No. 37/07/36/ Th.XI, 3 Juli 2017
P
ERKEMBANGAN
N
ILAI
T
UKAR
P
ETANI
D
AN
H
ARGA
P
RODUSEN
G
ABAH
B
ULAN
JUNI
2017
A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NILAI TUKAR PETANI (NTP) JUNI 2017 SEBESAR 100,19 ATAU NAIK 1,34 PERSEN
NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap
indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat
kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks
harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen
Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan
dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapa t
lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi
dengan biaya produksinya.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten
pada Juni 2017, NTP secara umum naik 1,34 persen dibandingkan NTP Mei, yaitu dari 98,86
menjadi 100,19. Kenaikan NTP pada Juni 2017 dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 1,85 persen dibandingkan laju kenaikan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,51 persen.
NTP Banten Juni 2017 sebesar 100,19 atau naik 1,34 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang naik sebesar 1,85 persen dibandingkan laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani yang naik 0,51 persen. Pada Juni 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,59 persen terutama
disebabkan oleh inflasinya kelompok sandang sebesar 2,10 persen.
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Banten Juni 2017 sebesar 105,70 atau naik 1,52 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
Pada Bulan Juni 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Gorontalo dengan nilai indeks sebesar 105,22 yang diikuti oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 105,09 dan Provinsi Sulawesi Barat sebesar 106,65. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,40.
Tabel 1
Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan Juni 2017 (2012=100)
Subsektor Bulan Persentase Perubahan
Mei Juni
(1) (2) 3) (4)
Gabungan / Banten
a. Indeks yang diterima (It) 125.71 128.04 1.85
b. Indeks yang dibayar (Ib) 127.16 127.80 0.51
c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.64 130.41 0.59 d. Indeks BPPBM 120.74 121.14 0.33 e. Nilai Tukar Petani (NTP) 98.86 100.19 1.34
Kenaikan NTP Juni 2017 disebabkan oleh naiknya NTP pada seluruh subsektor yakni
subsektor tanaman pangan yang naik 0,92 persen, subsektor hortikultura dengan kenaikan 0,06
persen, subsector tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,07 persen, subsektor peternakan yang
naik 0,90 persen, dan subsektor perikanan dengan kenaikan 0,96 persen.
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani (I
t)
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Juni 2017, It Banten mengalami kenaikan sebesar 1,85
persen dibanding It Mei, yaitu naik dari 125,71 menjadi 128,04. Sebagaimana NTP secara umum,
kenaikan It pada Juni 2017 disebabkan naiknya It pada seluruh subsektor yakni subsektor tanaman
pangan yang naik 1,48 persen, It subsektor hortikultura naik 2,50 persen, It subsector tanaman
perkebunan rakyat naik 2,72 persen, subsektor peternakan naik 1,09 persen dan It subsektor
perikanan yang naik 1,46 persen.
Grafik 1
Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani Mei - Juni 2017 0.98 0.61 -0.37 1.24 0.86 0.69 1.48 2.50 2.72 1.09 1.46 1.85 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan
2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (I
b)
Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT)
dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar
petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada
Juni 2017 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen. Hal ini terjadi
karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan 0,59 persen dan Indeks BPPBM juga
naik sebesar 0,33 persen. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya lima dari enam
kelompok yakni kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,04 persen; biaya sewa dan
pengeluaran lain naik 0,06 persen; kelompok transportasi naik 0,03 persen; kelompok penambahan
barang modal naik 0,48 persen dan kelompok upah buruh mengalami kenaikan 0,68 persen.
Sementara itu, pada kelompok bibit justru turun 0,05 persen.
Grafik 2
Perubahan Indeks Harga Yang Di bayar Petani Bulan Juni 2017
3.
Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor
a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)
Pada bulan Juni 2017 NTP-P mengalami kenaikan indeks sebesar 0,92 persen atau naik dari
98,59 menjadi 99,50. Hal ini karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It)
sebesar 1,48 persen lebih cepat dibandingkan 0,55 persen. Kenaikan It pada subsektor
tanaman pangan terjadi karena naiknya indeks pada subkelompok padi sebesar 1,47 persen
dan subkelompok palawija juga mengalami kenaikan 1,76 persen sehingga mempercepat laju
kenaikan pada It subsektor tanaman pangan. Kenaikan indeks subkelompok padi
dipengaruhi oleh naiknya harga gabah sebesar 1,47 persen. Sementara kenaikan indeks pada
subkelompok palawija dipengaruhi naiknya harga kacang tanah, ketela pohon dan ubi jalar.
Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,55 persen
karena pengaruh naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing masing sebesar 0,59 persen dan
0,39 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada
seluruh kelompok yakni kelompok bibit naik 0,02 persen, kelompok pupuk dan obat-obatan
naik 0,11 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,01 persen, kelompok
transportasi naik 0,01 persen, kelompok penambahan barang modal naik 0,49 persen, dan
kelompok upah buruh naik 0,73 persen.
0.55 0.52 0.63 0.19 0.49 0.51 0.59 0.63 0.60 0.54 0.61 0.59 0.39 0.20 0.77 -0.23 0.28 0.33 -0.40 -0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan
Tabel 2
Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya April – Juni 2017 (2012=100)
Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok
Bulan
April Mei Juni Persentase perubahan Juni 2017 thd Mei
(1) (3) (4) (4) (5)
1. Tanaman Pangan
a. Indeks Diterima Petani 126,13 127,37 129.26 1.48 - Padi 126,11 127,31 129.18 1.47 - Palawija 126,59 128,44 130.70 1.76 b. Indeks Dibayar Petani 128,56 129,20 129.91 0.55 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 129,34 130,03 130.79 0.59 - Indeks BPPBM 124,70 125,06 125.54 0.39 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 98,11 98,59 99.50 0.92 2. Hortikultura
a. Indeks Diterima Petani 126,10 126,87 130.04 2.50 - Sayur-sayuran 128,03 128,05 131.16 2.43 - Buah-buahan 125,00 126,26 129.55 2.61 - Tanaman Obat 119,95 120,59 120.59 0.00 b. Indeks Dibayar Petani 125,15 125,84 126.50 0.52 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 128,22 129,03 129.84 0.63 - Indeks BPPBM 116,71 117,07 117.31 0.20 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 100,76 100,82 102.80 1.97 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Indeks Diterima Petani 122,80 122,35 125.67 2.72 - Tanaman Perkebunan Rakyat 122,80 122,35 125.67 2.72 b. Indeks Dibayar Petani 127,14 127,81 128.61 0.63 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 128,90 129,55 130.33 0.60 - Indeks BPPBM 118,65 119,41 120.33 0.77 c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 96,59 95,73 97.71 2.07 4. Peternakan
a. Indeks Diterima Petani 121,00 122,49 123.84 1.09 - Termak Besar 131,46 132,30 133.79 1.12 - Ternak Kecil 130,21 131,96 132.82 0.65 - Unggas 114,15 116,22 118.60 2.05 - Hasil Ternak 113,54 114,35 113.37 -0.86 b. Indeks Dibayar Petani 121,98 122,68 122.91 0.19 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 128,71 129,44 130.14 0.54 - Indeks BPPBM 114,82 115,50 115.23 -0.23 c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 99,20 99,85 100.76 0.90 5. Perikanan
a. Indeks Diterima Petani 131,85 132,99 134.93 1.46 - Penangkapan 148,03 149,54 151.81 1.52 - Budidaya 119,25 120,10 121.77 1.40 b. Indeks Dibayar Petani 124,27 124,78 125.40 0.49 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 129,15 129,78 130.57 0.61 - Indeks BPPBM 116,61 116,94 117.27 0.28 c. Nilai Tukar Petani (NTNP) 106,10 106,57 107.60 0.96
b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)
Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Juni 2017 mengalami
peningkatan sebesar 1,97 persen dari 100,82 menjadi 102,80. Hal ini terjadi karena laju
kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 2,50 persen, lebih cepat dari laju
kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang naik 0,52 persen. Kenaikan It pada
subsektor hortikultura disebabkan 2,43 persen, kelompok buah-buahan 2,61 persen.
Peningkatan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh naiknya harga melinjo,
tomat, bayam, petai, petsai/sawi dan lainnya. Sedangkan kenaikan indeks pada kelompok
buah-buahan disebabkan naiknya harga pisang, jambu biji, belimbing dan sirsak. Di sisi lain,
kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya Indeks KRT sebesar 0,63 persen dan indeks
BPPBM sebesar 0,20 persen.
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)
Pada Bulan Juni 2017 NTP-R sebesar 97,71 atau mengalami kenaikan sebesar 2,07 persen
dibanding bulan lalu yang disebabkan karena karena laju kenaikan indeks harga yang
diterima petani sebesar 2,72 persen; lebih cepat dibanding laju kenaikan pada indeks harga
yang dibayar petani sebesar 0,63 persen. Kenaikan It terjadi karena naiknya indeks harga
pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,72 persen yakni dari 122,35 menjadi
125,67 persen yang dipengaruhi oleh naiknya harga kelapa, kakao, kopi dan karet. Di sisi
lain, kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi oleh naiknya IKRT sebesar
0,60 persen dan diperkuat oleh kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,77 persen.
d. Subsektor Peternakan (NTP-T)
Pada bulan Juni 2017 NTP-T mengalami kenaikan sebesar 0,90 persen yang disebabkan
karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yaitu 1,09 persen lebih cepat
dibanding laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani, sebesar 0,19 persen. Peningkatan
yang terjadi pada It karena naiknya indeks pada semua kelompok, yakni kelompok ternak
besar yang naik 1,12 persen, kelompok ternak kecil yang naik 0,65 persen, kelompok
unggas naik 2,05 persen, dan hasil ternak yang justru turun sebesar 0,86 persen.
Kenaikan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh naiknya harga sapi potong
dan kerbau. Sedangkan peningkatan indeks pada kelompok ternak kecil dipengaruhi oleh
kenaikan harga kambing, domba, dan babi. Sementara itu, kenaikan indeks yang terjadi
pada kelompok unggas dipengaruhi oleh naiknya harga semua jenis ayam, baik ayam
buras, ayam ras petelur maupun ayam ras pedaging. Penurunan indeks pada kelompok
hasil ternak terutama disebabkan oleh turunnya harga telur ayam buras dan telur itik.
Lebih lanjut, Kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,19 persen dipengaruhi oleh naiknya
Indeks KRT 0,54 persen dan indeks BPPBM yang turun 0,23 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTNP)
NTNP pada bulan Juni 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,96 persen dari 106,57
menjadi 107,60 persen. Hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani
yang sebesar 1,46 persen lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks
harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,49 persen. Kenaikan yang terjadi pada It
naiknya indeks kelompok budidaya sebesar 1,40 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,41 persen
disebabkan naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,61 persen dan
0,28 persen.
1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)
Pada Juni 2017, NTN naik sebesar 1,02 persen dari 119,62 menjadi 120,84. Hal ini
terjadi karena It mengalami peningkatan sebesar 1,52 persen sedangkan Ib hanya naik
sebesar 0,50 persen. Kenaikan It disebabkan oleh meningkatnya harga di sebagian
besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: layar, ekor kuning, peperek, tenggiri,
cumi-cumi dan lainnya. Sedangkan kenaikan pada Ib disebabkan karena KRT
mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen dan BPPBM naik 0,31 persen.
2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)
Pada Juni 2017, NTPi naik sebesar 0,91 persen atau naik dari 96,38 persen menjadi
97,25 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 1,40 persen, lebih
cepat dari laju kenaikan Ib yang naik sebesar 0,49 persen. Kenaikan It disebabkan oleh
naiknya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 1,59 persen yakni
harga ikan lele, nila dan mujair dan didukung oleh kenaikan harga kelompok
budidaya air payau yang naik sebesar 1,82 persen yang disebabkan naiknya harga
bandeng. Sementara itu, Ib mengalami kenaikan karena IKRT yang naik sebesar 0, 61
persen dan diperkuat oleh peningkatan indeks pada BPPBM sebesar 0,27 persen.
4.
Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di
pedesaan. Pada bulan Juni 2017 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi infllasi
di perdesaan sebesar 0,59 persen. Pemicu infllasi tertinggi adalah inflasi pada kelompok sandang
yakni sebesar 2,20 persen, yang diikuti oleh kelompok perumahan 1,74 persen; kelompok bahan
makanan 0,76 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,27 persen; dan kelompok
transportasi dan komunikasi 0,16 persen. Sementara itu, terjadi deflasi pada kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,14 persen; kelompok kesehatan 0,02 persen.
Tabel 3
IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten
Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Juni 2017 (2012=100)
KELOMPOK IKRT IKRT Mei IKRT Juni Inflasi Perdesaan (persen)
UMUM 129.64 130.41 0.59
1. Bahan Makanan 132.27 133.27 0.76
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 132.09 131.91 -0.14
3. Perumahan 131.26 133.55 1.74
4. Sandang 124.11 126.71 2.10
5. Kesehatan 123.60 123.57 -0.02
6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 116.25 116.56 0.27
5.
Perbandingan antar Provinsi di Indonesia
Pada Bulan Juni 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 15 provinsi yang NTP-nya berada
di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Gorontalo dengan nilai indeks sebesar 105,21
yang diikuti oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 105,08 dan Provinsi Sulawesi Barat sebesar
104,65. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,40. NTP
nasional sebesar 100,53 yang mengalami peningkatan sebesar 0,38 persen dari bulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 100,15.
Tabel 4
Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia Juni 2017 (2012=100)
Provinsi NTP Perubahan (%) Rangking Provinsi NTP Perubahan (%) Rangking Gorontalo 105.22 -0.37 1 Jambi 98.75 -0.63 18 NTB 105.09 0.68 2 DKI 97.49 -0.79 19 Sulawesi barat 104.65 -0.92 3 Kalimantan Tengah 97.19 -0.72 20 Bali 104.49 -0.08 4 Kepulauan Riau 96.99 0.00 21 Jawa barat 104.46 0.50 5 Sumatera Barat 96.66 -0.42 22 Lampung 104.18 -0.38 6 Kalimantan Timur 96.29 -0.01 23 Jawa Timur 103.00 0.82 7 Kalimantan Selatan 96.06 -0.64 24 Riau 102.59 0.60 8 Papua 95.04 -0.51 25 DI Yogyakarta 102.59 1.16 9 NAD 94.72 0.18 26 NTT 101.20 0.25 10 Kalbar 94.71 -0.14 27 Maluku 101.07 0.38 11 Bangka Belitung 94.44 -1.42 28 Maliku Utara 101.01 -0.23 12 Sulawesi Tenggara 94.38 -0.60 29 Sulawesi Selatan 100.54 0.13 13 Sulawesi Tengah 93.84 -0.13 30 Banten 100.19 1.34 14 Bengkulu 93.30 -0.20 31 Papua barat 100.03 -0.19 15 Sumatera Selatan 92.77 -0.96 32 Jawa Tengah 99.55 0.86 16 Sulawesi Utara 92.40 -0.03 33 Sumutra Utara 99.54 0.47 17 Nasional 100,53 0,38
6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor
Pada Juni 2017 terjadi kenaikan NTUP sebesar 1,52 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan
pada It sebesar 1,85 persen masih lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks BPBBM
yang naik sebesar 0,33 persen. Jika dilihat per subsektor, kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya
NTUP seluruh subsektor yakni subsektor tanaman pangan naik 1,09 persen, subsektor hortikultura
naik 2,29 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 1,93 persen, subsektor peternakan naik
1,33 persen, dan subsektor perikanan yang naik sebesar 1,17 persen.
Tabel 5
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Juni 2017 (2012=100)
Subsektor Mei Juni Perubahan (%)
(1) (2) (3) (4)
1. Tanaman Pangan 101.85 102.96 1.09 2. Hortikultura 108.37 110.86 2.29 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 102.46 104.44 1.93
4. Peternakan 106.06 107.47 1.33
5. Perikanan 113.73 115.06 1.17
a. Tangkap 127.11 128.65 1.21
b. Budidaya 103.18 104.35 1.13
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH
Pada Juni 2017, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKG sebanyak 6,67
persen, GKP sebanyak 42,22 persen, dan kualitas rendah/di luar kualitas 51,11 persen. Dari
keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.500,- per kg
untuk kualitas rendah dengan varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp
5.400,- per kg untuk kualitas GKG dengan varietas ciherang.
Tabel 6
Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, Juni 2017
Kelompok Kualitas
Persentase Jumlah Obser-vasi
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (RP/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.) Terendah Tertinggi Rata-Rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) G K G 6,67% 5.400 5.400 5.400 5.450 Penggilingan 4.650 G K P 42,22% 4.150 4.700 4.364 4.499 Petani 3.700 Penggilingan 3.750 Gabah Kualitas Rendah 51,11% 3.500 4.300 3.909 4.009 - Keterangan:
GKG: kadar air ≤14 persen dan kadar lain ≤3 persen.
GKP: kadar air (14,01-25persen) dan kadar lain (3,01-15persen).Kualitas rendah: kadar air > 25 persen atau kadar lain > 15persen * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015 TANGGAL 17 Maret 2015
2. Rata – rata Komponen Mutu
Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran
(KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKG KA sebesar 12,90 persen dan KH nya 2,82 persen;
untuk kualitas GKP KA nya sebesar 14,25 persen dan KH nya 3,76 persen; sedangkan untuk Kualitas
rendah KA nya 20,38 persen dan KH 10,79 persen.
Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Juni dibandingkan keadaan Mei untuk Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan 0,06 persen dan untuk Gabah di luar kualitas naik sebesar 5,64 persen.
Rata-rata harga gabah bulan Juni 2017 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG Rp. 5.450,- per kg, kualitas GKP Rp. 4.499 per kg,- dan kualitas rendah Rp. 4.009,- per kg.
Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.500- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.400,- per kg untuk kualitas GKG dengan varietas ciherang
Tabel 7
Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah April - Juni 2017
Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen)
April Mei Juni April Mei Juni
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
GKG - - 12.90 - - 2.82
GKP 14,35 13,06 14.25 5,98 6,05 3.76 Kualitas Rendah 21,04 20,24 20.38 17.97 18,25 10.79
4. Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas
Rata-rata harga harga gabah kualitas kering Giling (GKG) di tingkat penggilingan sebesar Rp.
5.450,- per kg, sementara di tingkat petani sebesar Rp. 5.400,- per kg. Rata-rata harga Kualitas kering
panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.499,- per kg sementara di tingkat petani rata-rata
harga gabah kualitas GKP sebesar Rp. 4.364,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat
penggilingan mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 0,44 persen dan di tingkat petani juga
mengalami kenaikan rata-rata harga yakni sebesar 0,06 persen.
Tabel 8
Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Ap ril – Juni 2017
Kualitas
Tingk at Penggilingan (Rp/Kg) Tingk at Petani (Rp/Kg)
Apr’17 Mei’17 Juni’17
Per sentsse Perubahan
Kol (4)thd(3)
Apr’17 Mei’17 Juni’17
Per sentase Perubahan Kol (8) thd (7) ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) GKG - - 5,450 - - - 5,400 - GKP 4.200 4.479 4,499 0.44 4.059 4.362 4,364 0.06 Kualitas r endah 3.879 3.800 4,009 5.49 3.779 3.700 3,909 5.64
C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH
UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN JUNI 2017 SEBESAR Rp 48.614,-
*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)
Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada Juni 2017 dibanding upah buruh tani
Mei mengalami kenaikan sebesar 1,32 persen atau naik dari Rp. 47.982,- per hari menjadi Rp. 48.614,- per hari. Secara riil mengalami kenaikan 0,72 persen atau naik dari Rp. 37.011,- per hari menjadi Rp.
37.278,-Tabel 9
Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) April - Juni 2017
Rincian Jenis Upah
Bulan
% Perubahan Juni 2017 thd Mei 2017 April ‘17 Mei ‘17 Juni’17
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Provinsi Upah Nominal 47.430 47.982 48,614 1.32 Upah Riil *) 36.788 37.011 37,278 0.72
*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)
Upah nominal buruh tani pada Juni 2017 dibanding upah buruh tani Mei mengalami kenaikan sebesar 1,32 persen atau naik dari Rp. 47.982- per hari menjadi Rp. 48.614,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan 0,72 persen yakni naik dari Rp. 37.011,- per hari menjadi Rp. 37.278,- per hari
Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Agoes Soebeno, M.Si Kepala BPS Provinsi Banten
Telepon: 0254-267027
E-mail : [email protected]; [email protected] Website : banten.bps.go.id