• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

NILAITUKARPETANI(NTP)BULANDESEMBER2015 TURUN0,41PERSEN

 Pada Desember 2015 NTP Kalimantan Selatan tercatat 99,03 atau turun 0,41 persen dibanding NTP November 2015. Turunnya NTP ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan yang lebih kecil dibandingkan indeks harga yang dibayar petani (Ib). It mengalami kenaikan 0,41 persen sedangkan Ib mengalami kenaikan 0,83 persen.

 Dilihat dari subsektornya, tiga subsektor pertanian mengalami penurunan NTP dan dua subsektor mengalami kenaikan NTP. Subsektor Holtikultura mengalami penurunan NTP sebesar 1,66 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun sebesar 2,26 persen, dan Subsektor Perikanan turun sebesar 0,64 persen. Sementara itu, Subsektor Tanaman Pangan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,75 persen dan Subsektor Peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,27 persen.  Pada Desember 2015 terjadi inflasi di daerah pedesaan Kalimantan Selatan sebesar 1,04 persen. Hal ini diakibatkan oleh naiknya indeks harga pada subkelompok bahan makanan sebesar 1,89 persen, subkelompok makanan jadi naik sebesar 0,80 persen, subkelompok sandang naik sebesar 0,12 persen, subkelompok kesehatan naik sebesar 0,09 persen, subkelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga niak sebesar 0,43 persen, dan subkelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,06 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Kalimantan Selatan Desember 2015 sebesar 105,27 atau naik sebesar 0,25 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

 Pada bulan Desember 2015, secara Nasional, Provinsi Sumatera Utara mengalami kenaikan NTP tertinggi sebesar 1,09 persen, sebaliknya Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan NTP tertinggi sebesar 0,98 persen.

No. 03/01/63/Th.XX, 4 Januari 2016

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI

DAN

HARGA

PRODUSEN

GABAH

BULAN

DESEMBER

2015

A. PERKEMBANGANNILAITUKARPETANI

*) Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase

(2)

1. Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Pada bulan Desember 2015, NTP Kalimantan Selatan tercatat sebesar 99,03 atau turun 0,41 persen jika dibandingkan NTP pada bulan November 2015 sebesar 99,44. Angka NTP tersebut diperoleh dari rasio antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib).

Jika dilihat masing-masing subsektor, tiga subsektor pertanian mengalami penurunan NTP dan dua subsektor mengalami kenaikan NTP. Subsektor Holtikultura mengalami penurunan NTP sebesar 1,66 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun sebesar 2,26 persen, dan Subsektor Perikanan turun sebesar 0,64 persen. Sementara itu, Subsektor Tanaman Pangan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,75 persen dan Subsektor Peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,27 persen.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Perubahannya (2012 = 100)

Subkelompok November 2015 Desember 2015 % Perubahan (1) (2) (3) (4) 1 Tanaman Pangan

a. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 101,89 102,66 0,75

b. Indeks Harga yang diterima Petani (It) 119,07 120,93 1,56

- Padi 120,52 122,68 1,79

- Palawija 106,50 105,81 -0,65

c. Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) 116,86 117,80 0,81

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,54 119,80 1,06

(3)

Tabel 1 Lanjutan

Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Perubahannya (2012 = 100)

Subkelompok November 2015 Desember 2015 % Perubahan (1) (2) (3) (4) 2 Hortikultura

a. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 103,97 102,25 -1,66

b. Indeks Harga yang diterima Petani (It) 121,24 120,36 -0,72

- Sayur-sayuran 133,83 135,31 1,11

- Buah-buahan 117,80 116,20 -1,35

- Tanaman Obat 107,82 105,74 -1,93

c. Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) 116,60 117,71 0,95

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,42 119,77 1,14

- Indeks BPPBM 107,60 107,50 -0,09

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai Tukar Petani (NTP-TPR) 83,64 81,75 -2,26

b. Indeks Harga yang diterima Petani (It) 97,88 96,57 -1,33

- Tanaman Perkebunan Rakyat 97,88 96,57 -1,33

c. Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) 117,02 118,13 0,95

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,70 120,00 1,09

- Indeks BPPBM 110,17 110,54 0,34

4 Peternakan

a. Nilai Tukar Petani (NTP-TR) 108,76 109,06 0,27

b. Indeks Harga yang diterima Petani (It) 122,94 124,11 0,95

- Ternak Besar 128,84 128,11 -0,56

- Ternak Kecil 122,62 122,89 0,22

- Unggas 122,42 124,84 1,98

- Hasil Ternak 118,99 120,08 0,91

c. Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) 113,04 113,80 0,67

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,34 119,45 0,94

- Indeks BPPBM 107,11 107,48 0,35

5 Perikanan

a. Nilai Tukar Petani (NTNP) 110,81 110,10 -0,64

b. Indeks Harga yang diterima Petani (It) 132,35 132,30 -0,03

- Penangkapan Ikan 137,00 136,26 -0,54

- Budidaya 120,01 121,81 1,49

c. Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) 119,43 120,17 0,62

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,49 124,55 0,86

(4)

Tabel 1 Lanjutan

Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Perubahannya (2012 = 100)

Subkelompok November 2015 Desember 2015 % Perubahan (1) (2) (3) (4) Gabungan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 99,44 99,03 -0,41

b. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) 115,83 116,31 0,41

c. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) 116,48 117,44 0,83

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,92 120,16 1,04

- Indeks BPPBM 110,31 110,49 0,16

Gabungan Tanpa Perikanan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 98,46 98,08 -0,39

b. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) 114,44 114,96 0,45

c. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) 116,23 117,21 0,84

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,53 119,79 1,06

- Indeks BPPBM 110,15 110,33 0,16

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Desember 2015, indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,41 persen dibandingkan November 2015, yaitu dari 115,83 menjadi 116,31. Kenaikan ini sepenuhnya didukung oleh naiknya harga gabah, jagung, cabai merah, cabai rawit, kacang panjang, tomat, mangga, pisang, kelapa, kelapa sawit, kambing, ayam buras, ayam ras pedaging, telur ayam buras, telur ayam ras, telur itik, ikan mas budidaya, ikan patin budidaya, ikan bandeng budidaya, ikan gabus, ikan betok (papuyu), udang sungai, ikan tongkol, dan cumi-cumi.

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dan Harga Konsumen Pedesaan

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Indeks harga yang dibayar petani bulan Desember 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,83 persen jika dibandingkan dengan bulan November 2015. Jika dilihat dari kelompok konsumsi rumah tangga, indeks harga pada subkelompok bahan makanan sebesar 1,89 persen, subkelompok makanan jadi naik sebesar 0,80 persen, subkelompok

(5)

sandang naik sebesar 0,12 persen, subkelompok kesehatan naik sebesar 0,09 persen, subkelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga niak sebesar 0,43 persen, dan subkelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,06 persen.

Dilihat dari biaya produksi dan penambahan barang modal pertanian, pada bulan Desember 2015 terjadi kenaikan indeks sebesar 0,16 persen dibandingkan kondisi bulan November 2015. Kenaikan ini disebabkan naiknya harga bibit sebesar 0,40 persen, harga pupuk, obat-obatan dan pakan naik sebesar 0,30 persen, biaya transportasi naik sebesar 0,09 persen, dan biaya penambahan barang modal naik sebesar 0,19 persen.

4. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P)

Pada bulan Desember 2015, nilai NTP-P naik sebesar 0,75 persen. Hal ini disebabkan It mengalami kenaikan sebesar 1,56 persen, sementara Ib mengalami kenaikan relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,81 persen.

Naiknya It pada bulan Desember 2015 sebesar 1,56 persen terjadi akibat dari kenaikan pada kelompok padi sebesar 1,79 persen. Sedangkan kelompok palawija mengalami penurunan sebesar 0,65 persen.

Kenaikan Ib sebesar 0,81 persen disebabkan oleh kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,06 persen dan kenaikan pada indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,06 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Pada bulan Desember 2015, NTP-H turun sebesar 1,66 persen. Hal ini disebabkan It mengalami penurunan sebesar 0,72 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,95 persen.

Penurunan It bulan Desember 2015 disebabkan turunnya harga komoditas pada kelompok buah-buahan sebesar 1,35 persen dan pada kelompok tanaman obat turun sebesar 1,93 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-TPR)

Pada bulan Desember 2015, NTP-TPR turun sebesar 2,26 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 1,33 persen, sementara Ib mengalami kenaikan sebesar 0,95 persen.

(6)

Penurunan It bulan Desember 2015 utamanya disebabkan turunnya indeks pada kelompok tanaman perkebunan rakyat (khususnya komoditi karet) sebesar 1,33 persen, yaitu dari 97,88 menjadi 96,57. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks biaya konsumsi rumah tangga sebesar 1,09 persen dan kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,34.

d. Subsektor Peternakan (NTP-TR)

Pada bulan Desember 2015, NTP-TR naik sebesar 0,27 persen. Hal ini disebabkan It mengalami kenaikan sebesar 0,95 persen, sementara Ib mengalami kenaikan relatif lebih besar yaitu sebesar 0,67 persen.

Kenaikan It bulan Desember 2015 disebabkan oleh naiknya harga komoditi Ternak Kecil sebesar 0,22 persen, komoditas Unggas naik sebesar 1,98 persen, dan komoditas hasil ternak naik sebesar 0,91 persen. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,94 persen dan naiknya indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,35 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Desember 2015, NTNP turun sebesar 0,64 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,03 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,62 persen. Penurunan It pada bulan Desember 2015 disebabkan turunnya indeks kelompok penangkapan ikan sebesar 0,54 persen. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib diakibatkan oleh indeks harga kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,14 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Desember 2015, NTN turun sebesar 1,12 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,54 persen, sementara Ib mengalami kenaikan sebesar 0,59 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan naiknya indeks pada kelompok KRT sebesar 0,87 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,05 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Desember 2015, NTPi naik sebesar 0,80 persen. Hal ini dikarenakan It mengalami kenaikan sebesar 1,49 persen, sementara Ib mengalami kenaikan relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,68 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan

(7)

kelompok KRT mengalami kenaikan sebesar 0,83 persen dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,40 persen.

5. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Pada Desember 2015 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,25 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen, sementara indeks BPPBM mengalami kenaikan relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,16 persen. Kalau dilihat dari subsektornya, diketahui bahwa NTUP Subsektor Tanaman Pangan mengalami kenaikan sebesar 1,50 persen, Subsektor Holtikultura turun sebesar 0,63 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun sebesar 1,66 persen, Subsektor Peternakan naik sebesar 0,60 persen, dan Subsektor Perikanan turun sebesar 0,17 persen.

6. Perbandingan Antar Provinsi

Dari 33 provinsi yang dihitung NTP-nya, dapat dilihat bahwa 21 provinsi mengalami penurunan NTP, dan 12 provinsi mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 1,09 persen, sedangkan penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung yaitu sebesar 0,98 persen.

Dari empat provinsi di Kalimantan yang melaporkan hasil survei bulan Desember 2015, Kalimantan Selatan mengalami penurunan NTP sebesar 0,41 persen, Kalimantan Timur turun sebesar 0,73 persen, Kalimantan Tengah turun sebesar 0,40 persen, dan Kalimantan Barat turun sebesar 0,09 persen.

(8)

Tabel 2

Ranking Nilai Tukar Petani (NTP) November – Desember 2015 (2012 = 100)

PROVINSI November 2015 PROVINSI Desember 2015

NTP Ranking % NTP Ranking % (1) (7) (8) (9) (6) (7) (8) (9) BANTEN 107,53 1 1,37 BANTEN 107,45 1 -0,07 JABAR 107,20 2 0,38 JABAR 107,24 2 0,04 JATIM 106,56 3 0,76 SULSEL 106,39 3 -0,02 SULBAR 106,47 4 0,15 NTB 106,22 4 -0,20 NTB 106,43 5 0,44 JATIM 106,13 5 -0,41 SULSEL 106,42 6 0,56 SULBAR 105,71 6 -0,72 BALI 105,41 7 0,48 BALI 105,13 7 -0,27 GORONTALO 104,10 8 -0,01 GORONTALO 104,41 8 0,29 LAMPUNG 104,04 9 -0,05 LAMPUNG 103,84 9 -0,19

BABEL 103,94 10 -0,75 MALUKU UTARA 103,46 10 0,56

NTT 103,49 11 0,10 YOGYAKARTA 103,34 11 0,32 YOGYAKARTA 103,01 12 0,19 BABEL 102,92 12 -0,98 MALUKU UTARA 102,89 13 0,80 NTT 102,69 13 -0,78 MALUKU 102,34 14 1,22 MALUKU 102,61 14 0,27 JATENG 102,07 15 0,56 JATENG 102,03 15 -0,04 SULTRA 100,64 16 0,02 SULTRA 101,01 16 0,36

PAPUA BARAT 99,93 17 -0,10 SUMUT 100,62 17 1,09

SULTENG 99,62 18 0,97 PAPUA BARAT 100,35 18 0,43

SUMUT 99,54 19 0,78 SULTENG 99,82 19 0,20 KALSEL 99,44 20 -0,04 KALSEL 99,03 20 -0,41 KEPRI 98,99 21 0,43 KEPRI 98,78 21 -0,21 NAD 98,41 22 1,75 DKI 98,77 22 0,82 KALTENG 98,13 23 -0,43 NAD 98,13 23 -0,28 SUMBAR 98,06 24 0,69 SUMBAR 97,75 24 -0,32 KALTIM 98,02 25 -0,22 KALTENG 97,74 25 -0,40 DKI 97,97 26 0,13 KALTIM 97,31 26 -0,73 SULUT 96,93 27 0,52 SULUT 96,85 27 -0,09 PAPUA 96,80 28 -0,08 PAPUA 96,08 28 -0,73 SUMSEL 96,30 29 0,06 SUMSEL 96,03 29 -0,28 KALBAR 96,12 30 -0,66 KALBAR 96,03 30 -0,09 JAMBI 95,15 31 -0,35 JAMBI 95,72 31 0,61 RIAU 94,70 32 0,62 RIAU 95,03 32 0,35 BENGKULU 93,44 33 -0,27 BENGKULU 92,96 33 -0,51 NASIONAL 102,95 0,48 NASIONAL 102,83 -0,11

(9)

7. Perkembangan Nilai Tukar Petani Tahun 2015

Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan selama tahun 2015 menunjukkan kecenderungan yang menurun. Pada bulan Januari NTP Kalimantan Selatan adalah sebesar 99,77 dan mencapai nilai tertinggi pada bulan Maret yaitu sebesar 101,26. Kemudian NTP Kalimantan Selatan berfluktuatif dan mulai menunjukkan tren penurunan sejak bulan Agustus. NTP Kalimantan Selatan mencapai nilai terendah pada bulan Desember dengan nilai sebesar 99,03.

Indeks harga yang diterima petani (It) dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) selama periode 2015 di Kalimantan Selatan menunjukkan tren yang terus meningkat. Akan tetapi laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani relatif lebih cepat dibandingkan laju kenaikan indeks harga yang diterima petani. Hal inilah yang mengakibatkan NTP Kalimantan Selatan selama periode 2015 cenderung menurun.

(10)

8. Inflasi Pedesaan

Perubahan indeks konsumsi rumah tangga (KRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Desember 2015, di daerah pedesaan Kalimantan Selatan terjadi inflasi sebesar 1,04 persen. Hal ini terjadi sebagai akibat dari naiknya indeks harga pada subkelompok bahan makanan sebesar 1,89 persen, subkelompok makanan jadi naik sebesar 0,80 persen, subkelompok sandang naik sebesar 0,12 persen, subkelompok kesehatan naik sebesar 0,09 persen, subkelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga niak sebesar 0,43 persen, dan subkelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,06 persen.

(11)

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH

BULAN DESEMBER 2015

Survei harga produsen gabah selama Desember 2015 dilakukan terhadap 63 observasi di 10 Kabupaten meliputi Tanah Laut, Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Bumbu dan Balangan, Berdasarkan komposisinya, jumlah observasi harga gabah didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 63 observasi.

Tabel 1

Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan HPP Menurut Kelompok Kualitas, Desember 2015 Kalimantan Selatan

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

(%)

Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Harga Rata-rata di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih (6) thd (7)

Terendah Tertinggi

Rata-rata (Rp/Kg) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 GKP 63 4.091,00 8.163,20 6.039,36 6.140,83 3.700 2.339,36 163 (100 %) Siam Lukut, Marabahan (Barito Kuala) Mayang Kuning, Gambut (Banjar) (Petani) 3.750 2.390,83 164 (Penggilingan) Keterangan: ◙ GKG : KA 14,00% dan KH 3,00% ◙ GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) ◙ Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00%

◙ HPP berdasarkan Inpres No.5 Tahun 2015 tgl. 17 Maret 2015, diberlakukan mulai 17 Maret 2015 RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI TINGKAT PETANI

PADA BULAN DESEMBER 2015 NAIK 0,40 PERSEN

 Selama Desember 2015, komposisi jumlah observasi dari 63 transaksi harga gabah di 10 kabupaten didominasi Gabah Kering Panen (GKP).

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Mayang Kuning yaitu senilai Rp 8.163,20,- per Kg yang terdapat di Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. Sedangkan harga terendah senilai Rp 4.091,- per Kg berasal dari gabah kualitas GKP varietas Siam Lukut yang terdapat di Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala.

 Rata-rata harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani naik 0,40 persen, dari Rp 6.015,03 per Kg di bulan November 2015 menjadi Rp 6.039,36 per Kg di bulan Desember 2015. Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan naik 0,38 persen dari Rp 6.117,59 per Kg di bulan November 2015 menjadi Rp 6.140,83 per Kg di bulan Desember 2015.

(12)

Dibandingkan bulan sebelumnya, Rata-rata harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani naik 0,40 persen, dari Rp 6.015,03 per Kg di bulan November 2015 menjadi Rp 6.039,36 per Kg di bulan Desember 2015. Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan naik 0,38 persen dari Rp 6.117,59 per Kg di bulan November 2015 menjadi Rp 6.140,83 per Kg di bulan Desember 2015.

Tabel 2

Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan Menurut Kualitas November – Desember 2015

Kelompok Kualitas

Tingkat Petani (Rp/Kg) Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)

November 2015 Desember 2015 Perubahan (3) thd (2) (%) November 2015 Desember 2015 Perubahan (6) thd (5) (%) 1 2 3 4 5 6 7 GKP 6.015,03 6.039,36 0,40 6.117,59 6.140,83 0,38

Secara umum, komponen mutu gabah selama bulan Desember 2015 cenderung fluktuatif, Rata-rata Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa/Lainnya gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 14,50 persen dan 3,30 persen.

Tabel 3

Rata-rata Komponen Mutu menurut Kualitas Gabah November – Desember 2015

Kelompok Kualitas

Kadar Air (%) Kadar Hampa/Kotoran (%)

November 2015 Desember 2015 November 2015 Desember 2015

GKP 14,40 14,50 3,24 3,30

Referensi

Dokumen terkait

Penyimpangan maksim kebijaksanaan terdapat pada data (1) karena tuturan narasumber menyimpang dari prinsip kesantunan pada indikator 3 karena dalam tuturan mungkin

1) Produk, memiliki produk yang berbeda dari sekolah lainnya yakni kegiatan baca tulis Al-Quran, kegiatan ekstrakurikuler drumband, beladiri, pramuka, futsal, voli, basket. 2)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang dilakukan di SMP Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur, teknik pengumpulan data

Masyarakat Desa Meduri memilih pekerjaan sebagai pencari bonggol jati selain ada tawaran mereka juga pengrajin bonggol jati memiliki tingkat pendidikan yang

No. Sementara itu, responden kurang setuju kalau kecenderungan berpikir negatif menghambat inovasi mereka. Mereka juga kurang setuju jika perasaan-perasaan negatif

Hubungan antara persepsi tentang perilaku merokok dengan tingkat perilaku merokok pada penelitian ini bersifat negatif, yaitu siswa yang memiliki persepsi negatif atau yang

Hal ini biasanya didasarkan pada perselisihan atara suami dan istri, perselisihan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berasal dari salah

Penelitian ini menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional pada kreativitas karyawan dan peran moderasi dari variabel penugasan pemimpin dan