• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

NTP Provinsi Papua Barat Desember 2016 sebesar 100,17 atau turun 0,64 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan laju Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun 0,30 persen lebih cepat dibandingkan laju Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,34 persen.

Pada Desember 2016, menurut subsektor, NTP Hortikultura (NTPH) merupakan subsektor yang memiliki indeks tertinggi, yaitu sebesar 106,49. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) merupakan subsektor yang memiliki indeks terendah, yaitu sebesar 93,29. Menurut laju pertumbuhan indeks dibandingkan bulan sebelumnya NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) memiliki laju pertumbuhan terendah, yaitu turun

1,53 persen. Sebaliknya, NTP Peternakan (NTPT) memiliki laju pertumbuhan tertinggi, yaitu turun 0,06 persen.

Pada Desember 2016 terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Papua Barat sebesar 0,39 persen terutama disebabkan oleh indeks kelompok Sandang, yaitu naik 1,07 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Papua Barat Desember 2016 sebesar

112,11 atau turun 0,45 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

No.02/01/91 Th. XI, 3 Januari 2017

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN INFLASI PEDESAAN

PROVINSI PAPUA BARAT

1.

Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani

.

(2)

termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada bulan Desember 2016, menunjukan bahwa NTP Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0,64 persen dibanding bulan November 2016 yaitu dari 100,81 menjadi 100,17. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian umumnya turun lebih cepat dibandingkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian umumnya.

Seluruh subsektor pada bulan Desember 2016 mengalami laju penurunan indeks NTP. Berikut lima subsektor yang mengalami laju penurunan, antara lain NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (-1,53%); NTP subsektor tanaman pangan (-1,17%); NTP subsektor perikanan (-0,35%); NTP subsektor hortikultura (-0,08%) dan NTP subsektor peternakan (-0,06%).

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam sesuai komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Desember 2016, secara agregat indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0,30 persen apabila dibandingkan dengan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada bulan November 2016, yaitu dari 125,37 menjadi 124,99.

Laju penurunan It di Provinsi Papua Barat bulan Desember 2016 disebabkan oleh adanya laju penurunan indeks terima pada tiga dari lima subsektor. Subsektor tersebut meliputi, subsektor tanaman perkebunan rakyat

(-1,18%); subsektor tanaman pangan (-0,74%) dan subsektor perikanan (-0,10%). Sedangkan subsektor Hortikultura

(3)

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor Desember 2016

(2012=100)

Okt-16 Nop-16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 120,07 119,19 -0,74

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127,21 127,76 0,44

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 94,39 93,29 -1,17

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 134,03 134,34 0,23

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,76 126,16 0,31

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 106,57 106,49 -0,08

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 125,04 123,56 -1,18

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,00 123,43 0,35

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 101,66 100,11 -1,53

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 118,12 118,38 0,22

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,69 120,03 0,28

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 98,69 98,62 -0,06

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 127,89 127,76 -0,10

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,34 125,65 0,25

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 102,03 101,68 -0,35

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 129,89 129,70 -0,15

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,26 125,57 0,25

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 103,70 103,29 -0,39

5.2. Pembudidaya Ikan

a. Indeks yang Diterima (It) 112,48 112,87 0,35

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,96 126,30 0,27

c. Nilai Tukar Petani (NTPi) 89,30 89,37 0,08

NTP Gabungan/ Provinsi Papua Barat NTP Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 125,37 124,99 -0,30 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,36 124,78 0,34 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 100,81 100,17 -0,64

NTP Gabungan Tanpa Ikan

a. Indeks yang Diterima (It) 125,06 124,65 -0,33

(4)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) berfluktuasi diakibatkan oleh harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Desember 2016, Ib di Provinsi Papua Barat dilaporkan secara agregat mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen bila dibandingkan November 2016, yaitu dari 124,36 menjadi 124,78. Kenaikan Ib tersebut terjadi karena seluruh subsektor mengalami kenaikan indeks bayar. Berikut indeks yang mengalami kenaikan menurut subsektornya, subsektor tanaman pangan (0,44%); subsektor hortikultura (0,31%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,35%); subsektor peternakan (0,28%) dan subsektor perikanan mengalami kenaikan Ib yaitu sebesar 0,25%.

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada bulan Desember 2016 NTPP di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar -1,17% dengan nilai indeksnya pada posisi 93,29 di bandingkan bulan November 2016. Penurunan laju NTPP ini karena laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,44 persen.

Penurunan It Desember 2016 karena adanya penurunan indeks pada kelompok padi sebesar 1,84 persen. Sementara, indeks pada kelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen. Disisi lain, kenaikan Ib Desember 2016 karena adanya kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga petani sebesar 0,48 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,15 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada bulan Desember 2016, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan mengalami penurunan sebesar 0,08 persen apabila dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari 106,57 menjadi 106,49. penurunan NTPH ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,23 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,31 persen.

Kenaikan It bulan Desember 2016 karena adanya kenaikan indeks harga kelompok buah-buahan dan tanaman obat yang masing-masing sebesar 1,40 persen dan 1,12 persen. Sedangkan, indeks harga kelompok sayur-sayuran menglami penurunan sebesar 0,28 persen. Disisi lain, kenaikan Ib bulan Desember 2016 ini dipicu oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,35 persen dan indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,17 persen.

(5)

Tabel 2.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya

Desember 2016 (2012=100)

Nov'16 Des-16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 120,07 119,19 -0,74

- Padi 122,33 120,08 -1,84

- Palawija 117,75 118,27 0,44

b. Indeks Dibayar Petani 127,21 127,76 0,44

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,33 129,95 0,48

- Indeks BPPBM 115,55 115,72 0,15

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 134,03 134,34 0,23

- Sayur-sayuran 130,77 130,41 -0,28

- Buah-buahan 142,31 144,30 1,40

- Tanaman Obat 114,56 115,84 1,12

b. Indeks Dibayar Petani 125,76 126,16 0,31

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,00 129,44 0,35

- Indeks BPPBM 112,66 112,85 0,17

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks DiterimaPetani 125,04 123,56 -1,18

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 125,04 123,56 -1,18

b. IndeksDibayarPetani 123,00 123,43 0,35

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,67 130,22 0,42

- Indeks BPPBM 109,24 109,42 0,17

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 118,12 118,38 0,22

- Ternak Besar 132,18 131,84 -0,26

- Ternak Kecil 117,95 120,13 1,85

- Unggas 116,63 115,91 -0,62

- HasilTernak 111,92 111,92 0,00

b. Indeks Dibaya rPetani 119,69 120,03 0,28

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,38 129,80 0,33

- Indeks BPPBM 106,88 107,09 0,20

5. Perikanan Tangkap Dan Pembudidaya

a. Indeks Diterima Petani 127,89 127,76 -0,10

- Penangkapan 129,89 129,70 -0,15

- Budidaya 112,48 112,87 0,35

b. Indeks Dibayar Petani 125,34 125,65 0,25

(6)

(Lanjutan Tabel 2.Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya)

Nov'16 Des'16

[1] [2] [3] [4]

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Diterima Petani 112,48 112,87 0,35

- Budidaya Air Tawar 117,61 119,27 1,41

- Budidaya Laut 111,03 111,03 0,00

- Budidaya Air Payau 100,00 100,00 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 125,96 126,30 0,27

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,63 133,09 0,35

- Indeks BPPBM 107,85 107,86 0,01

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Desember 2016 NTPR mengalami penurunan sebesar 1,53 persen apabila dibandingkan dengan November 2016 yaitu dari 101,66 menjadi 100,11. Penurunan NTPR ini disebabkan oleh laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 1,18 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,35 persen.

Penurunan It pada Desember 2016 ini karena adanya penurunan indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 1,18 persen yaitu dari 125,04 menjadi 123,56. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Desember 2016 dikarenakan adanya laju indeks kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar

0,42 persen dan laju indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM)

mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Desember 2016, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,06 persen apabila dibandingkan bulan November 2016 yaitu dari 98,69 menjadi 98,62, hal ini terjadi karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,22 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen.

Kenaikan It pada Desember 2016 ini disebabkan karena terjadi kenaikan indeks harga pada kelompok ternak kecil yakni sebesar 1,85 persen. Sedangkan, kelompok ternak besar dan Unggas mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,26 persen dan 0,62 persen. Sementara, kelompok hasil ternak tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Desember 2016 ini disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,33 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar

(7)

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Desember 2016, terjadi penurunan NTNP sebesar 0,35 persen dibandingkan bulan November 2016 yaitu dari 102,03 menjadi 101,68. Penurunsn NTNP ini dikarenakan laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,10 persen, dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,25 persen.

Penurunan It bulan Desember 2016 dikarenakan terdapat penurunan indeks harga kelompok perikanan tangkap sebesar 0,15 persen dan kenaikan kelompok budidaya sebesar 0,35 persen. Di sisi lain, kenaikan Ib pada Desember 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,35 persen dan kenaikan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,01 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Desember 2016, terjadi penurunan NTN sebesar 0,39 persen dibandingkan November 2016 yaitu dari

103,70 menjadi 103,29. Penurunan NTN ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif

lebih cepat yakni sebesar 0,15 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,25 persen.

Penurunan It Desember 2016 disebabkan adanya penurunan pada indeks harga kelompok penangkapan laut sebesar 0,15 persen. Disisi lain, kenaikan Ib Desember 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,36 persen dan kenaikan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,01 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Desember 2016, terjadi kenaikan NTPi sebesar 0,08 persen dibandingkan November 2016 yaitu dari

89,30 menjadi 89,37. Kenaikan NTPi ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif

lebih cepat sebesar 0,35 persen dibandingkan kenaikan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar

0,27 persen.

Kenaikan It Desember 2016 disebabkan karena terdapat kenaikan pada indeks harga kelompok budidaya air tawar sebesar 1,41 persen. Sedangkan, indeks harga kelompok budidaya air laut dan kelompok budidaya air payau tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Desember 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok

(8)

kenaikan atau inflasi. Kelompok sandang mengalami perubahan yang paling signifikan, yaitu naik sebesar 1,07 persen. Selanjutnya, kelompok bahan makanan mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen; kelompok kesehatan mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen; kelompok transportasi dan komunikasi mengalami kenaikan sebesar 0,07 persen dan kelompok perumahan mengalami kenaikan sebesar 0,03 persen. Sedangkan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami penurunan harga/deflasi sebesar 0,18 persen.

Tabel 3

Inflasi Pedesaan Provinsi Papua Barat dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran,

Desember 2016 (2012=100)

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

6.

NTUP Subsektor

NTUP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produksi pertanian dengan faktor produksi

yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. Pada Desember 2016 terjadi penurunan NTUP

Provinsi Papua Barat sebesar 0,45 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini karena perubahan

indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat, yakni sebesar 0,30 persen, dibandingkan laju

Inflasi

Pedesaan

Provinsi

Inflasi

Pedesaan

Nasional

Desember

2016

Desember

2016

[2]

[3]

Konsumsi Rumah Tangga

0,39

0,42

Bahan Makanan

0,69

0,62

Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan tembakau

0,11

0,35

Perumahan

0,03

0,20

Sandang

1,07

0,24

Kesehatan

0,12

0,27

Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga

-0,18

0,14

Transportasi dan Komunikasi

0,07

0,16

Kelompok Pengeluaran

(9)

indeks BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen. Menurut subsektor, penurunan NTUP

terdapat pada tiga dari lima subsektor penyusun NTUP. Subsektor yang mengalami penurunan tersebut

yaitu subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,88 persen, subsektor tanaman perkebunan turun sebesar

1,35 persen dan subsektor perikanan turun sebesar 0,11 persen. Sedangkan, subsektor hortikultura dan

subsektor peternakan mengalami kenaikan indeks NTUP masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0.02

persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Provinsi Papua Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya,

Desember 2016 (2012=100)

Subsektor November'16 Desember'16 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 103,91 102,99 -0,88

2. Hortikultura 118,97 119,05 0,07

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 114,47 112,92 -1,35

4. Peternakan 110,52 110,54 0,02

5. Perikanan 115,75 115,63 -0,11

a. Tangkap 117,20 117,02 -0,16

b. Budidaya 104,29 104,64 0,34

NTUP Provinsi Papua Barat 112,62 112,11 -0,45

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

Diterbitkan oleh :

Bidang Statistik Distribusi

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jl. Trikora-Sowi IV No.99, Manokwari 98312.

Contact Person:

Referensi

Dokumen terkait

untuk binatang dan peralatan yang ia pergunakan dalam penggarapan dan pengolahan lahan tersebut. Ada dua cara atau solusi yang bisa ditempuh supaya hasil tanaman

Dalam pelaksanaan PPL program studi Bimbingan dan Konseling, mahasiswa praktikan melakukan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah,

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Pandabah dan seorang ahli waris [6] diperoleh informasi bahwa pada tahun 1978, orang tua (pewaris) ahli waris sebagai pemilik tanah

Merupakan suatu kondisi Polis ini bahwa tidak menjamin setiap harta benda yang dalam lingkup secara langsung atau tidak langsung dijamin oleh asuransi lain (baik Polis

Defisit neurologis yang berkaitan dengan cedera medula spinalis terjadi akibat dari proses cedera primer dan sekunder.. Sejalan dengan kaskade cedera berlanjut,

Hasil pengolahan data dari perhitungan regresi linier juga menerangkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan namun positif antara kecerdasan emosional

Atas permintaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Republik Indonesia, Asian Development Bank (ADB) pada bulan Desember 2013 telah menyetujui

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru matematika Sekolah Menengah Kejuruan