• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Juli 2015 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,64

persen, dari 103.93 pada bulan Juni 2015, menjadi 104,60. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat kenaikan sebesar 1,12 persen, dari 120,76 di bulan sebelumnya menjadi 122,11. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,47 persen, dari 116,19 menjadi 116,74.

 Pada bulan Juli 2015, dari lima subsektor hampir semua subsektor mengalami kenaikan NTP, kecuali

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat. Kenaikan tertinggi tercatat untuk NTP Subsektor Hortikultura sebesar 1,88 persen. Berikutnya disusul oleh kenaikan NTP Subsektor Tanaman Pangan 0,62 persen, Peternakan 0,46 persen, dan Perikanan sebesar 0,44 persen. Sementara Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan sebesar 0,35 persen.

 NTP Nasional bulan Juli 2015 mencapai 100,97, mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen terhadap

bulan sebelumnya. Kenaikan ini secara umum didorong oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang naik sebesar 1,12 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,67 persen.

 Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Juli 2015, daerah pedesaan di Bali tercatat

inflasi sebesar 0,64 persen. Sedangkan secara nasional daerah perdesaan mengalami inflasi sebesar 0,89 persen.

 Bulan Juli 2015, semua provinsi tercatat mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi

di Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebesar 1,35 persen dan inflasi terendah terjadi di Sulawesi Utara sebesar 0,11 persen.

No. 52/08/51/Th. IX, 3 Agustus 2015

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A. JULI 2015, NTP BALI NAIK 0,64 PERSEN

NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Pada Juli 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,64 persen, dari 103.93 pada bulan lalu, menjadi 104,60. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat kenaikan sebesar 1,12 persen, dari 120,76 di bulan sebelumnya menjadi 122,11. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,47 persen, dari 116,19 menjadi 116,74.

(2)

1.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)

NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) pada bulan Juli 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,62 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari 95,27 menjadi 95,86. Nilai NTP-P masih tetap berada dibawah 100 ini menunjukkan bahwa biaya produksi dan konsumsi rumahtangga petani di subsektor pertanian tanaman pangan masih lebih besar dibandingkan hasil yang diterima dari usaha pertaniannya.

Indeks harga yang diterima petani (It) pada subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 1,20 persen. Kenaikan ini terjadi pada kelompok Padi dan Palawija masing-masing sebesar 1,45 persen dan 0,55 persen. Di sisi lain, indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan It. Kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga (IHKP) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,67 persen dan 0,15 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTP-H)

NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) merupakan subsektor yang mengalami kenaikan NTP paling besar pada bulan Juli 2015. NTP-H naik sebesar 1,88 persen, yaitu dari 101,63 pada bulan lalu menjadi 103,54. Kenaikan ini terjadi karena indeks yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 2,36 persen, sementara indeks harga yang harus dibayar oleh petani mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen. Kenaikan yang terjadi pada It dipengaruhi oleh naiknya harga-harga pada kelompok sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman obat masing-masing sebesar 2,98 persen, 2,07 persen dan 1,34 persen. Kenaikan ini juga terkait adanya dua hari raya besar keagamaan yang jatuh pada hari yang hampir bersamaan di bulan Juli, yaitu hari raya Galungan bagi umat Hindu dan hari raya Idul Fitri bagi umat Muslim, sehingga terjadi lonjakan permintaan, khususnya permintaan buah dan sayuran. Secara umum, komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain pisang, jeruk, cabai rawit, kol/kubis, mangga dan tomat. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,62 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,06 persen.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) pada bulan Juli 2015 mengalami penurunan sebesar 0,35 persen dari 101,75 menjadi 101,39. Secara umum, penurunan NTP-Pr dipicu oleh naiknya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,15 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,50 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya It di subsektor ini yaitu cengkeh dan kopi. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM yang naik masing-masing sebesar 0,60 persen dan 0,15 persen.

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Perubahannya Menurut Subsektor Juni 2015 - Juli 2015 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase

Juni 2015 Juli 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan (NTP-P) 95.27 95.86 0.62

a. Indeks Diterima Petani 113.60 114.96 1.20

- Padi 110.63 112.24 1.45

- Palawija 122.25 122.92 0.55

b. Indeks Dibayar Petani 119.23 119.93 0.58

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 119.84 120.64 0.67

- Indeks BPPBM 116.45 116.63 0.15

2. Hortikultura (NTP-H) 101.63 103.54 1.88

a. Indeks Diterima Petani 118.99 121.80 2.36

- Sayur-sayuran 126.44 130.21 2.98

- Buah-buahan 115.64 118.04 2.07

- Tanaman Obat 122.32 123.95 1.34

b. Indeks Dibayar Petani 117.08 117.64 0.48

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 118.80 119.54 0.62

- Indeks BPPBM 112.41 112.48 0.06

3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) 101.75 101.39 -0.35

a. Indeks Diterima Petani 118.23 118.41 0.15

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 118.23 118.41 0.15

b. Indeks Dibayar Petani 116.20 116.78 0.50

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 119.23 119.95 0.60

- Indeks BPPBM 107.11 107.27 0.15

4. Peternakan (NTP-Pt) 113.57 114.09 0.46

a. Indeks Diterima Petani 128.67 129.74 0.84

- Ternak Besar 130.23 131.58 1.04

- Ternak Kecil 132.31 132.52 0.16

- Unggas 125.72 127.45 1.38

- Hasil Ternak 116.04 116.75 0.61

b. Indeks Dibayar Petani 113.29 113.72 0.38

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 119.37 120.14 0.65

- Indeks BPPBM 107.97 108.09 0.11

5. Perikanan (NTP-Pi) 104.62 105.08 0.44

a. Indeks Diterima Petani 124.06 125.23 0.94

- Tangkap 135.98 137.74 1.29

- Budidaya 106.40 106.68 0.26

b. Indeks Dibayar Petani 118.58 119.17 0.49

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 122.77 123.57 0.65

- Indeks BPPBM 110.98 111.13 0.14

NTP Gabungan 103.93 104.60 0.64

a. Indeks Diterima Petani 120.76 122.11 1.12

b. Indeks Dibayar Petani 116.19 116.74 0.47

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 119.36 120.12 0.64

(4)

d.

Subsektor Peternakan (NTP-Pt)

Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) bulan Juli 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen, yaitu dari 113,57 menjadi 114,09. Secara umum kenaikan ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,84 persen, sementara kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) lebih rendah, yaitu sebesar 0,38 persen. Terjadinya kenaikan It dipicu oleh naiknya harga pada kelompok ternak besar , ternak kecil, unggas dan hasil ternak masing-masing sebesar 1,04 persen, 0,16 persen, 1,38 persen dan 0,61 persen. Secara umum, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain sapi potong, telur ayam ras, ayam buras, dan kambing. Kenaikan harga sapi potong pada bulan Juli 2015, salah satunya disebabkan oleh meningkatnya permintaan menjelang dan pada saat hari raya Idul Fitri. Sementara itu, kenaikan pada Ib dipicu oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,65 persen dan indeks BPPBM 0,11 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTP-Pi)

Subsektor Perikanan mencakup kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Pada bulan Juli 2015, NTP Subsektor Perikanan juga mengalami kenaikan, yaitu sebesar 0,44 persen, dari 104,62 menjadi 105,08. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan yang lebih besar daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani. It mengalami kenaikan sebesar 0,94 persen, sementara Ib naik sebesar 0,49 persen. Kenaikan It dipicu oleh naiknya harga-harga pada kelompok perikanan tangkap dan kelompok budidaya perikanan masing-masing sebesar 1,29 persen dan 0,26 persen. Beberapa komoditi yang mengalami kenaikan harga, yaitu tongkol, cakalang, tuna, tenggiri, lele, patin, dan gurame. Sementara itu, adanya kenaikan pada Ib didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,65 persen dan 0,14 persen.

2.

Perbandingan Terhadap Angka Nasional

Pada bulan Juli 2015, NTP gabungan secara nasional mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen. Secara umum, kenaikan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) secara nasional mengalami kenaikan sebesar 1,12 persen, lebih tinggi daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,67 persen. Nilai NTP Bali pada bulan Juli 2015 masih berada di atas NTP gabungan Nasional.

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Juli 2015 (2012=100)

Cakupan Wilayah It Ib NTP

Indeks % Perb Indeks % Perb Rasio % Perb

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Provinsi Bali 122.11 1.12 116.74 0.47 104.60 0.64

Nasional 120.58 1.12 119.42 0.67 100.97 0.44

3.

Perbandingan NTP di Jabalnusra

Pada bulan Juli 2015, dari sembilan provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabalnusra), hampir semua mengalami kenaikan NTP, kecuali DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Timur. Kenaikan tertinggi tercatat di Jawa Barat sebesar 1,06 persen, disusul oleh Jawa Timur dan Bali masing-masing

(5)

sebesar 0,80 persen dan 0,64 persen. Sementara itu, NTP di DKI Jakarta dan NTT mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,40 persen dan 0,05 persen. NTP di Jabalnusra lebih lengkap disajikan pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3

Nilai Tukar Petani Antar Provinsi di Jabalnusra Juli 2015 (2012=100)

Provinsi NTP Persentase

Juni 2015 Juli 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4) DKI Jakarta 97.37 96.98 -0.40 Jawa Barat 103.08 104.17 1.06 Jawa Tengah 98.49 98.99 0.52 Yogyakarta 100.36 100.96 0.60 Jawa Timur 103.05 103.87 0.80 Banten 103.22 103.28 0.06 Bali 103.93 104.60 0.64 NTB 103.29 103.86 0.55 NTT 101.71 101.66 -0.05

4.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dari komponen Ib, NTUP dapat lebih mencerminkan margin usaha pertanian, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

NTUP Juli 2015 masih mengalami kenaikan sebesar 1,00 persen yaitu dari 109,07 menjadi 110,17. Kenaikan NTUP terjadi pada Subsektor Hortikultura sebesar 2,30 persen, Subsektor Tanaman Pangan 1,05 persen, Perikanan 0,80 persen, dan Peternakan 0,73 persen. Sementara NTUP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat tidak mengalami perubahan.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Juli 2015 (2012 = 100)

Subsektor NTUP Persentase Perubahan

Juni 2015 Juli 2015

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 97.55 98.57 1.05

2. Hortikultura 105.85 108.28 2.30

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 110.38 110.38 0.00

4. Peternakan 119.17 120.04 0.73

5. Perikanan 111.79 112.68 0.80

a Perikanan Tangkap 119.07 120.50 1.20

b. Perikanan Budidaya 100.18 100.23 0.05

(6)

5.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks Harga yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi.

Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Berdasarkan pengamatan IHK perdesaan pada bulan Juli 2015, terjadi inflasi di semua provinsi di Indonesia. Inflasi perdesaan tertinggi di laporkan di Jawa Tengah mencapai 1,35 persen dan inflasi terendah tercatat di Sulawesi Utara sebesar 0,11 persen.

Grafik 1

Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Menurut Provinsi di Indonesia, Juli 2015

Pada Juli 2015, Provinsi Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,64 persen yang disebabkan oleh naiknya harga-harga di semua kelompok komoditas. Kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,35 persen, disusul oleh kelompok makanan jadi 0,42 persen, kelompok sandang 0,36 persen, kelompok kesehatan 0,17 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,14 persen, kelompok perumahan 0,11 persen, serta kelompok transportasi dan komunikasi 0,02 persen. Secara umum, komoditas pada kelompok bahan makanan penyumbang inflasi pada bulan Juli 2015, antara lain cabai rawit, beras, ikan pindang tongkol, pisang, apel, telur ayam ras, dan daging babi. Sedangkan penyumbang inflasi pada kelompok makanan jadi, antara lain mie bakso, ayam goreng, roti manis, dan rokok kretek filter.

(7)

Berdasarkan hasil pemantauan harga gabah bulan Juli 2015, tercatat rata-rata harga gabah

pada kualitas kering panen (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 2,90 persen

dibandingkan bulan Juni 2015, sedangkan di tingkat penggilingan naik sebesar 3,12 persen.

Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Juli berada masih diatas HPP yaitu sebesar

Rp 4.281,91 per kg di tingkat petani dan Rp 4.349,42 per kg di tingkat penggilingan.

Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga tertinggi di tingkat petani tercatat di

Kabupaten Karangasem sebesar Rp 4.874,45 per Kg untuk varietas Ciherang, sementara

transaksi terendah tercatat di Kabupaten Badung dengan harga Rp 3.915,00/Kg untuk varietas

Cidenuk.

Tabel 5

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, Juli 2015

Kelompok Perubahan IHK Perdesaan (%)

Bali Nasional (1) (2) (3) Bahan Makanan 1.35 1.52 Makanan Jadi 0.42 0.38 Perumahan 0.11 0.28 Sandang 0.36 1.65 Kesehatan 0.17 0.31

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0.14 0.56

Transportasi dan Komunikasi 0.02 0.24

Gabungan 0.64 0.89

B. HARGA GABAH BULAN JULI 2015 NAIK

Berdasarkan hasil pencatatan harga gabah di 7 kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng selama bulan Juli 2015, harga gabah (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 2,90 persen, dari Rp 4.161,03 per kg pada bulan sebelumnya menjadi Rp 4.281,91 per kg. Sementara itu, rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan naik sebesar 3,12 persen dari Rp 4.217,76 per kg menjadi Rp 4.349,42 per kg. Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) tertinggi di tingkat petani tercatat di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 4.874,45 per kg untuk varietas Ciherang, sedangkan transaksi terendah tercatat di Kabupaten Badung dengan harga Rp 3.915,00 per kg untuk Cidenuk.

(8)

Grafik 2

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Juli 2014 Juli 2015

Tabel 6

Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Juli 2014 Juli 2015

No Bulan Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Perubahan (%) Penggilingan (Rp/Kg) Harga di Tingkat Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Juli 2014 3,863.77 6.13 3,917.84 5.53 2 Agustus 2014 3,870.13 0.16 3,930.18 0.31 3 September 2014 3,960.54 2.34 4,034.95 2.67 4 Oktober 2014 4,091.44 3.31 4,164.42 3.21 5 Nopember 2014 4,121.61 0.74 4,189.88 0.61 6 Desember 2014 4,182.87 1.49 4,258.66 1.64 7 Januari 2015 4,341.58 3.79 4,414.58 3.66 8 Februari 2015 4,419.29 1.79 4,486.79 1.64 9 Maret 2015 4,310.36 -2.46 4,456.36 -0.68 10 April 2015 3,785.53 -12.18 3,857.96 -13.43 11 Mei 2015 3,797.24 0.31 3,861.71 0.10 12 Juni 2015 4,161.03 9.58 4,217.76 9.22 13 Juli 2015 4,281.91 2.90 4,349.42 3.12 *) HPP GKP (Mulai Maret 2015) Rp 3.700,00/kg di tingkat petani Rp 3.750,00/kg di tingkat penggilingan 3,000.00 3,200.00 3,400.00 3,600.00 3,800.00 4,000.00 4,200.00 4,400.00 4,600.00 Ju l ' 14 A gs '14 Se p '14 O kt '14 N o v ' 14 Des '14 Jan ' 15 Fe b '15 Mar '15 A p r '15 Me i ' 15 Ju n '15 Ju l ' 15

(9)

Tabel 7

Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2013 2015

Tahun Bali Nasional

Bulanan Kumulatif Bulanan Kumulatif

(1) (2) (3) (4) (5) 2013 Januari 1.66 1.66 1.21 1.21 Februari 0.68 2.35 0.66 1.88 Maret 0.91 3.28 0.76 2.65 April 0.10 3.38 -0.02 2.63 Mei -0.18 3.20 -0.03 2.60 Juni -0.03 3.17 0.58 3.20 Juli 3.18 6.45 3.36 6.66 Agustus 0.39 6.87 0.96 7.69 September -0.03 6.84 0.08 7.78 Oktober 1.05 7.96 0.31 8.11 Nopember 0.24 8.22 0.14 8.26 Desember 0.32 8.57 0.39 8.69 2014 Januari 0.88 0.88 1.16 1.16 Februari 0.32 1.20 0.45 1.62 Maret 0.42 1.63 0.19 1.81 April 0.05 1.68 -0.05 1.76 Mei 0.39 2.07 0.23 1.99 Juni 0.36 2.44 0.74 2.74 Juli 0.56 3.01 0.82 3.58 Agustus 0.49 3.51 0.37 3.96 September 0.49 4.02 0.45 4.43 Oktober 0.24 4.27 0.43 4.88 November 1.52 5.85 1.49 6.41 Desember 2.85 8.86 2.72 9.30 2015 Januari -0.90 -0.90 -0.03 -0.03 Februari -0.53 -1.42 -0.73 -0.76 Maret 0.88 -0.55 0.48 -0.29 April 0.25 -0.30 0.21 -0.08 Mei -0.20 -0.49 0.60 0.52 Juni 0.17 -0.32 0.82 1.35 Juli 0.64 0.31 0.89 2.24

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Amirudin, S.Si., MMSI. Kepala Bidang Statistik Distribusi

BPS Provinsi Bali

Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail: bps5100@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran Kinerja pengelolaan keuangan Masyarakat (KKM) adalah untuk mengukur tingkat penguasaan Satlak atas pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan yang telah

17 tahun 2014 ini bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat memiliki hak imunitas atau kekebalan yang dalam penjelasannya ditafsirkan bahwa hak imunitas adalah hak

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

bahwa dengan adanya kendaraan bermotor yang belum tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2007 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapat kesimpulan bahwa pada Kecamatan Depok yang di bagi menjadi 3 strata yaitu Desa Maguwoharjo sebagai strata 0, Desa

Kandungan logam Pb, Cd dan Hg dalam sampel krim pemutih wajah (krim siang dan malam) sebagian besar di atas ambang batas yang telah ditetapkan oleh peraturan Badan Pengawas

Data pelaksanaan tindakan kelas penerapan Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan komunikasi belajar matematika pada siswa kelas VII A SMP Negeri

Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika berbasis learning cycle 7E dengan pendekatan saintifik diperoleh persentase