•
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN
Perkembangan Nilai Tukar Petani
dan Harga Gabah
• NTP Banten November 2017 sebesar 101,29 atau naik 0,28 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) masih lebih cepat dibandingkan laju kenaikan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib).
• Pada November 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,24 persen terutama disebabkan oleh inflasinya kelompok sandang sebesar 0,52persen.
• Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Banten November 2017 sebesar 107,09 atau naik 0,34 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
• Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada November dibandingkan keadaan Oktober untuk Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan 4,64 persen dan untuk Gabah di luar kualitas naik sebesar 5,56 persen.
• Rata-rata harga gabah bulan November 2017 di tingkat Petani untuk kualitas GKG Rp.5.207, GKP Rp.5.100,- per kg,- dan kualitas rendah Rp.4.750,- per kg.
• Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp.4.400,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp.5.900,- per kg untuk kualitas GKG dengan varietas Ciherang.
• Upah nominal buruh tani pada November 2017 dibanding upah buruh tani Oktober 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen atau naik dari Rp.49.155,- per hari menjadi Rp.49.440,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan 0,34 persen yakni naik dari Rp.37.106,- per hari menjadi Rp.37.231- per hari.
Nilai Tukar Petani (NTP)
November 2017 Sebesar
101,29
atau
Naik 0,28
Persen.
Rata-rata harga gabah kualitas
GKG di Tingkat Petani
sebesar Rp.
5.207
per Kg
Upah Nominal Harian
Buruh Tani Provinsi Banten
November 2017 Sebesar
Rp.
49.440
,-
2
1. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada November 2017, NTP secara umum naik 0,28 persen dibandingkan NTP Oktober, yaitu dari 101,01 menjadi 101,29. Kenaikan NTP pada November 2017 dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang sebesar 0,50 persen lebih cepat dari laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang sebesar 0,22 persen.
Tabel 1
Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan November 2017 (2012=100)
Subsektor Bulan Persentase Perubahan
Oktober November
(1) (2) 3) (4)
a. Indeks yang diterima (It) 131,01 131,67 0,50
b. Indeks yang dibayar (Ib) 129,70 129,99 0,22
c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,47 132,79 0,24
d. Indeks BPPBM 122,75 122,95 0,16
e. Nilai Tukar Petani (NTP) 101,01 101,29 0,28
Kenaikan NTP November 2017 disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman pangan yang naik 1,13 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik 0,65 persen. Tiga subsektor lainnya justru mengalami penurunan yakni subsektor hortikultura turun 1,34 persen, subsektor peternakan turun 0,57 persen, dan subsektor perikanan turun sebesar 0,26 persen. Penurunan ketiga subsektor tersebut sedikit menghambat kenaikan yang terjadi pada NTP umum.
2. Indeks Harga yang Diterima Petani (I
t)
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada November 2017, It Banten mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen dibanding It Oktober, yaitu naik dari 131,01 menjadi 131,67. Kenaikan It pada November 2017 disebabkan naiknya It pada subsektor tanaman pangan yang naik 1,38 persen, It pada subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik 0,82 persen, dan It pada subsector perikanan yang naik 0,07 persen. It dua subsektor lainnya mengalami penurunan yakni It subsektor hortikultura turun 1,13 persen dan It subsector peternakan turun 0,36 persen.
Grafik 1
Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani Oktober - November 2017
3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (I
b)
Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada November 2017 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan 0,24 persen dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya 6 kelompok yakni kelompok sandang, kelompok transportasi dan komunikasi, kelompok kesehatan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, kelompok bahan makanan, dan kelompok perumahan. Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga turun sebesar 0,05 persen.
Grafik 2
Perubahan Indeks Harga Yang Dibayar Petani Bulan November 2017 3.00 0.06 -0.55 -0.62 -0.53 1.15 1.38 -1.13 0.82 -0.36 0.07 0.50 -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan
Oct-17 Nov-17 0.25 0.22 0.16 0.21 0.32 0.22 0.25 0.27 0.17 0.23 0.44 0.24 0.22 0.05 0.15 0.18 0.12 0.16 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50
T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan
4
4. Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor
a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)
Pada bulan November 2017 NTP-P mengalami kenaikan indeks sebesar 1,13 persen atau naik dari 104,11 menjadi 105,29. Hal ini karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) yang sebesar 1,38 persen masih lebih cepat dari laju kenaikan Ib yang sebesar 0,25 persen. Kenaikan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena naiknya indeks pada subkelompok padi sebesar1,49persen. Kenaikan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh naiknya harga gabah sebesar 1,49persen.Indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar0,25 persen karena pengaruh naiknya Indeks BPPBM sebesar0,22 persen dan Indeks KRT sebesar 0,25 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok penambahan barang modal naik 0,81 persen; kelompok pupuk dan obat-obatan naik 0,49 persen; kelompok upah buruh naik 0,10 persen; dan kelompok transportasi naik 0,05 persen.
b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)
Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan November 2017 mengalami penurunan sebesar 1,34 persen dari 100,92 menjadi 99,56. Hal ini terjadi karena Indeks Harga yang Diterima petani mengalami penurunan 1,13 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani justru naik 0,22 persen. Penurunan It pada subsektor hortikultura disebabkan turunnya indeks pada seluruh kelompok, yakni kelompok sayuran turun 2,01 persen; kelompok tanaman obat turun 1,96 persen; dan kelompok buah-buahan turun 0,53 persen. Penurunan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh turunnya harga sawi, ketimun, petai, tomat, kacang panjang, bayam, dan lainnya; Penurunan indeks pada kelompok buah-buahan disebabkan turunnya harga pisang dan sawo; dan penurunan pada kelompok tanaman obat disebabkan turunnya harga jahe, lengkuas, dan kencur. Di sisi lain, kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya indeks KRT sebesar 0,27 persen dan BPPBM sebesar 0,05 persen.
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)
Pada Bulan November 2017 NTP-R sebesar 94,98 atau mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,82 persen masih lebih cepat dari laju kenaikan Ib yang sebesar 0,16 persen. Kenaikan It terjadi karena naiknya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,82 persen yakni dari 123,59 menjadi 124,60 persen yang dipengaruhi oleh naiknya harga kelapa sawit, lada, kopi, cengkeh, dan kakao. Di sisi lain, kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi oleh naiknya Indeks BPPBM sebesar0,15persen dan oleh kenaikan indeks KRT sebesar0,17persen.
Tabel 2
Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya September – November 2017 (2012=100)
Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok Bulan
Persentase perubahan November 2017 thdOktober 2017 September Oktober November
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Tanaman Pangan
a. Indeks Diterima Petani 133,33 137,33 139,22 1,38
- Padi 133,57 137,70 139,75 1,49
- Palawija 128,85 130,61 129,45 -0,89 b. Indeks Dibayar Petani 130,82 131,91 132,23 0,25 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 131,65 132,86 133,20 0,25 - Indeks BPPBM 126,74 127,18 127,46 0,22
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 101,92 104,11 105,29 1,13 2. Hortikultura
a. Indeks Diterima Petani 129,26 129,34 127,88 -1,13 - Sayur-sayuran 130,46 130,12 127,51 -2,01 - Buah-buahan 128,66 128,97 128,29 -0,53 - Tanaman Obat 122,10 123,85 121,42 -1,96 b. Indeks Dibayar Petani 127,12 128,16 128,44 0,22 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 130,43 131,69 132,04 0,27 - Indeks BPPBM 117,99 118,45 118,50 0,05
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 101,68 100,92 99,56 -1,34 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Indeks Diterima Petani 124,27 123,59 124,60 0,82 - Tanaman Perkebunan Rakyat 124,27 123,59 124,60 0,82 b. Indeks Dibayar Petani 129,65 130,98 131,20 0,16 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 131,27 132,60 132,82 0,17 - Indeks BPPBM 121,85 123,19 123,38 0,15
c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 95,86 94,36 94,98 0,65 4. Peternakan
a. Indeks Diterima Petani 124,51 123,74 123,29 -0,36 - Termak Besar 135,64 134,95 135,32 0,28 - Ternak Kecil 134,68 134,43 133,57 -0,64
- Unggas 118,04 116,84 115,74 -0,94
- Hasil Ternak 114,22 113,86 114,20 0,30 b. Indeks Dibayar Petani 123,62 124,32 124,57 0,21 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 131,00 132,26 132,56 0,23 - Indeks BPPBM 115,78 115,89 116,09 0,18
c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 100,72 99,53 98,97 -0,57 5. Perikanan
a. Indeks Diterima Petani 136,09 135,36 135,45 0,07 - Penangkapan 152,68 152,29 152,51 0,15 - Budidaya 123,16 122,18 122,16 -0,01 b. Indeks Dibayar Petani 126,11 127,02 127,43 0,32 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 131,03 132,27 132,86 0,44 - Indeks BPPBM 118,38 118,77 118,91 0,12
6
d. Subsektor Peternakan (NTP-T)
Pada bulan November 2017 NTP-T mengalami penurunan sebesar 0,57 persen yang disebabkan Indeks Harga yang Diterima petani (It) mengalami penurunan 0,36 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks pada kelompok unggas sebesar 0,94 persen dan kelompok ternak kecil sebesar 0,64 persen. Penurunan indeks pada kelompok unggas dipengaruhi oleh turunnya harga ayam buras, itik/bebek, dan ayam ras pedaging. Sedangkan penurunan indeks pada kelompok ternak kecil dipengaruhi oleh turunnya harga kambing dan domba. Lebih lanjut, Kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,21 persen dipengaruhi oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga0,23persen dan Indeks BPPBM0,18 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTNP)
NTNP pada bulan November 2017 mengalami penurunan sebesar 0,26 persen dari 106,57 menjadi 106,29 persen. Hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,07 persen masih lebih lambat dari laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,32 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks kelompok tangkap sebesar 0,15 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,32 persen disebabkan naiknya Indeks BPPBM sebesar 0,12 persen dan indeks KRT sebesar 0,44 persen.
1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)
Pada November 2017, NTN turun sebesar 0,10 persen dari 119,76 menjadi 119,65. Hal ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 0,15 persen masih lebih lambat dari laju kenaikan Ib yang sebesar 0,24 persen. Kenaikan pada Ib disebabkan karena kenaikan indeks KRT sebesar 0,45 persen.
2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)
Pada November 2017, NTPi turun sebesar 0,40 persen atau turun dari 96,27 persen menjadi 95,89 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,01 persen, dan indeks harga yang dibayar petani naik 0,39persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga ikan pada kelompok budidaya air payau sebesar 1,05 persen. Sementara itu Ib mengalami kenaikan karena IBPPBM naik sebesar 0,29 persen dan indeks KRT naik sebesar 0,44 persen.
5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi atau deflasi di pedesaan. Pada bulan November 2017 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi infllasi di perdesaan sebesar 0,24 persen. Pemicu infllasi ini adalah kelompok sandang sebesar 0,52 persen. Lima kelompok lainnya yang mengalami inflasi yakni kelompok transportasi dan komunikasi naik 0,43 persen; kelompok kesehatan naik 0,42 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik 0,32 persen; kelompok bahan makanan naik 0,17 persen; dan kelompok perumahan naik 0,02 persen. Sedangkan kelompokpendidikan, rekreasi, dan olahragamengalami deflasi 0,05 persen.
Tabel 3
IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten
Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan November 2017 (2012=100)
KELOMPOK IKRT IKRT Oktober IKRT November Inflasi Perdesaan (persen)
UMUM 132,47 132,79 0,24
1. Bahan Makanan 134,12 134,35 0,17
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 134,97 135,40 0,32
3. Perumahan 139,04 139,07 0,02
4. Sandang 128,79 129,46 0,52
5. Kesehatan 126,69 127,22 0,42
6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 116,82 116,76 -0,05
7. Transportasi & Komunikasi 123,66 124,19 0,43
6. Perbandingan antar Provinsi di Indonesia
Pada Bulan November 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 17 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 110,96 yang diikuti oleh Provinsi Jawa Barat sebesar 108,02. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 92,05. NTP nasional sebesar 103,07 yang mengalami peningkatan sebesar 0,28 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 102,78.
Tabel 4
Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia November 2017 (2012=100)
Provinsi NTP Perubahan (%) Rangking Provinsi NTP Perubahan (%) Rangking
Sulawesi Barat 110,96 1,75 1 Sumatera Utara 99,65 0,14 18 Jawa Barat 108,02 0,62 2 Kalimantan 99,12 0,54 19 Nusa Tenggara Barat 107,63 0,40 3 DKI 98,06 0,34 20 Lampung 107,10 0,45 4 Kepulauan Riau 97,54 0,32 21 Gorontalo 106,50 0,26 5 Kalimantan Timur 97,43 0,74 22 Jawa timur 106,50 -0,42 6 Kalimantan Barat 96,93 -0,55 23 Riau 105,00 1,95 7 Sumatera Selatan 96,67 -0,15 24 Bali 104,51 0,02 8 Sulawesi Tengah 96,42 1,36 25 Nusa Tenggara Timur 104,32 0,96 9 Kalimantan Selatan 96,26 -0,32 26 Jawa Tengah 103,43 0,45 10 Sumatera Barat 96,15 0,46 27 Jambi 102,73 1,31 11 Bengkulu 95,26 0,14 28 Maluku Utara 102,22 0,45 12 Sulawesi Tenggara 95,22 -0,04 29 Maluku 102,19 0,88 13 NAD 94,85 0,83 30 Yogyakarta 101,98 -0,06 14 Sulawesi Utara 94,24 -0,03 31 Sulawesi Selatan 101,48 0,72 15 Papua 93,58 -0,14 32 Banten 101,29 0,28 16 Bangka Belitung 92,05 -1,73 33 Papua Barat 101,23 0,12 17 Nasional 103,07 0,28
8
7. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor
Pada November 2017 Nilai Tukar usaha pertanian (NTUP) Banten sebesar 107,09 atau mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) yang sebesar 0,50 persen lebih cepat jika dibandingkan dengan laju kenaikan pada Indeks BPPBM yang sebesar 0,16 persen. Jika dilihat per subsektor, kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada dua subsektor yakni subsektor tanaman pangan naik 1,16persendan subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 0,67persen.Sedangkan subsektor hortikultura, peternakan, dan perikanan masing-masing turun 1,18 persen, 0,54 persen dan 0,05 persen.
Tabel 5
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya November 2017 (2012=100)
Subsektor Oktober November Perubahan (%)
(1) (2) (3) (4)
1. Tanaman Pangan 107,98 109,23 1,16
2. Hortikultura 109,20 107,91 -1,18
3. Tanaman Perkebunan Rakyat 100,33 100,99 0,67
4. Peternakan 106,78 106,20 -0,54
5. Perikanan 113,97 113,92 -0,05
a. Tangkap 127,69 128,01 0,25
b. Budidaya 103,20 102,90 -0,30
Gabungan 106,73 107,09 0,34
8. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH
Pada November 2017, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKG sebanyak 39,54 persen, kualitas GKP 51,16 persen, dan kualitas rendah/di luar kualitas 9,30 persen. Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 4.400,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.900,- per kg untuk kualitas GKG dengan varietas ciherang.
Tabel 6
Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan,
dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, November 2017
Kelompok Kualitas
Persentase Jumlah Obser-vasi
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan
(RP/Kg)
Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.) Terendah Tertinggi Rata-Rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) G K G 39,54 4.800 5.900 5.207 5.349 Penggilingan4.600 G K P 51,16 4.400 5.800 5.100 5.236 Petani 3.700 Penggilingan 3.750 Gabah Kualitas Rendah 9,30 4.500 4.900 4.750 4.850 -
9. Rata – rata Komponen Mutu
Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKG KA nya sebesar 12,83 persen dan KH nya sebesar 2,60 persen; kualitas GKP KA nya sebesar 13,79 persen dan KH nya 8,02 persen; sedangkan untuk Kualitas rendah KA nya 21,68 persen dan KH 13,93 persen.
Tabel 7
Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah September - November 2017
Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen) September Oktober November September Oktober November
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
GKG - - 12,83 - - 2,60
GKP 13,34 12,96 13,79 5,59 5,96 8,02
Kualitas Rendah 19,23 23,83 21,68 15,77 16,20 13,93
10. Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas
Rata-rata harga gabah kualitas kering giling (GKG) di tingkat penggilingan sebesar Rp.5.349,- per kg, sementara di tingkat petani sebesar Rp.5.207,- per kg. Rata-rata harga gabah kualitas kering panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp.5.236,- per kg sementara di tingkat petani rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar Rp.5.100,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 4,92 persen dan di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga yakni sebesar 4,64 persen.
Tabel 8
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas September – November 2017
Kualitas
Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)
Sept ‘17 Okt’17 Nov’17 Kol (4) thd (3) % Perubahan Sept ‘17 Okt’17 Nov’17 Kol (8) thd (7) % Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
GKG - - 5.349 - - - 5.207 -
GKP 4.836 4.991 5.236 4,92 4.672 4.874 5.100 4,64
Kualitas
rendah 4.033 4.600 4.850 5,43 3.933 4.500 4.750 5,56
11. PERKEMBANGAN UPAH BURUH
Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada November 2017 dibanding upah buruh tani Oktober mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen atau naik dari Rp.49.155,- per hari menjadi Rp.49.440,- per hari. Secara riil mengalami kenaikan 0,34 persen atau naik dari Rp.37.106,- per hari menjadi Rp.37.231,- per hari.
10
Tabel 9
Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) September - November 2017
Rincian Jenis Upah Bulan November 2017 thd %Perubahan Oktober 2017 September ‘17 Oktober ‘17 November’17
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Provinsi Upah Nominal 48.910 49.155 49.440 0,58 Upah Riil *) 37.273 37.106 37.231 0,34
Diterbitkan oleh:
Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan
Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan,
mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten
Jl. Syech Nawawi Al Bantani Kav H1-2, KP3B, Serang, Banten 42171
Ir.Agoes Soebeno, M.Si.
Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: (0254)267027, E-mail: [email protected] Website: http://[email protected]