• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

NTP Provinsi Papua Barat September 2016 sebesar 100,46 atau turun 0,12 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan laju Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun 0,18 persen lebih cepat dibandingkan laju Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang turun sebesar 0,06 persen.

Pada September 2016, menurut subsektor, NTP Hortikultura (NTPH) merupakan subsektor yang memiliki indeks tertinggi, yaitu sebesar 103,81. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) merupakan subsektor yang memiliki indeks terendah, yaitu sebesar 94,17. Menurut laju pertumbuhan indeks dibandingkan bulan sebelumnya, NTP Peternakan (NTPT) memiliki laju pertumbuhan tertinggi, yaitu naik 0,83 persen. Sebaliknya, NTP Hortikultura (NTPH) memiliki laju pertumbuhan terendah, yaitu turun 1,18 persen.

Pada September 2016 terjadi deflasi perdesaan di Provinsi Papua Barat sebesar 0,10 persen terutama disebabkan oleh indeks kelompok Bahan Makanan, yaitu turun 0,41 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Papua Barat September 2016 sebesar 111,90 atau turun 0,26 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

No.561/10/91 Th. X, 03 Oktober 2016

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN INFLASI PEDESAAN

PROVINSI PAPUA BARAT

1.

Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani

.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami

(2)

2

termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada bulan September 2016, menunjukan bahwa NTP Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0,12 persen dibanding bulan Agustus 2016 yaitu dari 100,58 menjadi 100,46. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian umumnya turun lebih cepat dibandingkan penurunan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian umumnya.

Dua dari lima subsektor pada bulan September 2016 mengalami laju penurunan indeks NTP. Berikut dua subsektor yang mengalami laju penurunan, antara lain NTP subsektor hortikultura (-1,18%); dan NTP subsektor perikanan (-0,60%). Sedangkan tiga subsektor yang mengalami kenaikan, antara lain NTP subsektor tanaman pangan (0,23%); NTPsubsektor tanaman perkebunan rakyat (0,42%) danNTPsubsektor peternakan (0,83%).

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam sesuai komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan September 2016, secara agregat indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0,18 persen apabila dibandingkan dengan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada bulan Agustus 2016, yaitu dari 124,81 menjadi 124,58.

Laju penurunan It di Provinsi Papua Barat bulan September 2016 disebabkan oleh adanya laju penurunan indeks terima pada dua dari lima subsektor. Subsektor tersebut meliputi, subsektor Hortikultura (-1,24%) dan subsektor perikanan (-0,58%). Sedangkan subsektor tanaman pangan, subsektor tanaman perkebunan rakyat, subsektor peternakanmengalami kenaikan indeks terima yaitu masing-masing sebesar 0,12%, 0,32% dan 0,85%.

(3)

3

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor September 2016

(2012=100)

Agust-16 Sep-16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 119,30 119,44 0,12

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 126,98 126,84 -0,11

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPP) 93,95 94,17 0,23

2. Hortikultura

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 131,82 130,19 -1,24

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 125,49 125,41 -0,06

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPH) 105,04 103,81 -1,18

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 126,32 126,72 0,32

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 122,89 122,76 -0,11

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPR) 102,79 103,23 0,42

4. Peternakan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 117,25 118,25 0,85

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 119,48 119,50 0,02

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPT) 98,14 98,95 0,83

5. Perikanan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 129,12 128,37 -0,58

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 124,55 124,57 0,02

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN) 103,67 103,05 -0,60

5.1. Perikanan Tangkap

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 131,35 130,48 -0,66

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 124,46 124,48 0,02

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN) 105,54 104,82 -0,68

5.2. Pembudidaya Ikan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 111,96 112,15 0,17

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 125,25 125,25 0,01

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPi ) 89,39 89,54 0,17

NTP Gabungan/ Provinsi Papua Barat NTP Gabungan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 124,81 124,58 -0,18

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 124,09 124,01 -0,06

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP) 100,58 100,46 -0,12

NTP Gabungan Tanpa Ikan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 124,29 124,12 -0,13

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 124,03 123,95 -0,07

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP) 100,21 100,14 -0,06

Subsektor Bulan Persentase

Perubahan

(4)

4

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) berfluktuasi diakibatkan oleh harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan September 2016, Ib di Provinsi Papua Barat dilaporkan secara agregat mengalami penurunan sebesar 0,06 persen bila dibandingkan Agustus 2016, yaitu dari 124,09 menjadi 124,01. Penurunan Ib tersebut terjadi karena tiga dari lima subsektor mengalami penurunan indeks bayar. Berikut indeks yang mengalami penurunan menurut subsektornya, subsektor tanaman pangan (-0,11%); subsektor hortikultura (-0,06%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (-0,11%). Sedangkan subsektor peternakan dan subsektor perikanan mengalami kenaikan Ib yaitu masing-masing sebesar 0,02%.

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada bulan September 2016 NTPP di Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen di bandingkan bulan Agustus 2016 yaitu dari 93,95 menjadi 94,17. Kenaikan NTPP ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 0,12 persen bila dibandingkan dengan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang turun sebesar 0,11 persen.

Kenaikan It September 2016 karena adanya kenaikan kelompok palawija sebesar 0,25 persen dan indeks kelompok padi yang tidak mengalami perubahan. Disisi lain, penurunan Ib September 2016 karena adanya penurunan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga petani sebesar 0,14 persen dan kenaikan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,03 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada bulan September 2016, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan mengalami penurunan sebesar 1,18 persen apabila dibandingkan bulan Agustus 2016 yaitu dari 105,04 menjadi 103,81. Penurunan NTPH ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 1,24 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yakni turun sebesar 0,06 persen.

Penurunan It bulan September 2016 karena adanya penurunan indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 2,54 persen, sedangkan indeks harga kelompok buah-buahan naik sebesar 1,75 persen dan indeks harga kelompok tanaman obat tidak mengalami perubahan. Disisi lain, penurunan Ib bulan September 2016 ini dipicu oleh penurunan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,10 persen dan kenaikan indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,11 persen.

(5)

5

Tabel 2.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya

September 2016 (2012=100)

Ags'16 Sep'16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 119,30 119,44 0,12

- Pa di 119,36 119,36 0,00

- Pa l a wi ja 119,23 119,53 0,25

b. Indeks Dibayar Petani 126,98 126,84 -0,11

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 129,10 128,92 -0,14

- Indeks BPPBM 115,36 115,39 0,03

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 131,82 130,19 -1,24

- Sa yur-s a yura n 128,78 125,50 -2,54

- Bua h-bua ha n 139,53 141,97 1,75

- Ta na ma n Oba t 116,09 116,09 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 125,49 125,41 -0,06

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 128,68 128,56 -0,10

- Indeks BPPBM 112,56 112,69 0,11

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks DiterimaPetani 126,32 126,72 0,32

- Ta na ma n Perkebuna n Ra kya t (TPR) 126,32 126,72 0,32

b. IndeksDibayarPetani 122,89 122,76 -0,11

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 129,37 129,18 -0,14

- Indeks BPPBM 109,55 109,54 -0,01

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 117,25 118,25 0,85

- Terna k Bes a r 131,86 134,97 2,35

- Terna k Keci l 117,94 118,31 0,31

- Ungga s 117,37 117,88 0,43

- Ha s i l Terna k 110,14 110,49 0,32

b. Indeks Dibaya rPetani 119,48 119,50 0,02

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 129,07 128,93 -0,11

- Indeks BPPBM 106,78 107,02 0,23

5. Perikanan Tangkap Dan Pembudidaya

a. Indeks Diterima Petani 129,12 128,37 -0,58

- Pena ngka pa n 131,35 130,48 -0,66

- Budi da ya 111,96 112,15 0,17

b. Indeks Dibayar Petani 124,55 124,57 0,02

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 132,12 132,16 0,03

- Indeks BPPBM 110,09 110,07 -0,02

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Diterima Petani 131,35 130,48 -0,66

- Pena ngka pa n La ut 131,35 130,48 -0,66

b. Indeks Dibayar Petani 124,46 124,48 0,02

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 132,18 132,23 0,04

- Indeks BPPBM 110,38 110,36 -0,02

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase

(6)

6

Ags'16 Sep'16

[1] [2] [3] [4]

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Diterima Petani 111,96 112,15 0,17

- Budi da ya Ai r Ta wa r 118,60 118,02 -0,49

- Budi da ya La ut 110,03 110,47 0,40

- Budi da ya Ai r Pa ya u 100,00 100,00 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 125,25 125,25 0,01

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 131,65 131,68 0,02

- Indeks BPPBM 107,86 107,81 -0,04

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan September 2016 NTPR mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen apabila dibandingkan dengan Agustus 2016 yaitu dari 102,79 menjadi 103,23. Kenaikan NTPR ini disebabkan oleh laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 0,32 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang turun sebesar 0,11 persen.

Kenaikan It pada September 2016 ini karena adanya kenaikan indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 0,32 persen yaitu dari 126,32 menjadi 126,72. Disisi lain, penurunan Ib pada bulan September 2016 dikarenakan adanya laju indeks kelompok konsumsi rumah tangga mengalami penurunan sebesar 0,14 persen dan penurunan laju indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,01 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan September 2016, NTPT mengalami kenaikan sebesar 0,83 persen apabila dibandingkan bulan Agustus 2016 yaitu dari 98,14 menjadi 98,95, hal ini terjadi karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 0,85 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen.

kenaikan It pada September 2016 ini disebabkan karena terjadi kenaikan indeks harga pada kelompok ternak besar yakni sebesar 2,35 persen; kelompok ternak kecil yakni sebesar 0,31 persen; kelompok unggas yakni sebesar 0,43 persen; dan kelompok hasil ternak yakni sebesar 0,32 persen. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan September 2016 ini disebabkan karena penurunan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,11 persen dan kenaikan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,23 persen.

(7)

7

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan September 2016, terjadi penurunan NTNP sebesar 0,60 persen dibandingkan bulan Agustus 2016 yaitu dari 103,67 menjadi 103,05. Penurunan NTNP ini dikarenakan laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,58 persen, dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen.

Penurunan It bulan september 2016 dikarenakan terdapat penurunan indeks harga kelompok perikanan tangkap sebesar 0,66 persen dan kenaikan kelompok budidaya sebesar 0,17 persen. Di sisi lain, kenaikan Ib pada September 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,03 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,02 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada September 2016, terjadi penurunan NTN sebesar 0,68 persen dibandingkan Agustus 2016 yaitu dari 105,54 menjadi 104,82. Penurunan NTN ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,66 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen.

Penurunan It September 2016 disebabkan adanya penurunan pada indeks harga kelompok penangkapan laut sebesar 0,66 persen. Disisi lain, kenaikan Ib September 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,04 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,02 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada September 2016, terjadi kenaikan NTPi sebesar 0,17 persen dibandingkan Agustus 2016 yaitu dari 89,39 menjadi 89,54. Kenaikan NTPi ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat sebesar 0,17 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen.

Kenaikan It September 2016 disebabkan karena terdapat kenaikan pada indeks harga kelompok budidaya air laut sebesar 0,40 persen dan penurunan indeks harga kelompok budidaya air tawar sebesar 0,49 persen. Sedangkan, indeks harga kelompok budidaya air payau tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib September 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,02 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,04 persen.

5.

Indek Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan September 2016, terjadi deflasi di daerah perdesaan secara regional di Provinsi Papua Barat sebesar 0,10 persen, hal ini terjadi karena lima dari tujuh kelompok pengeluaran rumah tangga yang

(8)

8

turun sebesar 0,41 persen. Selanjutnya, kelompok perumahan (-0,18%); kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (-0,16%); kelompok transportasi dan komunikasi (-0,13%) dan kelompok sandang (-0,04%). Sedangkan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan kelompok kesehatan mengalami kenaikan indeks harga/inflasi masing-masing sebesar 0,53 dan 0,03 persen.

Tabel 3

Inflasi Pedesaan Provinsi Papua Barat dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran,

September 2016 (2012=100)

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

6.

NTUP Subsektor

NTUP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produksi pertanian dengan faktor produksi

yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. Pada September 2016 terjadi penurunan NTUP

Provinsi Papua Barat sebesar

0,26

persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini karena perubahan

indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat, yakni sebesar

0,18

persen, dibandingkan laju

Inflasi

Pedesaan

Provinsi

Inflasi

Pedesaan

Nasional

September

2016

September

2016

[2]

[3]

Konsumsi Rumah Tangga

-0,10

0,32

Bahan Makanan

-0,41

0,44

Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan tembakau

0,53

0,34

Perumahan

-0,18

0,16

Sandang

-0,04

0,23

Kesehatan

0,03

0,33

Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga

-0,16

0,10

Transportasi dan Komunikasi

-0,13

0,09

Kelompok Pengeluaran

(9)

9

indeks BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar

0,07

persen. Menurut subsektor, penurunan NTUP

terdapat pada dua dari lima subsektor penyusun NTUP. Subsektor yang mengalami penurunan tersebut

yaitu subsektor hortikultura turun sebesar

1,35

persen dan subsektor perikanan yang turun sebesar

0,56

persen. Sedangkan, subsektor tanaman pangan; tanaman perkebunan rakyat dan peternakan yaitu

masing-masing naik sebesar

0,09

persen,

0,33

persen dan

0,62

persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Provinsi Papua Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya,

September 2016 (2012=100)

Subsektor Agustus'16 September'16 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 103,41 103,51 0,09

2. Hortikultura 117,11 115,53 -1,35

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 115,31 115,69 0,33

4. Peternakan 109,81 110,49 0,62

5. Perikanan 117,28 116,63 -0,56

a. Tangkap 118,99 118,23 -0,64

b. Budidaya 103,80 104,02 0,21

NTUP Provinsi Papua Barat 112,19 111,90 -0,26

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

Diterbitkan oleh :

Bidang Statistik Distribusi

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jl. Trikora-Sowi IV No.99, Manokwari 98312.

Contact Person:

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Hendra Wijaya, SST, M.Si (0813 4444 1704)

Referensi

Dokumen terkait

Skor DECAF menunjukkan tidak terdapatnya korelasi terhadap lama hari perawatan pasien menjadi stabil tetapi memiliki hubungan dengan LOS dan kondisi pasien pulang. Hal ini

Berdasarkan analisis temuan penelitian terkait relevansi sustainability, accountability dan transparency program pelatihan kewirausahaan Universitas Ciputra terhadap

Selanjutnya yang dimaksud dengan alat atau media pendidikan islam Selanjutnya yang dimaksud dengan alat atau media pendidikan islam disini adalah jalan atau cara

Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Sedangkan pada uji kemiripan, pada penelitian ini menggunkan metode chi square distance, yang merupakan pengembangan dari chi-square test yang biasa digunakan menghitung

Pada perancangan alat ini, terdapat dua tahap yaitu perancangan hardware yang berisi rancangan mekanik dan rancangan rangkaian yang dibutuhkan, dan rancangan software

Setelah mencermati dan mempelajari Nota Keuangan dan Raperda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan

- Penelitian ini diharapkan dan membantu para pembaca dalam memahami Total Quality Management yang sudah diterapkan pada perusahaan manufaktur, dan memberikan