• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

NTP Provinsi Papua Barat Februari 2016 sebesar 99,29 atau naik 0,15 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan laju Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik 0,60 persen lebih cepat dibandingkan laju Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,45 persen.

Pada Februari 2016, menurut subsektor, NTP Perikanan (NTN) merupakan subsektor yang memiliki indeks tertinggi, yaitu sebesar 104,13. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) merupakan subsektor yang memiliki indeks terendah, yaitu sebesar 96,08. Menurut laju pertumbuhan indeks dibandingkan bulan sebelumnya, NTP Hortikultura (NTPH) memiliki laju pertumbuhan tertinggi, yaitu naik 1,10 persen. Sebaliknya, NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) memiliki laju pertumbuhan terendah, yaitu turun 0,93 persen.

Pada Februari 2016 terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Papua Barat sebesar 0,57 persen terutama disebabkan oleh indeks kelompok bahan makanan, yaitu naik 0,76 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Papua Barat Februari 2016 sebesar

108,08 atau naik 0,49 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

No.15/03/91 Th. X, 01 Maret 2016

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN INFLASI PEDESAAN

PROVINSI PAPUA BARAT

1.

Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani

.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami

(2)

perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada bulan Februari 2016, menunjukan bahwa NTP Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen dibanding bulan Januari 2015 yaitu dari 99,14 menjadi 99,29. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian umumnya naik lebih cepat dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian umumnya.

Dua dari lima subsektor pada bulan Februari 2016 mengalami laju kenaikan indeks NTP. Berikut Laju kenaikan menurut subsektor, NTPsubsektorhortikultura (1,10%) danNTPsubsektor perikanan (0,99%). Sedangkan, laju penurunan terjadi pada NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (-0,93%); NTP subsektor peternakan (-0,16%)danNTP subsektor tanaman pangan (-0,25%).

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam sesuai komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Februari 2016, secara agregat indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen apabila dibandingkan dengan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada bulan Januari 2015, yaitu dari 120,26 menjadi 120,98.

Laju kenaikan It di Provinsi Papua Barat bulan Februari 2016 disebabkan oleh adanya laju kenaikan indeks terima pada empat dari lima subsektor. Empat subsektor tersebut meliputi, subsektor tanaman pangan (0,30%),

subsektor Hortikultura (1,59%); subsektor peternakan (0,26%) dan subsektor perikanan (1,23%). Sementara penurunan indeks terima terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat (-0,48%).

(3)

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor Februari 2016

(2012=100)

Januari'16 Februari'16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 118,79 119,15 0,30

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 123,33 124,01 0,55

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPP) 96,32 96,08 -0,25

2. Hortikultura

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 122,60 124,54 1,59

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 122,52 123,11 0,48

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPH) 100,06 101,16 1,10

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 120,38 119,80 -0,48

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 120,36 120,90 0,45

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPR) 100,01 99,09 -0,93

4. Peternakan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 115,42 115,72 0,26

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 117,70 118,19 0,42

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPT) 98,06 97,91 -0,16

5. Perikanan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 125,59 127,13 1,23

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 121,81 122,09 0,23

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN) 103,10 104,13 0,99

5.1. Perikanan Tangkap

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 127,62 129,37 1,38

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 121,78 122,05 0,22

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN) 104,79 106,00 1,15

5.2. Pembudidaya Ikan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 110,00 109,90 -0,10

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 122,04 122,43 0,33

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPi ) 90,14 89,76 -0,42

NTP Gabungan/ Provinsi Papua Barat NTP Gabungan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 120,26 120,98 0,60 b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 121,30 121,85 0,45 c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP) 99,14 99,29 0,15

NTP Gabungan Tanpa Ikan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 119,61 120,23 0,52 b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 121,23 121,82 0,48 c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP) 98,66 98,70 0,04

Subsektor Bulan Persentase

Perubahan

(4)

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) berfluktuasi diakibatkan oleh harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Februari 2016, Ib di Provinsi Papua Barat dilaporkan secara agregat mengalami kenaikan sebesar

0,45 persen bila dibandingkan Januari 2016, yaitu dari 121,30 menjadi 121,85. Kenaikan Ib tersebut terjadi karena seluruh subsektor mengalami kenaikan indeks bayar. Berikut kenaikan indeks menurut subsektor, subsektor tanaman pangan (0,55%); subsektor hortikultura (0,48%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,45%); subsektor peternakan (0,42%) dan subsektor perikanan (0,23%).

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada bulan Februari 2016 NTPP di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0,25 persen di bandingkan bulan Januari 2016 yaitu dari 96,32 menjadi 96,08. Penurunan NTPP ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,30 persen bila dibandingkan dengan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,55 persen.

Kenaikan It Januari 2016 karena adanya kenaikan indeks kelompok palawija sebesar 0,60 persen, sementara indeks kelompok padi tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Februari 2016 karena adanya kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga petani sebesar 0,60 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,24 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada bulan Februari 2016, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan mengalami kenaikan sebesar 1,10

persen apabila dibandingkan bulan Januari 2016 yaitu dari 100,06 menjadi 101,16. Kenaikan NTPH ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,59 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yakni naik sebesar 0,48 persen.

Kenaikan It bulan Februari 2016 karena adanya kenaikan indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar

2,11 persen dan indeks harga kelompok buah-buahan sebesar 0,41 persen. Sebaliknya, terjadi penurunan pada indeks harga kelompok tanaman obat, yakni sebesar 0,63 persen. Disisi lain, kenaikan Ib bulan Februari 2016 ini dipicu oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,55 persen dan indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,17 persen.

(5)

Tabel 2.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya

Februari 2016 (2012=100)

Januari'16 Februari'16

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 118,79 119,15 0,30

- Pa di 117,20 117,20 0,00

- Pa l a wi ja 120,43 121,15 0,60

b. Indeks Dibayar Petani 123,33 124,01 0,55

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 124,88 125,64 0,60

- Indeks BPPBM 114,77 115,04 0,24

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 122,60 124,54 1,59

- Sa yur-s a yura n 119,11 121,63 2,11

- Bua h-bua ha n 131,35 131,89 0,41

- Ta na ma n Oba t 113,25 112,54 -0,63

b. Indeks Dibayar Petani 122,52 123,11 0,48

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 124,94 125,63 0,55

- Indeks BPPBM 112,73 112,92 0,17

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks DiterimaPetani 120,38 119,80 -0,48

- Ta na ma n Perkebuna n Ra kya t (TPR) 120,38 119,80 -0,48

b. IndeksDibayarPetani 120,36 120,90 0,45

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 124,84 125,62 0,62

- Indeks BPPBM 111,13 111,18 0,04

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 115,42 115,72 0,26

- Terna k Bes a r 128,93 129,16 0,18

- Terna k Keci l 117,13 117,13 0,00

- Ungga s 116,07 116,75 0,59

- Ha s i l Terna k 108,33 108,70 0,34

b. Indeks Dibaya rPetani 117,70 118,19 0,42

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 125,24 125,96 0,58

- Indeks BPPBM 107,72 107,90 0,17

5. Perikanan Tangkap Dan Pembudidaya

a. Indeks Diterima Petani 125,59 127,13 1,23

- Pena ngka pa n 127,62 129,37 1,38

- Budi da ya 110,00 109,90 -0,10

b. Indeks Dibayar Petani 121,81 122,09 0,23

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 127,21 127,80 0,47

- Indeks BPPBM 111,48 111,18 -0,27

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Diterima Petani 127,62 129,37 1,38

- Pena ngka pa n La ut 127,62 129,37 1,38

b. Indeks Dibayar Petani 121,78 122,05 0,22

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 127,26 127,85 0,47

- Indeks BPPBM 111,80 111,48 -0,29

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase

(6)

(Lanjutan Tabel 2.Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya)

Januari'16 Februari'16

[1] [2] [3] [4]

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Diterima Petani 110,00 109,90 -0,10

- Budi da ya Ai r Ta wa r 118,99 118,54 -0,38

- Budi da ya La ut 107,32 107,32 0,00

- Budi da ya Ai r Pa ya u 100,00 100,00 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 122,04 122,43 0,33

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 126,83 127,42 0,47

- Indeks BPPBM 109,04 108,90 -0,13

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Februari 2016 NTPR mengalami penurunan sebesar 0,93 persen apabila dibandingkan dengan Januari 2016 yaitu dari 100,01 menjadi 99,09, penurunan NTPR ini disebabkan oleh laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,48 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen.

Penurunan It pada Februari 2016 ini karena adanya penurunan indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 0,48 persen yaitu dari 120,38 menjadi 119,80. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Februari 2016 dikarenakan adanya laju indeks kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 0,62

persen dan penurunan laju indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,04 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Februari 2016, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,16 persen apabila dibandingkan bulan Januari 2016 yaitu dari 98,06 menjadi 97,91, hal ini terjadi karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,26 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen.

Kenaikan It pada Februari 2016 ini disebabkan karena terjadi kenaikan pada indeks harga pada kelompok kelompok ternak besar yakni sebesar 0,18 persen, kelompok unggas sebesar 0,59 dan kelompok hasil ternak sebesar 0,34 persen. Sementara, indeks harga yang diterima terjadi pada kelompok ternak kecil tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Februari 2016 ini disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,58 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,17 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Februari 2016, terjadi kenaikan NTNP sebesar 0,99 persen dibandingkan bulan Januari 2016 yaitu dari 103,10 menjadi 104,13. Kenaikan NTNP ini dikarenakan laju indeks harga yang diterima petani (It) naik

(7)

relatif lebih cepat yakni sebesar 1,23 persen, dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen.

Kenaikan It bulan Februari 2016 dikarenakan penurunan indeks harga kelompok perikanan tangkap yang sebesar 1,38 persen. Sebaliknya, terjadi penurunan indeks harga terima pada kelompok budidaya, yakni sebesar

0,10 persen. Di sisi lain, kenaikan Ib pada Februari 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,47 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,27 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Februari 2016, terjadi kenaikan NTN sebesar 1,15 persen dibandingkan Januari 2016 yaitu dari 104,79

menjadi 106,00. Kenaikan NTN ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,38 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen.

Kenaikan It Februari 2016 disebabkan adanya kenaikan pada indeks harga kelompok penangkapan laut sebesar 1,38 persen. Disisi lain, kenaikan Ib Februari 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,47 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,29 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Februari 2016, terjadi penurunan NTPi sebesar 0,42 persen dibandingkan Januari 2016 yaitu dari 90,14

menjadi 89,76. Penurunan NTPi ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,38 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen.

Penurunan It Februari 2016 disebabkan adanya penurunan indeks harga kelompok budidaya air tawar sebesar 0,38 persen. Sementara kelompok budidaya air payau dan indeks harga kelompok kelompok budidaya laut tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Februari 2016 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,47 persen dan penurunan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,13 persen.

5.

Indek Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Februari 2016, terjadi inflasi di daerah perdesaan secara regional di Provinsi Papua Barat sebesar 0,57 persen, hal ini terjadi karena enam dari tujuh kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami kenaikan atau inflasi. Kelompok bahan makanan mengalami perubahan yang paling signifikan, yaitu naik sebesar

0,76 persen. Berikutnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,68%); kelompok perumahan

(8)

raga (0,40%). Sementara kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan indeks hargasebesar 0,09

persen.

Tabel 3

Inflasi Pedesaan Provinsi Papua Barat dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran,

Februari 2016 (2012=100)

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

6.

NTUP Subsektor

NTUP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produksi pertanian dengan faktor produksi

yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. Pada Februari 2016 terjadi kenaikan NTUP

Provinsi Papua Barat sebesar

0,49

persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini karena perubahan

indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat, yakni sebesar

0,60

persen, dibandingkan laju

indeks BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar

0,11

persen. Menurut subsektor, kenaikan NTUP

terdapat pada empat dari lima subsektor penyusun NTUP. Subsektor yang mengalami kenaikan tersebut

yaitu subsektor tanaman pangan naik sebesar

0,06

persen; subsektor hortikultura naik sebesar

1,41

Inflasi

Pedesaan

Provinsi

Inflasi

Pedesaan

Nasional

Februari

2016

Februari

2016

[2]

[3]

Konsumsi Rumah Tangga

0,57

0,09

Bahan Makanan

0,76

-0,10

Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan tembakau

0,68

0,50

Perumahan

0,33

0,10

Sandang

0,49

0,29

Kesehatan

0,65

0,28

Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga

0,40

0,13

Transportasi dan Komunikasi

-0,09

-0,16

Kelompok Pengeluaran

(9)

persen; subsektor peternakan naik sebesar

0,09

persen dan subsektor perikanan naik sebesar

1,50

persen. Sebaliknya subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar

0,53

persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Provinsi Papua Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya,

Februari 2016 (2012=100)

Subsektor Januari'16 Februari'16 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 103,51 103,57 0,06

2. Hortikultura 108,76 110,29 1,41

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 108,32 107,75 -0,53

4. Peternakan 107,15 107,25 0,09

5. Perikanan 112,66 114,35 1,50

a. Tangkap 114,15 116,05 1,67

b. Budidaya 100,89 100,92 0,03

NTUP Provinsi Papua Barat 107,56 108,08 0,49

(10)

Diterbitkan oleh :

Bidang Statistik Distribusi

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jl. Trikora-Sowi IV No.99, Manokwari 98312.

Contact Person:

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Hendra Wijaya, SST, M.Si (0813 4444 1704)

Referensi

Dokumen terkait

Judul Tesis : Peningkatan Keterampilan Mengubah Teks Wawancara Menjadi Tulisan Narasi Melalui Metode Kolaborasi Pembelajaran TGT dengan STAD Pada Siswa Kelas VIIA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi dan mengidentifikasi virus penyebab penyakit belang pada tanaman lada yang terdapa t di pulau Bangka, Lampung, Sukabumi, dan Bogor,

Pemberian variasi perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda dari Auksin Sintetik Asam Naftalena Asetat dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Nannochloropsis

Dokumen yang dianalisis merupakan kurikulum mata pelajaran Bahasa Melayu yang diguna pakai di sekolah kerajaan dan sekolah agama swasta manakala temu bual pula

Tuturan maaf yang dihasilkan antara lain permintaan maaf untuk memulai percakapan dengan sopan; permisi untuk meminta atensi dari lawan bicara, permintaan maaf telah melakukan

• Meningkatnya kondisi ekonomi konsumen triwulan III-2017 dipengaruhi oleh ketiga variabel pembentuknya, yaitu indeks volume konsumsi (103,82), indeks pengaruh

Dalam pelaksanaan PPL program studi Bimbingan dan Konseling, mahasiswa praktikan melakukan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah,

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu: (1) penyampaian materi oleh pakar tentang pengenalan software Phet serta penggunaan software Phet dalam