• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

NTP Provinsi Papua Barat Juni 2016 sebesar 100,44 atau naik 0,50 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan laju Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik 1,09 persen lebih cepat dibandingkan laju Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,59 persen.

Pada Juni 2016, menurut subsektor, NTP Hortikultura (NTN) merupakan subsektor yang memiliki indeks tertinggi, yaitu sebesar 103,42. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) merupakan subsektor yang memiliki indeks terendah, yaitu sebesar 95,59. Menurut laju pertumbuhan indeks dibandingkan bulan sebelumnya, NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) memiliki laju pertumbuhan tertinggi, yaitu naik 0,82 persen. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) memiliki laju pertumbuhan terendah, yaitu naik 0,06 persen.

Pada Junii 2016 terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Papua Barat sebesar 0,74 persen terutama disebabkan oleh indeks kelompok bahan makanan, yaitu naik 1,06 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Papua Barat Mei 2016 sebesar 110,84 atau naik 0,96 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

No.36/07/91 Th. X, 01 Juli 2016

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN INFLASI PEDESAAN

PROVINSI PAPUA BARAT

1.

Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani

.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami

(2)

2

termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada bulan Juni 2016, menunjukan bahwa NTP Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen dibanding bulan Mei 2016 yaitu dari 99,94 menjadi 100,44. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian umumnya naik lebih cepat dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian umumnya.

Seluruh subsektor pada bulan Juni 2016 mengalami laju kenaikan indeks NTP. Berikut Laju penurunan indeks menurut subsektor, NTP subsektor tanaman pangan (0,06%), NTP subsektor hortikultura (0,61%); NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,82%); NTP subsektor peternakan (0,49%)danNTPsubsektor perikanan (0,57%).

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam sesuai komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Juni 2016, secara agregat indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 1,09 persen apabila dibandingkan dengan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada bulan Mei 2016, yaitu dari 121,93 menjadi 123,25.

Laju kenaikan It di Provinsi Papua Barat bulan Juni 2016 disebabkan oleh adanya laju kenaikan indeks terima pada seluruh subsektor. Subsektor tersebut meliputi, subsektor tanaman pangan (0,76%) subsektor Hortikultura (1,19%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,36%); subsektor peternakan (1,04%) dan subsektor perikanan (1,09%).

(3)

3

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor Juni 2016

(2012=100)

Mei-16 Jun-16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 118,94 119,85 0,76

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 124,50 125,37 0,70

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPP) 95,54 95,59 0,06

2. Hortikultura

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 126,81 128,32 1,19

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 123,36 124,08 0,58

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPH) 102,80 103,42 0,61

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 122,50 124,17 1,36

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 120,79 121,45 0,55

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPR) 101,42 102,24 0,82

4. Peternakan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 115,38 116,57 1,04

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 117,78 118,42 0,55

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPT) 97,96 98,44 0,49

5. Perikanan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 126,17 127,54 1,09

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 122,73 123,37 0,52

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN) 102,80 103,39 0,57

5.1. Perikanan Tangkap

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 128,06 129,57 1,18

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 122,67 123,29 0,51

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN) 104,39 105,09 0,67

5.2. Pembudidaya Ikan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 111,66 111,94 0,25

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 123,23 123,95 0,58

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPi ) 90,61 90,31 -0,33

NTP Gabungan/ Provinsi Papua Barat NTP Gabungan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 121,93 123,25 1,09

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 122,00 122,71 0,59

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP) 99,94 100,44 0,50

NTP Gabungan Tanpa Ikan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 121,41 122,73 1,09

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 121,91 122,63 0,60

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP) 99,59 100,08 0,49

Subsektor Bulan Persentase

Perubahan

(4)

4

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) berfluktuasi diakibatkan oleh harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Juni 2016, Ib di Provinsi Papua Barat dilaporkan secara agregat mengalami kenaikan sebesar 0,59 persen bila dibandingkan Mei 2016, yaitu dari 122 menjadi 122,71. Kenaikan Ib tersebut terjadi karena seluruh subsektor mengalami kenaikan indeks bayar. Berikut kenaikan indeks menurut subsektornya, subsektor tanaman pangan (0,70%); subsektor hortikultura (0,58%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,55%); subsektor peternakan (0,55%) dan subsektor perikanan (0,52%).

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada bulan Juni 2016 NTPP di Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen di bandingkan bulan Mei 2016 yaitu dari 95,54 menjadi 95,59. Penurunan NTPP ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 0,76 persen bila dibandingkan dengan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,70 persen.

Penurunan It Juni 2016 karena adanya kenaikan indeks kelompok palawija sebesar 1,54 persen. Sementara indeks kelompok padi tidak ada perubahan yang signifikan. Disisi lain, kenaikan Ib juni 2016 karena adanya kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga petani sebesar 0,78 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,21 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada bulan Juni 2016, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen apabila dibandingkan bulan Mei 2016 yaitu dari 102,80 menjadi 103,42. Kenaikan NTPH ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,19 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yakni naik sebesar 0,58 persen.

Kenaikan It bulan Juni 2016 karena adanya kenaikan indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 1,30 persen. Sedangkan, indeks harga kelompok buah-buahan naik sebesar 0,94 persen dan indeks harga kelompok tanaman obat tidak ada perubahan yang signifikan. Disisi lain, kenaikan Ib bulan Juni 2016 ini dipicu oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,68 persen dan kenaikan indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,11 persen.

(5)

5

Tabel 2.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya

Juni 2016 (2012=100)

Mei'16 Jun'16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 118,94 119,85 0,76

- Pa di 118,95 118,95 0,00

- Pa l a wi ja 118,93 120,76 1,54

b. Indeks Dibayar Petani 124,50 125,37 0,70

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 126,23 127,21 0,78

- Indeks BPPBM 114,99 115,23 0,21

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 126,81 128,32 1,19

- Sa yur-s a yura n 122,83 124,43 1,30

- Bua h-bua ha n 136,85 138,15 0,94

- Ta na ma n Oba t 112,81 112,81 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 123,36 124,08 0,58

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 126,11 126,96 0,68

- Indeks BPPBM 112,25 112,38 0,11

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks DiterimaPetani 122,50 124,17 1,36

- Ta na ma n Perkebuna n Ra kya t (TPR) 122,50 124,17 1,36

b. IndeksDibayarPetani 120,79 121,45 0,55

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 126,25 127,19 0,75

- Indeks BPPBM 109,54 109,62 0,07

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 115,38 116,57 1,04

- Terna k Bes a r 129,33 131,43 1,62

- Terna k Keci l 117,15 116,57 -0,50

- Ungga s 114,50 115,36 0,75

- Ha s i l Terna k 108,37 109,88 1,40

b. Indeks Dibaya rPetani 117,78 118,42 0,55

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 126,19 127,20 0,81

- Indeks BPPBM 106,65 106,80 0,14

5. Perikanan Tangkap Dan Pembudidaya

a. Indeks Diterima Petani 126,17 127,54 1,09

- Pena ngka pa n 128,06 129,57 1,18

- Budi da ya 111,66 111,94 0,25

b. Indeks Dibayar Petani 122,73 123,37 0,52

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 129,36 130,30 0,72

- Indeks BPPBM 110,06 110,13 0,06

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Diterima Petani 128,06 129,57 1,18

- Pena ngka pa n La ut 128,06 129,57 1,18

b. Indeks Dibayar Petani 122,67 123,29 0,51

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 129,42 130,36 0,72

- Indeks BPPBM 110,36 110,41 0,05

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase

(6)

6

Mei'16 Jun'16

[1] [2] [3] [4]

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Diterima Petani 111,66 111,94 0,25

- Budi da ya Ai r Ta wa r 117,34 118,53 1,01

- Budi da ya La ut 110,03 110,03 0,00

- Budi da ya Ai r Pa ya u 100,00 100,00 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 123,23 123,95 0,58

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 128,94 129,86 0,71

- Indeks BPPBM 107,72 107,91 0,17

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase

Perubahan

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Juni 2016 NTPR mengalami kenaikan sebesar 0,82 persen apabila dibandingkan dengan Mei 2016 yaitu dari 101,42 menjadi 102,24. Kenaikan NTPR ini disebabkan oleh laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,36 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,55 persen.

Kenaikan It pada Juni 2016 ini karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 1,36 persen yaitu dari 122,50 menjadi 124,17. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Juni 2016 dikarenakan adanya laju indeks kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen dan penurunan laju indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,07 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Juni 2016, NTPT mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen apabila dibandingkan bulan Mei 2016 yaitu dari 97,96 menjadi 98,44, hal ini terjadi karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,04 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,55 persen.

kenaikan It pada Juni 2016 ini disebabkan karena terjadi kenaikan pada indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 1,62 persen; kelompok unggas yakni sebesar 0,75 persen dan kelompok hasil ternak yakni sebesar 1,40 persen. Sedangkan, dan kelompok ternak kecil mengalami penurunan sebesar 0,50 persen. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Juni 2016 ini disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,81 persen dan kenaikan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,14 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Juni 2016, terjadi kenaikan NTNP sebesar 0,57 persen dibandingkan bulan Mei 2016 yaitu dari 102,80 menjadi 103,39. Kenaikan NTNP ini dikarenakan laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih

(7)

7

cepat yakni sebesar 1,09 persen, dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,52 persen.

Kenaikan It bulan Juni 2016 dikarenakan kenaikan indeks harga kelompok perikanan tangkap yang sebesar 1,18 persen dan kelompok budidaya, yakni sebesar 0,25 persen. Di sisi lain, kenaikan Ib pada Juni 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,72 persen dan kenaikan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,06 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Juni 2016, terjadi kenaikan NTN sebesar 0,67 persen dibandingkan Mei 2016 yaitu dari 104,39 menjadi 105,09. Kenaikan NTN ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,18 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen.

Kenaikan It Juni 2016 disebabkan adanya kenaikan pada indeks harga kelompok penangkapan laut sebesar 1,18 persen. Disisi lain, kenaikan Ib Juni 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,72 persen dan kenaikan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,05 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Juni 2016, terjadi penurunan NTPi sebesar 0,31 persen dibandingkan Mei 2016 yaitu dari 90,61 menjadi 90,31. Penurunan NTPi ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,25 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen.

Kenaikan It Juni 2016 disebabkan adanya kenaikan indeks harga kelompok budidaya air tawar sebesar 1,01 persen. Sementara kelompok budidaya air payau dan indeks harga kelompok kelompok budidaya laut tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Juni 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,17 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,17 persen.

5.

Indek Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Juni 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan secara regional di Provinsi Papua Barat sebesar 0,74 persen, hal ini terjadi karena enam dari tujuh kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami kenaikan atau inflasi. kelompok bahan makanan mengalami perubahan yang paling signifikan, yaitu naik sebesar 1,06 persen. Selanjutnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,79%); kelompok perumahan (0,24%); kelompok sandang (1,03%); kelompok kesehatan (0,49%); kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,15%). Sedangkan kelompok transportasi dan komunikasi tidak mengalami perubahan yang signifikan.

(8)

8

Inflasi Pedesaan Provinsi Papua Barat dan Nasional

Menurut Kelompok Pengeluaran, Juni 2016 (2012=100)

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

6.

NTUP Subsektor

NTUP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produksi pertanian dengan faktor produksi

yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. Pada Juni 2016 terjadi kenaikan NTUP Provinsi

Papua Barat sebesar

0,96

persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini karena perubahan indeks harga

yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat, yakni sebesar

1,09

persen, dibandingkan laju indeks

BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar

0,13

persen. Menurut subsektor, kenaikan NTUP terdapat

pada seluruh subsektor penyusun NTUP. Subsektor yang mengalami kenaikan tersebut yaitu subsektor

tanaman pangan naik sebesar

0,54

persen; subsektor hortikultura naik sebesar

1,07

persen; subsektor

tanaman perkebunan rakyat naik sebesar

1,30

persen; subsektor peternakan naik sebesar

0,89

persen

dan subsektor perikanan naik sebesar

1,02

persen.

Inflasi

Pedesaan

Provinsi

Inflasi

Pedesaan

Nasional

Juni

2016

Juni

2016

[2]

[3]

Konsumsi Rumah Tangga

0,74

0,59

Bahan Makanan

1,06

0,63

Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan tembakau

0,79

1,05

Perumahan

0,24

0,28

Sandang

1,03

0,92

Kesehatan

0,49

0,26

Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga

0,15

0,17

Transportasi dan Komunikasi

0,00

0,14

Kelompok Pengeluaran

(9)

9

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Provinsi Papua Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya,

Juni 2016 (2012=100)

Subsektor Mei'16 Juni'16 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 103,44 104,00 0,54

2. Hortikultura 112,97 114,19 1,07

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 111,83 113,28 1,30

4. Peternakan 108,19 109,15 0,89

5. Perikanan 114,64 115,82 1,02

a. Tangkap 116,03 117,35 1,13

b. Budidaya 103,66 103,74 0,08

NTUP Provinsi Papua Barat 109,79 110,84 0,96

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

Diterbitkan oleh :

Bidang Statistik Distribusi

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jl. Trikora-Sowi IV No.99, Manokwari 98312.

Contact Person:

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Hendra Wijaya, SST, M.Si (0813 4444 1704)

Referensi

Dokumen terkait

Defisit neurologis yang berkaitan dengan cedera medula spinalis terjadi akibat dari proses cedera primer dan sekunder.. Sejalan dengan kaskade cedera berlanjut,

Dengan ciri–ciri sebagai Negara modern yang berbasis demokrasi dan berkedaulatan penuh oleh rakyat.Pemilihan umum merupakan wujud partisipasi politik rakyat dalam sebuah

(f. Jika nilai tes statistik menjadi terlalu besar, maka terlalu banyak perbedaan antara hasil pengamatan dan hasil yang diramal, sehingga kita dapat menolak hipotesa bahwa'

Konsumsi Rumah Tangga, yaitu, subkelompok Bahan Makanan naik sebesar 0,02 persen, subkelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau turun sebesar 0,05 persen,

Dalam pelaksanaan PPL program studi Bimbingan dan Konseling, mahasiswa praktikan melakukan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah,

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Pandabah dan seorang ahli waris [6] diperoleh informasi bahwa pada tahun 1978, orang tua (pewaris) ahli waris sebagai pemilik tanah

Atas permintaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Republik Indonesia, Asian Development Bank (ADB) pada bulan Desember 2013 telah menyetujui

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka ( Library Research) dengan pendekatan historis, dengan sumber data primer adalah buku Saleh Ritual Saleh Sosial