• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

No. 32/06/36/ Th.X, 1 Juni 2016

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

BULAN

MEI

2016

A.

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI

NILAI

TUKAR

PETANI

(NTP)

MEI

2016

SEBESAR

102,03

ATAU TURUN

1,35

PERSEN

NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada Mei 2016, NTP secara umum turun 1,35 persen dibandingkan NTP April, yaitu dari 103,42 menjadi 102,03. Penurunan NTP pada Mei 2016 disebabkan karena terjadi penurunan pada Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang turun sebesar 1,46 persen meskipuna Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami penurunan sebesar 0,12 persen.

 NTP Banten Mei 2016 sebesar 102,03 atau turun 1,35 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan terjadi penurunan pada Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang turun sebesar 1,46 persen meskipun Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami penurunan sebesar 0,12 persen.

 Pada Mei 2016 terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,19 persen terutama disebabkan oleh turunnya indeks kelompok bahan makanan sebesar 0,60 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Banten Mei 2016 sebesar 107,77 atau turun 1,54 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

 Pada Bulan Mei 2016 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,61 yang diikuti oleh Provinsi Bali sebesar 105,94 dan Provinsi Gorontalo sebesar 105,69. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 94,90.

(2)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

April 2016 Mei 2016

(1) (2) 3) (4)

Gabungan / Banten

a. Indeks yang diterima (It) 125,84 124,00 -1,46

b. Indeks yang d dibayar (Ib) 121,68 121,53 -0,12

c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,04 123,80 -0,19

d. Indeks BPPBM 114,97 115,06 0,08

e. Nilai Tukar Petani (NTP) 103,42 102,03 -1,35

Penurunan NTP Mei 2016 terutama disebabkan oleh turunnya NTP pada subsektor tanaman pangan yang turun sebesar 2,61 persen yang juga diikuti penurunan pada dua subsektor lainnya yakni subsektor hortikultura turun 0,06 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat yang turun 1,00 persen. Sementara dua sbsektor lainnya mengalami penurunan yani subsektor peternakan naik sebesar 0,08 persen dan subsektor perikanan naik 0,04 persen.

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (I

t

)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Mei 2016, It Banten mengalami penurunan sebesar 1,46 persen dibanding It April, yaitu turun dari 125,84 menjadi 124,00. Penurunan It pada Mei 2016 disebabkan turunnya It pada hampir keseluruhan subsektor kecuali subsektor peternakan. It pada subsektor tanaman pangan mengalami penurunan yang cukup besar yakni sebesar 2,76 persen; Subsektor hortikultura turun 0,20 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat turun 1,16 persen; dan subsektor perikanan yang turun 0,08 persen. Sementara hanya It pada subsektor peternakan yang mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen.

-3.59 0.47 0.75 -0.21 -0.13 -1.44 -2.76 -0.20 -1.16 0.13 -0.08 -1.46 -4.00 -3.50 -3.00 -2.50 -2.00 -1.50 -1.00 -0.500.00 0.50 1.00

T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

(3)

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (I

b

)

Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Mei 2016 indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,12 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami penurunan sebesar 0,19 persen yakni dari 124,04 menjadi 123,80 dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen atau naik dari 114,97 menjadi 115,06. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya tiga kelompok yakni kelompok bibit naik sebesar 0,14 persen, kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,04 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,40 persen, Sementara indeks pada kelompok transportasi masih mengalami penurunan sebesar 0,01 persen. Kelompok penambahan barang modal dan kelompok upah buruh tidak mengalami perubahan.

3.

Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)

Pada bulan Mei 2016 NTP-P mengalami penurunan indeks sebesar 2,61 persen atau turun dari 104,39 menjadi 101,66. Hal ini karena Indeks Harga yang Diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 2,76 persen, meskipun Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) juga mengalami penurunan sebesar 0,15 persen. Penurunan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena turunnya indeks pada subkelompok padi sebesar 2,88 persen. Penurunan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh turunnya harga gabah sebesar 2,88 persen. Sementara indeks pada subkelompok palawija mengalami penurunan sebesar 0,55 persen yang dipengaruhi turunnya harga kacang hijau dan ketela pohon. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) yang mengalami penurunan sebesar 0,15 persen karena pengaruh turunnya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,19 persen, meski indeks BPPBM naik sebesar 0,04 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada tiga kelompok yakni kelompok bibit naik sebesar 0,07 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lainnya naik sebesar 0,35 persen, serta kelompok transportasi yang naik sebesar 0,18 persen,

-0.15 -0.14 -0.16 0.05 -0.12 -0.12 -0.19 -0.20 -0.19 -0.19 -0.21 -0.19 0.04 0.04 0.01 0.32 0.04 0.08 -0.30 -0.20 -0.10 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40

T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

(4)

Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok

Bulan

Maret 2016 April 2016 Mei 2016

Persentase perubahan Mei 2016 thd

April 2016

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 133,44 128,65 125,10 -2,76

- Padi 133,72 128,67 124,96 -2,88

- Palawija 128,37 128,37 127,66 -0,55

b. Indeks Dibayar Petani 123,38 123,25 123,06 -0,15

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 124,58 124,40 124,16 -0,19

- Indeks BPPBM 117,45 117,55 117,60 0,04

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 108,15 104,39 101,66 -2,61

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 125,41 126,00 125,75 -0,20

- Sayur-sayuran 123,14 123,23 125,07 1,49

- Buah-buahan 127,15 128,12 126,44 -1,31

- Tanaman Obat 115,79 114,40 116,22 1,59

b. Indeks Dibayar Petani 120,99 120,67 120,50 -0,14

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 123,78 123,59 123,35 -0,20

- Indeks BPPBM 113,32 112,61 112,65 0,04

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 103,65 104,42 104,36 -0,06

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 123,27 124,20 122,75 -1,16

- Tanaman Perkebunan Rakyat 123,27 124,20 122,75 -1,16

b. Indeks Dibayar Petani 122,50 122,31 122,11 -0,16

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 124,19 124,04 123,80 -0,19

- Indeks BPPBM 114,39 113,98 113,99 0,01

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 100,63 101,54 100,52 -1,00

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 119,58 119,32 119,48 0,13

- Termak Besar 127,60 127,40 127,06 -0,26

- Ternak Kecil 124,98 124,14 124,61 0,38

- Unggas 113,52 113,63 113,76 0,12

- Hasil Ternak 117,50 116,83 117,45 0,53

b. Indeks Dibayar Petani 118,41 118,02 118,07 0,05

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 123,98 123,59 123,35 -0,19

- Indeks BPPBM 112,51 112,10 112,46 0,32

c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 100,98 101,10 101,19 0,08

5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 128,66 128,49 128,39 -0,08

- Penangkapan 145,16 144,55 144,48 -0,05

- Budidaya 115,80 115,98 115,86 -0,11

b. Indeks Dibayar Petani 120,41 120,26 120,12 -0,12

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 124,03 124,26 124,00 -0,21

- Indeks BPPBM 114,74 113,99 114,03 0,04

(5)

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Mei 2016 mengalami penurunan sebesar 0,06 persen dari 104,42 menjadi 104,36. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,20 persen meski indeks harga yang dibayar petani juga mengalami penurunanan sebesar 0,14 persen, namun penurunan pada It masih lebih cepat dari pada penurunan pada Ib. Penurunan It pada subsektor hortikultura disebabkan oleh turunnya indeks pada kelompok buah-buahan sebesar 1,31 persen. Sementara dua kelompok lainnya yakni; kelompok sayur-sayuran naik sebesar 1,49 persen dan kelompok tanaman obat naik 1,59 persen. Kenaikan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh naiknya harga melinjo, ketimun, petai, jengkol, buncis, bawang merah dan kacang panjang; kenaikan indeks pada kelompok tanaman obat disebabkan oleh naiknya harga jahe; sementara penurunan kelompok buah-buahan disebabkan oleh turunnya harga pisang, nanas dan belimbing. Di sisi lain penurunan indeks pada Ib dipengaruhi turunnya IKRT sebesar 0,14 persen meski Indeks BPPBM naik sebesar 0,04 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)

Pada Bulan Mei 2016 NTP-R sebesar 100,52 atau mengalami penurunan sebesar 1,00 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena laju penurunan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,16 persen, lebih cepat dari laju penurunan pada indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,16 persen. Penurunan It terjadi karena turunnya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,16 persen yakni dari 124,20 menjadi 122,75 persen yang dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa tanaman perkebunan rakyat, di antaranya harga cengkeh sebesar 2,52 persen, kakao sebesar 2,59 persen dan kapulaga 1,16 persen. Di sisi lain penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi turunnya IKRT sebesar 0,19 persen meski indeks BPPBM naik sebesar 0,01 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTP-T)

Pada bulan Mei 2016 NTP-T mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen yang disebabkan karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,13 persen lebih cepat dari laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,05 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks pada tiga kelompok peternakan, yakni kelompok kelompok ternak kecil naik 0,38 persen, unggas naik 0,12 persen dan hasil ternak naik 0,53 persen. Sementara kelompok ternak besar mengalami penurunan sebesar 0,26 persen, Penurunan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh turunnya harga sapi potong. Sedangkan kenaikan pada kelompok ternak kecil dipengaruhi oleh naiknya harga domba; pada hasil ternak dipengaruhi oleh naiknya harga telur ayam ras, dan pada unggas dipengaruhi oleh naiknya harga ayam ras pedaging. Kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,05 persen dipengaruhi oleh naiknya Indeks BPPBM sebesar 0,32 persen meskipun IKRT mengalami penurunan sebesar 0,19 persen.

(6)

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP pada bulan Mei 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen dari 106,84 menjadi 106,88 persen . Hal ini karena laju penurunan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,08 persen masih lebih lambat dari laju penurunan pada indeks harga yang dibayar petani yang turun sebesar 0,12 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks pada kelompok penangkapan sebesar 0,05 persen dan kelompok budidaya sebesar 0,11 persen. Penurunan Ib sebesar 0,12 persen disebabkan indeks KRT yang mengalami penurunan sebesar 0,21 persen meski indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Mei 2016, NTN nak sebesar 0,05 persen dari 120,17 menjadi 120,23. Hal ini terjadi karena laju penurunan It yang sebesar 0,05 persen lebih lambat dibanding laju penurunan Ib yang sebesar 0,10 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: ikan tenggiri, selar, sebelah, pari, biji nangka, dan lainnya. Sedangkan pada Ib terjadi penurunan indeks yang disebabkan oleh turunnya indeks kelompok KRT yakni sebesar 0,20 persen, meski diperlambat dengan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,09 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Mei 2016, NTPi naik sebesar 0,03 persen. Hal ini terjadi karena laju penurunan pada It yang sebesar 0,11 persen masih lebih lambat dibandingkan dengan laju penurunan pada Ib yang turun sebesar 0,13 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar yakni sebesar 0,29 persen yakni harga ikan lele dan ikan mas. Sementara itu, penurunan yang terjadi pada Ib dikarenakan turunnya indeks pada KRT sebesar 0,21 persen.

4.

Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di pedesaan. Pada bulan Mei 2016 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi deflasi di perdesaan sebesar 0,19 persen. Pemicu deflasi tertinggi adalah deflasi pada kelompok bahan makanan yang turun sebesar 0,60 persen dan kelompok kesehatan yang turun sebesar 0,05 persen. Empat kelompok lainnya mengalami inflasi yakni; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,03 persen; kelompok perumahan inflasi sebesar 0,16 persen, kelompok sandang inflasi sebesar 0,33 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi mengalami inflasi sebesar 0,08 persen. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga tidak mengalami perubahan.

(7)

KELOMPOK IKRT IKRT April IKRT Mei 2016 Inflasi Perdesaan (persen)

UMUM 124,04 123,80 -0,19

1. Bahan Makanan 127,66 126,90 -0,60

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 122,83 122,86 0,03

3. Perumahan 126,14 126,34 0,16

4. Sandang 117,52 117,92 0,33

5. Kesehatan 118,94 118,88 -0,05

6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 116,70 116,70 0,00

7. Transportasi & Komunikasi 120,36 120,46 0,08

5.

Perbandingan antar Provinsi di Indonesia

Pada Bulan Mei 2016 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,61 yang diikuti oleh Provinsi Bali sebesar 105,94 dan Provinsi Gorontalo sebesar 105,69. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 94,90. NTP nasional sebesar 101,55 yang mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,22.

Provinsi NTP Rangking Provinsi NTP Rangking

Sulawesi Barat 106,61 1 Sulawesi Tengah 99,91 18

Bali 105,94 2 Jawa Tengah 99,86 19

Gorontalo 105,69 3 Riau 99,78 20

Maluku Utara 104,64 4 Jambi 99,57 21

Jawa Barat 104,29 5 Sulawesi Tenggara 99,55 22

Jawa Timur 104,28 6 Kepulauan Riau 99,18 23

Maluku 104,13 7 Sumatera Barat 98,55 24

Sulawesi Selatan 103,90 8 Kalimantan Timur 98,27 25

NTB 103,81 9 Kalimantan Tengah 97,73 26

Maluku 103,50 10 Kalimantan Selatan 97,22 27

Bangka Belitung 103,21 11 NAD 96,92 28

Yogyakarta 103,21 12 Kalimantan Barat 96,72 29

Banten 102,03 13 Sulawesi Utara 96,63 30

DKI 101,67 14 Papua 96,24 31

Sumatera Utara 100,91 15 Bengkulu 94,91 32

NTT 100,08 16 Sumatera Selatan 94,90 33

Papua Barat 99,94 17 Nasional 101,55

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Pada Mei 2016 terjadi penurunan NTUP sebesar 1,54 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 1,46 persen, namun indeks BPBBM justru mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen. Jika dilihat per subsektor, penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada keseluruhan subsektor yakni subsektor tanaman pangan turun 2,80 persen; subsektor hortikultura turun 0,24 persen; tanaman

(8)

perkebunan turun 1,17 persen; subsektor peternakan turun 0,19 persen, dan subsektor perikanan juga turun 0,12 persen.

Subsektor April 2016 Mei 2016 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 109,45 106,38 -2,80

2. Hortikultura 111,90 111,63 -0,24

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 108,96 107,68 -1,17

4. Peternakan 106,44 106,23 -0,19

5. Perikanan 112,72 112,59 -0,12

a. Tangkap 126,63 126,46 -0,13

b. Budidaya 101,86 101,75 -0,11

(9)

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH

Pada Mei 2016, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan GKG ditemui sebanyak 13,95 persen, kualitas GKP sebanyak 72,09 persen dan kualitas rendah sebanyak 13,95 persen. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Kelompok Kualitas

Persentase Jumlah Obser-vasi

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata

Harga Tingkat Penggilingan (RP/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.)

Terendah Tertinggi Rata-Rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) G K G 13,95 % 5000 5200 5.100 5.200 4.600 G K P 72,09 % 3.700 4.400 4.082 4.189 Petani 3.700 Penggilingan 3.750 Gabah Kualitas Rendah 13,95 % 3.850 4.000 3.900 4.150 -

2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata – rata Komponen Mutu

Pada Bulan Mei 2016, dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.700,- per kg untuk kualitas GKP dijumpai di Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang dengan varietas Ciherang. Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.200,- per kg untuk kualitas GKG di Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak dengan varietas ciherang.

Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKG KA nya 12,48 persen dan KH 2,69 persen, kualitas GKP KA nya sebesar 15,02 persen dan KH nya 6,47 persen sedangkan untuk Kualitas Rendah KA nya 20,60 persen dan  Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Mei 2016 dibandingkan keadaan April untuk Gabah

Kering Giling (GKG) turun sebesar 2,55 persen, Gabah Kering Panen (GKP ) naik sebesar 4,98 persen dan gabah kualitas rendah naik sebesar 0,18 persen.

 Rata-rata harga gabah bulan Mei 2016 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG sebesar Rp. 5.200,- per kg, gabah kualitas GKP Rp. 4.189,- per kg,- dan gabah kualitas rendah rata-rata Rp. 4.150,- per kg.  Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 3.700,- per kg dijumpai di Kecamatan Kramatwatu

Kabupaten Serang dengan kualitas Gabah Kering Panen (varietas ciherang), sedangkan harga tertinggi sebesar Rp. 5.200,- per kg dijumpai di Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak untuk Gabah Kering Giling (Varietas Ciherang).

(10)

Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen)

Maret’16 April’16 Mei’16 Maret’16 April’16 Mei’16

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

GKG 12,71 12,77 12,48 2,56 2,47 2,69

GKP 16,12 15,75 15,02 6,57 5,83 6,47

Kualitas Rendah 25,65 23,33 20,60 10,62 10,11 12,45

3. Persentase Jumlah Observasi harga Gabah di bawah HPP di Tingkat Penggilingan

Pada Bulan Mei 2016 ini tidak ditemukan observasi harga gabah di bawah HPP, sedangkan observasi gabah kualitas rendah sebesar 13,95 persen.

Rincian Di Tingkat Penggilingan (persen)

Des’15 Jan’16 Feb’16 Mar’16 Apr’16 Mei’16

Observasi Di bawah HPP - - - 15,56 14,28 -

Obs. Gabah Kualitas Rendah 14,29 16,67 35,17 42,22 20,75 13,95

4. Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas

Rata-rata harga gabah kualitas kering giling (GKG) di Provinsi Banten sebesar Rp. 5.200,- per kg di tingkat penggilingan dan di tingkat petani sebesar Rp. 5.100,- per kg. Rata-rata harga gabah kualitas panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.189- per kg atau naik sebesar 4,40 persen sementara di tingkat petani rata-rata harga GKP sebesar Rp. 4.082,- per kg atau naik sebesar 4,98 persen. Untuk gabah kualitas rendah di tingkat penggilingan mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 2,48 persen dan di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga yakni sebesar 0,18 persen.

(11)

Kualitas

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Mar’16 Apr’16 Mei’16

Persentsse Perubahan

Kol (4)thd(3) Mar’16 Apr’16 Mei’16

Persentase Perubahan Kol (8) thd (7) (1) ( 2) (3) (4) (5) ( 6) ( 7) ( 8) (9) GKG 4.850 5.333 5.200 -2,50 4.733 5.233 5.100 -2,55 GKP 4.550 4.012 4.189 4,40 4.410 3.889 4.082 4,98 Kualitas rendah 4.246 4.050 4.150 2,48 4.114 3.893 3.900 0,18 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 GKG GKP Non Kwalitas HPP GKG HPP GKP

(12)

C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH

UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN MEI 2016 SEBESAR Rp 40.823,-

1.

Perkembangan Upah Buruh Pertanian

Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada Mei 2016 dibanding upah buruh tani April tidak mengalami perubahan yakni Rp. 40.823,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen atau naik dari Rp.32.911,- menjadi Rp. 32.975,- per hari.

Rincian Jenis Upah

Bulan

% Perubahan Mei 2016 thd April 2016

Maret ‘16 April ‘16 Mei 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Provinsi Upah Nominal 40.823 40.823 40.823 0,00

Upah Riil *) 32.858 32.911 32.975 0,19

2.

Perkembangan Upah Buruh Informal

a. Upah Buruh Bangunan (konstruksi) Per hari

Secara nominal, rata-rata upah buruh bangunan di Provinsi Banten pada Bulan Mei 2016 mengalami kenaikan sebesar 1,50 persen atau naik dari Rp. 79.655,- menjadi Rp. 80.849,- per hari. Secara riil*), upah buruh bangunan Mei 2016 dibanding April naik sebesar 1,20 persen, yaitu dari Rp. 61.490,- menjadi Rp. 62.227,- per hari.

Upah Pembantu Rumah Tangga Per Bulan

Secara nominal, rata-rata upah pembantu rumah tangga di Provinsi Banten pada Mei 2016 tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp. 532.777,- per bulan. Sedangkan secara riil, upah Mei 2016 dibanding April mengalami penurunan sebesar 0,29 persen, yaitu turun dari Rp. 411.274,- menjadi Rp. 410.065,- per bulan.

 Upah nominal buruh tani pada Mei 2016 dibanding upah buruh tani April tidak mengalami perubahan yakni Rp. 40.823,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen atau naik dari Rp.32.911,- menjadi Rp. 32.975,- per hari.

 Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Mei 2016 mengalami kenaikan sebesar 1,50 persen dibanding bulan sebelumnya yakni naik dari Rp. 79.655,- menjadi Rp. 80.849 per hari. Secara riil*), upah Mei 2016 dibanding April naik sebesar 1,20 persen, yaitu dari Rp. 61.490,- menjadi Rp. 62.227,- per hari.

(13)

Rincian Jenis Upah Bulan Mei 2016 thd April % Perubahan 2016

Maret 2016 April’16 Mei’16

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Bangunan per hari Upah Nominal 79.655 79.655 80.849 1,50

Upah Riil *) 61.094 61.490 62.227 1,20

Pembantu rumah tangga Upah Nominal 532.777 532.777 532.777 0,00

per bulan Upah Riil*) 408.630 411.274 410.065 -0,29

(14)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Ir. Agoes Soebeno, M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten

Telepon: 0254-267027

E-mail : bps3600@bps.go.id; pst3600@bps.go.id Website : banten.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Data pelaksanaan tindakan kelas penerapan Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan komunikasi belajar matematika pada siswa kelas VII A SMP Negeri

Pada penelitian ini dipilih reaksi katalisis heterogen, yaitu menggunakan katalis padatan superbasa dengan penyangga alumina untuk reaksi isomerisasi eugenol dan dilanjutkan

bahwa sehubungan dengan rnaksud pada huruf a terse but di atas, dan dalam rangka kelancaran untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan dalam pemberangkatan dan

Secara umum format penulisan fungsi pada Octave ada dua tipe yaitu yang pertama fungsi dan program utama dipisah (private function), yang kedua antara fungsi dan

Pada penelitian ini ditemukan bahwa stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, ketika stres kerja tinggi maka kinerja karyawan marketing dan collection

Pada hari ini, Jum’at tanggal Sembilan Belas Bulan Juni tahun Dua Ribu Sembilan, dimulai jam Sepuluh lewat Lima menit wita sampai dengan selesai bertempat di portal Pengadaan

Terdapat dalam Undang – Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 54 menyatakan bahwa “ anak yang menderita disabilitas mempunyai hak untuk

Semua biaya- biaya itu dianggarkan didalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) yang kemudian diajukan ke kantor direksi PTPN X Surabaya. Kantor direksi lah