• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Nilai Tukar Petani (NTP)

September 2017

Sebesar 100,69 Atau

Naik 0,85 Persen.

Upah Nominal Harian

Buruh Tani Provinsi

Banten September 2017

Sebesar Rp 48.910,-

NTP Banten September 2017 sebesar 100,69 atau naik 0,85 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) masih lebih cepat dibandingkan laju kenaikan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib).

Pada September 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,01 persen terutama disebabkan oleh inflasinya kelompok sandang sebesar 0,38 persen.

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Banten September 2017 sebesar 106,00 atau naik 0,83 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

Pada Bulan September 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 107,57. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,99.

Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada September dibandingkan keadaan Agustus untuk Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan 8,10 persen dan untuk Gabah di luar kualitas naik sebesar 1,46 persen.

Rata-rata harga gabah bulan September 2017 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKP Rp. 4.836 per kg,- dan kualitas rendah Rp. 4.033,- per kg.

Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.600,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp. 5.100,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas Ciherang.

Perkembangan Nilai Tukar

Petani dan Harga Gabah

(2)

2

1. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada September 2017, NTP secara umum naik 0,85 persen dibandingkan NTP Agustus, yaitu dari 99,83 menjadi 100,69. Kenaikan NTP pada September 2017 dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang sebesar 0,88 persen lebih cepat dari laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang sebesar 0,02 persen.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan September 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan Agustus September

(1) (2) 3) (4)

a. Indeks yang diterima (It) 128.40 129.52 0.88

b. Indeks yang dibayar (Ib) 128.61 128.64 0.02

c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.21 131.22 0.01

d. Indeks BPPBM 122.14 122.19 0.04

e. Nilai Tukar Petani (NTP) 99.83 100.69 0.85

Kenaikan NTP September 2017 disebabkan oleh naiknya NTP pada ketiga subsektor yakni subsektor tanaman pangan yang naik 1,21 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 1,26 persen, dan subsektor perikanan naik sebesar 0,47 persen. Subsektor tanaman hotikultura dan peternakan masing-masing turun 0,25 persen dan 0,60 persen.

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (I

t

)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada September 2017, It Banten mengalami kenaikan sebesar 0,88 persen dibanding It Agustus, yaitu naik dari 128,40 menjadi 129,52. Sebagaimana NTP secara umum, Kenaikan It pada September 2017 disebabkan naiknya It pada ketiga subsektor yakni subsektor tanaman pangan yang naik 1,69 persen; It subsektor tanamapn perkebunan rakyat naik 1,26 persen; dan It subsektor perikanan naik 0,49 persen; serta It naik 0,21 persen . Sedangkan It pada subsektor hortikultura dan subsektor peternakan masing-masing turun 0,23 persen dan 0,47 persen.

(3)

Grafik 1

Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani Agustus - September 2017

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (I

b

)

Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada September 2017 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan 0,01 persen dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,04 persen. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya 4 (empat) kelompok yakni kelompok bibit 0,39 persen, pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,05 persen; biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,04 persen; kelompok transportasi naik 0,03 persen. Kelompok penambahan barang modal mengalami penurunan 0,18 persen dan kelompok upah buruh tidak mengalami perubahan.

Grafik 2

Perubahan Indeks Harga Yang Dibayar Petani Bulan September 2017 1,59 1,08 -1,26 0,98 0,21 0,83 0,00 -0,23 0,00 -0,47 0,49 0,88 -1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

Aug-17 Sep-17 -0,02 0,02 0,05 0,13 0,02 0,02 -0,01 0,00 0,02 0,06 -0,05 0,01 0,08 0,18 0,22 0,14 0,04 -0,05 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 Ib Konsumsi RT BPPBM

(4)

4

4. Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)

Pada bulan September 2017 NTP-P mengalami kenaikan indeks sebesar 1,72 persen atau naik dari 100,20 menjadi 101,92. Hal ini karena Indeks Harga yang Diterima petani (It) naik sebesar 1,69 sedangkan Ib turun sebesar 0,02 persen. Kenaikan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena naiknya indeks pada subkelompok padi sebesar 1,84 persen meski subkelompok palawija mengalami penurunan sebesar 0,96 persen. Kenaikan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh naiknya harga gabah sebesar 1,84 persen. Sementara penurunan indeks pada subkelompok palawija dipengaruhi turunnya harga kacang hijau, ubi jalar, ketela pohon, dan kacang tanah. Indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,02 persen karena pengaruh turunnya Indeks BPPBM sebesar 0,09 persen dan Indeks KRT sebesar 0,01 persen. Untuk BPPBM, penurunan indeks ini dipengaruhi oleh turunnya indeks pada empat kelompok yakni pupuk dan obat-obatan turun 0,28 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,02 persen, kelompok transportasi turun 0,19 persen, dan kelompok penambahan barang modal turun 0,40 persen. Kelompok bibit mengalami kenaikan 0,58 persen sedangkan kelompok upah buruh tidak mengalami perubahan harga.

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan September 2017 mengalami penurunan sebesar 0,25 persen dari 101,94 menjadi 101,68. Hal ini terjadi karena Indeks Harga yang Diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,23 persen sedangkan Ib justru mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen. Penurunan It pada subsektor hortikultura disebabkan turunnya indeks pada dua kelompok yakni kelompok sayur-sayuran turun 0,89 persen dan kelompok tanaman obat turun 0,26 persen. Kelompok buah-buahan mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen. Penurunan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh turunnya harga bawang merah, buncis, terung panjang, dan lainnya; penurunan It pada kelompok tanaman obat dipengaruhi turunnya harga kencur dan kunyit. Kenaikan indeks pada kelompok buah-buahan disebabkan naiknya harga jeruk, pepaya, dan sawo. Di sisi lain, kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya indeks BPPBM sebesar 0,08 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)

Pada Bulan September 2017 NTP-R sebesar 95,86 atau mengalami kenaikan sebesar 1,21 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,26 persen; lebih cepat dari laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,05 persen. Kenaikan It terjadi karena naiknya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,26 persen yakni dari 122,73 menjadi 124,27 persen yang dipengaruhi oleh naiknya harga lada/merica, kopi, cengkeh, karet, dan kelapa. Di sisi lain, kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi oleh naiknya Indeks BPPBM sebesar 0,18 persen dan oleh kenaikan indeks KRT sebesar 0,02 persen.

(5)

Tabel 2

Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya Juli – September 2017 (2012=100)

Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok Bulan

Persentase perubahan September 2017 thd

Agustus 2017 Juli Agustus September

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 129.06 131.11 133.33 1.69

- Padi 129.04 131.16 133.57 1.84

- Palawija 129.53 130.10 128.85 -0.96

b. Indeks Dibayar Petani 129.96 130.85 130.82 -0.02 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 130.73 131.66 131.65 -0.01

- Indeks BPPBM 126.12 128.02 126.74 -0.09

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 99.31 100.20 101.92 1.72 2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 128.17 129.55 129.26 -0.23

- Sayur-sayuran 128.30 131.63 130.46 -0.89

- Buah-buahan 128.28 128.38 128.66 0.22

- Tanaman Obat 120.68 122.41 122.10 -0.26

b. Indeks Dibayar Petani 126.60 127.09 127.12 0.02 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 129.74 130.43 130.43 0.00

- Indeks BPPBM 117.94 117.90 117.99 0.08

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 101.24 101.94 101.68 -0.25 3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 124.29 122.73 124.27 1.26 - Tanaman Perkebunan Rakyat 124.29 122.73 124.27 1.26 b. Indeks Dibayar Petani 128.71 129.58 129.65 0.05 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 130.22 131.23 131.27 0.02

- Indeks BPPBM 121.40 121.63 121.85 0.18

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 96.57 94.71 95.86 1.21 4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 123.89 125.10 124.51 -0.47

- Termak Besar 134.98 135.91 135.64 -0.20

- Ternak Kecil 133.00 134.95 134.68 -0.20

- Unggas 117.86 119.21 118.04 -0.98

- Hasil Ternak 113.59 114.14 114.22 0.07

b. Indeks Dibayar Petani 122.87 123.46 123.62 0.13 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 130.13 130.92 131.00 0.06

- Indeks BPPBM 115.17 115.53 115.78 0.22

c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 100.83 101.33 100.72 -0.60 5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 135.14 135.43 136.09 0.49

- Penangkapan 152.10 152.10 152.68 0.38

- Budidaya 121.93 122.45 123.16 0.58

b. Indeks Dibayar Petani 125.42 126.09 126.11 0.02 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 130.41 131.09 131.03 -0.05

(6)

6

d. Subsektor Peternakan (NTP-T)

Pada bulan September 2017 NTP-T mengalami penurunan sebesar 0,60 persen yang disebabkan Indeks Harga yang Diterima petani (It) mengalami penurunan 0,47 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks pada tiga kelompok, yakni kelompok ternak besar yang turun 0,20 persen; kelompok ternak kecil turun 0,20 persen; dan kelompok unggas turun 0,98 persen; sementara kelompok hasil ternak mengalami kenaikan sebesar 0,07 persen. penurunan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh turunnya harga kerbau. Sedangkan penurunan indeks pada kelompok ternak kecil dipengaruhi oleh turunnya harga kambing dan domba. Penurunan indeks pada kelompok unggas terutama disebabkan oleh turunnya harga ayam ras dan ayam buras. Sementara itu, kenaikan indeks yang terjadi pada kelompok hasil ternak dipengaruhi oleh naiknya harga telur itik. Lebih lanjut, Kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,13 persen dipengaruhi oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga 0,06 persen dan Indeks BPPBM 0,22 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP pada bulan September 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen dari 107,41 menjadi 107,91 persen. Hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,49 persen lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,02 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks kelompok budidaya sebesar 0,58 persen dan kelompok penangkapan sebesar 0,38 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,02 persen disebabkan naiknya Indeks BPPBM sebesar 0,14 persen dan sedikit ditahan dengan penurunan indeks KRT sebesar 0,05 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada September 2017, NTN naik sebesar 0,35 persen dari 120,56 menjadi 120,98. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 0,38 persen lebih cepat dibanding laju kenaikan Ib yang sebesar 0,04 persen. Sedangkan kenaikan pada Ib disebabkan karena kenaikan indeks pada BPPBM sebesar 0,19 persen meskipun pada indeks KRT mengalami penurunan sebesar 0,05 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada September 2017, NTPi naik sebesar 0,58 persen atau naik dari 97,16 persen menjadi 97,72 persen. Hal ini terjadi karena naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,58 persen mengingat pada indeks harga yang dibayar petani tidak terjadi perubahan yang cukup signifikan. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 0,67 persen yakni harga ikan lele, mas, dan mujair. Sedangkan kelompok budidaya air payau mengalami peningkatan 0,75 persen. Sementara itu tidak terlihat adanya pergerakan nilai pada Ib, meskipun IBPPBM naik sebesar 0,10 persen dan indeks KRT turun sebesar 0,05 persen.

5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi atau deflasi di pedesaan. Pada bulan September 2017 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi infllasi di perdesaan sebesar 0,01 persen. Pemicu infllasi ini adalah kelompok sandang sebesar 0,38 persen. Lima kelompok lainnya yang mengalami inflasi yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,27 persen, kelompok perumahan 0,10 persen, kelompok transportasi dan komunikasi 0,06 persen, kelompok pendidikan, rekreasi,

(7)

dan olahraga 0,04 persen, dan kelompok kesehatan terjadi inflasi sebesar 0,01 persen. Sedangkan kelompok bahan makanan mengalami deflasi 0,27 persen.

Tabel 3

IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten

Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan September 2017 (2012=100)

KELOMPOK IKRT IKRT Agustus IKRT September Inflasi Perdesaan (persen)

UMUM 131.21 131,22 0,01

1. Bahan Makanan 132.82 132,47 -0,27

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 133.52 133,88 0,27

3. Perumahan 136.50 136,63 0,10

4. Sandang 127.81 128,31 0,38

5. Kesehatan 126.47 126,48 0,01

6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 116.94 116,98 0,04

7. Transportasi & Komunikasi 123.30 123,38 0,06

6. Perbandingan antar Provinsi di Indonesia

Pada Bulan September 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 107,57 yang diikuti oleh Provinsi Jawa Timur sebesar 106,37. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,99. NTP nasional sebesar 102,22 yang mengalami peningkatan sebesar 0,61 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,60.

Tabel 3

Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia September 2017 (2012=100)

Provinsi NTP Perubahan (%) Rangking Provinsi NTP Perubahan (%) Rangking

Sulawesi Barat 107,57 1,41 1 Sumatera Utara 98,85 -0,19 18 Jawa Timur 106,37 0,92 2 Kalimantan Tengah 98,54 1,32 19

Jawa Barat 105,98 0,58 3 DKI 97,69 0,16 20

Lampung 105,97 0,50 4 Kalimantan Barat 97,22 1,50 21

NTB 105,85 0,80 5 Kepulauan Riau 96,55 -0,37 22

Gorontalo 105,48 0,10 6 Sumatera Selatan 96,41 2,16 23

Bali 104,45 0,49 7 Sumatera Barat 96,34 0,10 24

DI Yogyakarta 103,03 0,16 8 Kalimantan Timur 96,17 -0,46 25

NTT 103,00 0,66 9 Kalimantan Selatan 96,09 0,21 26

Jawa Tengah 102,56 1,01 10 Bangka Belitung 95,69 -0,95 27

Riau 101,70 -0,20 11 Sulawesi Tengah 94,43 0,23 28

Maluku Utara 101,65 0,91 12 Bengkulu 94,35 0,81 29

Maluku 101,33 0,17 13 NAD 94,18 -0,31 30

Banten 100,69 0,85 14 Sulawesi Tenggara 94,01 0,03 31

Papua Barat 100,29 0,53 15 Papua 93,75 -0,44 32

Sulawesi Selatan 100,02 -0,70 16 Sulawesi Utara 92,99 0,79 33

(8)

8

7. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Pada September 2017 Nilai Tukar usaha pertanian (NTUP) Banten sebesar 106,00 atau mengalami kenaikan sebesar 0,83 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) yang sebesar 0,88 persen lebih cepat jika dibandingkan dengan laju kenaikan pada Indeks BPPBM yang sebesar 0,04 persen. Jika dilihat per subsektor, kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada tiga subsektor yakni subsektor tanaman pangan naik 1,79 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 1,09 persen, dan subsektor perikanan naik sebesar 0,35 persen. Sedangkan subsektor hortikultura dan peternakan masing-masing turun 0,31 persen dan 0,68 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya September 2017 (2012=100)

Subsektor Agustus September Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 103,35 105,20 1,79

2. Hortikultura 109,89 109,55 -0,31

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 100,90 101,99 1,09

4. Peternakan 108,28 107,54 -0,68

5. Perikanan 114,56 114,96 0,35

a. Tangkap 128,32 128,57 0,19

b. Budidaya 103,79 104,29 0,49

(9)

8. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH

Pada September 2017, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKP sebanyak 86,67 persen, dan kualitas rendah/di luar kualitas 13,33 persen. Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.600,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.100,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang.

Tabel 5

Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan,

dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, September 2017

Kelompok Kualitas

Persentase Jumlah Obser-vasi

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan

(RP/Kg)

Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.) Terendah Tertinggi Rata-Rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) G K G - - - Penggilingan 4.650 G K P 86,67% 4.000 5.100 4.672 4.836 Petani 3.700 Penggilingan 3.750 Gabah Kualitas Rendah 13,33% 3.600 4.500 3.933 4.033 -

9. Rata – rata Komponen Mutu

Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKP KA nya sebesar 13,34 persen dan KH nya 5,59 persen; sedangkan untuk Kualitas rendah KA nya 19,23 persen dan KH 15,77 persen.

Tabel 6

Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah Juli - September 2017

Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen) Juli Agustus September Juli Agustus September

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

GKG - - - -

GKP 14,27 15,72 13,34 5,68 4,60 5,59

(10)

10

10. Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas

Rata-rata harga harga gabah kualitas kering panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.836,- per kg sementara di tingkat petani rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar Rp. 4.672,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 8,79 persen dan di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga yakni sebesar 8,10 persen.

Tabel 7

Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Juli – September 2017

Kualitas

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Jul ‘17 Agst ‘17 Sept ‘17 Kol (4) thd (3) % Perubahan Jul ‘17 Agst ‘17 Sept ‘17 Kol (8) thd (7) % Perubahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

GKG - - - -

GKP 4.393 4.445 4.836 8,79 4.279 4.322 4.672 8,10 Kualitas

rendah 3.662 3.977 4.033 1,42 3.525 3.877 3.933 1,46

11. PERKEMBANGAN UPAH BURUH

Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada September 2017 dibanding upah buruh tani Agustus mengalami penurunan sebesar 0,24 persen atau turun dari Rp. 49.027,- per hari menjadi Rp. 48.910,- per hari. Secara riil mengalami penurunan 0,25 persen atau turun dari Rp. 37.365,- per hari menjadi Rp. 37.273,- per hari.

Tabel 8

Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) Juli - September 2017

Rincian Jenis Upah Bulan September 2017 % Perubahan

thd Agustus 2017 Juli ‘17 Agustus ‘17 September’17

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Provinsi Upah Nominal 48.973 49.027 48.910 -0,24

Upah Riil *) 37.574 37.365 37.273 -0,25

Diterbitkan oleh:

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan

Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan,

mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Jl. Syech Nawawi Al Bantani Kav H1-2, KP3B, Serang, Banten 42171

Ir.Agoes Soebeno, M.Si.

Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: (0254)267027, E-mail: pst3600@bps.go.id Website: http://banten@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran Kinerja pengelolaan keuangan Masyarakat (KKM) adalah untuk mengukur tingkat penguasaan Satlak atas pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan yang telah

Hasil temuan di tujuh negara yang dikaji di dalam studi ini—Kanada, China, Jerman, India, Indonesia, Singapura dan Thailand—menunjukkan bahwa sektor TIK dan

Langkah selanjutnya adalah membuat RAID-1 dengan perintah berikut, dimana device baru bernama /dev/md20, menggunakan mode=1 (mirroring) dimana device pasangannya adalah /dev/sdd1

bahwa dengan adanya kendaraan bermotor yang belum tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2007 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Master Cheng Yen pernah mengatakan setiap individu Tzu Ching adalah butiran benih yang murni dan tulus, mereka memiliki tekad yang sama, melalui berbagai kegiatan

Data pelaksanaan tindakan kelas penerapan Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan komunikasi belajar matematika pada siswa kelas VII A SMP Negeri

Untuk mendukung pencapaian tujuan keterlaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi dan sejalan dengan salah satu misi Universitas Riau Kepulauan, Lembaga Penelitian dan

Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika berbasis learning cycle 7E dengan pendekatan saintifik diperoleh persentase