• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

NTP Provinsi Papua Barat Januari 2017 sebesar 100,01 atau turun 0,16 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan laju Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik 0,67 persen lebih lambat dibandingkan laju Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,83 persen.

Pada Januari 2017, menurut subsektor, NTP Hortikultura (NTPH) merupakan subsektor yang memiliki indeks tertinggi, yaitu sebesar 107,16. Sebaliknya, NTP Tanaman Pangan (NTPP) merupakan subsektor yang memiliki indeks terendah, yaitu sebesar 93,34. Menurut laju pertumbuhan indeks dibandingkan bulan sebelumnya NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) memiliki laju pertumbuhan terendah, yaitu turun 1,27 persen. Sebaliknya, NTP Hortikultura (NTPH) memiliki laju pertumbuhan tertinggi, yaitu naik 0,63 persen.

Pada Januari 2017 terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Papua Barat sebesar 1,00 persen terutama disebabkan oleh indeks kelompok perumahan, yaitu naik 1,65 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Papua Barat Januari 2017 sebesar 112,44 atau naik 0,30 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

No.06/02/91 Th. XI, 01 Februari 2017

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN INFLASI PEDESAAN

PROVINSI PAPUA BARAT

1.

Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani

.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami

(2)

2

termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada bulan Januari 2017, menunjukan bahwa NTP Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0,16 persen dibanding bulan Desember 2016 yaitu dari 100,17 menjadi 100,01. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian umumnya naik lebih lambat dibandingkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian umumnya.

Tiga dari lima subsektor pada bulan Januari 2017 mengalami laju penurunan indeks NTP. Berikut tiga subsektor yang mengalami laju penurunan, antara lain NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (-1,27%); NTP subsektor peternakan (-0,56%) dan NTP subsektor perikanan (-0,10%). Sedangkan, NTP subsektor tanaman pangan dan NTP subsektor hortikultura masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0.06 dan 0,63 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam sesuai komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Januari 2017, secara agregat indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,67 persen apabila dibandingkan dengan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada bulan Desember 2016, yaitu dari 124,99 menjadi 125,82.

Laju kenaikan It di Provinsi Papua Barat bulan Januari 2017 disebabkan oleh adanya laju kenaikan indeks terima pada empat dari lima subsektor. Subsektor tersebut meliputi, subsektor tanaman pangan (1,03%); subsektor Hortikultura (1,55%); subsektor peternakan (0,19%) dan subsektor perikanan (0,43%). Sedangkan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan indeks terima yaitu sebesar 0,48 persen.

(3)

3

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor Januari 2017

(2012=100)

Des-16 Jan-17

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 119,19 120,41 1,03

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 127,76 129,00 0,97

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPP) 93,29 93,34 0,06

2. Hortikultura

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 134,34 136,42 1,55

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 126,16 127,31 0,91

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPH) 106,49 107,16 0,63

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 123,56 122,97 -0,48

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 123,43 124,41 0,80

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPR) 100,11 98,84 -1,27

4. Peternakan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 118,38 118,60 0,19

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 120,03 120,93 0,75

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPT) 98,62 98,07 -0,56

5. Perikanan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 127,76 128,31 0,43

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 125,65 126,31 0,52

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN) 101,68 101,58 -0,10

5.1. Perikanan Tangkap

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 129,70 130,30 0,47

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 125,57 126,21 0,51

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTN) 103,29 103,24 -0,05

5.2. Pembudidaya Ikan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 112,87 112,94 0,06

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 126,30 127,02 0,57

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTPi ) 89,37 88,91 -0,51

NTP Gabungan/ Provinsi Papua Barat NTP Gabungan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 124,99 125,82 0,67

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 124,78 125,82 0,83

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP) 100,17 100,01 -0,16

NTP Gabungan Tanpa Ikan

a . Indeks ya ng Di teri ma (It) 124,65 125,52 0,70

b. Indeks ya ng Di ba ya r (Ib) 124,67 125,76 0,87

c. Ni l a i Tuka r Peta ni (NTP) 99,98 99,81 -0,17

Subsektor Bulan Persentase

Perubahan

(4)

4

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) berfluktuasi diakibatkan oleh harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Januari 2017, Ib di Provinsi Papua Barat dilaporkan secara agregat mengalami kenaikan sebesar 0,83 persen bila dibandingkan Desember 2017, yaitu dari 124,78 menjadi 125,82. Kenaikan Ib tersebut terjadi karena seluruh subsektor mengalami kenaikan indeks bayar. Berikut indeks yang mengalami kenaikan menurut subsektornya, subsektor tanaman pangan (0,97%); subsektor hortikultura (0,91%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,80%); subsektor peternakan (0,75%) dan subsektor perikanan mengalami kenaikan Ib yaitu sebesar 0,52 persen.

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada bulan Januari 2017 NTPP di Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0,06% dengan nilai indeksnya pada posisi 93,34 di bandingkan bulan Desember 2016. Kenaikan laju NTPP ini karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat sebesar 1,03 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,97 persen.

Kenaikan It Januari 2017 karena adanya kenaikan indeks pada kelompok palawija sebesar 2,10 persen. Sementara, indeks pada kelompok padi tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Januari 2017 karena adanya kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga petani sebesar 1,02 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,62 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada bulan Januari 2017, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan mengalami kenaikan sebesar 0,63 persen apabila dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari 106,49 menjadi 107,16. Kenaikan NTPH ini karena adanya laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat yakni sebesar 1,55 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,91 persen.

Kenaikan It bulan Januari 2017 karena adanya kenaikan indeks harga kelompok sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman obat yang masing-masing sebesar 1,95 persen; 0,65 persen dan 0,48 persen. Disisi lain, kenaikan Ib bulan Januari 2017 ini dipicu oleh kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,02 persen dan indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,44 persen.

(5)

5

Tabel 2.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya

Januari 2017 (2012=100)

Des-16 Jan-17

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 119,19 120,41 1,03

- Pa di 120,08 120,08 0,00

- Pa l a wi ja 118,27 120,75 2,10

b. Indeks Dibayar Petani 127,76 129,00 0,97

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 129,95 131,28 1,02

- Indeks BPPBM 115,72 116,44 0,62

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 134,34 136,42 1,55

- Sa yur-s a yura n 130,41 132,95 1,95

- Bua h-bua ha n 144,30 145,23 0,65

- Ta na ma n Oba t 115,84 116,40 0,48

b. Indeks Dibayar Petani 126,16 127,31 0,91

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 129,44 130,76 1,02

- Indeks BPPBM 112,85 113,34 0,44

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks DiterimaPetani 123,56 122,97 -0,48

- Ta na ma n Perkebuna n Ra kya t (TPR) 123,56 122,97 -0,48

b. IndeksDibayarPetani 123,43 124,41 0,80

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 130,22 131,57 1,03

- Indeks BPPBM 109,42 109,66 0,22

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 118,38 118,60 0,19

- Terna k Bes a r 131,84 131,04 -0,60

- Terna k Keci l 120,13 120,98 0,71

- Ungga s 115,91 114,37 -1,33

- Ha s i l Terna k 111,92 112,72 0,72

b. Indeks Dibaya rPetani 120,03 120,93 0,75

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 129,80 131,25 1,11

- Indeks BPPBM 107,09 107,28 0,17

5. Perikanan Tangkap Dan Pembudidaya

a. Indeks Diterima Petani 127,76 128,31 0,43

- Pena ngka pa n 129,70 130,30 0,47

- Budi da ya 112,87 112,94 0,06

b. Indeks Dibayar Petani 125,65 126,31 0,52

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 133,59 134,47 0,66

- Indeks BPPBM 110,49 110,72 0,21

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Diterima Petani 129,70 130,30 0,47

- Pena ngka pa n La ut 129,70 130,30 0,47

b. Indeks Dibayar Petani 125,57 126,21 0,51

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 133,65 134,53 0,66

- Indeks BPPBM 110,83 111,06 0,20

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase

(6)

6

Des'16 Jan'17

[1] [2] [3] [4]

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Diterima Petani 112,87 112,94 0,06

- Budi da ya Ai r Ta wa r 119,27 119,54 0,23

- Budi da ya La ut 111,03 111,03 0,00

- Budi da ya Ai r Pa ya u 100,00 100,00 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 126,30 127,02 0,57

- Indeks Kons ums i Ruma h Ta ngga 133,09 133,98 0,67

- Indeks BPPBM 107,86 108,15 0,26

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Perubahan

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Januari 2017 NTPR mengalami penurunan sebesar 1,27 persen apabila dibandingkan dengan Desember 2016 yaitu dari 100,11 menjadi 98,84. Penurunan NTPR ini disebabkan oleh laju indeks harga yang diterima petani (It) turun relatif lebih cepat yakni sebesar 0,48 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,80 persen.

Penurunan It pada Januari 2017 ini karena adanya penurunan indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 0,48 persen yaitu dari 123,56 menjadi 122,97. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Januari 2017 dikarenakan adanya laju indeks kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 1,03 persen dan laju indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Januari 2017, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,56 persen apabila dibandingkan bulan Desember 2016 yaitu dari 98,62 menjadi 98,07, hal ini terjadi karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,19 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen.

Kenaikan It pada Januari 2017 ini disebabkan karena terjadi kenaikan indeks harga pada kelompok ternak kecil dan hasil ternak yakni masing-masing sebesar 0,71 persen dan 0,72 persen. Sedangkan, kelompok ternak besar dan Unggas mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,60 persen dan 1,33 persen. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Januari 2017 ini disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,11 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,17 persen.

(7)

7

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Januari 2017, terjadi penurunan NTNP sebesar 0,10 persen dibandingkan bulan Desember 2016 yaitu dari 101,68 menjadi 101,58. Penurunan NTNP ini dikarenakan laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,43 persen, dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,52 persen.

Kenaikan It bulan Januari 2017 dikarenakan terdapat kenaikan indeks harga kelompok perikanan tangkap sebesar 0,47 persen dan kenaikan kelompok budidaya sebesar 0,06 persen. Di sisi lain, kenaikan Ib pada Januari 2017 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,66 persen dan kenaikan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,21 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Januari 2017, terjadi penurunan NTN sebesar 0,05 persen dibandingkan Desember 2016 yaitu dari 103,29 menjadi 103,24. Penurunan NTN ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat yakni sebesar 0,47 persen dibandingkan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen.

Kenaikan It Januari 2017 disebabkan adanya kenaikan pada indeks harga kelompok penangkapan laut sebesar 0,47 persen. Disisi lain, kenaikan Ib Januari 2017 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0,66 persen dan kenaikan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,20 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Januari 2017, terjadi penurunan NTPi sebesar 0,51 persen dibandingkan Desember 2016 yaitu dari 89,37 menjadi 88,91. Penurunan NTPi ini disebabkan karena laju indeks harga yang diterima petani (It) naik relatif lebih lambat sebesar 0,06 persen dibandingkan kenaikan laju indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,57 persen.

Kenaikan It Januari 2017 disebabkan karena terdapat kenaikan pada indeks harga kelompok budidaya air tawar sebesar 0,23 persen. Sedangkan, indeks harga kelompok budidaya air laut dan kelompok budidaya air payau tidak mengalami perubahan. Disisi lain, kenaikan Ib Januari 2017 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,67 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,26 persen.

5.

Indek Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Januari 2017, terjadi inflasi di daerah perdesaan secara regional di Provinsi Papua Barat sebesar 1,00 persen, hal ini terjadi karena seluruh kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami kenaikan

(8)

8

Selanjutnya, kelompok bahan makanan mengalami kenaikan sebesar 1,35 persen; kelompok kesehatan mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 0,54 persen; kelompok transportasi dan komunikasi mengalami kenaikan sebesar 0,30 persen; kelompok sandang mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami kenaikan harga/inflasi sebesar 0,50 persen.

Tabel 3

Inflasi Pedesaan Provinsi Papua Barat dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran,

Januari 2017 (2012=100)

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

6.

NTUP Subsektor

NTUP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produksi pertanian dengan faktor produksi

yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. Pada Januari 2017 terjadi kenaikan NTUP Provinsi

Papua Barat sebesar 0,30 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini karena perubahan indeks harga

yang diterima petani (It) naik relatif lebih cepat, yakni sebesar 0,67 persen, dibandingkan laju indeks

Inflasi

Pedesaan

Provinsi

Inflasi

Pedesaan

Nasional

Januari

2017

Januari

2017

[2]

[3]

Konsumsi Rumah Tangga

1,00

0,79

Bahan Makanan

1,35

0,75

Makanan Jadi, Minuman, rokok, dan tembakau

0,54

0,90

Perumahan

1,65

0,95

Sandang

0,41

0,51

Kesehatan

0,49

0,88

Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga

0,50

0,41

Transportasi dan Komunikasi

0,30

0,70

Kelompok Pengeluaran

(9)

9

BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen. Menurut subsektor, kenaikan NTUP terdapat

pada empat dari lima subsektor penyusun NTUP. Subsektor yang mengalami kenaikan tersebut yaitu

subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,41 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 1,10 persen,

subsektor peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen dan subsektor perikanan naik sebesar

0,22 persen. Sedangkan, subsektor tanaman perkebunan turun sebesar 0,70 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Provinsi Papua Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya,

Januari 2017 (2012=100)

Subsektor Desember'16 Januari'17 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 102,99 103,41 0,41

2. Hortikultura 119,05 120,36 1,10

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 112,92 112,14 -0,70

4. Peternakan 110,54 110,55 0,01

5. Perikanan 115,63 115,88 0,22

a. Tangkap 117,02 117,33 0,27

b. Budidaya 104,64 104,43 -0,20

NTUP Provinsi Papua Barat 112,11 112,44 0,30

Keterangan: Nilai indeks menggunakan pembulatan 2 digit dibelakang koma.

Diterbitkan oleh :

Bidang Statistik Distribusi

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jl. Trikora-Sowi IV No.99, Manokwari 98312.

Contact Person:

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Referensi

Dokumen terkait

Untuk merealisasikan konsep NU Urban yang telah diputuskan sebelumnya, maka PCNU Surabaya perlu mengonseptualisasikannya dalam bentuk program atau kegiatan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru matematika Sekolah Menengah Kejuruan

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka ( Library Research) dengan pendekatan historis, dengan sumber data primer adalah buku Saleh Ritual Saleh Sosial

penelitian ini mempertegas penelitian yang dilakukan oleh Ade Trisnawati (2012) dengan judul pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Kurs Dollar, Dan

Selain ayam ras, ternyata ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan peternakan di Indonesia, sekaligus sebagai basis ekonomi petani dipedesaan

• Meningkatnya kondisi ekonomi konsumen triwulan III-2017 dipengaruhi oleh ketiga variabel pembentuknya, yaitu indeks volume konsumsi (103,82), indeks pengaruh

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Pandabah dan seorang ahli waris [6] diperoleh informasi bahwa pada tahun 1978, orang tua (pewaris) ahli waris sebagai pemilik tanah

Veneer Utama. Pengiriman menggunakan kontainer dengan kondisi barang yang baik dapat ditinjau dari proses stuffing yang tepat dan benar. Demikian halnya dengan PT Indo