• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Agustus 2015 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,34

persen, dari 104,60 pada bulan Juli 2015, menjadi 104,25. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat kenaikan sebesar 0,12 persen, dari 122,11 di bulan sebelumnya menjadi 122,27. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,46 persen, dari dari 116,74 menjadi 117,28.

 Pada bulan Agustus 2015, dari lima subsektor, dua diantaranya mengalami penurunan NTP, yaitu

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,19 persen dan Hortikultura 1,38 persen. Sementara itu, tiga subsektor lainnya, yaitu Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 1,79 persen, 0,28 persen, dan 0,22 persen.

 NTP Nasional bulan Agustus 2015 mencapai 101,28, mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen

terhadap bulan sebelumnya. Kenaikan ini secara umum didorong oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang naik sebesar 0,66 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,36 persen.

 Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Agustus 2015, daerah pedesaan di Bali

tercatat inflasi sebesar 0,64 persen. Sedangkan secara nasional daerah perdesaan mengalami inflasi sebesar 0,47 persen.

 Bulan Agustus 2015, tercatat inflasi perdesaan di 27 provinsi, sedangkan 6 provinsi mengalami deflasi.

Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Gorontalo, yaitu sebesar 1,23 persen dan inflasi terendah terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua sebesar 0,03 persen. Sementara itu, deflasi terbesar tercatat di Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 0,57 persen, sedangkan deflasi terendah tercatat di Papua Barat dan Sumatera Utara masing-masing sebesar 0,01 persen.

No. 62/09/51/Th. IX, 1 September 2015

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A. AGUSTUS 2015, NTP BALI TURUN 0,34 PERSEN

NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Pada Agustus 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat mengalami penurunan sebesar 0,34 persen, dari 104,60 pada bulan lalu, menjadi 104,25. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat kenaikan sebesar 0,12 persen, dari 122,11 di bulan sebelumnya menjadi 122,27.

(2)

Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,46 persen, dari 116,74 menjadi 117,28.

1.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)

NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) pada bulan Agustus 2015 mengalami kenaikan sebesar 1,79 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari 95,86 menjadi 97,57. Nilai NTP-P masih tetap berada dibawah 100 ini menunjukkan bahwa biaya produksi dan konsumsi rumahtangga petani di subsektor pertanian tanaman pangan masih lebih besar dibandingkan hasil yang diterima dari usaha pertaniannya.

Indeks harga yang diterima petani (It) pada subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 2,35 persen. Kenaikan ini terjadi pada kelompok Padi dan Palawija masing-masing sebesar 2,62 persen dan 1,63 persen. Di sisi lain, indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,55 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan It. Kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga (IHKP) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,64 persen dan 0,13 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTP-H)

NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) merupakan salah subsektor yang mengalami penurunan NTP pada bulan Agustus 2015. NTP-H turun sebesar 1,38 persen, yaitu dari 103,54 pada bulan lalu menjadi 102,11. Penurunan ini terjadi karena indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,90 persen, sementara indeks harga yang harus dibayar oleh petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen. Penurunan yang terjadi pada It dipengaruhi oleh turunnya harga-harga pada kelompok buah-buahan dan tanaman obat masing-masing sebesar 2,11 persen, dan 0,92 persen. Secara umum, komoditas yang mengalami penurunan harga, antara lain jeruk, pisang, salak, sawo, jahe dan kunyit. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,63 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,06 persen.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) pada bulan Agustus 2015 mengalami penurunan sebesar 2,19 persen dari 101,39 menjadi 99,17. NTP-Pr pada bulan Agustus 2015 kembali berada di bawah nilai 100, yang menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan petani di subsektor ini lebih besar daripada pendapatan yang diterima dari hasil perkebunannya. Secara umum, penurunan NTP-Pr dipicu oleh turunnya indeks yang diterima petani (It) sebesar 1,72 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas turunnya It di subsektor ini yaitu kopi, kakao, cengkeh, dan kelapa. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM yang naik masing-masing sebesar 0,63 persen dan 0,02 persen.

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Perubahannya Menurut Subsektor Juli 2015 - Agustus 2015 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase

Juli 2015 Agustus 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan (NTP-P) 95.86 97.57 1.79

a. Indeks Diterima Petani 114.96 117.66 2.35

- Padi 112.24 115.18 2.62

- Palawija 122.92 124.92 1.63

b. Indeks Dibayar Petani 119.93 120.59 0.55

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 120.64 121.41 0.64

- Indeks BPPBM 116.63 116.79 0.13

2. Hortikultura (NTP-H) 103.54 102.11 -1.38

a. Indeks Diterima Petani 121.80 120.70 -0.90

- Sayur-sayuran 130.21 132.25 1.57

- Buah-buahan 118.04 115.54 -2.11

- Tanaman Obat 123.95 122.81 -0.92

b. Indeks Dibayar Petani 117.64 118.21 0.48

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 119.54 120.29 0.63

- Indeks BPPBM 112.48 112.55 0.06

3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) 101.39 99.17 -2.19

a. Indeks Diterima Petani 118.41 116.38 -1.72

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 118.41 116.38 -1.72

b. Indeks Dibayar Petani 116.78 117.35 0.49

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 119.95 120.70 0.63

- Indeks BPPBM 107.27 107.29 0.02

4. Peternakan (NTP-Pt) 114.09 114.41 0.28

a. Indeks Diterima Petani 129.74 130.56 0.63

- Ternak Besar 131.58 133.28 1.30

- Ternak Kecil 132.52 132.18 -0.26

- Unggas 127.45 127.00 -0.36

- Hasil Ternak 116.75 115.96 -0.68

b. Indeks Dibayar Petani 113.72 114.12 0.36

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 120.14 120.94 0.66

- Indeks BPPBM 108.09 108.15 0.06

5. Perikanan (NTP-Pi) 105.08 105.32 0.22

a. Indeks Diterima Petani 125.23 126.20 0.78

- Tangkap 137.74 139.35 1.17

- Budidaya 106.68 106.70 0.03

b. Indeks Dibayar Petani 119.17 119.83 0.56

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 123.57 124.52 0.77

- Indeks BPPBM 111.13 111.21 0.07

NTP Gabungan 104.60 104.25 -0.34

a. Indeks Diterima Petani 122.11 122.27 0.12

b. Indeks Dibayar Petani 116.74 117.28 0.46

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 120.12 120.89 0.64

(4)

d.

Subsektor Peternakan (NTP-Pt)

Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) bulan Agustus 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen, yaitu dari 114,09 menjadi 114,41. Secara umum kenaikan ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,63 persen, sementara kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) lebih rendah, yaitu sebesar 0,36 persen. Terjadinya kenaikan It dipicu oleh naiknya harga pada kelompok ternak besar mencapai 1,30 persen, yaitu komoditas sapi potong. Sebaliknya kelompok ternak kecil, unggas dan hasil ternak mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 0,26 persen, 0,36 persen, dan 0,68 persen. Sementara itu, kenaikan pada Ib dipicu oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,66 persen dan indeks BPPBM 0,06 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTP-Pi)

Subsektor Perikanan mencakup kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Pada bulan Agustus 2015, NTP Subsektor Perikanan juga mengalami kenaikan, yaitu sebesar 0,22 persen, dari 105,08 menjadi 105,32. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan yang lebih besar daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani. It mengalami kenaikan sebesar 0,78 persen, sementara Ib naik sebesar 0,56 persen. Kenaikan It dipicu oleh naiknya harga-harga pada kelompok perikanan tangkap dan budidaya perikanan masing-masing sebesar 1,17 persen dan 0,03 persen. Beberapa komoditi yang mengalami kenaikan harga, yaitu tongkol, tuna, cakalang, nila, mas, dan gurame. Sementara itu, adanya kenaikan pada Ib didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,77 persen dan 0,07 persen.

2.

Perbandingan Terhadap Angka Nasional

Pada bulan Agustus 2015, NTP gabungan secara nasional mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen. Secara umum, kenaikan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) secara nasional mengalami kenaikan sebesar 0,66 persen, lebih tinggi daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,36 persen. Nilai NTP Bali pada bulan Agustus 2015 masih berada di atas NTP gabungan Nasional.

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Agustus 2015 (2012=100)

Indeks Provinsi Bali Nasional

Juli 2015 Agustus 2015 % Juli 2015 Agustus 2015 %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Indeks yang Diterima Petani 122.11 122.27 0.12 120.58 121.38 0.66 Indeks yang Dibayar Petani 116.74 117.28 0.46 119.42 119.85 0.36

NTP 104.60 104.25 -0.34 100.97 101.28 0.31

3.

Perbandingan NTP di Jabalnusra

Pada bulan Agustus 2015, dari sembilan provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabalnusra), hampir semua mengalami kenaikan NTP, kecuali Jawa Barat dan Bali yang turun masing-masing sebesar 0,06 persen dan 0,34 persen. Kenaikan tertinggi tercatat di Jawa Timur sebesar

(5)

Tabel 3

Nilai Tukar Petani Antar Provinsi di Jabalnusra Agustus 2015 (2012=100)

Provinsi Bulan Persentase

Juli 2015 Agustus 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4) DKI Jakarta 96.98 97.56 0.60 Jawa Barat 104.17 104.11 -0.06 Jawa Tengah 98.99 99.83 0.85 Yogyakarta 100.96 101.53 0.56 Jawa Timur 103.87 105.14 1.22 Banten 103.28 103.95 0.65 Bali 104.60 104.25 -0.34 NTB 103.86 104.14 0.27 NTT 101.66 102.15 0.48

4.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dari komponen Ib, NTUP dapat lebih mencerminkan margin usaha pertanian, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

NTUP Agustus 2015 masih mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen yaitu dari 110,17 menjadi 110,23. Kenaikan NTUP terjadi pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 2,21 persen, Perikanan 0,71 persen, dan Peternakan 0,58 persen. Sementara NTUP Subsektor Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,96 persen dan 1,73 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Agustus 2015 (2012 = 100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Juli 2015 Agustus 2015

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 98.57 100.75 2.21

2. Hortikultura 108.28 107.25 -0.96

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 110.38 108.47 -1.73

4. Peternakan 120.04 120.73 0.58

5. Perikanan 112.68 113.48 0.71

a Perikanan Tangkap 120.50 121.94 1.20

b. Perikanan Budidaya 100.23 100.04 -0.19

(6)

5.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks Harga yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi.

Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,47 persen. Berdasarkan pengamatan IHK perdesaan pada bulan Agustus 2015, terjadi inflasi pada 27 provinsi sementara 6 provinsi mengalami deflasi. Inflasi perdesaan tertinggi di laporkan di Gorontalo mencapai 1,23 persen dan inflasi terendah tercatat di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua sebesar 0,03 persen. Sementara itu, provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tercatat mengalami deflasi terbesar mencapai 0,57 persen, sedangkan provinsi Sumatera Utara dan Papua Barat mengalami deflasi terendah sebesar 0,01 persen.

Grafik 1

Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Menurut Provinsi di Indonesia, Agustus 2015

Pada Agustus 2015, Provinsi Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,64 persen yang disebabkan oleh naiknya harga-harga di semua kelompok komoditas. Kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,30 persen, disusul oleh kelompok kesehatan 0,61 persen, kelompok makanan jadi 0,33 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,29 persen, kelompok sandang 0,25 persen, kelompok perumahan 0,07 persen, serta kelompok transportasi dan komunikasi 0,07 persen. Secara umum, komoditas pada kelompok bahan makanan penyumbang inflasi pada bulan Agustus 2015, antara lain beras, cabai rawit, cabai merah, dan ikan pindang tongkol. Sedangkan penyumbang inflasi pada kelompok kesehatan, antara lain biaya dokter gigi, biaya dokter, dan biaya gunting rambut.

(7)

Berdasarkan hasil pemantauan harga gabah bulan Agustus 2015, tercatat rata-rata harga

gabah pada kualitas kering panen (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 1,89

persen dibandingkan bulan Juli 2015, sedangkan di tingkat penggilingan naik sebesar 1,72

persen.

Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Agustus masih berada diatas HPP yaitu

sebesar Rp 4.363,01 per kg di tingkat petani dan Rp 4.424,41 per kg di tingkat penggilingan.

Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga tertinggi di tingkat petani tercatat di

Kabupaten Tabanan sebesar Rp 4.700,00 per Kg untuk varietas Ciherang, sementara

transaksi terendah tercatat di Kabupaten Buleleng dengan harga Rp 3.800,00/Kg untuk

varietas Ciherang.

Tabel 5

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, Agustus 2015

Kelompok Perubahan IHK Perdesaan (%)

Bali Nasional (1) (2) (3) Bahan Makanan 1.30 0.83 Makanan Jadi 0.33 0.29 Perumahan 0.07 0.15 Sandang 0.25 0.12 Kesehatan 0.61 0.21

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0.29 0.42

Transportasi dan Komunikasi 0.07 0.11

Gabungan 0.64 0.47

B. HARGA GABAH BULAN AGUSTUS 2015 NAIK

Berdasarkan hasil pencatatan harga gabah di 7 kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng selama bulan Agustus 2015, harga gabah (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 1,89 persen, dari Rp 4.281,91 per kg pada bulan sebelumnya menjadi Rp 4.363,01 per kg. Sementara itu, rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan naik sebesar 1,72 persen dari Rp 4.349,42 per kg menjadi Rp 4.424,41 per kg. Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) tertinggi di tingkat petani tercatat di Kabupaten Tabanan sebesar Rp 4.700,00 per kg untuk varietas Ciherang, sedangkan transaksi terendah tercatat di Kabupaten Buleleng dengan harga Rp 3.800,00 per kg untuk varietas yang sama, yaitu Ciherang.

(8)

Grafik 2

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Agustus 2014 Agustus 2015

Tabel 6

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Agustus 2014 Agustus 2015

No Bulan Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Perubahan (%) Penggilingan (Rp/Kg) Harga di Tingkat Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Agustus 2014 3,870.13 0.16 3,930.18 0.31 2 September 2014 3,960.54 2.34 4,034.95 2.67 3 Oktober 2014 4,091.44 3.31 4,164.42 3.21 4 Nopember 2014 4,121.61 0.74 4,189.88 0.61 5 Desember 2014 4,182.87 1.49 4,258.66 1.64 6 Januari 2015 4,341.58 3.79 4,414.58 3.66 7 Februari 2015 4,419.29 1.79 4,486.79 1.64 8 Maret 2015 4,310.36 -2.46 4,456.36 -0.68 9 April 2015 3,785.53 -12.18 3,857.96 -13.43 10 Mei 2015 3,797.24 0.31 3,861.71 0.10 11 Juni 2015 4,161.03 9.58 4,217.76 9.22 12 Juli 2015 4,281.91 2.90 4,349.42 3.12 13 Agustus 2015 4,363.01 1.89 4,424.41 1.72 *) HPP GKP (Mulai Maret 2015) Rp 3.700,00/kg di tingkat petani Rp 3.750,00/kg di tingkat penggilingan 3,000.00 3,200.00 3,400.00 3,600.00 3,800.00 4,000.00 4,200.00 4,400.00 4,600.00 A gs '14 Se p '14 O kt '14 N o v ' 14 Des '14 Jan ' 15 Fe b '15 Mar '15 A p r '15 Me i ' 15 Ju n '15 Ju l ' 15 A gs '15

(9)

Tabel 7

Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2013 2015

Tahun Bali Nasional

Bulanan Kumulatif Bulanan Kumulatif

(1) (2) (3) (4) (5) 2013 Januari 1.66 1.66 1.21 1.21 Februari 0.68 2.35 0.66 1.88 Maret 0.91 3.28 0.76 2.65 April 0.10 3.38 -0.02 2.63 Mei -0.18 3.20 -0.03 2.60 Juni -0.03 3.17 0.58 3.20 Juli 3.18 6.45 3.36 6.66 Agustus 0.39 6.87 0.96 7.69 September -0.03 6.84 0.08 7.78 Oktober 1.05 7.96 0.31 8.11 Nopember 0.24 8.22 0.14 8.26 Desember 0.32 8.57 0.39 8.69 2014 Januari 0.88 0.88 1.16 1.16 Februari 0.32 1.20 0.45 1.62 Maret 0.42 1.63 0.19 1.81 April 0.05 1.68 -0.05 1.76 Mei 0.39 2.07 0.23 1.99 Juni 0.36 2.44 0.74 2.74 Juli 0.56 3.01 0.82 3.58 Agustus 0.49 3.51 0.37 3.96 September 0.49 4.02 0.45 4.43 Oktober 0.24 4.27 0.43 4.88 November 1.52 5.85 1.49 6.41 Desember 2.85 8.86 2.72 9.30 2015 Januari -0.90 -0.90 -0.03 -0.03 Februari -0.53 -1.42 -0.73 -0.76 Maret 0.88 -0.55 0.48 -0.29 April 0.25 -0.30 0.21 -0.08 Mei -0.20 -0.49 0.60 0.52 Juni 0.17 -0.32 0.82 1.35 Juli 0.64 0.31 0.89 2.24 Agustus 0.64 0.96 0.47 2.72

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

I Gede Nyoman Subadri, S.E.

Kepala Bidang Statistik Distribusi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162

E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Selain sumber dana yang digunakan dari dana desa, kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan BUMDes juga dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.. Hal ini juga disampaikan oleh

1) Pasien menggunakan obat yang tidak sesuai dengan indikasi yang dialami saat itu. 2) Penggunaan produk obat lebih dari satu pada kondisi yang seharusnya

Intensifikasi Pembudidayaan Ikan yang selanjutnya disebut INBUDKAN adalah salah satu program pembangunan perikanan budidaya, dengan menitikberatkan pada gerakan bersama dari

Berdasarkan pada permasalahan yang ditemukan dan solusi yang diasumsikan serta didukung dengan penelitian sebelumnya yang relevan, dapat disimpulkan bahwa alat bantu

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

Sedangkan lima kelompok pengeluaran lainnya mengalami kenaikan harga/ inflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 0,04 persen; kelompok perumahan,

Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen medis, rencana perawatan, detail kontak yang dapat dihubungi, dan informasi relevan lainnya mengenai rencana

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peran BPD dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Program Pembangunan Infarstruktur Perdesaan (PPIP) di Desa Ciputih,