• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No.31/07/91 Th. XI, 03 Juli 2017

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN INFLASI PEDESAAN

PROVINSI PAPUA BARAT

1.

Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani

.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi

NTP Provinsi Papua Barat Juni 2017 sebesar 100,03 atau turun 0,19 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik hanya sebesar 0,66 persen dibandingkan laju Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,85 persen.

Pada Juni 2017, menurut subsektor, NTP Hortikultura (NTPH) merupakan subsektor yang memiliki indeks tertinggi, yaitu sebesar 107,65. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) merupakan subsektor yang memiliki indeks terendah, yaitu sebesar 95,18. Menurut laju pertumbuhan indeks dibandingkan bulan sebelumnya NTP Tanaman perkebunan rakyat (NTPR) memiliki laju pertumbuhan terendah, yaitu turun 1,24 persen. Sebaliknya, NTP Perikanan (NTN) memiliki laju pertumbuhan tertinggi, yaitu naik 0,67 persen.

Pada Juni 2017 terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Papua Barat sebesar 1,10 persen terutama disebabkan oleh indeks kelompok bahan makanan, yaitu naik 2,03 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Papua Barat Juni 2017 sebesar 113,42 atau naik 0,60 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

(2)

secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada Juni 2017, menunjukan bahwa NTP Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0,19 persen dibanding Mei 2017 yaitu dari 100,22 menjadi 100,03. Hal ini disebabkan karena indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian umumnya naik lebih cepat dibandingkan. indeks harga hasil produksi pertanian umumnya

Dua dari lima subsektor pada Juni 2017 mengalami laju penurunan indeks NTP. Berikut dua subsektor yang mengalami laju penurunan, antara lain NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,24%) dan NTP subsektor tanaman pangan (0,22%). Sedangkan, NTP subsektor perikanan mengalami peningkatan sebesar 0,67 persen dan NTP peternakan naik sebesar 0,18 persen. NTP Hortikultura tidak mangalami perubahan dari Mei dan Juni 2017.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam sesuai komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Juni 2017, secara agregat indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan sebesar 0,66 persen apabila dibandingkan dengan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Mei 2017, yaitu dari 127,00 menjadi 127,85.

Laju peningkatan It di Provinsi Papua Barat Juni 2017 disebabkan oleh adanya laju peningkatan indeks terima pada empat dari lima subsektor. Subsektor tersebut meliputi, subsektor perikanan (1,50%); subsektor peternakan (0,91%), subsektor hortikultura (0,88%) dan subsector tanaman pangan (0,72%). Sedangkan yang mengalami penurunan indeks terima yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,42 persen.

(3)

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor Juni 2017

(2012=100)

Mei 17 Juni 17

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 123.81 124.70 0.72 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 129.79 131.01 0.94 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 95.39 95.18 -0.22

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 138.12 139.33 0.88 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 128.30 129.43 0.88 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 107.65 107.65 0.00

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 122.25 121.74 -0.42 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125.40 126.45 0.84 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 97.49 96.27 -1.24

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 119.84 120.93 0.91 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121.77 122.66 0.73 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 98.41 98.59 0.18

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 126.80 128.70 1.50 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127.22 128.27 0.82 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 99.67 100.34 0.67

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 128.53 130.45 1.49 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127.11 128.15 0.82 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 101.12 101.80 0.67

5.2. Pembudidaya Ikan

a. Indeks yang Diterima (It) 113.46 115.22 1.55 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 128.09 129.20 0.86 c. Nilai Tukar Petani (NTPi) 88.58 89.18 0.68

NTP Gabungan/ Provinsi Papua Barat NTP Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 127.00 127.85 0.66 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126.73 127.81 0.85 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 100.22 100.03 -0.19

NTP Gabungan Tanpa Ikan

a. Indeks yang Diterima (It) 127.03 127.74 0.56 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126.67 127.75 0.86 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 100.28 99.99 -0.29

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

(4)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) berfluktuasi diakibatkan oleh harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada Juni 2017, Ib di Provinsi Papua Barat dilaporkan secara agregat mengalami kenaikan sebesar 0,85 persen bila dibandingkan Mei 2017, yaitu dari 126,73 menjadi 127,81. Kenaikan Ib tersebut terjadi karena seluruh subsektor mengalami kenaikan indeks bayar. Berikut indeks yang mengalami kenaikan menurut subsektornya, subsektor tanaman pangan (0,94%); subsektor hortikultura (0,88%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,84%); subsektor perikanan (0,82%) dan subsektor perikanan (0,73%).

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada Juni 2017 NTPP di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0,22 persen dengan nilai indeksnya pada posisi 95,18 di bandingkan Mei 2017. Kenaikan laju NTPP ini karena laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik relatif lebih cepat sebesar 0,94 persen dibandingkan laju indeks harga yang diterima petani (It) yang naik hanya sebesar 0,72 persen.

Peningkatan It Juni 2017 karena adanya peningkatan indeks pada kelompok padi sebesar 2,58 persen. Disisi lain, kenaikan Ib Juni 2017 karena adanya kenaikan pada indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,08 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,11 persen..

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada Juni 2017, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan tidak mengalami perubahan apabila dibandingkan bulan sebelumnya yang bernilai sama yaitu sebesar dari 107,65. Tidak adanya perubahan NTPH ini karena laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan yang sama besar yaitu sebesar sebesar 0,88 persen.

Peningkatan It Juni 2017 karena adanya peningkatan indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 1,27 persen. Sedangkan, kelompok buah-buahan dan tanaman obat tidak mengalami perubahan (0,00%). Disisi lain, kenaikan Ib Juni 2017 ini dipicu oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,07 persen.

(5)

Tabel 2.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya

Juni 2017 (2012=100)

Mei 17 Juni 17

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 123.81 124.70 0.72

- Padi 124.84 128.06 2.58

- Palawija 122.76 121.24 -1.24

b. Indeks Dibayar Petani 129.79 131.01 0.94

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.12 133.54 1.08 - Indeks BPPBM 117.00 117.13 0.11

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 138.12 139.33 0.88

- Sayur-sayuran 133.97 135.67 1.27 - Buah-buahan 148.65 148.65 0.00 - Tanaman Obat 115.90 115.90 0.00

b. Indeks Dibayar Petani 128.30 129.43 0.88

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.88 133.29 1.07 - Indeks BPPBM 113.81 113.80 -0.02

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks DiterimaPetani 122.25 121.74 -0.42

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 122.25 121.74 -0.42

b. IndeksDibayarPetani 125.40 126.45 0.84

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.46 134.05 1.20 - Indeks BPPBM 110.86 110.79 -0.06

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 119.84 120.93 0.91

- Ternak Besar 129.99 131.57 1.21 - Ternak Kecil 121.09 121.09 0.00

- Unggas 119.19 120.06 0.73

- HasilTernak 114.77 116.08 1.15

b. Indeks Dibaya rPetani 121.77 122.66 0.73

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.08 133.52 1.09 - Indeks BPPBM 108.13 108.28 0.14

5. Perikanan Tangkap Dan Pembudidaya

a. Indeks Diterima Petani 126.80 128.70 1.50

- Penangkapan 128.53 130.45 1.49

- Budidaya 113.46 115.22 1.55

b. Indeks Dibayar Petani 127.22 128.27 0.82

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135.48 136.89 1.05 - Indeks BPPBM 111.47 111.81 0.31

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Diterima Petani 128.53 130.45 1.49

- Penangkapan Laut 128.53 130.45 1.49

b. Indeks Dibayar Petani 127.11 128.15 0.82

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135.53 136.95 1.05 - Indeks BPPBM 111.76 112.11 0.32

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan

(Lanjutan Tabel 2.Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya)

(6)

[1] [2] [3] [4] 5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Diterima Petani 113.46 115.22 1.55

- Budidaya Air Tawar 120.82 121.67 0.70 - Budidaya Laut 111.33 113.40 1.85 - Budidaya Air Payau 100.00 100.00 0.00

b. Indeks Dibayar Petani 128.09 129.20 0.86

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135.03 136.45 1.05 - Indeks BPPBM 109.26 109.51 0.23 Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada Juni 2017 NTPR mengalami penurunan sebesar 1,24 persen apabila dibandingkan dengan Mei 2017 yaitu dari 97,49 menjadi 96,27. Penurunan NTPR ini disebabkan oleh laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik relatif lebih cepat sebesar 0,84 persen dibandingkan laju indeks harga yang diterima petani (It) yang turun sebesar 0,42 persen..

Penurunan It pada Juni 2017 ini karena adanya penurunan indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 0,42 persen yaitu dari 122,25 menjadi 121,74. Disisi lain, kenaikan Ib pada Juni 2017 dikarenakan adanya laju indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 1,20 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada Juni 2017, NTPT mengalami peningkatan sebesar 0,18 persen apabila dibandingkan Mei 2017 yaitu dari 98,41 menjadi 98,59, hal ini terjadi karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,91 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang hanya naik sebesar 0,73 persen.

Peningkatan It pada Juni 2017 ini disebabkan karena terjadi peningkatan indeks harga pada kelompok ternak besar, hasil ternak dan unggas masing-masing sebesar 1,21 persen, 1,15 persen dan 0,73 persen. Sedangkan, kelompok ternak kecil tidak mengalami perubahan (0,00%). Disisi lain, kenaikan Ib pada Juni 2017 ini disebabkan karena kenaikan indeks konsumsi rumah tangga dan kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) masing-masing sebesar 1,09 persen dan 0,14 persen.

(7)

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada Juni 2017, terjadi peningkatan NTNP sebesar 0,67 persen dibandingkan Mei 2017 yaitu dari 99,67 menjadi 100,34. Peningkatan NTNP ini dikarenakan laju indeks harga yang diterima petani (It) mengalamai peningkatan sebesar 1,50 persen, dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,82 persen.

Peningkatan It Juni 2017 dikarenakan terdapat peningkatan indeks harga kelompok perikanan budidaya dan tangkap masing-masing sebesar 1,55 persen dan 1,49 persen. Di sisi lain, kenaikan Ib Juni 2017 disebabkan karena kenaikan indeks konsumsi rumah tangga dan kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) masing-masing sebesar 1,05 persen dan 0,31 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Juni 2017, terjadi peningkatan NTN sebesar 0,67 persen dibandingkan Mei 2017 yaitu dari 101,12 menjadi 101,80 Peningkatan NTN ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,49 persen, dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,82 persen.

Peningkatan It Juni 2017 disebabkan adanya peningkatan pada indeks harga kelompok penangkapan laut sebesar 1,49 persen. Disisi lain, peningkatan Ib Juni 2017 disebabkan karena meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga dan kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) masing-masing sebesar 1,05 persen dan 0,32 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Juni 2017, terjadi peningkatan NTPi sebesar 0,68 persen dibandingkan Mei 2017 yaitu dari 88,58 menjadi 89,18. Peningkatan NTPi ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat sebesar 1,55 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik hanya sebesar 0,86 persen.

Peningkatan It Juni 2017 disebabkan karena terdapat peningkatan pada indeks harga kelompok budidaya laut dan air tawar masing-masing sebesar 1,85 persen dan 0,70 persen. Sedangkan, indeks harga kelompok budidaya la air payau tidak mengalami penurunan maupun peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Disisi lain, peningkatan Ib Juni 2017 disebabkan karena peningkatan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,05 persen, sedangkan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami peningkatan sebesar 0,23 persen.

(8)

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada Juni 2017, terjadi inflasi di daerah perdesaan secara regional di Provinsi Papua Barat sebesar 1,10 persen, hal ini terjadi karena dari tujuh semua kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami peningkatan atau inflasi. Kelompok bahan makanan; kesehatan; sandang; perumahan; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; transportasi dan komunikasi; dan Pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,03 persen, 0,92 persen, 0,73 persen, 0,39 persen, 0,26 persen, 0,12 persen dan 0,05 persen.

Tabel 3

Inflasi Pedesaan Provinsi Papua Barat dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran,

Juni 2017 (2012=100)

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

Inflasi

Pedesaan

Provinsi

Inflasi

Pedesaan

Nasional

Juni

2017

2017

Juni

[2]

[3]

Konsumsi Rumah Tangga

1.10

0.22

Bahan Makanan

2.03

-0.35

Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan tembakau

0.26

0.28

Perumahan

0.39

1.50

Sandang

0.73

1.29

Kesehatan

0.92

0.33

Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga

0.05

0.45

Transportasi dan Komunikasi

0.12

0.28

Kelompok Pengeluaran

[1]

(9)

6.

NTUP Subsektor

NTUP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produksi pertanian dengan faktor produksi

yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. Pada Juni 2017 terjadi peningkatan NTUP Provinsi

Papua Barat sebesar 0,60 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini karena indeks harga yang

diterima petani (It) naik sebesar 0,66 persen, dibandingkan indeks BPPBM yang mengalami kenaikan hanya

sebesar 0,07 persen. Menurut subsektor, peningkatan NTUP terdapat pada empat dari lima subsektor

penyusun NTUP. Subsektor yang mengalami kenaikan tersebut yaitu subsektor tanaman perikanan naik

sebesar 1,19 persen, subsektor hortikultura sebesar 0,89 persen, subsektor peternakan sebesar 0,77 persen

dan subsektor tanaman pangan mengalami peningkatan sebesar 0,61 persen. Sedangkan, subsektor

tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,36 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Provinsi Papua Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya,

Juni 2017 (2012=100)

Subsektor Mei'17 Juni'17 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 105.82 106.46 0.61

2. Hortikultura 121.36 122.44 0.89

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 110.28 109.88 -0.36

4. Peternakan 110.83 111.68 0.77

5. Perikanan 113.76 115.11 1.19

a. Tangkap 115.01 116.36 1.17

b. Budidaya 103.85 105.21 1.31

NTUP Provinsi Papua Barat 112.75 113.42 0.60

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

(10)

Diterbitkan oleh :

Bidang Statistik Distribusi

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jl. Trikora-Sowi IV No.99, Manokwari 98312.

Contact Person:

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Hendra Wijaya, SST, M.Si (0811-4857-341)

Elen Nanlohy, SST

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan IKRT Maluku Utara tertinggi terjadi pada Juli 2013, yaitu sebesar 3,20 persen yang disebabkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran terutama kelompok bahan

Untuk mendukung pencapaian tujuan keterlaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi dan sejalan dengan salah satu misi Universitas Riau Kepulauan, Lembaga Penelitian dan

Direktorat Jenderal Cipta Karya mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan sistem penyediaan air minum,

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian tindakan kelas ini, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Laporan Keuangan Konsolidasian Interim Perseroan dan Entitas Anaknya tanggal 31 Juli 2016 dan untuk periode tujuh bulan yang berakhir pada tanggal tersebut, telah

• Meningkatnya kondisi ekonomi konsumen triwulan III-2017 dipengaruhi oleh ketiga variabel pembentuknya, yaitu indeks volume konsumsi (103,82), indeks pengaruh

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Pandabah dan seorang ahli waris [6] diperoleh informasi bahwa pada tahun 1978, orang tua (pewaris) ahli waris sebagai pemilik tanah

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu: (1) penyampaian materi oleh pakar tentang pengenalan software Phet serta penggunaan software Phet dalam