sangat pesat sejak tahun 1995. Hingga tahun 2006 terdapat enam perusahaan benih jagung hibrida swasta dan BUMN, yaitu: PT Sang Hyang Seri (BUMN), PT Pertani, PT BISI, PT Pioneer, PT Monargo Kimia, dan Syndenta. Badan Litbang Pertanian maupun perusahaan benih swasta telah melepas varietas jagung hibrida dengan potensi hasil 9-10 ton per hektar. Sedangkan pada tahun 2007 telah dilepas dua varietas jagung hibrida silang tunggal, yaitu Bima-2 Batimurung dan Bima-3 Batimurung, yang masing-masing mampu berproduksi 11 ton per hektar dan 10 ton per hektar pipilan kering, toleran terhadap penyakit bulai, dan dapat beradaptasi pada lahan optimal dan suboptimal (Deptan 2007).

Permintaan jagung yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan peningkatan perkembangan adopsi inovasi pada benih jagung hibrida. Peningkatan penerapan adopsi inovasi ini dilakukan dalam upaya peningkatan jumalah produksi untuk memeneuhi permintaan pasar. Permintaan yang meningkat dimanfaatkan oleh sebagian besar petani dengan menanam jagung hbrida. Hasil petani jagung hibrida sangat berbeda dengan petani yang menggunakan jagung komposit. Namun, biaya produksi jagung hibrida lebih tinggi dibandingkan ddengan non hibrida, tetapi keuntungan bersih yang diperoleh petani hibrida lebih besar (Sumaryanto 2006).

Penerapan inovasi benih jagung hibrida akan menghasilkan produktivitas yang tinggi apabila dilakukan sesuai dengan anjuran. Berikut merupakan teknik-teknik penanaman jagung hibrida (Rahmi et al. 2009), yaitu:

1. Penyiapan lahan

Tanah dibajak, digemburkan dan ratakan, atau tanpa pengolahan jika tanah sudah gembur atau ringan. Besihkan lahan dari sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu.

2. Penanaman

(26)

12

tanaman per rumpun). Masukkan benih dalam lubang tanam dan tutup dengan tanah atau pupuk kandang.

3. Pemupukan

Takaran pupuk ±450 kg urea per hektar ditambah 100-150 kg SP36 per hektar dan 50-100 kg KCl per hektar. Pupuk diberikan dua kali, pertama: 7-10 setelah tanam (150 kg urea per hektar + 100-150 kg SP36 per hektar + 50-100 kg KCl per hektar) dan 30-35 hari setelah tanam (300 kg urea per hektar). Pupuk diberikan dalam lubang atau larikan ±10 cm di samping tanaman dan ditutup dengan tanah.

4. Penyiangan

Penyiangan pertama pada umur 15 hari setelah tanam. Penyiangan kedua pada umur 28-30 hari setelah tanam, dilakukan sebelum pemupukan kedua. 5. Pengendalian hama dan penyakit tanaman

Pengendalian penyakit bulai dengan perlakuan benih, 1 kg benih dicampur dengan 2 g Ridomil atau Saromil yang dilarutkan dalam 7.5-10.0 ml air. Hama penggerek dikendalikan dengan pemberian insektisida Furadan 3G melalui pucuk tanaman (± 3-4 butir per tanaman).

6. Pemberian air (khusus pada musim kering atau kemarau)

Pada saat sebelum tanam,15 hari setelah tanam (hst), 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst (6 kali pemberian air). Sumber air dapat berasal dari irigasi permukaan atau tanah dangkal (sumur) dengan pompa.

7. Panen

Jagung sudah siap dipanen jika klobot sudah mengering dan berwarna coklat muda, biji mengkilap, dan bila ditekan dengan kuku akan mengeluarkan air.

Kinerja Usahatani

Umumnya orang memahami pertanian sebagai suatu kegiatan menanam berbagai jenis tanaman baik tanaman musiman atau tahunan dan tanaman pangan ataupun non pangan dengan membuka lahan. Pengertian tersebut hanya merupakan pengertian yang sederhana. Seiring dengan perkembangan waktu, pertanian kini telah mengalami banyak perubahan. Pertanian kini dijadikan suatu kegiatan dalam usaha untuk memperoleh suatu keuntungan (komersil). Pertanian tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada suatu lahan tertentu, dalam hubungan tertentu antara manusia dengan lahannya yang disertai berbagai pertimbangan tertentu pula. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya (Suratiyah 2011).

(27)

13 Umunya kinerja usahatani diukur melalui produktivitas, harga, dan pendapatan (Suratiyah 2011; Sadjudi 2009). Petani sebagai pelaksana mengharapkan produksi yang tinggi sehingga memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Oleh karena itu, petani memanfaatkan seluruh sumber daya (tenaga, modal, sarana dan prasarana) untuk kegiatan produksi sebagai syarat untuk mendapatkan produksi yang diharapkan petani (Suratiyah 2011).

Perhitungan pendapatan dalam usahatani salah satunya dapat menggunakan pendekatan nominal. Pendekatan nominal merupakan perhitungan pendapatan tanpa memperhitungkan nilai uang yang berlaku, sehingga dapat secara langsung dihitung jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu periode proses produksi. Tinggi rendahnya pendapatan dapat dipengaruhi oleh dua golongan faktor (suratiyah 2011), yaitu:

1. Faktor Internal dan eksternal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri petani, seperti: umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenagakerja dalam keluarga, luas lahan, serta modal yang dimiliki petani. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu petani, seperti: ketersediaan dan harga input produksi, serta permintaan dan harga output atau hasil produksi.

2. Faktor Manajemen

Petani sebagai manajer harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal. Petani harus dapat mengelola usahataninya dengan baik dengan penggunaan faktor-faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga memperoleh manfaat dengan maksimal. Pada pelaksanaannya petani sangat memerlukan informasi melalui berbagai sumber untuk meminimalkan pengambilan keputusan yang salah.

Teori Motivasi

Vroom (1964) mengemukakan teori motivasinya yang disebut Teori Harapan. Pada teori ini, motivasi dipandang sebagai akibat dari hasil yang ingin dicapai oleh seseorang dan memiliki perkiraan bahwa tindakan yang dilakukan akan membawa mereka mengarah pada hasil yang ingin dicapainya. Jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya.

Suwanto (2011) mengemukakan beberapa teori dari beberapa ahli mengenai motivasi, salah satunya teori kaitan antara imbalan dengan prestasi. Semakin tinggi imbalan yang diperoleh maka akan semakin terdorong seseorang untuk meningkatkan prestasinya. Pada model motivasi ini, setiap individu dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik faktor dari individu itu sendiri maupun faktor dari lingkungannya. Faktor-faktor tesebut yaitu: kebutuhan, harapan pribadi, kepuasan, prestasi, pandangan orang lain mengenai dirinya, oraganisasi tempat bekerja, situasi lingkungan, kelompok kerja, serta sistem imbalan dan cara penerapannya.

(28)

14

motif, harapan, dan insentif. Sehingga kekuatan motivasi dapat digambarkan dari fungsi motif, harapan dan insentif (Atkinson 1964). Kekuatan motivasi seseorang dalam upaya melakukan suatu tindakan merupakan fungsi dari berbagai faktor, antara lain:

1. Kekuatan yang menjadi alasan untuk bertindak merupakan terdapat dalam diri seseorang, tingkat alasan atau motif-motif tersebut yang menggerakkan seseorang untuk memenuhi kepentingannya;

2. Harapan merupakan kemungkinan atau keyakinan perbuatan seseorang akan mencapai tujuannya; dan

3. Insentif merupakan nilai imbalan yang diharapkan demi tercapainya tujuan. Fungsi dari kekuatan motivasi dapat dilihat pada gambaran fungsi dibawah ini.

� � = ( � +ℎ +� � )

Teori Inovasi

Menurut Rogers (2003), inovasi merupakan suatu ide, penerpan, atau praktek teknologi atau sumber yang dianggap baru oleh seseorang. Inovasi tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan baru dan cara-cara baru, tetapi juga dengan nilai-nilai. Oleh karenanya sebuah inovasi harus dapat menciptakan hasil yang lebih baik dari sebelumnya, jadi selain melibatkan iptek baru, inovasi juga melibatkan cara pandang dan perubahan sosial.

Ada beberapa manfaat yang dihasilkan dengan adanya inovasi, yaitu: (1) peningkatan kualitas hidup manusia melalui penemuan-penemuan baru yang membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia, (2) memungkinkan suatu perusahaan untuk meningkatan penjual dan keuntungan yang dapat diperolehnya, (3) adanya peningkatan dalam kemampuan mendistribusikan kreativitas ke dalam wadah penciptaan sesuatu hal yang baru, dan (4) adanya keanekaragaman produk dan jenisnya di dalam pasar. Inovasi dapat ditunjang oleh beberapa faktor pendukung, seperti: (1) adanya keinginan untuk merubah diri, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari tahu menjadi tahu, (2) adanya kebebasan untuk berekspresi, (3) adanya pembimbing yang berwawasan luas dan kreatif, (4) tersedianya sarana dan prasarana, dan (5) kondisi lingkungan yang harmonis, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar.

Inovasi sebagai sebagai suatu yang dianggap bari oleh seorang individu maupun kelompok masyarakat dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu dalam suatu sistem sosial pada jangka waktu tertentu. Hal tersebut menurut Rogers (1983) disebut dengan difusi inovasi. Pada proses difusi inovasi terdapat empat elemen yang pokok (Rogers 1983), yaitu:

1. Inovasi (produk, gagasan, tindakan) yang dianggap baru dan diukur secara subjektif menurut sudut pandang individu atau kelompok masyarakat yang menerimanya.

2. Saluran komunikasi merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Saluran-saluran tersebut dapat seperti saluran interpesonal dan saluran melalui media massa.

(29)

15 4. Sistem sosial merupakan sekumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah sehingga dapat mencapai tujuan bersama.

Pada kegiatan penyuluhan, adopsi dapat diartikan sebagai perubahan perilaku-perilaku seorang individu, perubahan itu mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Menurut Mardikanto (1996) penerimaan inovasi biasanya dapat diamati dengan adanya perubahan sikap pengetahuan dan atau keterampilan secara langsung maupun tidak langsung. Penerimaan tersebut ditandai dengan melaksanakan atau menerapkannya dengan benar.

Adopsi merupakan proses penerimaan sesuatu yang baru (inovasi) yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain. Ada pun beberapa tahapan adopsi inovasi sebelum masyarakat mau menerima atau menerapkannya, yaitu:

1. Awareness (kesadaran), yaitu sasaran yang mulai sadar mengenai adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

2. Interest (tertarik), yaitu tumbuhnya minat yang ditandai oleh keinginan untuk bertanya atau mengetahui lebih banyak mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi.

3. Evaluation (evaluasi), yaitu penilaian baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap.

4. Trail (mencoba), yaitu sasaran mulai mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkannya dengan skala yang lebih besar.

5. Adoption (adopsi), yaitu menerima atau menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamati sendiri.

Ketika seseorang atau kelompok masyarakat menerima suatu inovasi, terdapat 5 tipologi (Gambar 1) penerima adopsi yang ideal menurut Rogers (1983), yaitu:

1. Inovator adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Orang-orang ini biasanya memiliki gaya hidup yang dinamis diperkotaan dan memiliki banyak teman atau relasi. Kelompok ini keberadaannya sekitar 2 samapi 3 persen saja dalam populasi.

2. Pengguna awal (early adopter) dicirka selalu mencari informasi mengenai inovasi dan kategori adopter ini menghasilkan lebih banyak opini dibandingkan kategori lainnya. Keberadaan kelompok ini berkisar 14 persen dari populasi. 3. Mayoritas awal (early majority) dicirkan berkompromi secara hati-hati

sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang ini seperti menjalankan fungsi penting untuk menunjukkan kepada seluruh komunitasnya bahwa sebuah inovasi layak untuk digunakan atau bermanfaat. Keberadaan kelompok ini dalam populasi sebanyak 34 persen.

4. Mayoritas akhir (late majority) dicirikan pada kelompok individu yang lebih berhati-hati mengenai fungsi dari sebuah inovasi. Mereka akan menunggu hingga banyak orang yang menggunakan inovasi tersebut sebelum mereka mengambil sebuah keputusan. Keberadaan kelompok ini dalam suatu populasi sebanyak 34 persen.

(30)

16

inovasi, maka kebanyakn orang lain justru sudah mengadopsi inovasi lainnya. Keberadaan kelompok ini dalam suatu populasi sebanyak 16 persen.

Gambar 1 Kelompok adopter inovasi dalam sistem sosial Sumber: Rogers (1983)

Keterkaitan Antara Kinerja Usahatani, Adopsi Inovasi, dan Motivasi

Upaya dalam meningkatkan kinerja usahatani bagi petani merupakan keharusan atau tidak adanya pilihan lain dalam upaya mengembangkan usahataninya ( Moniaga et al. 2012). Hubungan antara kinerja usahatani dengan motivasi tidak dapat dilihat dihubungkan secara langsung, namun ada variabel penghubungnya. Salah satu variabel tersebut adalah adopsi inovasi. Penggunaan inovasi tentunya akan memberikan pengaruh terhadap hasil usahatani. Hasil usahatani yang lebih baik akan mendorong petani untuk termotivasi dalam penerapan sebuah inovasi.

Petani yang memiliki usahatani tentunya juga memiliki harapan mengenai tujuan yang ingin dicapainya dari kegiatannya tersebut, salah satu cara mencapainya melalui penerapan sebuah inovasi. Upaya petani dalam penerapan inovasi pada usahataninya pada dasarnya dapat didorong dari adanya manfaat-manfaat inovasi tersebut yang ingin dicapai petani. Beberapa manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari adanya inovasi, yaitu peningkatan dalam kemampuan menyalurkan kreativitas dan peningkatan kualitas hidup melalui peningkatan kinerja dalam usahataninya. Salah satu dorongan petani untuk menerapkan suatu inovasi karena ingin meningkatkan pendapatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rogers (1971) bahwa motivasi dapat disebut sebagai dorongan, hasrat atau kebutuhan manusia dalam melakukan kegiatan tertentu.

Motivasi diukur berdasarkan tiga komponen yang menyusunnya,yaitu: motif, pengharapan, dan insentif (Moniaga et al. 2012). Dorongan yang ada pada diri seseorang dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan disebut dengan motivasi. Dorogan tersebut dapat menjadi alasan-alasan yang menjadi dasar seseorang untuk bertindak atau melakukan suatu usaha. Keyakinan pada diri seseorang untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan merupakan pengharapan dari seorang individu melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Teori pengharapan mengenai motivasi salah satunya juga dikemukakan oleh Vroom (1964). Berbagai usaha yang dilakukan tersebut diharapkan adanya jaminan masa depan, kesejahteraan, serta perlingdungan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

(31)

17 dengan pertimbangan bahwa adanya kecocokan dengan karakteristik petani yang terdapat pada lokasi penelitian, berdasarkan penelitian-penelitian yang terkait sebelumnya, serta sesuai dengan model analisis regresi berganda yang akan digunakan. Variabel-variabel tersebut terdiri dari: umur (X1), pendidikan (X2),

pengalaman berusahatani (X3), jumlah tanggungan keluarga (X4), luas lahan

garapan (X5), kekosmopolitan (X6), ketersediaan sarana dan prasarana (X7),

ketersediaan modal (X8), dan intensitas penyuluh (X9). Berikut merupakan

kerangka konseptual faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani.

Gambar 2 Kerangka konseptual faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Umur

Umur merupakan faktor psikologis karena semakin tinggi umur seseorang maka semakin menurun kerja otot seingga terkait dengan kerja indera yang seluruhnya mempengaruhi daya belajar. Pada masa remajamenjelang kedewasaan, perkembangan jauh lebih maju (Padmowihardjo 1994). Umur produktif untuk bekerja pada negara-negara berkembang umumnya adalah 15-55 tahun (Bakir dan Manning 1984). Petani-petani yang lebih tua tampaknya kurang termotivasi menerima hal-hal baru dari pada mereka yang umurnya relatif muda. Petani yang berumur lebih muda biasanya memiliki semangat yang lebih tinggi dibandingkan petani yang lebih tua (Soekartawi 1988).

Pendidikan

Pendidikan formal ataupun nonformal sangat mempengaruhi pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang. Kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kualitas kerjanya semakin meningkat pula (Syahyuti 2006). Pendidikan membuka wawasan dan pikiran seseoran untuk menerima sesuatu yang baru dan berpikir secara ilmiah, begitu pula dengan petani. Petani yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pandai, dan memiliki pengetahuan yang luas cenderung ralatif lebih cepat dalam menerima sesuatu yang baru (Wiriaatmadja 1977). Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara dan pola pikr petani. pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin efisien dia bekerja dan semakin banyak juga mengetahu serta mengikuti cara-cara

(32)

18

berusahatani yang lebih produktif dan lebih menguntungkan (Soeharjo dan Patong 1973).

Pengalaman Berusahatani

Pengalaman merupakan kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu tertentu sebagai hasil belajar selama hidupnya (Padmowihardjo 1994). Pengalaman yang baik cenderung akan mendorong seseorang untuk menerapkan perilaku yang sama untuk situasi berikutnya. Melalui pengalaman seseorang akan menghubung-hubungkan hal-hal yang terjadi pada sebelumnya dalam proses belajar untuk dijadikan pedoman pada situasi selanjutnya. Hal serupa juga diungkapkan oleh van den Ban dan Hawkins (1999), yang menyatakan bahwa melalui pengalaman seseorang dapat memperbaiki kemampuannya untuk melakukan suatu pola sikap. Pengalaman berusahatani yang lebi lama akan membuat petani lebih selektif dan tepat dalam upaya penerapan inovasi dibandingkan dengan pengalaman yang lebih sedikit.

Mosher (1987) menyatakan bahwa pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas petani dalam usahataninya, dimana cita-cita petani berdasarkan pengalaman yang baik mengenai cara bercocok tanam yang baik dan menguntungkan akan mempengaruhi terlaksananya pembangunan pertanian. Berdasarkan pengalaman yang sudah dilalui oleh petani, maka mereka dapat belajar dan memperbaiki hal-hal yang dianggap tidak efisien dalam usahataninya sehingga dapat memperbaiki aktivitas usahatani yang tidak efissien.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Menurut Batoa (2007) tanggungan keluarga merupakan orang yang tinggal dalam satu keluarga dan secara langsung menjadi tanggungan kepala kelurga ataupun yang berada di luar rumah namun kehidupannya masih ditanggung oleh kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyka pula kebutuhan yang harus dipenuhi oleh kepala keluarga. Menurut Soekartawi et al. (1986), jumlah tanggungan keluarga yang semakin besar menyebabkan seseorang memerlukan tambahan pengeluaran, atau kebutuhan penghasilan yang lebih tinggi untuk membiayai anggota keluarganya.

Jumlah keluarga yang semakin besar akan memotivasi sebuah rumah tangga untuk mencari penghasilan yang lebih banyak lagi untuk memenuhi kebutuhan mereka (Gohong 1993). Termotivasinya petani dapat mendorong mereka untuk menerapkan sebuah inovasi. Peningkatan pendapatan dapat dicapai dengan penggunaan inovasi. Jumlah anggota keluarga yang banyak namun pendapatan masih rendah akan berakibat pada rendahnya tingkat konsumsi. Hal ini berdampak pada produktivitas petani dalam bekerja, kecerdasan dan menurunnya kemampuan berinvestasi (Hernanto 1993).

Luas Lahan Garapan

(33)

19 petani akan memberikaan pengaruh pada efisiensi pengelolaan pertanian (Lionberger dan Gwin 1982). Salah satu faktor yang mempengaruhi kegairahan petani untuk meningkatkan produktivitas lahannya adalah status dan luas penguasaan lahan pertanian, serta luas lahan garapan juga mempengaruhi kecepatan petani mengadopsi teknologi baru (Sinaga dan Kasryno 1980).

Luas lahan usahatani dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) lahan sempit dengan luas lahan <0.5 hektar, (2) lahan sedang dengan luas lahan antara 0.5-2.0 hektar, dan (3) lahan luas dengan luas lahan >2 hektar (Hernanto 1989). Petani yang memiliki tanah usaha yang luas mempunyai sifat dan kegemaran untuk mencoba teknologi baru dan akan selalu berusaha sendiri mencari informasi yang diperlukan (Wiriaatmadja 1977). Daniel (2004) mengatakan bahwa pembangunan pertanian akan sulit dilakukan apabila kepemilikan lahan lebih banyak secara kotak-kotak dengan luas penguasaan lahan yang sempit, karena petani cenderung bertindak sendiri-sendiri dan memotivasi untuk bekerja sama dan menantang resiko menjadi rendah.

Kekosmopolitan

Sifat kosmopolitan pada suatu individu dapat dicirikan oleh beberapa atribut yang membedakanya dengan orang lain pada komunitasnya, yaitu: (1) individu tersebut memiliki status sosial-ekonomi yang lebih tinggi, (2) partisipasi sosial yang lebih tinggi, (3) lebih banyak berhubungan dengan pihak luar, (4) lebih banyak menggunakan media massa, dan (5) memiliki lebih banyak hubungan dengan orang lain maupun lembaga di luar komunitasnya (Rogers 1983). Petani yang memiliki sifat kosmopolitan cenderung akan lebih terbuka terhadap suatu inovasi. Hal ini disebabkan karena sifat kosmopolitan memungkinkan petani untuk meningkatkan wawasannya dan sekaligus belajar atas keberhasilan orang lain yang berada di luar daerahnya. Kondisi tersebut akan mendorong petani untuk tanggap terhadap peluang-peluang yang berpotensi menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi (Wiriaatmadja 1983).

Ketersediaan Sarana dan Prasarana Produksi

(34)

20

Kepemilikan Modal

Modal merupakan barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lainnya menghasilkan produk baru (Hernanto 1969). Modal dapat berasal dari petani ataupun luar petani (pinjaman melalui lembaga perkreditan). Tersedianya kredit (modal) ini dangat dibutuhkan oleh petani, yang merupakan kekuatan yang sangat menentukan kecepatan dan keberhasilan suatu penyuluhan (Mardikanto 1993). Modal yang dimiliki petani digunakan untuk pengadaan sarana produksi, seperti: benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Keberadaan modal tersebut sangat menentukan tingkat atau jenis teknologi yang akan diterapkan oleh petani.

Intensitas Penyuluhan

Penyuluhan pertanian yang diberikan kepada para petani merupakan salah satu pendidikan nonformal dibidang pertanian. Kegiatan tersebut dilakukan dengan harapan petani dapat memperluas pengetahuannya, mengembangkan sumberdaya manusia yang dimilikinya, serta memperbaiki kehidupan diri dan keluarganya secara mandiri sehingga dapat berkontribusi dalam kegiatan pembangunan pertanian. Peranan penyuluh adalah untuk menyadarkan petani mengenai suatu inovasi dan memberikan dorongan untuk melakukan usahtani dengan lebih baik dan efisien. Penyuluh dinilai berhasil apabila mampu menimbulkan perubahan dalam aspek perilaku petani yang mengarah pada perbaikan taraf kehidupan (Mosher 1987).

Kinerja penyuluh yang baik akan mempengaruhi perilaku petani dengan meningkatkan kompetensi dan partisipasi petani (Bahua 2010). Para penyuluh akan menyebarkan segala informasi yang berkaitan dengan usahatani petani termasuk menyampaikan inovasi kepada petani. Informasi yang melimpah sangat diperlukan petani dalam menjalankan usahanya dengan berbagai metode dan media agar dapat diterima dengan baik dan akan membuat perubahan perilaku pada petani.

Kerangka Penelitian

Keadaan pertanian pada lahan kering cukup menyulitkan petani untuk berusahatani jagung di Kabupaten Lombok Timur, hal ini disebabkan karena ciri lahan kering terletak pada keterbatasan sumber air, dan kondisi tanah yang kurang subur. Namun, keadaan ini tidak menyurutkan para petani jagung untuk terus berupaya menjalankan usahataninya. Para petani jagung di Lombok Timur justru menerapkan inovasi benih unggul yang memiliki tingkat harga benih yang cukup tinggi per kilogramnya. Namun pada kondisi lapangan, tidak seluruhnya petani mau menerapkan inovasi benih jagung hibrida. Pada kondisi ini, maka sangat menarik untuk dikaji mengenai motivasi petani dalam penerapan inovasi benih hibrida. Secara sistematis kerang penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

(35)

21 tujuan ini diharapkan dapat memperlihatkan manfaat dari adanya inovasi benih jagung hibrida untuk meningkatkan produktivitas usahatani.

Keterangan :

Uji beda Uji korelasi

Gambar 3 Kerangka penelitian

Tujuan kedua dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat motivasi petani yang menerapkan inovasi benih jagung hibrida akan dibedakan menjadi dua kelompok sampel. Pemilihan adopter inovasi ini didasarkan pada teori yang diungkapkan oleh Rogers (1983), dengan membedakan lima jenis tipologi penerima adopsi inovasi. Pada penelitian ini hanya digunakan dua jenis adopter yakni early majority dan late majority. Pada tujuan ini akan dilihat perbedaan tingkat motivasi antara early majority dan late majority, dengan menggunakan uji

- Penerapan inovasi benih jagung hibrida dapat meningkatkan produktivitas usahatani.

- Tidak seluruh petani Kabupaten Lombok Timur mau menerapkan inovasi benih jagung hibrida

Implikasi Kebijakan

Faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi Kinerja Usahatani:

1. Produktivitas 2. Pendapatan 3. Harga

(X1) Umur

(X2) Pendidikan

(X3) pengalaman berusahatani

(X4) Jumlah tanggungan

keluarga

(X5) Luas lahan garapan

(X6) Kekosmopolitan

(X7) Ketersediaan sarana dan

prasaran

(X8) Ketersediaan modal

(X9) Intensitas penyuluhan

Non Adopter

Adopter

Motivasi

Late majority

Early majority

Gambar

Gambar 1  Kelompok adopter inovasi dalam sistem sosial
Gambar 2  Kerangka konseptual faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Gambar 3  Kerangka penelitian
Tabel 1  Luas panen dan produksi jagung per kecamatan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2011-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada pencarian kondisi analisis optimum diperoleh kondisi kro- matografi untuk analisis rebamipid dalam plasma in vitro menggunakan KCKT dengan detektor ultraviolet, kolom

Kajian psikologi, yang masuk dalam wilayah keilmuan sosial, seharusnya bisa memberikan pandangan yang lebih arif tentang persoalan yang dihadapi manusia modern, bukan

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa perlakuan D (1100 ppm) merupakan konsentrasi perendaman ekstrak sirih yang terbaik, akan tetapi untuk

Para siswa pada umumnya hanya tahu soal meminjam dan membaca buku perpustakaan saja dan itupun dilakukan dalam waktu yang teramat singkat, yaitu pada jam-jam

Klon CIP 392781.1 lebih toleran terhadap penyakit layu bakteri, meskipun hasil panen klon/varietas yang diuji masih rendah tetapi hasil panen CIP 392781.1 lebih tinggi

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen bentuk Pre test Post test Design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan satu kelas sebagai

Karateristik pendekatan realistik adalah menggunakan konteks dunia nyata, model-model (matematikasasiasi), menggunakan produksi dan kontruksi siswa, intraktif, dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji : (1) Peningkatan keterampilan proses sains peserta didik setelah di ajarkan dengan strategi pembelajaran problem solving , (2)